Anda di halaman 1dari 11

PERKAWINAN LARI (PAKONDANG) YANG DI LAKUKAN ADAT SUMBA

BARAT DI TINJAU UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 TENTANG


PERKAWINAN

Oleh:
Marthen Jou Iki*
Marthenjouiki@gmail.com
Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Gresik

Arkisman**
Arkismanfhug@gmail.com
Dosen Fakultas Hukum
Universitas Gresik

ABSTRAK
Perkawinan lari (Pakondang) yang terjadi di Sumba Barat Nusa Tenggara Timur
merupakan kekaburan norma hukum karena pasangan yang melakukan perkawin lari
tidak tidak memberitahukan kepada orang tua tentang keinginan untuk
melangsungkan perkawinan, merupakan pasangan yang tidak di restui hubungannya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana proses perkawinan lari
yang di lakukan adat Sumba Barat? (2) bagaimana akibat hukum perkawinan lari di
Sumba barat berdasarkan Udang-Undang No.1 Tahun 1974?. Penelitian ini adalah
penelitan normative dengan data primer yang di kumpulkan dengan metode
wawancara sedangkan data sekunder di kaji berdasarkan Undang-Undang. Tenik
analisis data yang di gunakan adalah teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian di
temukan bahwa Undang-Undang Nomor.1 Tahun 1974 tentang perkawinan dapat
mencegah terjadinya perkawinan lari (pakondang) di wilayah kabupaten Sumba Barat
propinsi Nusa Tenggara Timur dengan melakukan dekontruksi.

Kata Kunci :Perkawinan Adat, Pakondang, Undang No 1 Tahun 1974 Tentang


Perkawinan

A.PENDAHULUAN mempertahankan dan meneruskan


Perkawinan adalah suatu perjanjian yang kelangsungan hidup dalam masyarakat.
di adakan oleh dua orang antara pria dan Menurut hukum adat suatu ikakatan
wanita yaitu membentuk suatu keluarga perkawinan bukan saja berarti bahwa
atau rumah tangga untuk suami dan istri harus saling bantu

212
membantu dan melengkapi kehidupan dikarenakan ada hubungan dengan latar
rumah tangganya, tetapi juga berarti ikut belakang masyarakatnya yang mayoritas
sertanya orang tua, keluarga atau kerabat menganut agama kristen. Masyarakat
kedua pihak untuk menunjang Kabupaten Sumba Barat di dalam tata
kebahagiaan dan kekekalan hidup rumah cara pelaksanaan perkawinannya, pada
tangga mereka. 1 Budaya dan aturan dasarnya sama dengan tata cara
perkawinanan suku bangsa di Indonesia perkawinan daerah-daerah lain di
sangat beragam, Antara perkawinan dan Indonesia, yaitu yang diawali dengan
sifat kekeluargaan terdapat hubungan perkenalan antara muda mudinya yang
yang sangat erat. Seperti yang telah di berlanjut kepada masa penjajakan
kertahui bahwa Indonesia ini terdapat (pacaran untuk istilah zaman sekarang).
tiga macam susunan kekeluargaan,yaitu Dalam masa penjajakan pasangan muda
patrilineal, matrilineal, dan parental, mudi, masing-masing akan
yang masing-masing sifat susunan memperkenalkan diri kepada orang tua
kekeluargaan yang berbeda. 2 Indonesia dan keluarganya. Apabila terjalin
yang berlatar belakang Negara kesepahaman, artinya pihak orang tua
kepulauan, terdapat perbedaan budaya, dan keluarga si wanita menerima
suku, bahasa dan berbagai macam adat kehadiran si laki-laki untuk di jadikan
istiadat, yang diantaranya masing- suami bagi anaknya dan begitu pula
masing memiliki tata cara pelaksanaan sebaliknya si laki-laki, maka akan
perkawinan yang antara pulau satu berlanjut ketingkat tata cara pelaksanaan
dengan pulau lainnya dan bahkan antara perkawinan dengan diawali oleh acara
daerah satu dengan daerah lainnya melamar atau peminangan.Akan tetapi,
berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat cara kalau dalam proses memperkenalkan diri
pelaksanaan perkawinan masyarakat kepada masing-masing orang tua, baik
Provinsi Nusa Tenggara Timur pada itu dilakukan oleh sipemuda/pemudi
umumnya dan masyarakat Kabupaten sendiri maupun melalui perantaraan
Sumba baratpada khususnya, lebih orang lain terjadi ketidak cocokan atau
didasari oleh nilai-nilai yang terkandung tidak direstuinya hubungan di antara
dalam ajaran agama kristen, hal ini mereka, yaitu dengan berbagai macam
alasan-alasan dan atau pertimbangan-
1
Hilman Hadikusuma, Hukum
pertimbangan, maka dengan demikian
Perkawinan Adat, Cet kedua, Alumni,
Bandung, 1983, h. 237 pembicaraan tentang pelaksanaan
perkawinan tidak dapat dilanjutkan.
2
Soerojo Wignjodipoero,
Pengantar dan Asas- asas Hukum
Berhubung keinginannya ditolak, maka
Adat, Cet ketujuh, Cv, Haji Masagung, sipemuda menanggung rasa malu dan
Jakarta,1988, h. 12 merasa tidak ada harga dirinya, sehingga

213
karena didasari oleh rasa cinta yang yang di kumpulkan penulis adalah
sangat mendalam, maka sipemuda dan peraturan perundang-undangan,catatan
pemudi akan mengambil jalan pintas, resmi atau risalah dalam pembuatan
yaitu dengan jalanpakondang yang perundang-undangan dan untuk bahan
artinya lari bersama pemuda dan pemudi hukum sekundernya penulis
atas dasar cinta tanpa sepengetahuan mempelajari bahan hukum yang berupa
orang tua dan keluarganya. Maka penulis semua publikasi tentang hukum yang
mengajukan judul jurnal ilmiah meliputi buku-buku teks yang terkait
“PERKAWINAN LARI dengan perkawinan lari.
(PAKONDANG) YANG DI
LAKUKAN ADAT SUMBA BARAT B.PEMBAHASAN
DI TINJAU UNDANG-UNDANG
NOMOR1 TAHUN 1974 TENTANG a. Pengertian Perkawinan Menurut
PERKAWINAN” Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Berdasarkan latar belakang yang telah di 1974 Tentang Perkawinan
sampaikan oleh penulis, maka kiranya Perkawinan adalah perilaku mahluk
berikut: ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
1.Bagaimana proses perkawinan lari agarkehidupan didunia dapat
adat Sumba Barat? berkembang. Perkawinan bukan saja
2.Bagaimana akibat hukum perkawinan terjadi pada manusia, tetapijuga
lari di Sumba Barat berdasarkan terjadi pada mahluk lainnya. Oleh
Undang-Undang Nomor 1 tahun karena manusia adalah hewan yang
1974? berakal, makaperkawinan merupakan
Berdasarkan pada subyek studi dan salah satu budaya yang beraturan
jenis masalah yang ada, maka dari tiga yang mengikuti perkembangan
jenis grand methode yang telah budaya manusia dalam kehidupan
disebutkan, dalam penelitian ini akan masyarakat.
digunakan metode penelitian library
research atau penelitian kepustakaan. Dalam Bab I Pasal 1 Undang-Undang
Mengenai penelitiansemacam ini Nomor 1 Tahun 1974 tentang
lazimnya juga disebut “Legal Perkawinan, pengertian perkawinan
Research” atau “LegalResearch adalah ikatan lahir bathin antara seorang
Instruction”. 3
Bahan hukum primer pria dan seorang wanitasebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga
yang bahagia dan kekalberdasarkan
3
Soerjono Soekanto dan Srimamudji,
Penelitian Hukum Normatif, Tinjauan Singkat,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan
Cet ketujuhbelas, Rajawali Pers, Jkarta, 2015, h. “ikatan lahir bathin” dimaksudkanbahwa
23

214
perkawinan itu tidak hanya cukup juga menyangkut tentang hubungan-
dengan adanya “ikatan lahir” atau hubungan adat- istiadat, kewarisan,
“ikatanbathin” saja, tetapi harus kedua- kekeluargaan, kekerabatan dan
duanya.Bahwa ikatan lahir ketetanggaan serta menyangkut upacara-
mengungkapkan adanya suatu hubungan upacara adat dan keagamaan. Sejauh
hukum antaraseorang pria dan seorang mana ikatan perkawinan itu membawa
wanita untuk hidup bersama sebagai akibat hukum dalam “ikatan adat”seperti
suami istri. Ikatan bathinmerupakan hal tentang kedudukan suami dan
penting dalam perkawinan ini kedudukan istri, begitu pula dengan
menunjukan bahwa menurut Undang- kedudukan anak dan pengangkatan anak,
Undang tujuan adanya perkawinan kedudukan anak tertua, anak penerus
bukanlah semata-mata memenuhi hawa keturunan, anak adat, anak asuh dan
nafsu. 4 lain-lain, dan harta perkawinan, yaitu
harta yang timbul akibat terjadinya
b. Pengertian perkawinan menurut perkawinan tergantung pada bentuk dan
hukum Adat. sistem perkawinan adat tersebut.
Pengertian perkawinan menurut hukum Bagaimana tata tertib adat yang harus
Adat adalah urusan kerabat, urusan dilakukan oleh mereka yang akan
keluarga, urusan masyarakat, urusan melangsungkan perkawinan menurut
martabat dan urusan pribadi dan begitu bentuk dan sistem perkawinan yang
pula ia menyangkut urusan berlaku dalam masyarakat Undang-
5
keagamaan. Artinya perkawinan itu Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
bukan saja berarti sebagai perikatan Perkawinan tidak mengaturnya. Hal
perdata, tetapi juga sekaligus merupakan mana berarti terserah kepada selera dan
perikatan kekerabatan dan ketetanggaan. nilai-nilai budaya dari masyarakat yang
Jadi terjadinya suatu ikatan perkawinan bersangkutan, asal saja segala
bukan semata-mata membawa akibat sesuatunya tidak bertentangan dengan
terhadap hubungan-hubungan kepentingan umum.
keperdataan, seperti hak dan kewajiban c. Tujuan Perkawinan
suami-istri, harta bersama, kedudukan Tujuan perkawinan yang bersifat
anak dan kewajiban orang tua, tetapi kekerabatan pada hukum adat, adalah
mempertahankan dan meneruskan
keturunan garis kebapaan atau keibuan
4
Lili Rasjidi.,Hukum Perkawinan Dan atau keibubapaan untuk kebahagiaan
Penceraian di Malaysia dan di Indonesia.
Alumni, Bandung, 1982, h.8 rumah tangga, keluarga/kerabat untuk
memperoleh nilai-nilai adat, budaya dan
5
Hilman Hadaikusuma., Hukum kedamaian, dan mempertahankan
Perkawinan indonesia, Op. Cit, h.23

215
kewarisan.6Menurut Undang-Undang oleh orang tua dari pihak wanita
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dikarnakan adanya perbedaan status
tujuan perkawinan adalah membentuk sosial di antara keduanaya, mereka
keluarga(rumah tangga) yang bahagia dan bersepakat untuk meninggalkan kedua
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha orang tua mereka dan tinggal pada salah
Esa. satu kerabat mereka (keluarga si pria
d. Proses perkawinan Lari Yang Di atau wanita). Pada saat mereka
Lakukan Adat Sumba Barat. melarikan diri si pria akan meninggalkan
barang sebagai petunjuk bahwa mereka
Pada umumnya yang di maksud dengan telah melarikan diri dalam bentuk satu
perkawinan lari atau melarikan adalah batang parang dan seekor kuda,
bentuk perkawinan yang tidak di tergantung pada kemampuan si pria.
dasarkan persetujuan lamaran orang tua, Sistem ini mirip dengan yang terjadi di
tetapi berdasarkan kemauan sepihak atau daerah lampung yaitu mereka dengan
kemauan kedua pihak yang meninggalkan surat atau suatu barang,
bersangkutan. Bertalian dengan kadang-kadang sejumlah uang di rumah
permasalahan kawin lari, bahwa si wanita, pelarian ini merupakan awal
perkawinan ini di lakukan untuk dari perkawinan mereka. Konsekuensi
menghindarkan diri dari berbagai logis dari bentuk atau cara memperoleh
keharusan dari akibat perkawinan jodoh dengan cara kawin lari
dengan cara pelamaran atau (pakondang) di atas adalah pihak
peminangan,atau juga untuk keluarga laki-laki harus berani
menghindarkan diri dari pihak orang tua mempertanggung jawabkan
sanak dan saudara yang terutama perbuatannya yakni dengan di tandai
datagnya dari pihak orang tua pembayaran sejumlah belis (kerbau,
perempuan. Perkawinan lari kuda, sapi, kepingan emas atau mamuli)
(pakondang)yang terjadi di Sumba Barat dan lainnya dan pembayarannya di atur
merupakan kekaburan norma hukum berdasarkan tahapan-tahapan tertentu.
tindakan perkawinan lari merupakan Menurut kepala desa Taramanu
tindakan yang melanggar hukum Wanukaka Koki Hida apabila seorang
perkawinan. Karena kedua belah pihak pria yang sudah melakukan kawin lari
tidak mendapat restu dari kedua orang (pakondang) harus berani utuk
tua mereka dan biasanya tidak di restui mempertanggung jawabkan
perbuatannya. Karena pada umumnya
perbuatan kawin lari merupakan
6
Soetojo Prawirohadjojo R, Hukum Orang perbuatan yang melanggar hukum adat,
Dan Keluarga, Op. Cit, h. 23 melanggar kekuasaan orang tua dan

216
kerabat pihak gadis. 7 Namun demikian atua harga, solah-olah si wanita itu di
dikarenakan masyarakat adat itu beli oleh kelurga si laki-laki, maka
berpegang teguh pada azas kerukunan dengan itu kalau sudah di beli berarti
dan kedamaian, maka perbuatan kawin hubungan keluarganya sudah putus,
lari itu dapat di maafkan dengan sehingga orang tua si wanita tidak
penyelesaian perundingan kerabat kedua mempunyai hak lagi terhadap anak
belah pihak. Menurut Tokoh adat Touwa perempuannya, pengertian yang
Poga Masalah pertama yang harus demikian sebenarnya kurang tepat
dibicarakan sebelum melaksanakan karena kita melihat struktur derajat,
perkawinan adat Sumba Baratadalah pihak kelurga wanita adalah pihak yang
masalah belis yang artinya harta yang sanagt di hormati oleh keluarga pihak
diperoleh oleh kelurga pihak laki-laki, laki-laki dalam masyarakat adat Sumba
oleh karena itu dalam masyarakat adat Barat. Oleh karena itu maka pengertian
Sumba Barat pihak keluarga si laki-laki dari pemberian dari kata belis adalah
harus menyerahkan belis kepada pihak merupakan penghormatan kepada
kelurga si wanita. Belis yang di berikan keluarga pihak perempuan berupa
itu biasanaya berupa parang, kerbau, persembahan, agar memberikan anak
kuda, keping emas (mamuli). Sedangkan perempuannya sebagai istri dari anak
jumlahnya selalu merupakan hasil laki-laki pilihan hati dari anak
kesepakatan dari kedua belah pihak perempuannya tersebut. Maka dengan di
keluarga si laki-laki dan pihak kelurga si terimanya belis maka anak
wanita. Dari sini juga terbukti bahwa perempuannya di lepaskan dari golongan
masalah perkawinan itu dalam sanak marga ayahnya. Istilah ini bukan
masyarakat adat Sumba Barat masalah berarti merupakan putusnya hubungan
perkawinan itu bukan hanya pada orang keluarga dari si wanita tersebut dengan
yang mau menikah tetapi melainkan juga pihak keluarganya, artinya di sini di
merupakan masalah dari keluarga dari maksudkan adalah apabila nantinya si
masing-masing kedua belah pihak.8 wanita tersebut melahirkan seorang anak
Dalam pemikiran umum dalam arti belis yang dilahirkan nantinya bukan lagi
yang kita kenal sehari-hari adalah bahwa mengikuti marga daribapak si wanita
kata belis selalu di artikan sebagai mahar tersebut, akan tetapi akan mengikuti
marga dari suami si wanita tersebut,
7
Wawancara dengan Kepala Desa pemberian belis kepda pihak keluarga
Taramanu Wanukaka, Koki Hida, Tanggal 26 wanita juga mengikibatkan adanya
Maret 2019
pergeseran harta kekayaan dari pihak
8
Wawancara dengan Tokoh Adat Touwa keluaraga anak laki-laki kepda pihak
Poga Pada tanggal 27 maret 2019 keluarga perempuan tersebut.

217
Kawin lari ( pakondang) dalam adat karena memang cara itulah yang
Sumba Barat sendiri dapat dibedakan dianggap tepat pada saat itu agar
menjadi 2 bagian, yaitu: 9 perkawinan tetap bisa dilaksanakan.
1. Kawin lari (pakondang) yang di 2. Kawin lari (pakondang) tidak
adati di adati
Kawin lari (pakondang) yang di adati Kawin lari (pakondang) tidak di adati
adalah kawin lari yangterjadi di dalam adalah kawin lari yangterjadi di dalam
masyarakat adat Sumba Barat, dimana masyarakat adat Sumba Barat, dimana
perkawinan dilaksanakan dengan proses perkawinan dilaksanakan dengan proses
kawin lari namun tetap di lakukan acara kawin lari tanpa dilakukan acara adatnya
adat yang di sebut dengan mangadati, atau tanpa mangadati. Kawin lari
yang di laksanakan di akhir acara (pakondang) seperti ini terjadi karena
perkawinan. Proses kawin lari ini hampir beberapafaktor seperti faktor ekonomi,
sama dengan proses perkawinan yang tidak mendapat persetujuan, maupun
idealnya , hanya saja langkah-langkah perbedaan agama. Kawin lari
yang di lakukan lebih sederhana dan si (pakondang) tidak di adati ini adalah
perempuan yang hendak kawin lari tetap perkawinan yang dianggap belum sah
harus di bawa ke rumah keluarga si secara adat sehingga pasangan yang
lelaki dan di titipkan di rumah penatua melakukan perkawinan lari ini haruslah
agama sebelum pemberkatan.Kawin lari memenuhi kewajiban adatnya dengan
(pakondang) yang di adati seperti ini melakukan acara mangadati nantinya
biasanya terjadi karena pengaruh ketika mereka telah siap secara materi
ekonomi dimana pihak lelaki tidak dapat yang di dahului dengan pelaksanaan
memenuhi biaya yang di minta oleh acara adat meminta maaf kepada
pihak keluarga si perempuan, namun keluarga si perempuan dengan
keluarga kedua belah pihak telah setuju menyembah karena telah membawa anak
dan sepakat untuk melakukan perempuannya kawin lari (pakondang).
perkawinan pakaondang dan tetap Dalam perkawinan pakondang ini tentu
dilaksanakan adat (mangadati), sehingga ada cara yang lazim dilakukan oleh
di kemudian hari tidak perlu lagi pelaku-pelakunya. Yang sering terjadi
dilakukan acara adatnya. kedua belah adalah keluarga si lelaki yang memegang
pihak keluarga mengetahui dan memberi peranan dalam pelaksanaan perkawinan
ijin untuk melaksanakan hal tersebut, ini karena si lelaki lah yang telah
membawasi perempuan untuk
9
Wawancara dengan Kepala Desa
melakukan kawin lari (pakondang).
Taramanu Wanukaka pada tanggal 26 Maret Dalam pelaksanaan pakondangini
2019 dilakukan dengan cara yaitu : Seperti

218
yang telah di bahas di atas bahwa kawin berkati di gereja atau di rumah keluarga
lari (pakondang) tidak diadati adalah si pemuda.Pemberkatan tersebut
kawin lari yang terjadi di dalam dilaksanakan sesuai dengan waktu yang
masyarakat Sumba Barat,dimana telah direncanakan dan di tetapkan
perkawinan dilaksanakan dengan proses antara keluarga si pemuda dengan pihak
pakondangtanpa dilakukan acaraadatnya gereja.Sesuai pemberkatan, diadakanlah
atau tanpa mangadati, karena berbagai acara perjamuan ala kadarnya. Artinya
faktor seperti faktor ekonomi, lamaran di perkawinan itu dilakukan dengan
tolak dan bahkan beberapa keharusan Pendeta.Untuk perjamuan yang
lainnya yang tidak dapat di penuhi pihak dilakukan, tersebut seekor anak babi
laki-laki. Dimana sebelum si gadis disembelih dan dimasak secara khas.
berangkat kawin lari, si gadis Undangan yang hadir di acara ini adalah
meninggalkan informasi kepada orang unsur pihak keluarga laki-laki dan
tuanya. Dahulu cara yang dilakukan kerabat lainnya minimal yang
ialah meninggalkan parang lelakinya semarga.Dalam pelaksanan pemberkatan
yang diletakkan di bawah tikar. Sebagai dan perjamuan yang ala kadarnya ini
langkah pertama, perempuan yang di pihak keluarga perempuan tidak hadir
bawa kawin lari pergi kerumah keluarga dan kalaupun hadir biasanya keluarga
pihak lelaki yang terpercaya lalu di antar pihak perempuan hanya mengikuti acara
ke tempat penatua agama dan dirumah pemberkatan saja namun tidak ikut
tersebut calon pengantin perempuan dalam acara perjamuan yang ala
dititipkan sampai pada tanggal kadarnya tersebut melainkan pulang ke
pemberkatan yang di tentukan, hal itu rumahnya, karena pantang baginya untuk
bertujuan untuk dilakukan pendekatan memakan makanan di acara
antara ibu penatua gereja (yang tersebut.Setelah selesai makan, seorang
bertindak sebagai pihak ketiga)terhadap laki-laki yang semarga dengan si
si gadis yang hendak melaksanakan pemuda di suruh segera mengantar
kawin lari (pakondang) tersebut informasi tersebut ke salah satu kerabat
sehingga di ketahui keadaan sebenarnya dekat dari orangtua si gadis.
apakah si gadis dan si pemuda yang Penyampaian informasi itu adalah
hendak melakukan kawin lari merupakan informasi resmi secara adat
(pakondang) tersebut masih layak kepada orangtua si gadis, bahwa anak
menerima pemberkatan di gereja dan gadisnya sudah nikahi (dijadikan istri)
demi menjaga kehormatan kedua calon oleh pemuda yang mencintainya.Utusan
pengantin. Atas kesepakatan orangtua si yang mengantar informasi itu, berkata
pemuda dengan pihak pengurus dengan mimik agak takut.informasi ini
gereja,pasangan yang kawin lari ini di segera di sampaikan ke orangtua si

219
gadis, agar pihak keluarga perempuan kedua pengantin dan mengakui
tidak meneruskan lagi pencarian atau kesalahannya kepada orangtua
pelacakannya. Hari berikutnya orangtua perempuan. Acara minta maaf ini di
si pemuda selalu mencari informasi, akhiri dengan penyampaikan nasihat,
sejauh mana kemarahan orangtua si pengarahan dan pemberian satu lembar
perempuan.Apabila diketahui rasa marah kain tenun adat Sumba kepada laki-laki
itu sudah redamaka hari untuk dan satu lembar kepada perempuan
pelaksanaan acara adat minta maaf akan (pengantin) dan satu ekor babi oleh
di lakukan. Acara ini adalah acara minta orangtua perempuan sebagai tanda
maaf kepada orangtua yang anaknya di mereka telah di terima kembali dalam
bawa kawin lari. Pihak keluarga keluarga itu, serta menyampaikan
perempuan mengundang semua harapan agar pihak laki-laki segera
keluarganya untuk menerima kedatangan mengupayakan pesta adat pengukuhan
keluarga pihak laki-laki yang datang perkawinan tersebut yaitu mengadati,
minta maaf. Hal ini bertujuan dan di akhiri dengan doa penutup.
agarpasangan yang telah melakukan Bila sepasang suami istri yang
kawin lari (pakondang) itu dapat dengan perkawinannya belum dikukuhkan
bebas datang berkunjung ke rumah secara adat budaya Sumba, berniat
orangtua si perempuan. Dalam acara mengadakan pesta adat, langkah pertama
minta maaf ini sebelum pihak keluarga yang dilakukan pihak kelurga laki-laki
laki-laki masuk haruslah menyiapkan dan pihak kelurga perempuan adalah
satu batang parang dan satu ekor kuda menghubungi pihak keluarga masing-
jantan dan nantinya di serahkan kepada masing untuk melakukan musyawarah
pihak keluarga perempuan agar di Apabila sudah sama-sama sepakat,maka
perbolehkan masuk. Parang dan kuda ini pihak laki-laki mengirimkan juru bicara
adalah tanda minta maaf pihak laki-laki (juber) untuk menjajaki hal-halyang
karena telah melakukan kawin lari. Dan menyangkut materi yang akan di siapkan
sementara pihak keluarga perempuan oleh pihak laki-laki yang berupa kerbau,
menyiapkan dua lembar kain tenun adat kuda,sapi, parang dan keping emas
Sumba dan satu ekor babi untuk (mamuli) yang nantinya di berikan ke
nantinya di serahkan kedua pengantin pihak keluarga perempuan untuk
tersebut. Setelah itu hal pertama yang di melaksanakan pesta adat tersebut.
lakukan pihak keluarga perempuan Adanya suatu perkawinan akan
adalah bertanya maksud dan tujuan menimbulkan akibat hukum. Secara
kedatangan pihak keluarga laki-laki, umum ada 3 (tiga) akibat hukum dari
sehingga lebih tegas dan jelas. Ini lah
acara sebagai bukti permintaan maaf

220
perkawinan pakondang, yaitu:10masalah masyarakat setempat. Proses sahnya
hubungan suami-isteri, masalah perkawinan lari (pakondong) diawali
hubungan orangtua dengan anak, dan oleh mempelai laki-laki
masalah harta benda. menyampaikan laporan kepada
kepala desa bahwa telah membawa
lari anak gadis dan tinggal
C.PENUTUP bersamanya, sehingga ditanggapi
oleh kepala desa dengan
I. Kesimpulan menyampaikan informasi laporan
kepada orang tua sang gadis. Tahap
Dari pembahasan dan analisa yang telah selanjutnya pihak orang tua
penulis paparkan diatas, maka dapatlah mempelai perempuan dengan berat
ditarikkesimpulan sebagai berikut : hati harus mengikuti kondisi yang
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun telah terjadi yaitu dengan membawa
1974 tentang Perkawinan dapat kain sebagai lambang bahwa mereka
mencegah terjadinya perkawinan lari menyetujui hubungan yang telah
(pakondong)di Kabupaten Sumba terjadi (terlanjur). Tahap selanjutnya
Barat Propinsi Nusa Tenggara Timur sebagai tanda hormat dan tanggung
dengan melakukan dekonstruksi jawab kepada orang tua mempelai
perilaku masyarakat yaitu merubah perempuan, maka pihak keluarga
pola pemikiran masyarakat dengan laki-laki akan menyembelih satu
mengadakan sosialisasi Undang- ekor babi yang dikonsumsi bersama
Undang Nomor 1 Tahun 1974 pada saat acara berlangsung dan
Tentang Perkawinan sehingga menyerahkan satu ekor kuda sebagai
masyarakat dapat mengetahui dan lambang permintaan maaf terhadap
memahami secara penuh bahwa kekeliruan yang telah dilakukan.
tindakan kawin lari yang dilakukan
pasangan muda-mudi dapat dijerat
hukum dan dapat di kenakan sanksi II. Saran
adat.
2. Pihak yang melaksanakan Berdasarkan kesimpulan penelitian,
perkawinan lari (pakondong) maka pada kesempatan ini penulis ingin
Kabupaten Sumba Barat Propinsi mengemukakan saran-saran sebagai
NTT dapat katakan sahsecara adat berikut :
dan tradisi yang berlaku pada 1. Kepada pemerintah pada unit
terkecil seperti kepala desa
10
K.Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan perlunya penyebarluasan atau
Indonesia, Jakarta:Ghalia Indonesia, 1976, h. 33.

221
penyuluhan Undang-Undang Soerojo Wignjodipoero, 1988,
Nomor 1 Tahun 1974 tetang Pengantar dan Asas- asas Hukum Adat,
Perkawinan dan Peraturan Cet ketujuh, Cv, Haji Masagung, Jakarta
Pelaksanaannya agar selalu Soerjono Soekanto dan Srimamudji,
2015, Penelitian Hukum Normatif,
dilaksanakan dan bahkan
Tinjauan Singkat, Cet ketujuhbelas,
ditingkatkan oleh masyarakat
Rajawali Pers, Jakarta
sehingga lebih menyadari akan
manfaat Undang-Undang
tersebut terutama dalam hal
mewujudkan kehidupan berumah
tangga sesuai dengan tujuan
perkawinan.
2. Walaupun perkawinan
pakondong merupakan salah satu
sistem perkawinan yang
dibenarkan dan dapat disahkan
kebiasaan masyarakat Sumba
Barat tapi sistem perkawinan
tersebut belum merupakan sistem
perkawinan yang ideal. Dengan
berlakunya Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan hendaknya
perkawinan dapat disesuaikan
atau menyesuaikan diri terutama
dalam menentukan batas umur
untuk melangsungkan
perkawinan, ijin orang tua dan
pencatatan perkawinan.

DAFTAR PUSTAKA

Hilman Hadikusuma, 1983, Hukum


Perkawinan Adat, Cet kedua, Alumni,
Bandung
Lili Rasjidi,1982,Hukum
Perkawinan Dan Penceraian di Malaysia
dan di Indonesia. Alumni, Bandung

222

Anda mungkin juga menyukai