Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

Ureterolithiasis

Disusun Oleh
Basra Ahmad Amru 1920221142

Pembimbing
dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG


KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
PERIODE 30 Agustus 2021 - 10 Oktober 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UPNVJ
(UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA)

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UPNVJ
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus:

Ureterolithiasis

SMF ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

Nama Mahasiswa : Basra Ahmad Amru Tanda Tangan


NIM : 1920221142 ....................
Dr. Pembimbing / Penguji: dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS .....................
Daftar Isi

Daftar Isi..............................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................5
Presentasi Kasus..................................................................................................................5
BAB III DISKUSI..............................................................................................................10
BAB IV KESIMPULAN...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia. BSK
adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat
dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi
daya larut substansi. BSK dapat menyebabkan gejala nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di
dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut
urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal (nefrolithiasis), ureter (ureterolithiasis), vesica
urinaria (vesicolithiasis), dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2011)

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu


saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang
berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan di sekitarnya (Effendi & Markum, 2010; Hall, 2009).

Laporan kasus ini akan menceritakan terkait pasien riwayat gagal ginjal stadium IV
yang memiliki batu ginjall. Penanganan batu ginjal pada pasien ini mempertimbangkan
aspek klinis riwayat dan kondisi dari pasien saat ini secara komprehensif.
BAB II
Presentasi Kasus

Indentitas
Nama : Tn. Effendi Mulyono
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 16 Agustus 1957
Usia : 64 Tahun
Tempat Tinggal : Cengkareng Timur
Agama : Islam
Status : Menikah
Nomor RM : 56-72-47
Ruangan : Poli Bedah Urologi
Tanggal Kunjungan : 18 September 2021
Tanggal Periksa : 18 September 2021

A. Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri hilang timbul saat berkemih sejak 3 bulan terakhir.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tahun 2016, pasien pernah dinyatakan memiliki riwayat batu ginjal di sisi kiri
maupun kanan dengan kondisi pembengkakan ginjal kiri maupun kanan. Saat itu, pasien
didiagnosa pula gagal ginjal kronis stadium IV. Setelah itu, pasien rutin menjalani
pengobatan hemodialisa. Pasien mengaku tidak pernah melakukan pengobatan khusus
terhadap batu saluran kemih yang diderita karena nyeri tersebut tidak dominan hingga 3
bulan terakhir intensitasnya meningkat dan frekuensinya menjadi lebih sering. Pasien
sempat dirawat 3 minggu yang lalu akibat nyeri berkemih dan urine yang keruh dan
pinggul kanan yang hebat. Pasien datang ke poli urologi pada tanggal 8 Agustus 2021 dan
direncanakan tindakan operasi uretero litotomi dextra.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi (+), Diabetes (-)
Riwayat CKD sejak 5 th yll
Riwayat batu ginjal kiri dan kanan
Riwayat Pengobatan
Rutin konsumsi obat CaCO3, Asam Folat, Renosteril
HD 2x / seminggu di RS Mitra Keluarga
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ayah dan adik kandung memiliki riwayat sakit prostat
Riwayat sosial Ekonomi :
Diet makan biasa, merokok (-)

B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 65kg
TB : 165cm

Tanda Vital
Tekanan darah : 176/92 mmHg
Respiratory Rate : 18x/menit
Heart Rate : 74x/menit
Suhu : 36.5

Status generalis/Interna
Kepala : Normacepal, rambut terdistribusi rata
Mata : Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterus (-)
Hidung : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Mulut : kering, lidah putih, faring hiperemis, tonsil T1-T1
Leher : Pembesaran KGB tidak ada
Paru
Inspeksi : pergerakan dada kiri dan kanan simetris
palpasi : vokal premitus seluruh lapang paru
perkusi : sonor di lapang paru,
auskultasi : rokhi (-) wheezing (-)
Jantung
inspeksi ; Ictus cordis tidak terlihat
palpasi : ictus cordis tidak teraba
perkusi : tidak dilakukan
auskultasi : gallop (-), mur-mur (-)
Abdomen
Inspeksi : Terlihat distensi sedikit di regio hipogastrik, spider naevi (-), caput
medusa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, didapatkan nyeri tekan di regio hipogastrik
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik

Status lokalis
Regio costo-vertebralis
Inspeksi : Tidak ada tanda radang, trauma, benjolan
Palpasi : Balootement (+)
Perkusi : Nyeri Ketuk CVA (+)

Pemeriksaan Penunjang

MSCT Urologi (24/8/21)

Ginjal : kanan-kiri membesar, sistim pelviocalises melebar, batu (+) di


pelvis renis kanan-kiri
Ureter kiri-kanan : tak melebar
Buli-buli : dinding reguler, menebal, tak tampak identasi, batu (-)
Prostat : tak membesar
Kesan : Hidronefrosis grade 3-4 bilateral dengan nefrolithiasis multipel
bilateral

Foto Thorax (4/9/21)


Kesan: Dilatasi arkus aorta (Hipertensi)

Pemeriksaan Lab
Px 6/9/2021 Nilai Rujukan 
HEMATOLOGI
LED 0-10 mm/jam
Hb 8.5 13.2 – 17.3 g/dL
Ht 27 40 – 52 %
Leukosit 9.2 3.8 – 10.6 103 uL
Trombosit 334 150-440 103 uL
PSA total <= 4
KIMIA KLINIK
Albumin 3.7 3.4 – 4.8 g/dL
GDS 109 <110 mg/dL
Ureum 69 18.0-55.0 mg/dL
Kreatinin 10.7 0.7-1.2 mg/dL
eGFR 5.2 >= 90
URINALISIS
Warna Kuning Muda
Urobilinogen 0.2 0.1-1.0
pH 8.0 5.0-8.0
Leukosit Esterase +++ Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Darah ++ Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Protein +++ Negatif
Glukosa Negatif
Berat jenis 1.020 1,005 – 1.030
Kejernihan Keruh
Leukosit 100-120 / LPB
Lain-lain -
Kristal Amorf (+)
Eritrosit 5-10 /LPB
Epitel +
C. Diagnosis Kerja
- Batu ginjal kiri dan kanan multipel obstruktif
- Riwayat Infeksi Saluran Kemih
- CKD on HD

D. Penatalaksanaan
Medikamentosa
- Paracetamol
Non-Medikamentosa
- Uretero litotomi dextra

Prognosis
Ad Vitam : dubia
Ad Fungsionam : dubia ad malam
Ad Sanationam : dubia ad malam
BAB III DISKUSI

Diagnosis pasien pada kasus ialah nephrolithiasis multipel dan hidronefrosis


bilateral dengan infeksi saluran kemih atas. Hal ini dipertimbangkan berdasarkan dasar
aspek klinis, hasil pemeriksaan radiologis, dan hasil pemeriksaan laboratorium (Straub et
al., 2005; Coe et al., 2005). Tn.A, 64 tahun, datang ke RSUD Cengkareng dengan keluhan
nyeri saat berkemih. Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit didapatkan bahwa nyeri
hilang timbul sudah muncul sejak 3 bulan terakhir.

Sejak tahun 2016, penderita memiliki riwayat batu ginjal kiri dan kanan yang
mengakibatkan pembengkakan ginjal kiri dan kanan. 3 minggu yang lalu pasien sempat
dirawat di RSUD Cengkareng karena urine yang keruh, nyeri pinggang disertai dengan
BAK mengeluarkan pasir. Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah
faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu
pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya (Coe et al., 2005). Pada pasien ini
ditemukan adanya faktor intrinsik antara lain, umur: penyakit ini paling sering didapatkan
pada usia 30-60 tahun (pasien berumur 60 tahun), jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki
tiga kali lebih banyak daripada pasien perempuan (pasien berjenis kelamin laki-laki).
Sedangkan faktor ekstrinsiknya antara lain, asupan air: kurangnya asupan air dan
tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden
batu saluran kemih (riwayat kebiasaaan pasien suka minum-minuman bersoda dan jarang
meminum air putih), pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau saedentary life (pekerjaan pasien
sebagai pensiunan PNS yang hanya beraktifitas di rumah saja dengan riwayat kebiasaan
tidak suka berolahraga). Secara umum, nyeri pada area pinggang maupun perut sebelah
kiri dapat bersumber dari gangguan pada sistem digestif, sistem urinaria, dan sistem
muskuloskeletal. Hal ini karena nyeri pada pinggang kanan bukanlah gejala khas, banyak
sekali penyakit penyakit yang ditandai dengan dengan nyeri pinggang. Lokasi spesifik
nyeri, jenis, sifat, onset serta keluhan penyerta nyeri akan sangat membantu
mengkerucutkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis (Straub et al., 2005). Sensasi nyeri
pada flank area (antara abdomen atas dan pinggang) menandakan bahwa sumber nyeri
berasal dari area retroperitoneal, paling sering akibat regangan kapsul ginjal. Hal ini
diperkuat dengan disangkalnya keluhan-keluhan yang biasanya menyertai penyakit saluran
cerna seperti mual, muntah, dan gangguan BAB (Pearle et al., 2005). Berdasarkan
pemeriksaan fisik status generalis didapatkan penderita tampak sakit sedang, tanda vital
dalam batas normal, pupil isokor dengan refleks cahaya semuanya positif. Leher, KGB,
paru-paru, jantung, thoraks dan ekstremitas tidak ditemukan kelainan. Pada regio
costovertebrae angle sinistra dan dekstra ditemukan nyeri ketok. Temuan ini dapat
menandakan adanya masalah pada ginjal kiri dan kanan penderita. Tetapi hal ini tidak
begitu saja menyingkirkan kemungkinan penyakit saluran cerna dan masalah
muskuloskeletal. Sehingga mutlak perlu ditunjang oleh pemeriksaan pencitraan yang
sesuai. Hal ini akan membantu memutuskan apakah cukup dengan terapi konservatif atau
dibutuhkan terapi lain. Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai
mempunyai batu. Hampir semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopaque
(Straub et al., 2005; Pearle et al., 2005). Pada kasus ini sudah dilakukan pemeriksaan CT
Scan abdomen tanggal 24 Agustus 2021 sehingga diagnosis bisa ditegakkan. Hasil rontgen
MSCT Urologi tampak pembesaran ginjal kiri dan kanan. Selain itu, ditemukan adanya
batu pada pelvis ginjal kanan dan kiri. Tidak ditemukan adanya kelainan pada ureter kiri
dan kanan, buli-buli, maupun prostat.
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan tanggal 6 September 2021 terkait profil
darah lengkap, kimia darah (ureum, kreatinin, asam urat), dan urin lengkap . Hasilnya
ditemukan kadar Hb yang rendah, yaitu 8.5 g/dL. (normalnya: 13.2 – 17.3 g/dL).
Sedangkan untuk kimia darah ditemukan peningkatan kadar ureum dan kreatinin. Selain
itu, pemeriksaan urin lengkap ditemukan urin warna kuning muda dengan kekeruhan
tampak, serta adanya Eritrosit 5-10 /LPB, Epitel +1, Leukosit ,Protein+3, Darah+3,
Leukosit 100-120 / LPB, dan Leukosit Esterase +3. Kesan menunjukan adanya infeksi
saluran kemih atas dengan ditemukan adanya sedimen dan hematuria mikroskopik
(terdapat peningkatan kadar eritrosit dan leukosit pada urin).
Pada kasus ini penatalaksanaan yang diberikan di rumah sakit ialah terapi
konservatif dengan rencana terapi operatif (setelah ISK atas pada pasien diatasi). Terapi
konservatif yang diberikan berupa rehidrasi cairan maintenance dengan infus ringer laktat
20 tetes/menit, pengendalian nyeri pinggang dengan analgesik kuat (ketorolac injeksi 2 x 1
ampul/hari), mengatasi infeksi dengan antibiotik (cefotaxim injeksi 2 x 1 vial/hari), serta
pecegahan terhadap naiknya asam lambung akibat faktor stress karena dirawat di RS
dengan pemberian antagonis H2 reseptor (ranitidin injeksi 2 x 1 ampul/hari). Adapun
rencana terapi operatif yang dilakukan dengan teknik uretherolitotomy dekstra untuk
mengangkat batu pada kasus ini. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat yakni
mengatasi ISK atas pada pasien terlebih dahulu baru direncanakan dilakukan operasi
pengangkatan batu ginjal. Pemilihan Tindakan ini berdasarkan teori bahwa pengeluaran
spontan batu batu dengan diameter lebih dari 4 mm tidak bisa secara spontan dilakukan
dan harus dilakukan secara aktif melalui tindakan operatif. (Pearle et al., 2005).
Pengeluaran batu secara aktif sangat dianjurkan pada pasien dengan kriteria: nyeri
yang persisten meskipun dengan medikasi yang adekuat, obstruksi persisten dengan risiko
rusaknya fungsi renal, risiko pyonefrosis atau urosepsis, dan obstruksi bilateral
(Hollingsworth et al., 2006; Matlaga, 2013).
BAB IV KESIMPULAN

Kasus ini elah ditegakkan diagnosis nefrolithiasis dan hidronefrosis sinistra disertai
ISK pada pasien Tn. K, 60 tahun, atas dasar pertimbangan aspek klinis (anamnesis dan
pemeriksaan fisik), radiologi, dan laboratorium. Klinis dan radiologi menunjukan keadaan
nefrolithiasis dan hidronefrosis sinistra. Laboratorium menunjukan keadaan Infeksi
Saluran Kemih (ISK) atas. Pasien mendapatkan terapi konservatif dan baru dapat
dilakukan terapi operatif pengangkatan batu bila kondisi klinis sudah layak untuk
dilakukan tindakan operatif..
DAFTAR PUSTAKA

Basuki B. Purnomo. (2011). Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV. Sagung Seto

Effendi, I Markum H. (2006). Pemeriksaan Penujang Pada Penyakit Ginjal. In : Sudoyo


AW, editor Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4 th. Jakarta : Bagian Penyakit Dalam FKUI;

Hollingsworth JM, Rogers MA, Kaufman SR. (2006). Medical therapy to facilitate urinary
stone passage: a meta-analysis. Journal Lancet. 368:1171–1179.

Kim, S.C., Coe, F.L., Tinmouth, W. (2005). Stone Formatioan Proortion to Papier Surface
Coverage. J. Urol., 173

Turk C, Knoll T, Petrik A, Sarica K, SKolarikos A, Straub M. (2015) Guideline on


Urolithiasis. European Association of Urology.

Anda mungkin juga menyukai