Anda di halaman 1dari 20

CASE REPORT SESSION

* Kepaniteraan Klinik Senior/G1A218112/Agustus 2019

** Pembimbing : dr. Randy Fauzan, Sp. U

HIPOSPADIA

Oleh:

Salwa Kamilah, S. Ked*


G1A218112

Pembimbing:

dr. Randy Fauzan, Sp. U **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JAMBI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT SESSION


*Kepaniteraan Klini Senior/G1A218112 **Pembimbing

HIPOSPADIA

Salwa Kamilah, S.Ked* dr. Randy Fauzan, Sp. U**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JAMBI
2019

Jambi, Agustus 2019

Pembimbing,

dr. Randy Fauzan, Sp. U


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul “Hipospadia”
ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Kepaniteraan
Klinik Ilmu Bedah di RSUD Raden Mattaher Jambi.

Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing


saya, dr. Randy Fauzan, Sp.U,yang telah memberikan bimbingannya dalam proses
penyelesaian karya tulis ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril
maupun dalam mencari referensi yang lebih baik.

Selain itu, saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman saya yang
berada dalam satu kelompok kepaniteraan yang sama atas dukungan dan bantuan
mereka selama saya menjalani kepaniteraan ini. Pengalaman saya dalam
kepaniteraan ini akan selalu menjadi suatu inspirasi. Saya juga mengucapkan rasa
terimakasih yang mendalam kepada kedua orangtua saya atas bantuan, dukungan
baik secara moril maupun materil, dan kasihnya.

Penulis menyadari bahwa refrat ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan refrat ini.Akhir kata dengan segala kekurangan yang ada, penulis
berharap semoga refrat ini dapat bermanfaat terutama kepada pembaca dan penulis
sendiri.

Jambi, Agustus 2019

Penulis
1

BAB I
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas pasien


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Pekerjaan :
MRS :

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Penyakit Keluarga
2

STATUS UROLOGI
STATUS KHUSUS BATU SALURAN KEMIH

Nama :

Umur :

Suku Bangsa :

Pekerjaan :

Status Perkawinan :

RIWAYAT PENYAKIT

- Kolik : (+) sejak ± 1 tahun yang lalu


- Nyeri pinggang : (+) kiri/sejak ± 1 tahun SMRS, hilang
timbul
- Kencing berpasir : (-)
- Kencing merah : (-)
- Kencing berhenti tiba-tiba : (+) sejak ± 1 tahun yang lalu
- Kencing sakit/perih : (+) sejak ± 1 tahun yg lalu
- Demam : (+) sejak ± 6 hari yang lalu, hilang timbul
- Retensi urin :

Diketahui ada batu saluran kemih dengan pemeriksaan BNO/IVP : (+)

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

CVA Nyeri Tekan Rasa Ukuran Ballotemen Fluktasi

Dextra - - - -

Simistra + - - -
3

Regio Costo vertebrae angle


 Inspeksi: jejas (-), tanda-tanda radang (-)
 Palpasi: nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), massa (-), ballottement (-)
 Perkusi : nyeri ketuk (+)
Regio Supra symphisis
 Inspeksi : warna kulit sama dengan sekitar, jejas (-), bekas operasi (-),
sikatriks (-), tanda-tanda radang (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-), vesika urinaria tidak teraba penuh
 Perkusi : tympani
Regio Genitalia Eksterna
Vulva
Inspeksi : kelainan bentuk (-), vegetasi (-), ulkus (-) OUE letak normal,
tanda radang (-), discharge (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), tidak teraba massa
Perineum
Inspeksi : pembesaran Kel. Bartholini (-), tanda-tanda radang (-), ulkus (-),
edema (-) discharge (-)
Palpasi :nyeri tekan (-)

2.1 Pemeriksaan Penunjang


 Darah Rutin
WBC : 8.5 109/L (4-10)
RBC : 4.69 1012/L (3,50- 5,50)
HGB : 12.6 g/dl (11,0-16,0)
HCT : 38.9 % (35-50)
PLT : 384 109/L (100-300)
MCV : 83 fL (80-100)
MCH : 26.9 pg (26-32)
MCHC : 324 g/L (320-360)
 Kimia Darah
Protein total : 7.7 g/dl (6.4-8.4)
Albumin : 4.5 g/dl (3.5-5.0)
4

Globulin : 3.2 g/dl (3.0-3.6)


SGOT : 11 U/L (<40)
SGPT : 11 U/L (<41)
Ureum : 15 mg/dl (15-39)
Kreatinin : 0.7 mg/dl (0.6-1.1)
 Elektrolit
Na : 138,20 mmol/ L
K : 3,84 mmol/ L
Cl : 104, 57 mmol/ L
Ca : 1,29 mmol/ L
5

 Foto BNO IVP

Kesan :
1. Nefrolithiasis multiple kiri di proyeksi pelvis renal kiri
(ureteropelvic junction) dan pole bawah ginjal kiri
2. Hidronefrosis grade III-IV ginjal kiri
3. Fungsi sekresi dan ekskresi kedua ginjal baik
6

 Rontgen Thorax

Kesan :

1. Tidak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru


7

 Foto BNO Post Op.

Kesan :
1. Kedudukan DJ Stent kiri baik
8

2.2 Diagnosa Kerja


Hidronefrosis grade III-IV sinistra et causa Pelvicouretero junction
obstruction (PUJO) + Multiple nefrolithiasis sinistra.

2.3 Diagnosis Banding


- Nefrolithiasis Sinistra
- Vesicolitiasis sinistra
- Pielonefritis Sinistra

2.4 Penatalaksanaan
Medikamentosa:
- IVFD RL 20 tpm
- Inj Ceftriaxone 1 x 2 mg
- Inj Ketorolac 2x1 amp
- Inj Omeprazole 1x1 vial
Non-Medikamentosa:
Dismembered Pieloplasty + Pielolithotomy sinistra + insersi DJ Stent sinistra.

2.5 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
9

2.6 Follow Up
Tanggal 17-05-19
S O A P

Nyeri pinggang KU : Tampak nyeri Hidronefrosis IVFD RL 20 tpm


kanan, mual (+), sedang grade III-IV Inj Ceftriaxone 1 x 2 mg
muntah (-), urin TD :110/70 mmHg sinistra et causa Inj ketorolac 3 x 1 amp
berdarah (-), urin Nadi : 82 x/menit Pelvicouretero Pasang kateter
berpasir (-), demam RR : 21 x/menit junction
(-) Suhu : 36,3oC obstruction
(PUJO) +
Multiple
nefrolithiasis
sinistra

Tanggal 19-04-19
S O A P

Nyeri bekas luka KU : Tampak sakit Post Op. H+1 IVFD RL 20 tpm
operasi, mual (+) sedang Dismembered Inj Ceftriaxone 1 x 2 gr
TD :110/80 mmHg Pieloplasty + Inj Ketorolac 3 x 1 amp
Nadi : 92 x/menit Pielolithotomy Inj Omeprazole 1x1 vial
RR : 23 x/menit sinistra + insersi Inj Kalnex 2x1 amp
Suhu : 36,5 oC DJ Stent sinistra Mobilisasi duduk
Drain : ±15 cc ec HN gr. III
Urin : ± 400 cc

Tanggal 20-05-19

S O A P

Nyeri bekas luka KU : Tampak sakit Post Op. H+2 IVFD RL: D5% (2:1) 20
operasi ringan Dismembered tpm
10

TD : 100/80 mmHg Pieloplasty + Inj Ceftriaxone 1 x 2 gr


Nadi : 79 x/menit Pielolithotomy Inj ketorolac 2 x 1 amp
RR : 25 x/menit sinistra + insersi Mobilisasi duduk
Suhu : 36,8oC DJ Stent sinistra
Drain : ±10 cc ec HN gr. III
Urin : ± 500 cc

Tanggal 21-05-19

S O A P

Nyeri bekas luka KU : Tampak sakit Post Op. H+3 IVFD RL: D5% (2:1)
operasi minimal ringan Dismembered 20 tpm
TD : 110/80 mmHg Pieloplasty + Inj Ceftriaxone 1 x 2 gr
Nadi : 94 x/menit Pielolithotomy Inj ketorolac 2 x 1 amp
RR : 23 x/menit sinistra + insersi PO PCT tab 3x500 mg
Suhu : 36,6oC DJ Stent sinistra GV
Drain : ±3 cc ec HN gr. III Lepas drain
Urin : ± 470 cc

Tanggal 22-5-19

S O A P

Nyeri bekas luka KU : Tampak baik Post Op. H+4 Levofloxacin s.1.dd
operasi minimal TD : 120/70 mmHg Dismembered PCT 500 mg s.3.dd
Nadi : 87 x/menit Pieloplasty + Kontrol Poli 29-05-2019
RR : 21 x/menit Pielolithotomy Kateter masih terpasang
Suhu : 36.8oC sinistra + insersi
Urin : ± 430 cc DJ Stent sinistra
ec HN gr. III
11

BAB II
PENDAHULUAN

Hidronefrosis merupakan keadaan dimana kaliks dan pelvis renalis


mengalami dilatasi sebagai akibat adanya penumpukan urine didalam kaliks atau
pelvis renalis yang diakibatkan oleh adanya obstruksi aliran urine dibagian
distalnya.Hal ini biasanya disebabkan karena adanya penyumbatan di suatu
tempat di sepanjang saluran kemih. Obstruksi lintas air kemih menyebabkan gerak
alir kemih tertahan (retensi).2
Hal ini dapat terjadi di sepanjang lintasan dari hulu pada pielum sampai ke
muara pada uretra.Gangguan penyumbatan ini bisa disebabkan oleh kelainan
mekanik di dalam lumen, pada dinding, atau desakan dari luar terhadap dinding
lintasan atau disebabkan kelainan dinamik (neuromuskuler) yang masing-masing
bisa karena kelainan bawaan atau didapat.Selanjutnya penyumbatan ini bisa
menyumbat sempurna (total) atau tidak sempurna (subtotal) dengan masing-
masing penyebab bisa muncul mendadak, menahun, atau berulang. 8
Hidronefrosis dapat disebabkan oleh kelainan kongenital dan
didapat.Stenosis uretra, ureter ektopik, ureterokel, duplikasi pelvis-ureter, dan
stenosis ureterovesical serta ureteropelvic junction merupakan kelainan kongenital
yang umumnya menyebabkan hidronefrosis.Penyebab kongenital lainnya yaitu
kerusakan saraf cabang lumbal pada spina bifida dan mielomeningokel. Kelainan
didapat yang umumnya menyebabkan hidronefrosis adaklah batu ureter, namun
jika didapatkan hidronefrosis bilateral, maka harus dipikirkan juga kemungkinan
adanya striktur uretra, hiperplasia prostat jinak atau karsinoma prostat, tumor buli-
buli yang melibatkan kedua orifisium ureter, penekanan ureter oleh tumor prostat,
batu ureter bilateral, fibrosis retroperitoneal atau kanker retroperitoneal, serta
kehamilan.2
Duplikasi ginjal (pelvis) merupakan kelainan kongenital yang penting dan
paling sering dibidang urologi.Insidensinya sekitar 2%.3 Secara konvensional,
duplikasi ini terbagi menjadi duplikasi tidak lengkap dan lengkap. Duplikasi tidak
lengkap jika kedua pelvis ureter bertemu sebelum bermuara pada buli-buli,
12

sedangkan duplikasi lengkap jika kedua pelvis ureter bermuara pada tempat yang
berbeda.4 Kelainan ini seringkali berkaitan dengan anomali saluran kemih lainnya
seperti ureter ektopik, ureterokel, refluks vesikoureter, refluks uretero-ureter, yang
keseluruhannya dapat menyebabkan hidronefrosis.3
Kasus hidronefrosis semakin sering didapati. Di Amerika Serikat,
insidensinya mencapai 3,1%, 2,9% pada wanita dan 3,3% pada pria. Penyebabnya
dapat bermacam-macam dimana obstruksi merupakan penyebab yang tersering.
13

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
14

BAB IV
ANALISA KASUS

Seorang pasien, Ny.E usia 36 tahun datang ke RSUD Raden Mattaher


Jambi dengan keluhan nyeri pinggang kiri yang memberat sejak 6 hari SMRS.
Pasien mengeluhkan nyeri hebat yang dirasakan hilang timbul pada pinggang
sebelah kiri. Nyeri dirasa memberat ketika duduk dan membaik ketika berbaring.
Awalnya nyeri pinggang kiri dirasakan ± 1 tahun SMRS, nyeri dirasa seperti
ditusuk-tusuk dan hilang timbul. Pasien sering mengeluhkan demam selama sakit,
mual (+), muntah (-), nyeri saat BAK (+), Riwayat BAK terputus-putus(+), BAK
dirasakan seperti berpasir (-), BAK berwarna kecoklatan/merah(-). Riwayat
pancaran BAK melemah (-). Riwayat pasien mengedan sebelum BAK (-).
Riwayat merasa tidak puas setelah BAK(-). Penderita masih bisa menahan BAK.
Riwayat trauma di pinggang/perut (-). Keluhan pada BAB (-), keluhan pada
menstruasi (-). Selama sakit pasien hanya mengonsumsi obat pereda nyeri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit
sedang, nyeri ketok CVA kiri (+), nyeri ketok suprasimfisis (-), bulging VU (-),
massa (-), tidak teraba pembesaran ginjal.
Pada pemeriksaan BNO IVP menunjukkan Hidronefrosis sinistra grade III-
IV dengan nefrolithiasis multiple di pelvis dan pole bawah ginjal kiri serta
pelebaran system pelviokalises ginjal kiri dengan kaliks berbentuk clubbing.
Pasien didiagnosa mengalami Hidronefrosis sinistra grade III-IV et causa
Pelvicouretero junction obstruction (PUJO) + Multiple nefrolithiasis sinistra.
Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu hidrasi : IVFD RL 20 tpm ,
diberikan analgesik sebagai penghilang rasa nyeri yaitu golongan NSAID:
Ketorolac IV drip, diberikan antibiotik Ceftriaxone 2 mg, dan golongan PPI
Omeprazole untuk menghilangkan mual akibat nyeri kolik. Rencana tindakan
yang dilakukan adalah Dismembered Pieloplasty + Pielolithotomy sinistra +
insersi DJ Stent sinistra.
15

BAB V
KESIMPULAN

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau
kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan
urin mengalir balik, sehingga tekanandi ginjal meningkat.Jika obstruksi terjadi di
uretra atau kandung kemih, tekanan balik akanmempengaruhi kedua ginjal, tetapi
jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka
hanya satu ginjal saja yang rusak. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih
proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan uretra yang dapat mengakibatkan absorbsi
hebat pada parenkim ginjal.2
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada
penderita ini mengarah pada diagnosis Hidronefrosis sinistra grade III-IV et causa
Pelvicouretero junction obstruction (PUJO) + Multiple nefrolithiasis sinistra.
Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu hidrasi : IVFD RL 20 tpm ,
diberikan analgesik sebagai penghilang rasa nyeri yaitu golongan NSAID:
Ketorolac IV drip, diberikan antibiotik Ceftriaxone 2 mg, dan golongan PPI
Omeprazole untuk menghilangkan mual akibat nyeri kolik. Rencana tindakan
yang dilakukan adalah Dismembered Pieloplasty + Pielolithotomy sinistra +
insersi DJ Stent sinistra.
16

DAFTAR PUSTAKA

1. Dennis G.L. Hydronephrosis and Hydroureter. Available from


http://www.emedicine.medscape.com/art icle/436259-overview. 2011
2. Tanagho, A.E.Smith’s General Urology : Urinary Obstruction and Stasis.
McGraw-Hill: New York. 17th ed : 166, 2010
3. T.M. Wah, M.J. Weston, and H.C. Irving. Case Report: Lower Moiety
PelvicUreteric Junction Obstruction (PUJO) of the Duplex Kidney
Presenting with Pyonephrosis in Adults. The British Journal of Radiology,
76 : 902-912, 2003
4. Purnomo, B.B. Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto Jakarta. 2 nd ed : 128-
135 , 2003
5. Kogan, B.A. Smith’s General Urology : Disorder of The Ureter and
Ureteropelvic Junction. McGraw-Hill: New York. 17th ed : 559-560, 2010
30
6. Taghizadeh, A.K. Duplex Kidney, Ureteroceles and Ectopic Ureters.
Available from http://www.pediatricurologybook.com/du plex-
kidney.html, 2011
7. Khan, A.N. Duplicating Collecting System Imaging. Available from http://
http://www.emedicine.medscape.com/art icle/378075-overview. 2011
8. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Ed 3. Jakarta: Sagung Seto;2014. Hal.
87,103,109
9. Nahdi T. Nefrolithiasis dan Hidronefrosis Sinistra dengan Infeksi Saluran
Kemih Atas. Jurnal Kedokteran Medula (Universitas Lampung).
2013;1(4):45-46
10. Raheem OA, Khandwala YS, Sur RL, Ghani KR, Denstedt JD. Burden of
Urolithiasis: Trends in Prevalence, Treatments, and Costs. Eur Urol Focus.
2017 Feb;3(1):18–26.
11. Ratu G, Badji A. Profil Analisis Batu Saluran Kemih Di Laboratorium
Patologi Klinik. Ind J Clin Pathol Med Lab. 2018;12(3):114–117.
12. Department of Urology at UNC School of Medicine. Hydronephrosis.
Cited by 15 April 2018. Available from:
17

https://www.med.unc.edu/urology/patientinfo/peds%20urology-1/what-
we-treat/hydronephrosis
13. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC; 2012
14. Tortora GJ&Bryan D. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.
USA:John Wiley & Sons;2009. P.1023,1090.
15. Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007
16. Reynard J, Simon B, & Suzanne B. Oxford Handbook of Urology. 3rd Ed.
China: C&C Offset Printing;2013. P.495,4009.
17. Alwi I, Simon S, Rudy H, Juferdy K, Dicky L. Penatalaksanaan di Bidang
Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktis Klinis. Jakarta: Interna
Publishing; 2015.
18. Trinchieri A. Epidemiology of urolithiasis: an update. Clin Cases Miner
Bone Metab. 2008;5(2):101.
19. EAU. European Association of Urology Guidelines 2017 edition. March
2017 [cited by 13 April 2018]. Available from: http://uroweb.org/wp-
content/uploads/Guidelines_WebVersion_Complete-1.pdf
20. Tanagho EA & Jack WM. Smith's General Urology. 17th ed. New york:Mc
Graw Hill,2008;Hal. 166, 170, 261
21. Dave C. Nephrolithiasis. 14 Dec 2017 [cited by 10 April 2018]. Available
from: https://emedicine.medscape.com/article/437096-overview
22. Rasad S. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia; 2015
23. Sudoyo, W, Setiohadi, B, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid I,Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006
24. Namdev R. Hydronephrosis. Cited by 13 April 2018. Available
from:https://radiopaedia.org/articles/hydronephrosis-grading-1

Anda mungkin juga menyukai