Anda di halaman 1dari 34

CASE REPORT

Obstruksi Uropati Ec Batu Ureter Bilateral

NURUL SHAFA RISQIA


N11121073

Pembimbing Klinik: dr. Aristo, Sp, U


Pendahuluan

Batu saluran kemih (BSK ) atau urolithiasis adalah suatu kondisi dimana dalam
saluran kemih individu terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin. Batu
saluran kemih merupakan suatu kondisi pembentukan batu pada saluran kemih
meliputi, ginjal, ureter, buli atau vesika urinari dan uretra.
Angka kejadian pada batu saluran kemih diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki
dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Pada negara maju seperti Amerika Serikat
ditemui sekitar 5-10% penduduknya pernah menderita batu saluran kemih. Di
Indonesia sendiri angka kejadiannya belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan
terdapat 170.000 kasus per tahunnnya.
Anatomi
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. V
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 Tahun
Alamat : Jln. Yos Sudarso
Tanggal Masuk : 05 Juni 2023
Tanggal Pemeriksaan : 08 Juni 2023
Ruangan : Edelweis
ANAMNESIS

Keluhan Utama
Nyeri kedua pinggang
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit
Sekarang Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun rujukan dari RSUD Mokopido Toli-toli dengan
diagnosis hidronefrolithiasis bilateral. Pasien mengeluhkan nyeri kedua pinggang yang
dirasakan kurang lebih 6 bulan yang lalu. Nyeri tersebut memberat sejak 1 minggu yang lalu,
nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri makin memberat terutama saat beraktivitas, dan menjalar
ke belakang. Keluhan di sertai dengan mual, muntah, sesak, demam, nyeri saat BAK, air
kencing disertai darah, pancaran urin lemah, buang air kecil yang tidak tuntas, air kencing yang
sering menetes, dan mengeden saat BAK. Sejak 6 bulan yang lalu pasien mengatakan pernah
mengeluhkan keluhan yang sama tetapi pasien hanya menjalani pengobatan tradisional.
Menurut pasien pada tahun 2003 pasien sempat mengeluhkan keluar batu saat pasien
berkemih. Pasien merupakan salah satu pekerja kantoran, pasien memiliki kebiasaan tidak
suka berolahraga dan jarang minum air putih. Pasien juga memiliki riwayat cuci darah 1 kali.
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Hipertensi (+), Asam urat (+), DM (+)


dahulu

Riwayat Penyakit
Keluarga Adik kandung pasien juga mengeluhkan keluhan yang
sama seperti pasien, tetapi hanya menjalani pengobatan
tradisional
ANAMNESIS

Riwayat Pengobatan • 6 bulan sebelumnya pasien merasakan keluhan


yang sama tetapi pasien hanya menjalani
pengobatan tradisional
• Riwayat hemodialisa (+) 1 kali
Timeline Penyakit pasien
Tahun Riwayat Penyakit

2003 Pasien sempat mengeluhkan keluar batu saat pasien berkemih

2022 Pasien mengeluhkan nyeri kedua pinggang, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri
makin memberat terutama saat beraktivitas, dan menjalar ke belakang

2023 Keluhan yang sama kembali dengan gejala nyeri saat BAK, air kencing disertai
darah, pancaran urin lemah, buang air kecil yang tidak tuntas, air kencing yang
sering menetes, dan mengeden saat BAK

2023 Keluhan makin memberat dan di sarankan untuk di rujuk


STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Sakit sedang


Kesadaran : Composmentis
Status Gizi : Gizi Baik

Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 76 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,70C
SpO2 : 96%
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephal

Mata
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Pupil : Bulat Isokor (+/+)
Hidung : Deformitas (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-)
Telinga : Normotia, deformitas (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi : Simetris bilateral, jejas (-)
Palpasi : Vocal fremitus dada kiri = kanan
Perkusi : sonor kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak (+)
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavivula sinistra (-)
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular (+), gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Kesan datar (+) normal, distensi (-), jejas (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Tymphani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+) regio lumbar dextra dan sinistra

Pemeriksaan Tambahan
Ketok Ginjal : Nyeri ketok (+) regio costovertebrae angle (CVA) dextra dan sinistra

Ekstremitas
Superior : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Inferior : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
RSUD Mokopido (02/06/2023)

     
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HGB 12.2 12-16 g/dl

WBC 9.57 4.00-10.0 ribu/ul

RBC 4.26 4.00-5.50 juta/ul

HCT 36.8 40.0-54.0 %

PLT 232 100-300 ribu/ul

Ureum 180 10-50 mg/dl

Kreatinin 10.3 0.6-1.2 mg/dl

SGOT 10 14-20 U/l

SGPT 17 10-40 U/L


Pemeriksaan Penunjang
RSUD UNDATA (05/06/2023)

     
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HGB 11.9 14-18 g/dl
WBC 9.5 4.0-11.0 ribu/ul
RBC 3.91 4.1-5.1 juta/ul
HCT 35.4 36-47 %
PLT 172 150-450 ribu/ul
Ureum 252 < 50 mg/dl
Kreatinin 17.04 0.6-1.1 mg/dl
GDS 50 70-200 U/l
Na 126 136-146 U/L
K 6.7 3.5-5.0 mmol/l
Cl 88 98-106 mmol/l
Pemeriksaan Penunjang
RSUD UNDATA (06/06/2023)

     
Pemeriksaan Hasil Satuan
Mars Nilai Rujukan

Mars is actually a very


GDS
cold planet 97 70-200 mg/dl
Pemeriksaan Penunjang
RSUD UNDATA (07/06/2023)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

GDS 126 70-200 mg/dl

Na 127 136 - 146 mmol/l

K 6.2 3.5 – 5.0 mmol/l

Cl 91 98 - 106 mmol/l
Mars
Pemeriksaan Penunjang

USG Abdomen
RSUD Mokopido (03/06/2023)

Ditemukan:
- Moderate hydronephrosis (post renal) dengan multiple nephrolith bilateral, disertai tanda-tanda insufisiensi
- Hepatomegaly dengan gambaran fatty liver grade II
- Sonografi GB, Pancreas dan Lien normal
- VU under filled
- Aorta abdominalis tidak dilatasi
- Tidak tampak pembesaran KGB para aorta abdominalis
- Tidak tampak echo cairan bebas intraperitoneum

Kesan:
Adominal pain susp. BSK
Pemeriksaan Penunjang

Foto Polos Abdomen


(05/05/2023)

Kesan:
- Tidak tampak densitas batu
radiopaque pada lintasan
urinarius
- Spondylosis lumbalis
Pemeriksaan Penunjang

CT-SCAN Abdomen Non Kontras


(05/05/2023)

Kesan:
- Moderate hydronephrosis dan hydroureter bilateral ec
ureterolith
- Nephrolith bilateral
- Efusi pleura
Resume
Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun rujukan dari RSUD Mokopido Toli-toli dengan diagnosis
hidronefrolithiasis bilateral. Pasien mengeluhkan nyeri kedua pinggang yang dirasakan kurang lebih 6 bulan
yang lalu. Nyeri tersebut memberat sejak 1 minggu yang lau, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri makin
memberat terutama saat beraktivitas, dan menjalar ke belakang. Keluhan disertai dengan nausea, vomitus,
dispnea, febris, dysuria, hematuria, pancara urin lemah, buang air kecil yang tidak tuntas, air kecing yang sering
menetes, dan mengeden saat BAK. Sejak 6 bulan yang lalu pasien mengatakan pernah mengeluhkan keluhan
yang sama tetapi pasien hanya menjalani pengobatan tradisional. Menurut pasien pada tahun 2003 pasien
sempat mengeluhkan keluar batu saat pasien berkemih. Pasien merupakan salah satu pekerja kantoran, pasien
memiliki kebiasaan tidak suka berolahraga dan jarang minum air putih. Pasien memiliki Riwayat post
hemodialisa 1 kali.
Resume
Pada pemeriksaan fisik pada TTV pasien di dapatkan tekanan darah: 140/90 mmHg, nadi:; 76 x/menit, suhu:
36.7 derajat cecius, respirasi: 20x/menit, dan spO2: 96%. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok ginjal
pada regio costovertebrae angle (CVA) dextra dan sinistra. Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap
ditemukan meningkat pada ureum 252 mg/dl, kreatinin 17.04 mg/dl, K 6.7 mmol/l, asam urat 15.5 mg/dl dan
menurun pada HGB 11.9 g/dl, RBC 3.91 juta/ul, HCT 35.4%, GDS 50 mg/dl, Na 129 mmol/l, albumin 3.1 g/dl.
Pada pemeriksaan USG abdomen ditemukan abdominal pain susp. BSK, Pemeriksaan Foto Polos Abdomen
dengan kesan tidak tampak densitas batu radioopaque pada lintasan urinarius dan spondylosis lumbalis dan pada
pemeriksaan CT-Scan non kontras terdapat moderate hydronephrosis dan hydroureter bilateral ec ureterolith,
nephrolith bilateral dan efusi pleura.
DIAGNOSIS

Obstruksi Uropati Ec Batu Ureter Bilateral


Tatalaksana

Medikamentosa Tindakan Operatif

IVFD Nacl 0,9% 10 tpm URS Bilateral + Insersi DJ Stent


Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam Bilateral
Inj. Omeprazole 40 mg/ 12 jam
Harnal oral 0,4 mg
Dokementasi Operasi
FOLLOW UP

POH 1 S: Nyeri post operasi, nyeri ulu hati, lemas dan sulit tidur
Sabtu, 10 Juni 2023

O: KU: Sakit sedang, TD: 114/72 mmHg, N: 64 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,4 C, Spo2:
97%

A:
- Obstruksi uropati ec batu ureter bilateral
- Post URS + Litotripsi batu ureter + Insersi dj-stent bilateral

P:
- IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Inj. Furosemide 1 gr/ 24 jam
- Paracetamol 1 gr drips/ 8 jam
- Methylprednisolone 4 mg 3x1
FOLLOW UP

POH 2 S: Nyeri bekas operasi berkurang, lemas


Minggu, 11 Juni 2023

O: KU: Sakit sedang, TD: 128/87 mmHg, N: 79 x/menit, R: 20 x/menit, S:


36,6 C, Spo2: 97%

A:
- Obstruksi uropati ec batu ureter bilateral
- Post URS + Litotripsi batu ureter + Insersi dj-stent bilateral

P:
- IVFD Kidmin 200 ml/drips
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- Paracetamol 500 mg 3x1
- Methylprednisolone 4 mg 3x1
FOLLOW UP

POH 3 S: Tidak ada keluhan


Senin, 12 Juni 2023

O: KU: Sakit sedang, TD: 121/79 mmHg, N: 88 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,6


C, Spo2: 99%

A:
- Obstruksi uropati ec batu ureter bilateral
- Post URS + Litotripsi batu ureter + Insersi dj-stent bilateral

P:
- Aminefron 3x1
- Ciprofloxacin 500 mg 2x1
- Allupurinol 100 mg 1x1
- Paracetamol 500 mg 3x1
Pemeriksaan Penunjang
(10/06/2023)

Pemeriksaan Pre Operasi Post Operasi Nilai Rujukan Satuan

MarsUreum 252 100 < 50 Mercury


mg/dl
Mars is actually a very It’s the smallest planet
cold planet of them all
Kreatinin 17.04 3.08 0.6-1.1 mg/dl

Na 129 140 136-146 mmol/l


Jupiter Mars
It’s the biggest
K
planet of 4.82 4.3 3.5-5.0 mmol/l
them all

Cl 96 101 98-106 mmol/l


Pembahasan

Diagnosis pasien pada kasus ialah Obstruksi Uropati ec Ureter Bilateral. Hal ini dipertimbangkan
berdasarkan dasar aspek klinis, hasil pemeriksaan radiologis, dan hasil pemeriksaan laboratorium .
Tn.V berusia 40 tahun rujukan dari RSUD Mokopido Toli-toli dengan diagnosis Hidronefrosis
Bilateral. Berdasarkan Riwayat perjalnanan penyakit didapatkan bahwa nyeri kedua pinggang yang
dirasakan kurang lebih 6 bulan yang lalu. Nyeri tersebut memberat sejak 1 minggu terakhir, nyeri
dirasakan hilang timbul, menjalar ke belakang, dan makin memberat terutama saat beraktivitas.
Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya batu saluran kemih pada
seseorang. Faktor-faktor resiko terbentuknya batu saluran kemih terdiri atas faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.
Pembahasan

Faktor-faktor penyebab terjadinya batu saluran kemih adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang
berasal dari tubuh seseorang dan factor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
sekitarnya.
Pada pasien ini ditemukan adanya faktor instrinsik antara lain:
• Usia: Pasien berusia 40 tahun, sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa batu saluran kemih
menyerang dari segala usia tetapi batu saluran kemih lebih banyak dijumpai pada orang dewasa
antara umur 30-60 tahun.
• Jenis kelamin: Pasien berjenis kelamin laki-laki, pada umumnya laki-laki tiga kali lebih sering
mengalami batu saluran kemih dibandingkan wanita.
Pembahasan

Faktor ekstrinsik pada pasien, antara lain:


• Asupan air: Pasien mengatakan memiliki kebiasaan jarang minum air putih, kurangnya asupan air
dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikomsumsi, dapat meningkatkan insiden batu
saluran kemih. Pembentukan batu dipengaruhi oleh faktor hidrasi (air yang masuk ke dalam tubuh).
Pada orang dengan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) kronik dan asupan cairan kurang, memiliki
resiko tinggi terkena batu saluran kemih.
• Pekerjaan: Pasien merupakan pekerja kantoran dan memiliki kebiasaan duduk yang lama, pasien
juga memiliki kebiasaan yang jarang berolahraga.
Pembahasan

Prognosis pada pasien ini umumnya baik. Sebagian besar pasien dengan urolitiasis memiliki
prognosis yang sangat baik. Batu yang berukuran kurang dari 5-6 mm biasanya dapat keluar secara
spontan dan dapat diobati menggunakan manajemen medis (antiemetic, analgesia, peningkatan asupan
cairan oral, dan alfa bloker). Pasien dengan batu yang berukuran kecil harus di beri edukasi tentang
modifikasi faktor resiko untuk mencegah kekambuhan batu. Sedangkan batu yang lebih besar
memerlukan Teknik yang lebih invasive seperti litotripsy gelombang kejut, nefrolitotomi perkutan, atau
kombinasi keduanya.
Pasien dengan batu berulang, sebaiknya dilakukan evaluasi lengkap untuk mencoba
mengidentifikasi etiologinya, dengan demikian perubahan gaya hidup dan manajemen pengobatan dapat
dilakukan untuk mengurangi kekambuhan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai