Nama : Irwanto
NIM : 043330544
Dalam system perkawinan masyarakat Indonesia, masih banyak menganut hukum adat perkawinan
dengan kewajiban melamar atau meminang. Perkawinan meminang biasanya dimulai dari pertemuan
muda-mudi. Pertemuan perkenalan tersebut dapat meningkat ke kasih cinta dengan pemberian tanda
mau atau tanda bahagian dari si pemuda kepada si pemudi. Dengan tanda tersebut si wanita terikat
pada si pria.
Pertanyaan
1. Berikan analisis latar belakang terjadinya pertunangan dalam sistem hukum adat perk
awinan!
Pertunangan dalam sistem hukum adat perkawinan di Indonesia memiliki latar belakang yang
berakar dalam budaya dan tradisi masyarakat Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya pertunangan dalam sistem ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Perlu diperhatikan bahwa latar belakang terjadinya pertunangan dalam sistem hukum adat
perkawinan dapat berbeda-beda antara satu suku atau daerah dengan yang lainnya di
Indonesia. Faktor-faktor di atas memberikan pemahaman umum tentang mengapa
pertunangan masih dijalankan dalam sistem perkawinan adat di Indonesia, meskipun seiring
dengan perkembangan waktu, pendekatan perkawinan dapat beragam dan mencerminkan
adaptasi terhadap perubahan sosial dan budaya.
2. Bagaimana tata cara melakukan lamaran yang lazim terjadi di masing-
masing daerah masyarakat hukum adat perkawinan.
Tata cara melakukan lamaran dalam masyarakat Indonesia yang masih menganut hukum adat
perkawinan dapat berbeda-beda di setiap daerah. Berikut ini adalah beberapa contoh tata cara
lamaran yang lazim terjadi di beberapa daerah masyarakat hukum adat perkawinan di
Indonesia:
a. Jawa: Di Jawa, tata cara lamaran biasanya dimulai dengan pertemuan antara keluarga
pria dan keluarga wanita. Pria akan datang ke rumah wanita dengan didampingi oleh
keluarganya. Selama pertemuan tersebut, pria dan keluarganya akan menyampaikan niat
baik untuk melamar wanita tersebut. Jika keluarga wanita menerima lamaran tersebut,
maka akan disepakati tanggal dan waktu untuk dilaksanakannya acara lamaran resmi.
b. Sumatra: Di Sumatra, tata cara lamaran juga melibatkan pertemuan antara keluarga pria
dan keluarga wanita. Pria dan keluarganya akan membawa beberapa hadiah sebagai
tanda niat baik, seperti sirih, pinang, kain, atau uang sebagai maskawin. Lamaran
biasanya disampaikan secara simbolis melalui penyampaian hadiah-hadiah tersebut. Jika
keluarga wanita menerima lamaran tersebut, maka acara lamaran akan diadakan secara
resmi dengan adat dan tradisi setempat.
c. Bali: Di Bali, tata cara lamaran seringkali melibatkan prosesi adat yang kompleks. Pria
yang akan melamar wanita harus melibatkan keluarga dan pemuka adat setempat. Sebuah
upacara adat diselenggarakan sebagai tanda niat baik dan penghormatan kepada keluarga
wanita. Dalam upacara tersebut, pihak pria akan membawa persembahan kepada
keluarga wanita, seperti persembahan banten (sesajen) atau harta benda berharga. Jika
lamaran diterima, maka akan diadakan upacara pengikatan secara resmi.
Perlu diperhatikan bahwa tata cara lamaran dapat bervariasi tidak hanya antara daerah,
tetapi juga antara suku dan adat istiadat yang berbeda di dalam satu daerah. Oleh karena itu,
sangat penting untuk menghormati dan mempelajari adat istiadat setempat serta
berkonsultasi dengan keluarga calon pasangan untuk mengetahui tata cara lamaran yang
lazim dilakukan di masyarakat tersebut.