Disusun oleh:
dr.Mariyani Rumalolas
Dokter Pendamping :
dr. Yohanes Mambrasar, Sp.OG
Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.N
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Alamat : Waisai
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Sesak nafas
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 1 minggu yang lalu, sesak dirasakan
terus menerus. Pasien lebih nyaman tidur dengan posisi setengah duduk karena
sesaknya berkurang jika posisinya setengah duduk. Pasien juga mengeluhkan sesak
muncul saat dia beraktivitas seperti berjalan. Pasien juga mengatakan bahwa
mengalami mual dan muntah sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengatakan bahwa
kedua kakinya mulai bengkak, namun tidak disertai nyeri. Pasien juga merasakan
Keluhan batuk tidak ada, pasien juga mengeluh nyeri kepala, dan demam sejak
1minggu lalu dan mengalami mimisan sejak 4 hari lalu. BAK biasa, tidak ada nyeri
Riwayat DM : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Pasien bekerja sebagai ibu rumah
beralkhohol disangkal.
Status Generalis
Kesadaran : Composmentis
Pernapasan : 26x/menit
Suhu : 36,6 º C
Kepala : normosefal
Mata : Anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, raccon eye (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-), rhinorrea(-)
Thorax-Cardiovascular
Perkusi : sonor pada kedua dinding thorak, batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi :
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), peradangan pada kulit (-), warna kulit dalam batas normal
A. Laboratorium
B. Urin Analisis
WBC : (-)
KET : (-)
NIT : (-)
URO : (-)
BIL : (-)
PRO : +2
GLU : +1
BLD : (-)
V. DIAGNOSIS KERJA
Decompensatio cordis
VII. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 1500cc
Inj Meropenem 2 x 1gr
Inj paracetamol 1x 1gr
Inj ondancetron 1x 4mg
Inj omeprazole 2x 40mg
Inj Furosemid 3x1
Sucralfat syr 3x 1 cth
Asam folat 3x1 tab
SF 1x1
Aspilet 1x1 tab
CPG 1x1 tab
Simvastatin 1x 20mg
Candesartan 1x 16mg
Cetirizine 2 x 1 tab
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif
yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang
beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi
ginjal).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
ginjal
akhirnya akan terjadi kerusakan nefron. Bila nefron rusak maka akan terjadi
penurunan laju filtrasi glomerolus dan terjadilah penyakit gagal ginjal kronik yang
mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan fungsi non-eksresi.
yaitu tubuh mengalami defisiensi vitamin D yang mana vitamin D bergunan untuk
ulang yang akhirnya tulang menjadi rusak. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai
factor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang
kretinin urine tamping 24 jam yang menunjukkan penurunan clerence kreatinin dan
peningkatan kadar kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat megakibatkan
edema, CHF dan hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitasbaksis rennin
menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk. Asidosis
metabolic akibat ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+) yang berlebihan.
Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia dan
megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-). Penurunan eksresi fosfat dan asam organic
yang terjadi.
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk
mengalami perdarahan akibat status uremik pasien terutama dari saluran pencernaan.
mengakibatkan anemia berat yang disertai dengan keletihan, angina dan sesak nafas.
Kadar kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya
meningkat maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui
glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar
parahhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons
C. Gambaran Klinis
Manifestasi klinik dapat dilihat dari berbagai fungsi system tubuh yaitu :
mulut, anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa
gastrointestinal.
5. Perubahan musculoskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, kulai
kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada tungkai kaki, perubahan tingkah
neuropati perifer.
resiko infeksi.
10. Manifestasi pada system urinaria yaitu perubahan frekuensi berkemih, hematuria,
11. Manifestasi pada sisitem endokrin yaitun hiperparatiroid dan intoleran glukosa.
12. Manifestasi pada proses metabolic yaitu peningkatan urea dan serum kreatinin
13. Fungsi psikologis yaitu perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan
proses kognitif.
a. Stadium I
yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini
laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap ini
kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas
memberikan beban kerja yang berat, sepersti tes pemekatan kemih yang
b. Stadium II
Stadium II ini disebut dengan Insufiensi ginjal, pada tahap ini lebih
protein dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal. Pasien mengalami nokturia dan
poliuria, perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah
3:1 atau 4:1, bersihan kreatinin 10-30 ml/menit. Poliuria akibat gagal
liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal
diantara 5 %-25 %. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala
mulai terganggu.
c. Stadium III
Stadium ini disebut gagal ginjal tahap akhir atau uremia, timbul karena
90% dari massa nefron telah hancur atau sekitar 200.000 nefron yang
utuh, Nilai GFR nya 10% dari keadaan normal dan kadar kreatinin
dengan mencolok dan kemih isoosmosis. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak
atau dialisis.
2. Sedangkan tahap cronic kidney disease (CKD) menurut kidney.org/professionals
a. Tahap I: kerusakan ginjal dengan GFR normal arau meningkat, GFR > 90
ml/menit/1,73 m.
E. Penatalaksanaan
(Diuril).
2. Intervensi diet yaitu diet rendah protein (0,4-0,8 gr/kgBB), vitamin B dan C, diet
(dilantin).
7. Transplantasi ginjal.
F. Komplikasi
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiostensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisis.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalsium
alumunium.
BAB III
DISKUSI KASUS
berdasarkan dari anamesis didapatkan pasien mengaku sesak sejak 1 minggu yang lalu.
Sesak dirasakan terus menerus. Pasien lebih nyaman tidur dengan posisi setengah
duduk karena sesaknya berkurang jika posisinya setengah duduk. Pasien juga
mengeluhkan sesak muncul saat dia beraktivitas seperti berjalan. Pasien juga
mengatakan bahwa mengalami mual dan muntah sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga
mengatakan bahwa kedua kakinya mulai bengkak, namun tidak disertai nyeri. Pasien
juga merasakan bahwa tubuhnya lemas sehingga pasien tidak bersemangat untuk
beraktivitas.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah pasien adalah 170/100 dan
respiration rate 24x per menit. Selain itu pada pemeriksaan kepala juga ditemukan
konjungtiva anemis. Dan pada pemeriksaan tungkai ditemukan edema pada kedua
tungkai, hiperemis (-), nyeri (-). Selain itu dari pemeriksaan lab darah, ditemukan Hb
pasien 3,7; ureum 126; dan creatinine 9,5 yang menunjukan adanya masalah pada ginjal
pasien.
Terapi yang diberikan berupa infus RL 18 tpm. Pasien juga diberikan injeksi
furosemide sebagai diuretic untuk mengurangi bengkak yang dialami pasien serta
amlodipin sebagai antihipertensi, mengingat tekanan darah pasien yang tinggi. Untuk
mengatasi anemia pada pasien diberikan SF 1x1, asam folat, dan direncanakan untuk
transfusi PRC.
DAFTAR PUSTAKA