Anda di halaman 1dari 3

Tugas 2

Nama : Irwanto

NIM : 043330544

Makul : HKUM4204 / Hukum Adat 56

Dalam system perkawinan masyarakat Indonesia, masih banyak menganut hukum adat perkawinan
dengan kewajiban melamar atau meminang. Perkawinan meminang biasanya dimulai dari pertemuan
muda-mudi. Pertemuan perkenalan tersebut dapat meningkat ke kasih cinta dengan pemberian tanda
mau atau tanda bahagian dari si pemuda kepada si pemudi. Dengan tanda tersebut si wanita terikat
pada si pria.

Pertanyaan

1. Berikan analisis latar belakang terjadinya pertunangan dalam sistem hukum adat perk
awinan!

Pertunangan dalam sistem hukum adat perkawinan di Indonesia memiliki latar belakang yang
berakar dalam budaya dan tradisi masyarakat Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya pertunangan dalam sistem ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Mempertahankan tradisi: Pertunangan merupakan bagian dari tradisi yang telah


diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat Indonesia. Budaya ini memiliki peran
penting dalam mempertahankan identitas budaya, nilai-nilai, dan norma-norma yang
dianggap penting dalam kehidupan masyarakat.
b. Perlindungan dan keamanan: Pertunangan dianggap sebagai langkah awal dalam
membangun hubungan yang serius antara dua individu. Dalam konteks hukum adat
perkawinan, pertunangan memberikan perlindungan dan keamanan bagi calon pasangan.
Dengan adanya pertunangan, pria memberikan tanda-tanda keinginan untuk menikahi
wanita dan secara sosial mengikat wanita pada pria tersebut.
c. Penjagaan moral dan reputasi: Pertunangan dalam sistem hukum adat perkawinan juga
memiliki peran dalam menjaga moral dan reputasi individu serta keluarga yang terlibat.
Pertunangan dianggap sebagai komitmen serius untuk menjalin hubungan yang eksklusif
dan berujung pada pernikahan. Dengan adanya pertunangan, masyarakat di sekitar
pasangan akan melihat hubungan mereka dengan serius dan menghormatinya.
d. Memperkuat hubungan sosial: Pertunangan tidak hanya melibatkan calon pasangan, tetapi
juga melibatkan keluarga dari kedua belah pihak. Dalam masyarakat Indonesia,
pertunangan merupakan kesempatan bagi kedua keluarga untuk saling mengenal dan
membentuk hubungan yang erat. Hal ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa
pasangan tersebut berasal dari lingkungan yang sesuai dan cocok dengan nilai-nilai
keluarga masing-masing.
e. Keterbatasan akses informasi dan modernisasi: Meskipun zaman telah berubah dan akses
informasi semakin mudah, masih ada beberapa daerah di Indonesia yang memiliki akses
terbatas terhadap informasi dan teknologi modern. Oleh karena itu, sistem pertunangan
dalam hukum adat perkawinan tetap menjadi pilihan yang umum, terutama di daerah
pedesaan yang masih sangat memegang tradisi dan budaya local.

Perlu diperhatikan bahwa latar belakang terjadinya pertunangan dalam sistem hukum adat
perkawinan dapat berbeda-beda antara satu suku atau daerah dengan yang lainnya di
Indonesia. Faktor-faktor di atas memberikan pemahaman umum tentang mengapa
pertunangan masih dijalankan dalam sistem perkawinan adat di Indonesia, meskipun seiring
dengan perkembangan waktu, pendekatan perkawinan dapat beragam dan mencerminkan
adaptasi terhadap perubahan sosial dan budaya.

2. Bagaimana tata cara melakukan lamaran yang lazim terjadi di masing-
masing daerah masyarakat hukum adat perkawinan. 

Tata cara melakukan lamaran dalam masyarakat Indonesia yang masih menganut hukum adat
perkawinan dapat berbeda-beda di setiap daerah. Berikut ini adalah beberapa contoh tata cara
lamaran yang lazim terjadi di beberapa daerah masyarakat hukum adat perkawinan di
Indonesia:

a. Jawa: Di Jawa, tata cara lamaran biasanya dimulai dengan pertemuan antara keluarga
pria dan keluarga wanita. Pria akan datang ke rumah wanita dengan didampingi oleh
keluarganya. Selama pertemuan tersebut, pria dan keluarganya akan menyampaikan niat
baik untuk melamar wanita tersebut. Jika keluarga wanita menerima lamaran tersebut,
maka akan disepakati tanggal dan waktu untuk dilaksanakannya acara lamaran resmi.

b. Sumatra: Di Sumatra, tata cara lamaran juga melibatkan pertemuan antara keluarga pria
dan keluarga wanita. Pria dan keluarganya akan membawa beberapa hadiah sebagai
tanda niat baik, seperti sirih, pinang, kain, atau uang sebagai maskawin. Lamaran
biasanya disampaikan secara simbolis melalui penyampaian hadiah-hadiah tersebut. Jika
keluarga wanita menerima lamaran tersebut, maka acara lamaran akan diadakan secara
resmi dengan adat dan tradisi setempat.

c. Bali: Di Bali, tata cara lamaran seringkali melibatkan prosesi adat yang kompleks. Pria
yang akan melamar wanita harus melibatkan keluarga dan pemuka adat setempat. Sebuah
upacara adat diselenggarakan sebagai tanda niat baik dan penghormatan kepada keluarga
wanita. Dalam upacara tersebut, pihak pria akan membawa persembahan kepada
keluarga wanita, seperti persembahan banten (sesajen) atau harta benda berharga. Jika
lamaran diterima, maka akan diadakan upacara pengikatan secara resmi.

Perlu diperhatikan bahwa tata cara lamaran dapat bervariasi tidak hanya antara daerah,
tetapi juga antara suku dan adat istiadat yang berbeda di dalam satu daerah. Oleh karena itu,
sangat penting untuk menghormati dan mempelajari adat istiadat setempat serta
berkonsultasi dengan keluarga calon pasangan untuk mengetahui tata cara lamaran yang
lazim dilakukan di masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai