Anda di halaman 1dari 23

Manajemen Airway dan Anestesi

pada Pasien Closed Fracture


Humerus Dextra Menggunakan
Teknik General Anestesia

RIZKA NOVIA IDRUS


N 111 21 117

Pembimbing Klinik:
dr. Salsiah, Sp. AN., KIC
Laporan Kasus Tanggal Operasi : 27 Januari 2023
Jenis Anestesi : General Anestesi
Nama : Ny. N Anestesiology : dr. Salsiah, Sp. An,
Umur : 30 Tahun KIC
BB/TB : 69 Kg / 167Cm Ahli Bedah : dr. Habibi Tobing,
Alamat : Jl. Sis Al Jufri Sp.OT(K)Spine
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam

Closed Fracture Humerus Dextra


ORIF (Open Reduction Internal Fixation)


Riwayat
Penyakit
Sekarang
Keluhan Utama
Pasien datang ke RSUD
Nyeri lengan kanan atas
Undata dengan keluhan
nyeri lengan kanan atas
sejak 2 minggu SMRS
setelah KLL
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit jantung (-) Riwayat trauma atau kecelakaan (+)


Riwayat penyakit hipertensi (-) Riwayat operasi sebelumnya (-)
Riwayat penyakit asma (-) Riwayat konsumsi obat (-)
Riwayat alergi obat dan makanan (-) Riwayat maag (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada
Pemeriksaan Fisik B1-B6
B1-Breath
Gigi palsu (-), gigi goyang (-), gigi ompong (-), gigi lubang (-)
Mallampati score: 1
Airway paten
Inspeksi Thorax: Pengembangan simetris ka=ki. RR 20x/menit.
Palpasi thorax: benjolan (-), kelainan bentuk (-), vocal fremitus ka=ki
Perkusi: sonor (+/+)
Auskultasi: Vesikuler +/+. Rhonkii -/-, Wheezing -/-, snoring (-),
gurgling (-), stridor (-)
B3-Brain
Kesadaran : Compos mentis. GCS
(E4M6V5)
Mata : Refleks cahaya langsung (+/+),
B2-Blood sclera ikterik (-/-)
TD: 120/90 mmHg Suhu : 36,5 derajat C
Nadi: 99x/menit (kuat angkat, VAS : 4 (saat pemeriksaan)
reguler)
Konjungtiva anemis (-/-)
Akral hangat, CRT < 2 detik
B5-Bowel
Inspeksi: cembung (-), jejas (-),
ascites (-)
Auskultasi: peristaltik (+) 13x/menit
Perkusi: Timpani (+)
B4-Bladder Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-)
Mual (-), muntah (-)
BAK (+) lancar, urin berwarna kuning
B6-Back & Bone
Pergerakan ekstremitas atas kanan (terbatas)
Pergerakan ekstremitas atas kiri (bebas)
Pergerakan ekstremitas bawah kanan (bebas)
Pergerakan ekstremitas bawah kiri (bebas)
Ekstremitas : Akral hangat, pucat (-), edema (-)
Fraktur atau dislokasi : (+)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hasil Lab Kimia Darah

Hasil Lab Darah Lengkap


Hasil Lab Seroimmunologi
Assesment
Status fisik ASA I
Observasi TTV
Acc. Anestesi
Diagnosis pra-bedah: Closed Plan
Fracture Humerus Dextra
Jenis Anestesi: General Anestesi
Teknik Anestesi: General Anestesi
Intubasi ETT
Jenis Pembedahan: Pro ORIF
Persiapan Pre-Operatif di Ruangan

-Surat persetujuan operasi dan Surat persetujuan tindakan


anestesi.
-Pasien dipuasakan minimal 8 jam pre-operasi
-Pasang infus RL pada saat puasa

Persiapan di Kamar Operasi


-Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan
-Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya
-Alat-alat resusitasi (STATICS)
-Obat-obat anestesia yang diperlukan
-Obat-obat resusitasi (adrenalin, atropine, aminofilin, natrium
bikarbonat)
-Tiang infus, plaster, alat pantau tekanan darah, oksigen,
oxymeter
-Kartu catatan medis anestesia
Monitoring Pasien

Keterangan
: Mulai Anestesi : Selesai Operasi : Premedikasi : Ketorolac 30mg/iv
: Mulai Operasi : Selesai Anestesi : Propofol 80mg/iv : Atracurium 25mg/iv
Terapi Cairan (Pre Operasi)
Durante Operasi
Perhitungan Cairan
Post Operasi
Pemantauan di Recovery Room
TD: 130/68 mmHg
Nadi: 88x/menit
RR: 20x/menit
SpO2: 100%
Alderette score: 10 (bila score ≥ 9 pasien diperbolehkan
pindah ruangan
Pembahasan
Intubasi Endotrakeal

Sulit Intubasi?
General Anestesi
Kegagalan dalam Oksigenasi dan atau ventilasi tidak adekuat dan
mempertahankan jalan napas sekitar 55–93% menyebabkan kematian atau
yang adekuat dapat menjadi kerusakan otak.
masalah besar timbulnya
komplikasi yang cukup serius.

Airway
Perhatikan!!!

37% kasus kegagalan dalam mempertahankan jalan


nafas dari kasus yang berhubungan dengan Pra Intra Pasca
anestesi. Sekitar 85% Kematian atau kerusakan
otak terjadi dan 72% kejadian dapat dicegah.
Evaluasi Pra-Anestesi
Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk
menentukan status fisik ASA dan risiko operasi. Pada pasien ini
termasuk ASA 1.

Mallampati Score?
Untuk menilai kesulitan intubasi. Pada pasien ini diketahui memiliki
mallampati score 1 yang menunjukkan bahwa pasien tidak termasuk
pada pasien yang sulit intubasi.
Premedikasi
Injeksi atracurium 25 mg (dosis induksi 0,5
Tindakan awal dengan memberikan obat-obat mg/kgBB) sebagai pelemas otot untuk
pendahuluan yang terdiri dari golongan antikolinergik, mempermudah pemasangan
golongan sedatif, dan golongan analgetik. Endotracheal Tube. Kerja atracurium pada
dosis intubasi adalah 2,5-3 menit.
Ondancentron 4mg/iv

Midazolam 2mg/iv
Fentanyl 50mcg/iv

Induksi anestesi Setelah jalan nafas dalam keadaan lurus


barulah dimasukkan pipa endotrakeal.
Pada pasien ini digunakan ETT dengan
Propofol 80 mg I.V (dosis cuff nomor 7,0. Pemasangan ETT pada
induksi 1-2,5mg/kgBB) pasien ini 1 kali dilakukan.

Efek induksi yang cepat, dengan


distribusi dan eliminasi yang cepat.
Setelah ETT terpasang >> dialirkan sevofluran 3
vol%. Sevofluran relatif stabil dan tidak menimbulkan
aritmia selama anestesi berlangsung.

Operasi berjalan lancar tanpa


timbulnya komplikasi, dengan lama
Anestesi Rumatan:
anestesi 1 jam 55 menit (10.00-
Aliran oksigen
11.55). Pasien kemudian dibawa ke
diberikan sekitar 2
ruang pemulihan (recovery room).
lpm sebagai
Alderette score dengan hasil 10
anestesi rumatan.
sehingga pasien dipindahkan ke
ruang perawatan.

Penambahan obat berupa pemberian Ketorolac 30


mg/iv dilakukan pada pasien ini. Ketorolac selain
digunakan sebagai anti inflamasi juga memiliki efek
anelgesik yang bisa digunakan sebagai pengganti
morfin pada keadaan pasca operasi ringan dan sedang.
Conclusion
Pada kasus ini, dilakukan General Anestesi dengan metode Intubasi
Endotracheal. Pilihan anestesi dikarenakan jenis operasi dan juga lokasi
yang akan dilakukan operasi.
Permasalahan utama pada kasus pasien dengan anestesi umum adalah
bagaimana kita dapat menjaga kepatenan jalan nafas pasien dan
memastikan jalan nafas tetap terbuka.
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemerikaan
penunjang, maka ditentukan status fisik ASA 1 karena pasien tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik lain selain indikasi operasi.
Setelah operasi selesai pasien dipindahkan ke recovery room dan
dipantau tanda-tanda vitalnya serta penilaian skor pemulihan anestesi
Alderette score.
Thank you for
listening!
Don't hesitate to ask any questions!

Anda mungkin juga menyukai