Anda di halaman 1dari 6

NAMA : LUSY HARYANTI

NIM : B2B020012
TUGAS : ANALISIS KASUS HUKUM KEPAILITAN PT
ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYA Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung
dengan Nomor Putusan 408 K / Pdt.Sus-Pailit / 2015
Pemohon pailit OJK dan yang dimohonkan pailit PT Asuransi Jiwa Bumi
Asih Jaya
MATA KULIAH : HUKUM KEPAILITAN
DOSEN : Dr. Tito Sofyan, S.H.,M.S.
PRODI : MAGISTER KENOTARIATAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penulisan Makalah

Penyusunan Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Kepailitan. Tugas
ini disusun dengan mempelajari Materi tentang Hukum Kepailitan yang telah diberikan dan dijelaskan
Oleh dosen Pengampu Hukum Kepalitan, serta mengacu kepada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. dimana materi ini akan menjadi
pembelajaran kepada kita tentang bagaimana mekanisme mengenai Hukum Kepailitan terhadap
beberapa kasus kepailitan yang terjadi dalam suatu Perusahaan Berbadan Hukum.

1.2. Tujuan Penulisan

Penyusunan Makalah ini bertujuan untuk mendapatkan nilai pada mata kuliah Hukum Kepailitan dan
menerapkan Materi dari Mata Kuliah Hukum Kepailatan dalam suatu Analisis Kasus Kepailitan.Terkait
dengan Judul yang diangkat mengenai” PT.ASURANSI JIWA BUMI ASIH JAYA” diharapkan melalui materi
kuliah ini penulis mampu menerangkan kepada masyarakat pentingnya mempelajari mengenai Asuransi
yang akan di ikuti agar tidak merugikan para pihak jika terdapat dikemudian hari bahwa Asuransi
tersebut mengalami pailit dan agar masyarakat lebih memahami bagaimana mekanisme solusi terbaik
yang harus mereka lakukan selaku Kreditor menghadapi kepailitan suatu Asuransi.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Asuransi dan Kepailitan

Asuransi adalah suatu lembaga yang dapat mengambil alih resiko pihak lain dalam hal ini
tertanggung.Lembaga yang dimaksud disini adalah lembaga keuangan bukan bank yang kegiatannya
berada dibidan keuangan untuk secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dari
masyarakat.Namun selain resiko tersebut Risiko lainnya yaitu ketika berlangsung perjanjian asuransi
antara tertangung dan Penanggung, ada kemungkinan pihak yang terlibat dengan perjanjian tersebut di
nyatakan Pailit oleh Hakim.Seperti yang terjadi pada PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya yang mengalami
Kepailitan pada Tahun 2015.

Asuransi adalah perjanjian antara perusahaan asuransi dan Pemegang Polis yang menerima
Premi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena suatu resiko
dan memberikan pembayaran berdasarkan pengelolaan dana yang telah ditetapkan. Sebagai suatu
perjanjian, asuransi mempunyai beberapa sifat, yaitu merupakan perjanjian timbal balik, perjanjian
bersyarat, perjanjian untuk mengalihkan dan membagi risiko, perjanjian konsensual, perjanjian
penggantian, sifat kepercayaan khusus dan perjanjian untung – untungan. Suatu usaha menyangkut jasa
pertanggungan atau pengelolaan risiko, pemasaran dan distribusi produk asuransi, konsultasi dan
keperantaraan asuransi, atau penilaian kerugian itulah didirikan usaha perasuransian. Di dalam usaha
perasuransian itulah didirikan perusahaan asuransi yang melakukan pelaksanaan dalam program
asuransi.

Badan Usaha berarti sekumpulan orang dan / modal yang mempunyai kegiatan atau aktvitas
yang bergerak dibidang perdagangan atau dunia usaha atau sering juga disebut perusahaan.Badan
usaha yang berbadan hukum adalah suatu badan usaha yang dilakukan secara terang-terangan, mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya dan memisahkan harta kekayaan perusahaan dengan harta kekayaan
pribadi pemiliknya. Jenis perusahaan yang termasuk dalam badan usaha yang berbadan hukum
hanyalah Perseroan terbatas (PT). Pertanggung jawaban hukum sebuah perusahaan harus diketahui
dahulu apakah perusahaan tersebut berbadan hukum atau tidak. Badan hukum mempunyai harta
kekayaan sendiri yang terpisah, dengan demikian akan menyebabkan bahwa harta kekayaan yang
terpisah itulah yang menjadi objek tuntutan bagi pihak-pihak ketiga sekalipun harta kekayaan tersebut
merupakan pemasukan anggota-anggota. Sedangkan pada badan usaha yang tidak berbadan hukum,
kekayaannya tidak dipisah.hal ini menyebabkan harta pribadi para sekutunya akan terpakai untuk
memenuhi kewajiban badan usahanya.

Prinsip pertanggungjawaban dalam hukum setidak-tidaknya ada tiga, yaitu prinsip tanggung
jawab atas dasar kesalahan, prinsip tanggungjawab atas dasar praduga dan prinsip tanggungjawab
mutlak.

Kepailitan adalah suatu sitaan dan eksekusi atas seluruh kekayaan si Debitur( Orang – orang
yang berutang )untuk kepentingan semua Kreditur-krediturnya( orang – orang berpiutang ). Akibat
hukum yang terjadi kepada Debitur adalah kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus
kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.
Kemudian kepada Kreditur yang mempunyai hak untuk menahan benda milik Debitur, tidak kehilangan
hak karena ada putusan pernyataan pailit.

2.2. Pembahasan Kronologi Perkara

Pada awalnya PT Asuransi Jiwa Bumi Asih mengalami penurunan rasio kesehatan keuangan
( solvabilitas ) menjadi sebesar 74.14 %( tujuh puluh empat koma embat belas persen ) yang berasal dari
laporan keuangan tahun 2007, dimana penurunan tersebut melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1)
Keputusan Kementrian Keuangan Nomor 424 /KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Namun setelah 1 (satu) tahun berjalan, PT Asuransi Jiwa Bumi Asih
Jaya tetap tidak mampu memenuhi tingkat solvabilitasnya.Akhirnya BAPEPAM-LK mengeluarkan sanksi
pembatasan kegiatan usaha dengan surat Nomor S-694/MK.10/2009 tanggal 30 April 2009.

kemudian setelah mendapat laporan hasil pemeriksaan dari 2012 sampai 2013 total ekuitas PT
Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya pun mengalami perubahan, yaitu minus Rp.953.540.000.000,- (sembilan
ratus lima puluh tiga miliar lima ratus empat puluh juta rupiah).setelah pengawasan dan pengaturan
berpindah kepada OJK,pada Tahun 2013 OJK mencabut izin usaha PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya
karena alasan diatas dengan keputusan dewan komisioner otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-
112/D.05/2013 tanggal 18 Oktober 2013 tentang pencabutan izin usaha di bidang asuransi jiwa atas PT
Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya.tujuan dari pencabutan tersebut adalah untuk melindungi kepentingan
pemegang polis dan masyarakat dan untuk mencegah kerugian masyarakat yang akan timbul kemudan
sebagai akibat pelanggaran atas peraturan perundang-undangan dibidang perasuransian.

Berdasarkan laporan operasional PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Triwulan II Tahun 2013,saldo
utang klaim yang merupakan utang klaim kepada 13.209(tiga belas ribu dua ratus sembilan)pemegang
polis dengan jumlah peserta sebanyak 925.018(sembilan ratus dua puluh lima ribu delapan belas)per 30
Juni 2013 adalah sebesar Rp.110.748.000.000,-(seratus sepuluh miliar tujuh ratus empat puluh delapan
juta rupiah).inilah yang membuat dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan pada 20 November 2013
akhirnya mengajukan permohonan gugatan pailit terhadap PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya kepada
pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan kemudian berdasarkan putusan Mahkamah Agung dengan Nomor
Putusan 408 K/Pdt.Sus-Pailit/2015 PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya dinyatakan pailit dan diangkatnya
Raymond Bonggard Pardede, SH sebagai Kurator untuk melakukan pemberesan harta pailit

Setelah dinyatakan dalam status Insolvensi demi hukum (tidak mampu membayar) yang telah
ditetapkan oleh Hakim Pengawas dalam Rapat Para Kreditur, maka Tim Kurator PT Asuransi Jiwa Bumi
Asih Jaya yang telah dinyatakan Pailit secara Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan Putusan
Mahkamah Agung harus membagikan pembayaran pertama kepada Kreditur dan Tim Kurator sudah bisa
mengeksekusi aset Debitur.

Dalam Rapat Para Kreditur ada yang namanya Rapat untuk Likuidasi (Pemberesan Harta Pailit)
jalan terakhir dengan cara lelang seluruh harta dibagi kepada para Kreditur berdasarkan tingkatan
utang.

2.3. Analisis
 Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang’ maka apabila Debitor mempunyai dua atau lebih Kreditor dan ada utang
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih serta kedua hal tersebut dapat dibuktikan secara
sederhana, maka pengadilan harus memutuskan Debitor dinyatakan Pailit.

 PT Asuransi Jiwa Bumi asih Jaya dapat dipailitkan karena merupakan Badan Usaha yang berbadan
hukum yang mana telah mendapatkan pengesahan berbadan hukum dari Kemenkumham
sehingga bisa bertindak sebagai badan pribadi, bisa mempunyai harta tersendiri dan terpisah dari
harta kekayaan para pemiliknya.

 Pemegang Polis dalam hal ini bertindak sebagai klien atau pihak Kreditur PT Asuransi Jiwa Bumi
Asih Jaya. Hal ini mengharuskan perusahaan Asuransi untuk segera melakukan
tanggungjawabnya yaitu dalam kewajiban pembayaran utang kepada pemegang Polis.artinya
pertanggunjawaban harus dilakukan karena adanya unsur kesalahan perbuatan melawan hukum
dan merugikan pihak lain.

 Pertanggungjawaban PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya wajib dilakukan, karena sebelum terjadi
kepailitan, pemegang polis dan perusahaan PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya telah melakukan
perjanjian yang dituangkan dalam Polis Asuransi. Polis Asuransi adalah bukti perjanjian
penutupan Asuransi, standar Polis biasanya terdiri atas hal-hal pokok yang perlu diketahui dan
disetujui oleh penanggung dan tertanggung.
 Dalam perkara kepailitan yang terjadi pada PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya berlaku asas
proporsionalitas maka hal tersebut harus dilakukan dengan pembagian hak dan kewajiban
diantara para pihak sesuai dengan porsinya masing-masing yaitu dengan melakukan
pengembalian premi yang telah dibayarkan pemegang polis.Namun, Pada akhirnya dapat
diketahui bahwa pertanggungjawaban PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya terhadap pemegang Polis
sebagai Kreditur Preferen ini belum dilakukan sesuai dengan asas Proporsionalitas.
 Tim Kurator sudah memverifikasi tagihan dari 29.000 Kreditur dengan total tagihan mencapai Rp
1,2 Triliun.Kreditur tersebut mayoritas dari para pemegang Polis dan juga tagihan Pajak yang
sebesar Rp 37 miliar. Tagihan terbesar datang dari Askrindo Rp 400 miliar dan beberapa Bank
seperti PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero)Tbk.
 Terkait dengan adanya tagihan pajak dan Utang Bank maka terhadap aset-aset PT Asuransi Jiwa
Bumi Asih jaya dimasukkan dalam budel pailit karena berdasarkan Undang-undang adanya
Tagihan Pajak,biaya perkara,Kurator dan Hakim, dan berdasarkan perjanjian adanya Utang Bank.
 Hingga akhir 30 Agustus 2016 Tim Kurator PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya mengaku sudah
menerima tagihan dari 3.000 Kreditur senilai Rp 420 miliar.jumlah tersebut akan terus
bertambah seiring dengan masih dibukanya pendaftaran dan pendaftaran tersebut semuanya
berasal dari para nasabah dan belum ada Kreditur separatis yang mengajukan tagihan.
 Adapun sikap Tim kurator dinilai sudah sesuai dengan Pasal 16 Undang-undang No.37/2004
tentang Kepailitan dan PKPU,pasal tersebut menyebutkan, Kurator berwenang melaksanakan
tugas pemberesan harta pailit sejak tanggal putusan meskipun terhadap putusan tersebut
diajukan kasasi atau peninjauan Kembali.
2.4. Kesimpulan

 Dalam pelaksanaan pembayaran utang terhadap pemegang polis seharusnya di dudukkan


sebagai Kreditur preferen dan akibat hukumnya adalah memperoleh pendahuluan pembayaran
utang dalam kepailitan.
 Pertanggungjawaban PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya terhadap Pemegang Polis adalah prinsip
tanggung jawab atas dasar kesalahan.Perusahaan asuransi telah melakukan kelalaian antara lan
karena kondisi kesehatan keuangan yang mengalami penurunan terus-menerus hingga akhirnya
terjadinya kepailitan yang menyebabkan kerugian bagi para pihak.dengan demikian PT Asuransi
Jiwa Bumi Asih Jaya di dalam kepailitannya memiliki kewajiban untuk bertanggungjawab kepada
pihak yang dirugikan sampai kepada harta pribadi.
 Setelah dinyatakan dalam status Insolvensi demi hukum (tidak mampu membayar) yang telah
ditetapkan oleh Hakim Pengawas dalam Rapat Para Kreditur, maka Tim Kurator PT Asuransi Jiwa
Bumi Asih Jaya yang telah dinyatakan Pailit secara Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan
Putusan Mahkamah Agung harus membagikan pembayaran pertama kepada Kreditur dan Tim
Kurator sudah bisa mengeksekusi aset Debitur.
 Dalam Rapat Para Kreditur ada yang namanya Rapat untuk Likuidasi (Pemberesan Harta Pailit)
jalan terakhir dengan cara lelang seluruh harta dibagi kepada para Kreditur berdasarkan
tingkatan utang.

BAB III

SARAN

Dengan adanya Kasus Kepailitan PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya,agar masyarakat untuk lebih
teliti berasuransi dengan cara membaca terlebih dahulu asuransi apa ia masuk,kemudian seperti apa
perusahaan asuransi itu dan dimana kantornya.karena prinsip teliti sebelum membeli itu penting.

Anda mungkin juga menyukai