DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke-hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Konsep Dasar Manajemen Keuangan
Daerah Dan Tahap Perkembangannya” tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas
mata kuliah Akuntansi Keuangan Daerah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nasirwan, SE,M.Si,
Ak.,CA. selaku dosen penulis karena berkat adanya bimbingan dan bantuan dari Bapak
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca agar penulis dapat menyempurnakan tugas makalah lainnya di masa
yang akan datang agar menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta atas penyusunan tugas makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca .
Kelompok 1
Page | i
DAFTAR ISI
Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 1
pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja menjadi perhatian utama bagi para
pengambil keputusan di pemerintahan. Perubahan-perubahan penting dan mendasar
telah dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mengakomodasi berbagai
tuntutan dan aspirasi yang berkembang di masyarakat.
Ketersediaan anggaran pemerintah yang sangat terbatas dan masih harus
diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang harus segera
diselesaikan, maka pengalokasian anggaran harus dilakukan secara hati-hati dan
bertanggungjawab agar anggaran yang terbatas itu dapat dimanfaatkan secara efisien
dan dapat menghasilkan daya ungkit yang kuat bagi pembentukan tata kelola
pemerintahan yang baik. Dengan demikian diperlukan siklus
perencanaan,pengalokasian, pemanfaatan, dan pengevaluasian anggaran
pengembangan pemerintahan yang baik sehingga pelaksanaan strategi untuk
pencapaian tujuan dapat berjalan secara efektif.
Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Page | 3
mengatur keuangan dengan menggerakkan tenaga orang lain. Kegiatan ini dapat dimulai
dari perencanaan, penggorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan.
Menurut DEPDIKNAS (2000) bahwa manajemen keuangan merupakan
tindakan pengurusan atau ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan,
perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan. Manajemen keuangan
adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Sedangkan fungsi keuangan
merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggungjawab
dalam bidang tertentu dan fungsi yang lain dari manajemen keuangan adalah
menggunakan dana dan mendapatkan dana.
Pengertian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah, dalam kerangka anggaran dan pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Oleh karena itu, pengertian keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian
APBD yaitu; suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan
peraturan. Selain itu,, APBD merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan
public dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas,
nyata dan bertanggungjawab.
Keterkaitan keuangan daerah yang melekat dengan APBD merupakan
pernyataan bahwa adanya hubungan antara dana daerah dengan dana pusat atau dikenal
dengan istilah perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dana tersebut terdiri dari dana
dekonsentrasi (PP No. 104 tahun 2000 tentang Dana perimbangan) dan dana
desentralisasi. Dana dekonsetrasi berbentuk dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan
dana alokasi khusus. Sedangkan yang dimaksud dana desentralisasi adalah yang
bersumber dari pendapatan asli daerah.
Manajemen keuangan daerah merupakan bagian dari manajemen pemerintahan
daerah, selain manajemen kepergawaian dan manajemen teknis dari tiap-tiap instansi
yang berhubungan dengan pelayanan publik, atau disebut dengan manajemen pelayanan
publik dan manajemen pelayanan pablik dan Manajemen Administrasi Pembangunan
Daerah. Pengertian Manajemen Keuangan Daerah Adalah mencari sumber-sumber
pembiayaan dana daerah melalui potensi dan kapabilitas yang terstruktur melalui
Page | 4
tahapan perencanaan yang sistematis, pengunaan dana yang efisien dan efektif serta
pelaporan tepat waktu (Halim dan Damayati, 2008).
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa Manajemen keuangan daerah
merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian
terhadap semua hak dan kewajiban daerah penyelenggaraan pemerintah yang ada yang
segalanya dinilai dengan uang, dan masuk dalam kekayaan yang berhubungan dengan
hak serta kewajiban daerah dalam rangka anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Page | 5
aplikatif dua tugas pokok tersebut terekam dalam Kepmendagri No. 29 Tahun 2000
tentang “Pedoman Pengurusan Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah
serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD”.
Tujuan diaturnya keuangan daerah oleh pemerintah daerah adalah:
1) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan sumber daya
keuangan daerah,
2) meningkatkan kesejahteraan daerah, dan
3) mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.
Singkatnya, dapat disebutkan bahwa keuangan daerah merupakan hak dan
kewajiban pemerintah daerah dalam bentuk uang yang dimanfaatkan untuk membiayai
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Tugas pengelola keuangan daerah meliputi :
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah.
2. Menyusun rancangan peraturan daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja
daerah, rancangan peraturan daerah tentang perubahan anggaran pendapatan dan
belanja daerah. Dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah diatur dalam peraturan
daerah.
4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah
1) Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa
proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan
harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD
dan masyarakat. Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambil keputusan
Page | 6
berperilaku sesuai dengan mandat yang diterimanya. Untuk ini, perumusan
kebijakan, bersama-sama dengan cara dan hasil kebijakan tersebut harus dapat
diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal dengan baik.
2) Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-
kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD
dan masyarakat. Transparansi manajemen keuangan daerah pada akhirnya akan
menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan
masyarakatnya sehingga tercipta pemerintahan daerah yang bersih, efektif,
efisien, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.
3) Kejujuran
Dalam Manajemen keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang
memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk
korupsi dapat diminimalkan.
4) Value for money
Value for money berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran
yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan pemilihan
dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga
yang paling murah. Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana masyarakat (public
money) tersebut dapat menghasilkan output yang maksimal (berdaya guna).
Efektivitas berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-
target atau tujuan kepentingan publik.
5) Pengendalian
Penerimaan dan pengeluaran daerah (APBD) harus selalu dimonitor, yaitu
dibandingkan antara yang dianggarkan dengan yang dicapai. Untuk itu perlu
dilakukan analisis varians (selisih) terhadap penerimaan dan pengeluaran daerah
agar dapat sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya varians dan tindakan
antisipasi ke depan.
Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keuangan daerah tersebut harus
senantiasa dipegang teguh dan dilaksanakan oleh penyelengga pemerintahan, karena
pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah, yaitu :
Page | 7
1) Hak untuk mengetahui (right to know), meliputi mengetahui kebijakan
pemerintah, mengetahui keputusan yang diambil pemerintah, dan mengetahui
alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu
2) Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang meliputi hak untuk diberi
penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang
menjadi perdebatan publik
3) Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened to)
Page | 8
9) Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran
asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme
aparat pemerintah daerah.
10) Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi
anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap
penyebarluasan informasi sehingga memudahkan pelaporan dan pengendalian,
serta mempermudahkan mendapatkan informasi.
Page | 9
1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan,
Pertanggungawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah.
2) PP Nomor 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD
3) Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 900-099 Tahun 1980
tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah.
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 2 Tahun 1994 tentang
Pelaksanaan APBD.
5) UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
6) Kepmendagri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan Susunan Perhitungan
APBD.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, dapat disimpulkan beberapa ciri
pengelolaan keuangan daerah di era prareformasi, antara lain:
1) Pengertian pemda adalah kepala daerah dan DPRD (pasal 13 ayat (1) UU Nomor
5 Tahun 1975). Artinya, tidak terdapat pemisahan secara konkret antara lembaga
eksekutif dan legislatif.
2) Perhitungan APBD berdiri sendiri, terpisah dari pertanggungjawaban kepala
daerah (pasal 33 PP Nomor 6 Tahun 1975).
3) Bentuk laporan perhitungan APBD terdiri atas:
a. Perhitungan APBD;
b. Nota Perhitungan;
c. Perhitungan kas dan pencocokan antara sisa kas dan sisa perhitungan;
dilengkapi dengan lampiran Ringkasan Perhitungan Pendapatan dan
Belanja (PP Nomor 6 Tahun 1975 dan Kepmendagri Nomor 3 Tahun
1999).
4) Pinjaman, baik pinjaman pemda maupun pinjaman BUMD, diperhitungkan
sebagai pendapatan pemda. yang dalam struktur APBD, menurut Kepmendagri
Nomor 903-057 Tahun 1988 tentang Penyempurnaan bentuk dan Susunan
Anggaran Pendapatam Daerah, masuk dalam pos Peneriman Pembangunan.
5) Unsur-unsur yang teribat dalam penyusunan APBD adalah pemda yang terdiri
atas kepala daerah dan DPRD, belum melibatkan masyarakat.
6) Indikator kinerja pemda mencakup:
Page | 10
a. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya
b. Perbandingan antara standar biaya dengan realisasinya;
c. target dan persentase fisik proyek
tercantum dalam penjabaran perhitungan APBD (PP Nomor 6 Tahun
1975 tentang Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD).
7) Laporan Keterangan Pertangungiawaban Kepala Daerah dan Laporan
Perhitungan APBD, baik yang dibahas DPRD maupun yang tidak dibahas
DPRD, tidak mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah.
Page | 11
Keuangan Daerah, serta Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
belanja Daerah.
7) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
8) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Berdasarkan peraturan peraturan tersebut, manajemen keuangan daerah di era
reformasi memiliki karakteristik yang berbeda dari pengelolaan keuangan daerah di era
prareformasi, seperti:
1) Pengertian daerah adalah provinsi dan kota atau kabupaten, Istilah pemda
tingkat I dan ll serta kotamadya tidak lagi digunakan,
2) Pengertian pemda adalah kepala daerah beserta perangkat lainnya. Pemda yang
dimaksud di sini adalah badan eksekutif, sedang badan legislatifnya adalah
DPRD (Pasal 14 Uu Nomor 22 Tahun 1999). Jadi, terdapat pemisahan yang
nyata antara lembaga legislatif dan eksekutif.
3) Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban kepala daerah
(Pasal 5 PP Nomor 108 Tahun 2000).
4) Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran terdiri atas:
a. Laporan Perhitungan APBD;
b. Nota Perhitungan APBD;
c. Laporan Aliran Kas;
d. Neraca Daerah;
dilengkapi dengan penilaian kinerja berdasarkan tolok ukur rencana
strategi (Pasal 38 PP Nomor 105 Tahun 2000).
5) Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam pos Pendapatan (yang menunjukkan
hak pemda), tetapi masuk dalam pos Penerimaan (yang belum tentu menjadi hak
pemda).
6) Masyarakat termasuk dalam unsur-unsur penyusun APBD, selain pemda yang
terdiri atas kepala daerah dan DPRD.
7) Indikator kinerja pemda tidak hanya mencakup:
a. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya;
b. Perbandingan antara standar biaya dengan realisasinya;
c. Target dan persentase fisik proyek; tetapi juga meliputi standar
pelayanan yang diharapkan
Page | 12
8) Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah pada akhir tahun anggaran yang
bentuknya adalah Laporan Perhitungan APBD dibahas oleh DPRD dan
mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah apabila dua kali
mengalami penolakan dari DPRD.
9) Digunakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah.
Di antara peraturan peraturan tersebut di atas. peraturan yang mengakibatkan adanya
perubahan mendasar dalam pengelolaan anggaran daerah (APBD) adalah PP Nomor
105/2000 dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Perubahan mendasar tersebut
adalah adanya tuntutan akan akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar dalam
pengelolaan anggaran. secara umum, terdapat enam pergeseran dalam pengelolaan
anggaran daerah, yaitu:
Page | 13
pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya
kurang penting untuk dilaksanakan.
Performance budget pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan manajemen
anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja
tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti
harus berorientsi pada kepentingan publik. Aspek atau peran pemerintah daerah
tidak lagi merupakan alat kepentingan pemerintah pusat belaka melainkan alat untuk
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah.
Reformasi keuangan daerah menuntut penyusunan anggaran menggunakan
pendekatan/sistem anggaran kinerja, dengan penekanan pertanggungjawaban tidak
sekadar pada input, tetapi juga pada output dan outcome.
c. Dari pengendalian dan audit keuangan, ke pengendalian dan audit keuangan dan
kinerja.
Pada era prarcformasi, pengendalian dan audit keuangan dan kinerja telah ada,
namun tidak berjalan dengan baik. Penyebab hal ini adalah karena sitem anggaran
tidak memasukkan kinerja. Pada era reformasi, karena sistem penganggaran
menggunakan sistem penganggaran kinerja, maka pelaksanaan pengendalian dan
audit keuangan dan kinerja akan menjadi lebih baik
Page | 14
biaya adalah unit organisasi dalam suatu organisasi yang prestasinya diukur dari
kemampuannya mengefisienkan pengeluaran. Pusat laba adalah unit dalam suatu
organisasi yang prestasinya diukur dari perbandingan antara laba yang dihasil kan
dengan investasi yang ditanamkan dalam unit organisasi tersebut.
Page | 15
menangani proses akuntansi untuk menghasilkan output yang dikehendaki oleh
reformasi keuangan daerah, terutama PP Nomor 105 Tahun 2000 dan Kepmendagri
Nomor 29 Tahun 2002. Selanjutnya, reformasi terus berlangsung dan perubahan
kembali terjadi.
Page | 16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Page | 17
DAFTAR PUSTAKA
https://rendratopan.com/2020/05/19/pejabat-pengelola-keuangan-daerah/
Page | 18