ABSTRAK
Tradisi perkawinan Baduy Dalam dan Baduy Luar, adat dan hukum dalam masyarakat
Sunda Wiwitan serta penerimaan hukum Islam. Tujuan umum penelitian ini untuk
mengidentifikasi dan menganalisa tradisi perkawinan Suku Baduy. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian lapangan, wawancara, dan
observasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019. Sumber data diambil
dari berbagai sumber, data primer berupa wawancara dengan pihak-pihak terkait yang
dapat memberikan data yang dibutuhkan, sedangkan data sekunder berasal dari karya-
karya peneliti yang berkaitan dengan tradisi perkawinan masyarakat Baduy Dalam dan
Baduy Luar. Hasil penelitian ini, perkawinan masyarakat Baduy dilakukan dengan tiga
tahap lamaran dengan cara di jodohkan atau memilih sendiri calon pasangan dengan
syarat persetujuan kedua belah pihak. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
masyarakat Baduy tidak terlepas dari interaksi sosial antara masyarakat Baduy dengan
masyarakat luar yang menganut keyakinan yang berbeda namun hidup dengan secara
berdampingan.
PENDAHULUAN
Perkawinan mempunyai maksud agar suami dan istri dapat membentuk keluarga
yang kekal, maka suatu tindakan yang mengakibatkan putusnya suatu perkawinan harus
dapat dipertimbangkan secara matang. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah
tindakan kawin cerai berulang kali, sehingga suami dan istri benar-benar saling
menghargai satu sama lain. Perkawinan adalah masalah yang esensial bagi manusia,
karena disamping perkawinan sebagai sarana untuk membentuk keluarga, perkawinan
tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia dengan manusia tetapi juga
menyangkut hubungan keperdataan, perkawinan juga memuat unsur sakralitas yaitu
hubungan manusia dengan Tuhannya.
Suku Baduy merupakan sebuah suku yang berada di Provinsi Banten. Baduy
adalah salah satu suku yang masih menjaga erat nilai dan norma serta tradisi atau adat
istiadat masyarakat. Suku Baduy termasuk salah satu suku yang terisolir yang ada di
Indonesia. Masyarakat Baduy sengaja mengasingkan diri, mereka hidup mandri dengan
tidak mengharapkan bantuan dari orang luar. Masyarakat Suku Baduy mengasingkan
diri dan menutup diri dengan tujuan menghindari dari pengaruh budaya luar yang akan
masuk, untuk menjaga keaslian budaya Suku Baduy.
Masyarakat Suku Baduy salah satu masyarakat yang unik, keunikan itu tampak
dalam berbagai aspek kehidupan Suku Baduy. Hal ini dapat dilihat dari tempat tinggal
Suku Baduy penuh dengan kesederhanaan dan kepatuhan. Kesederhanaan masyarakat
Baduy dapat dilihat dalam bentuk dan arah rumah yang seragam. Masyarakat Baduy
merupakan salah satu kelompok suku pedalaman di Indonesia, yang punya kesan
tersendiri, pendiriannya keras tetapi tidak merepotkan orang lain. Masyarakat Baduy
tidak pernah hirau dengan adanya perubahan zaman serta datangnya pengaruh dari
budaya luar.
Pola hidup masyarakat Baduy Dalam dengan masyarakat Baduy Luar secara
umum sama, namun pada hal- hal tertentu adanya perbedaan yang cukup mencolok.
Masyarakat Baduy Dalam sangat dilarang memiliki dan menggunakan barang-barang
elektronik, alat makan dan minum yang terbuat dari gelas, plastik dan barang-barang
rumah tangga lainnya yang berasal dari luar. Rumah tidak boleh pakai paku, yakni
hanya menggunakan pasak dan tali dari rotan dan hanya memiliki satu pintu. Mereka
juga dilarang menggunakan alas kaki, baik sandal apalagi sepatu, berpergian dilarang
menggunakan kendaraan jenis apapun, dan dilarang menggunakan pakaian seperti orang
Baduy Luar pendek kata segala bentuk perilaku dan pola hidup yang berbau “modern”
serta bertentangan dengan hukum adat yang berlaku. Masyarakat Baduy luar sudah
mulai longgar dan terbuka karena memang anturan adatnya memberikan kelonggaran
bila dibandingkan masyarakat Baduy Dalam. Masyarakat Baduy Luar sudah banyak
mengadopsi polah hidup non Baduy ke dalam pola hidup sehari- hari masyarakat Baduy
Luar walaupun masyarakat Baduy Luar tetap menampilkan ciri khas kesukuannya.
METODE PENELITIAN
Hasil penelitian ini diuraikan berdasarkan dua aspek, yaitu (1) deskripsi tradisi
perkawinan Suku Baduy Dalam, dan (2) deskripsi tradisi perkawinan Suku Baduy Luar.
Tata cara perkawinan pun dimulai dari proses peminangan sampai membina
rumah tangga juga diatur dalam ketentuan adat Baduy yang mengikat. Calon pun
dipilihkan oleh pihak orang tua, lalu kedua belah pihak bertemu dan saling
bersilaturahmi, tahap pengenalan jodoh ini dinamakan bobogohan yang merupakan
tahapan penting menuju pernikahan. Suasana acara bobogohan ini biasanya ditemani
dengan lantunan alat musik kecapi yang dibawa pihak laki-laki. Orang Baduy
menyebutnya perkawinan sebagai rukun hirup, artinya bahwa perkawinan harus
dilakukan, karena jika tidak maka ia akan menyalahi kodratnya sebagai manusia.
Setelah adanya kesepakatan kedua belah pihak untuk menikah, maka dilaksanakanlah
tahapan lamaran.
Lamaran
Akad Nikah
Pada umumnya prosesi perkawinan Suku Baduy Luar tidak berbeda dengan
perkawinan dengan syariat Islam. Masyarakat Baduy Luar datang ke KUA untuk
melakukan perkawinan, lalu mempelai akan mengucapkan kalimat syahadat (seperti ijab
kabul), disaksikan oleh Naib sebagai penghulunya. Perkawinan Suku Baduy Luar harus
sesama suku Baduy. Masyarakat Baduy tidak mengenal poligami dan perceraian. Tapi
mereka hanya diperbolehkan untuk menikah kembali jika salah satu dari mereka telah
meninggal.
KESIMPULAN
Masyarakat Suku Baduy memandang bahwa perkawinan itu adalah suatu hal
yang sangat suci karena merupakan proses ikatan lahir batin dua insan untuk
membangun rumah tangga dari dunia sampai akhirat. Oleh karena itu, keduanya harus
terikat dalam kondisi satu hati, satu rasa, satu tujuan, satu adat istiadat, serta satu prinsip
untuk menuju kehidupan masa depan yang harmonis. Hukum adat melarang terjadinya
percraian pada setiap pasangan suami dan istri warga Baduy kecuali karena kematian
dan warga Baduy tidak mengenal suatu perselingkuhan ataupun poligami.
Perkawinan di Suku Baduy harus mengikuti penjadwalan yang sudah ditentukan
dan bersifat baku. Pola perkawinan khusus adalah perkawinan yang terjadi antara warga
Baduy Dalam dan Baduy Luar. Mengenai kedudukan perkawinan Baduy Dalam dengan
Baduy Luar dapat disimpulkan bahwa masyarakat Baduy merasa penting adanya
pengakuan bukan hanya sekedar secara adat namun juga secara hukum dan negara.
Hubungan sosial antara masyarakat Baduy dengan masyarakat luar ternyata sudah
terjalin sangat lama, masyrakat Baduy hidup berdampingan dengan masyarakat luar
Baduy.
REFERENSI
http://6626mahligai-indonesia.com/pernikahan-nusantara/prosesi-adat/pernikahan-adat-
suku-baduy-sakral-dan-anti-perceraian-
https://www.qureta.com/post/tradisi-unik-perkawinan-suku-baduy
https://www.merdeka.com/peristiwa/uniknya-pernikahan-dan-khitanan-suku-baduy-cuma-
boleh-juni-agustus.html