Anda di halaman 1dari 3

Nama: Veronika Manurung

Nim : 7193210009

Kelas : Manajemen B’19

BEREKSISTENSI DALAM TRANSENSDENSI MENURUT PEMIKIRAN KARL


JASPERS

1. A. Apa hubungan antara EKSISTENSI dan TRANSENSDENSI

Hubungan antara eksistensi dan transendensi itu di mana semua usaha manusia
yang akan berakhir dengan batas-batas namun di atas batas-batas pencapaian itu ada
transendensi yang memberi kemungkinan bagi manusia untuk bereksistensi, dimana
manusia memperoleh kesadaran tentang asal dasariah eksistensi, keterbukaan dunia
serta anugerah kebebasan untuk membangun momen bersejarah juga membawa
manusia pada penerangan atau makna dari keadaan persoalan dan tragedi yang
melampaui dimensi empiris

B. Apa yang dimaksud dengan EKSISTENSI

Eksistensi adalah keberadaan diri yang autentik dan unik. eksistensi adalah
bagian dari kodrat manusia sebagai kedirian atau berdiri secara otonom

C. Mengapa manusia tidak dapat mencapai eksistensi dengan dirinya sendiri

karena adanya keterbatasan keterbatasan yang menyebabkan manusia tidak


memiliki kemampuan untuk mencapai keberadaan diri secara utuh yaitu keterbatasan
pengetahuan dan keterbatasan situasi

2. Apa yang dimaksud dengan situasi batas

situasi batas adalah situasi dasar yang bersifat konstitutif dengan bagian yang
tak terpisahkan dari hidup sehingga tidak mungkin dapat disingkirkan sepenuhnya

Hubungan antara situasi batas dengan eksistensi manusia


Hubungannya adalah di mana situasi batas memberikan kesadaran kepada
manusia untuk menyadari keterbatasan dan kegagalan dari kesempatan untuk
melompat kepada Transendensi, situasi batas berciri ganda dimana apabila ingin
mencapai eksistensi situasi batas harus dihadapi terlebih dahulu, situasi batas juga
memberikan perspektif bagi manusia untuk meraih eksistensi

Hubungan antara situasi batas dengan Transendensi

situasi batas ibaratkan pintu menuju Transendensi, situasi batas itu akan
menunjukkan bahwa diri saya terbatas dan tidak mungkin mencapai eksistensi namun
secara tidak langsung menunjukkan pada luar diri saya yakni Transendensi
keterbatasan itu diperlihatkan dengan adanya sesuatu yang dari padanya dimana kita
mengenal keterbatasan kita

4. Chiffer adalah sandi atau simbol yang menjadi medium antara eksistensi dan
transendensi. Chiffer-chiffer (sandi-sandi) merupakan suatu “teks” yang “ditulis”
oleh transendensi dan “dibaca” oleh eksistens

Menurut Jaspers, manusia tidak memiliki kekuatan untuk bereksistensi.


Eksistensi hanya dapat dicapai dalam relasi dengan Transendensi. Berangkat dari
keyakinan ini, Jaspers membangun pemikiran eksistensial metafisiknya dengan
pertanyaan dasar, bagaimana manusia dalam situasi konkrit dapat menjangkau
Transendensi. Pergumulan ini membawa Jaspers pada eksplorasi chiffer sebagai
medium menuju Transendensi. Transendensi berevelasi dalam chiffer, sehingga untuk
menjangkau-Nya, manusia harus masuk dan keluar melalui chiffer. Jalan metafisik
Jaspers adalah membaca dan menginterpretasi chiffer. Pembacaan akan membawa
manusia pada pengalaman mistik revelasi, dan interpretasi chiffer menghasilkan
penerangan untuk membangun hidup secara otentik.

Tujuan pembacaan chiffer adalah Pembacaan akan membawa manusia pada


pengalaman mistik revelasi, dan interpretasi chiffer menghasilkan penerangan untuk
membangun hidup secara otentik. Keputusan untuk mengikuti penerangan
Transendensi menjadi awal dari eksistensi. Pemikiran eksistensial metafisik Jaspers
dapat berkontribusi bagi masyarakat pluralis zaman modern yang cenderung gamang
dengan keberadaan dan terkurung dalam pola pikir rasionalitas teknologi.Maka tidak
berlebihan jika Jaspers lantas mengajak manusia untuk menjadi dirinya sendiri.
Filsafatnya bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri.
5.

6. .Menurutnya, dalam bingkai filsafat ketuhanan umat beragama perlu untuk bersikap
rendah hati, menerima keterbatasan dan memaknai Tuhan karena tidak ada yang dapat
mengenal-Nya secara tuntas selain Dia. pemikiran Jasper sangat penting bagi upaya
berbenah secara nyata untuk menjadi manusia utuh dan sebenarnya ketika manusia
berkedudukan sama di hadapan Tuhan. Kehidupan manusia yang heterogen dan plural
merupakan keniscayaan laten, tetapi bukan alasan untuk saling menafikan eksistensi
satu sama lain. “Karenanya setiap diri sama-sama bertugas menghormati nilai dan
pandangan dunia yang lain bahkan ditantang dan harus memahami budaya lain dan
toleran terhadap praktik agama orang lain

Anda mungkin juga menyukai