Anda di halaman 1dari 34

CASE REPORT SESSION

* Kepaniteraan Klinik Senior/G1A219032/November 2019

** Pembimbing : dr. Randy Fauzan, Sp. U

STENOSIS URETER PROKSIMAL DEXTRA + BATU URETER


PROKSIMAL DEXTRA

Oleh:

Raudatul Agustina, S. Ked*


G1A219032

Pembimbing:

dr. Randy Fauzan, Sp. U **

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JAMBI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

CASE REPORT SESSION


*Kepaniteraan Klini Senior/G1A219032 **Pembimbing

STENOSIS URETER PROKSIMAL DEXTRA + BATU URETER


PROKSIMAL DEXTRA

Raudatul Agustina, S.Ked* dr. Randy Fauzan, Sp. U**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JAMBI
2019

Jambi, November 2019

Pembimbing,

dr. Randy Fauzan, Sp. U


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul “Stenosis
Ureter Proksimal Dextra + Batu Ureter Proksimal Dextra” ini dibuat dengan tujuan
sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah di RSUD
Raden Mattaher Jambi.

Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing


saya, dr. Randy Fauzan, Sp.U,yang telah memberikan bimbingannya dalam proses
penyelesaian karya tulis ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril
maupun dalam mencari referensi yang lebih baik.

Selain itu, saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman saya yang
berada dalam satu kelompok kepaniteraan yang sama atas dukungan dan bantuan
mereka selama saya menjalani kepaniteraan ini. Pengalaman saya dalam
kepaniteraan ini akan selalu menjadi suatu inspirasi. Saya juga mengucapkan rasa
terimakasih yang mendalam kepada kedua orangtua saya atas bantuan, dukungan
baik secara moril maupun materil, dan kasihnya.

Penulis menyadari bahwa refrat ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan refrat ini.Akhir kata dengan segala kekurangan yang ada, penulis
berharap semoga refrat ini dapat bermanfaat terutama kepada pembaca dan penulis
sendiri.

Jambi, November 2019

Penulis
1

BAB I
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas pasien


Nama : Tn. K
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Alamat : Pulau Gading RT 16
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
MRS : 21 November 2019

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pinggang kanan yang memberat sejak ± 3 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan nyeri
pinggang kanan yang memberat sejak 3 hari SMRS. Pasien mengeluhkan
nyeri hebat yang dirasakan terus menerus pada pinggang sebelah kanan.
Nyeri dirasa memberat ketika duduk dan membaik ketika berbaring. Nyeri
dirasa seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga mengeluhkan demam sudah 1
minggu SMRS, mual (+), muntah (+), nyeri dan terasa panas saat BAK (+),
Riwayat BAK terputus-putus(+), BAK dirasakan seperti berpasir (-), BAK
berwarna kecoklatan/merah(-). Riwayat pancaran BAK melemah (+).
Riwayat pasien mengedan sebelum BAK (+). Riwayat merasa tidak puas
setelah BAK(+). Riwayat trauma di pinggang/perut (-). Keluhan pada BAB
tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat operasi batu ginjal 2 kali pada bulan februari dan
maret 2019.
2

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita hal yang sama dengan pasien.
Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien memiliki kebiasaan makan jengkol.
3

STATUS UROLOGI
STATUS KHUSUS BATU SALURAN KEMIH

Nama : Tn. K

Umur : 54 Tahun

Suku Bangsa : Melayu

Pekerjaan : Swasta

Status Perkawinan : Menikah

RIWAYAT PENYAKIT

- Kolik : (+) sejak ± 3 hari yang lalu


- Nyeri pinggang : (+) kiri/sejak ± 3 hari SMRS, terus
menerus
- Kencing berpasir : (-)
- Kencing merah : (-)
- Kencing berhenti tiba-tiba : (-)
- Kencing sakit/perih : (+) sejak ± 3 hari yg lalu
- Demam : (+) sejak ± 1 minggu SMRS, hilang timbul
- Retensi urin : (+)

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

CVA Nyeri Tekan Rasa Ukuran Ballotemen Fluktasi

Dextra + - - -

Simistra - - - -

Regio Costo vertebrae angle


 Inspeksi: jejas (-), tanda-tanda radang (-)
 Palpasi: nyeri tekan (+), nyeri lepas (-), massa (-), ballottement (-)
4

 Perkusi : nyeri ketuk (+)


Regio Supra symphisis
 Inspeksi : warna kulit sama dengan sekitar, jejas (-), tanda-tanda radang (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-), vesika urinaria tidak teraba penuh
 Perkusi : tympani
Regio Genitalia Eksterna
A. Penis
- Inspeksi : Gland Penis (Normal, radang (-)), urethral discharge (-).
- Palpasi : massa (-)
B. Skrotum
- Inspeksi : Normal, pembesaran skrotum (-)
- Palpasi : Normal
Pemeriksaan Colok Dubur
- Sfingter ani menjepit kuat
- Mukosa : licin, tidak berbenjol – benjol, massa (-), prostat teraba tidak ada
pembesaran
- Ampula recti : normal
- Handscoon : feses, darah (-), lender (-).
2.1 Pemeriksaan Penunjang
 Darah Rutin
WBC : 12,41 109/L (4-10)
RBC : 3,66 1012/L (3,50- 5,50)
HGB : 11,6 g/dl (11,0-16,0)
HCT : 33,2 % (35-50)
PLT : 187 109/L (100-300)
MCV : 90,7 fL (80-100)
MCH : 31,7 pg (26-32)
MCHC : 349 g/L (320-360)
 Kimia Darah
Ureum : 74 mg/dl (15-39)
Kreatinin : 4,0 mg/dl (0.6-1.1)
5

 Elektrolit
Na : 135,57 mmol/ L
K : 3,33 mmol/ L
Cl : 103,40 mmol/ L
Ca : 1,05 mmol/ L
 Ultrasonografi
6

 Foto BNO Post Op.

Kesan :
1. Tampak posisi DJ Stent baik pada ginjal
2. Ureter kanan tak tampak batu tractus urinarius
2.2 Diagnosa Kerja
Stenosis ureter proksimal dextra + Batu ureter proksimal dextra
2.3 Diagnosis Banding
- Nefrolithiasis Dextra
- Vesicolitiasis Dextra
- Pielonefritis Dextra
2.4 Penatalaksanaan
Medikamentosa:
- IVFD Asering 20 tpm
- Inj Ceftriaxone 1 x 2 gr
- Inj Ketorolac 1x1 amp
- Inj Omeprazole 2x1
Non-Medikamentosa:
7

Ureteroscopic Lithotripsy dextra + DJ stent dextra


2.5 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
8

2.6 Follow Up
Tanggal 21-10-2019
S O A P

Tenggorokan kering, KU : Tampak Post Op - IFVD NaCl 0,9 %


nyeri kepala, mual & nyeri sedang Ureteroscopic - Ceftriaxone 1 gr/12
muntah (-), urin TD :120/80 Lithotripsy dextra + jam
berdarah (+), demam mmHg DJ stent dextra atas - Paracetamol 4x500 mg
(-) Nadi : 80 x/menit indikasi Stenosis - Omeprazole 20 mg/12
RR : 21 x/menit ureter proksimal jam
Suhu : 38,0oC dextra + Batu ureter
proksimal dextra

Tanggal 22-10-2019
S O A P

Tenggorokan kering, KU : Tampak Post Op - Bicnat 3x1


nyeri kepala, mual & sakit sedang Ureteroscopic - IVFD Nacl 0,9% 20
muntah (-), urin TD :110/80 Lithotripsy dextra + tpm
berdarah (+), demam mmHg DJ stent dextra atas - Ceftriaxone 1x2 gr
(+) Nadi : 84 x/menit indikasi Stenosis - PCT 3x500 mg
RR : 19 x/menit ureter proksimal - Omeprazole 2x20 mg
Suhu : 37,8 oC dextra + Batu ureter
proksimal dextra

Tanggal 23-10-2019

S O A P

Nyeri kepala, mual KU : Tampak Post Op - IVFD Nacl 0,9%


muntah (-) sakit ringan Ureteroscopic - Ceftriaxone 1x2 gr
TD : 120/70 Lithotripsy dextra + - Omeprazole 2x20 mg
mmHg DJ stent dextra atas
Nadi : 79 x/menit indikasi Stenosis
9

RR : 25 x/menit ureter proksimal


Suhu : 36,8oC dextra + Batu ureter
Ureum : 98 proksimal dextra
Kreatinin : 2,0

Tanggal 24-10-2019

S O A P

Nyeri pinggang KU : Tampak Post Op - IVFD Nacl 0,9%


bawah, Muntah (+) sakit ringan Ureteroscopic - Ceftriaxone 1x2 gr
TD : 110/80 Lithotripsy dextra + - Omeprazole 2x20 mg
mmHg DJ stent dextra atas
Nadi : 84 x/menit indikasi Stenosis
RR : 23 x/menit ureter proksimal
Suhu : 36,6oC dextra + Batu ureter
proksimal dextra

Tanggal 25-10-2019

S O A P

Nyeri pinggang KU : Tampak Post Op - IVFD Nacl 0,9%


bawah, Muntah (+) baik Ureteroscopic - Ceftriaxone 1x2 gr
TD : 120/70 Lithotripsy dextra + - Omeprazole 2x20 mg
mmHg DJ stent dextra atas
Nadi : 81 x/menit indikasi Stenosis
RR : 21 x/menit ureter proksimal
Suhu : 36.8oC dextra + Batu ureter
Ureum : 16 proksimal dextra
Kreatinin : 0,8
10

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Ginjal
3.1.1 Anatomi
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya
retroperitoneal.Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)
dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah
kanan.Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan
kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub
bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari
krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra
L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih
rendah dibandingkan ginjal kiri.1

Gambar 3.1 Anatomi Letak Ginjal


11

Gambar 3.2 Anatomi Letak Ginjal

Gambar 3.3 Anatomi Ginjal


12

Adapun bagian – bagian ginjal, terdiri dari2

- Korteks, merupakan bagian ginjal yang di dalamnya terdiri dari korpus


renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus
proksimal dan tubulus kontortus distal.
- Medula, terdiri dari 9 – 14 pyramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus
rektus, lengkung henle dan tubulus pengumpul (ductus colligent).
- Columna renalis, merupakan bagian korteks diantara pyramid ginjal.
- Proc. Renalis, merupakan bagian pyramid atau medulla yang menonjol
kearah korteks.
- Hilus renalis, merupakan suatu bagian dimana pembuluh darah,
serabut saraf atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
- Papilla renalis, merupakan bagian penghubung antara duktus
pengumpul dan calix minor.
- Calix minor, merupakan percabangan dari calix mayor.
- Calix mayor, merupakan percabangan dari pelvis renalis.
- Pelvis renalis/ Piala ginjal, merupakan bagian penghubung antara calix
mayor dan ureter.
- Ureter, merupakan saluran yang membawa urin menuju vesica urinaria
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis
atau Malpighi (yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus
proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus
colectus.Di sekeliling tubulus ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler yaitu
arteriol (yang membawa darah dari dan menuju glomerulus) serta kapiler
peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal). Berdasarkan letaknya nefron
dapat dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya
terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian
lengkung Henle yang terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu
nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki lengkung
Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah
panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.2
13

Gambar 3.4 Perdarahan pada Ginjal

Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari


aorta abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior.
Setelah memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri
sublobaris yang akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu
segmen superior,anterior-superior, anterior-inferior, inferiorserta posterior.2

Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis.Untuk persarafan


simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major,
n.splanchnicus imus dan n.lumbalis.Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan
aferen viseral. Sedangkan persarafan simpatis melalui n.vagus.2

3.1.2 Fisiologi

Fungsi ginjal selain mengatur keseimbangan biokimia tubuh dengan cara


mengatur keseimbangan air, konsentrasi garam dalam darah dan asam basa ginjal
juga berperan dalam produksi hormon seperti:4
14

- Eritropoietin: menstimulasi produksi eritrosit di sumsum tulang.


Eritropoietin disekresikan saat ginjal mengalami hipoksia. Hampir semua
hormon eritropoietin yang terdapat dalam darah disekresi oleh ginjal.
- 1,25-Dihydroxyvitamin D3(calcitriol): merupakan bahan aktif dari vitamin
D.Prekursor vitamin D terhidroksilasi di ginjal. Calcitriol adalah vitamin
esensial untuk meregulasi kalsium deposisi pada tulang dan kalsium
reabsorbsi dalam traktus digestivus. Calcitriol juga mempunyai peran
penting dalam refulasi kalsium dan fosfat.
- Renin: berfungsi sebagai regulator tekanan arteri jangka pendek. Renin
bekerja pada jalur angiotensin untuk meningkatkan tekanan vaskuler dan
produksi aldosteron.
- Prostaglandin: berfungsi sebagai vasokonstriktor dan regulasi garam dan
air.
3.2 Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal
ke vesica urinaria. Panjangnya ±25-30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga
pelvis. Panjang ureter sekitar 25 cm yang mengantar kemih dan turun ke bawah
pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke
arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara
oblik.7
Lapisan dinding ureter terdiri dari:7
1. Dinding luar: jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah: lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam: lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.7
3.3 Vesica urinaria7
Vesica urinaria atau kandung kemih terletak di belakang simpisis pubis,
berfungsi menampung urin untuk sementara waktu.Vesica urinaria berbentuk
seperti buah pir dan letaknya berada di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul.Vesica urinaria dapat mengembang dan mengempis.Di dorsal vesica
15

urinaria, pada laki-laki terdapat rectum dan pada wanita ada uterus, portio
supravaginlis dan vagina.Vesica urinaria inferior pada wanita berhadapan dengan
diafragma pelvis dan pada laki-laki berhadapan dengan prostat.
Terdapat segitiga bayangan yang terdiri atas tiga lubang yaitu dua lubang
ureter dan satu lubang uretra pada dasar kandung kemih yang disebut
trigonum/trigon. Lapisan dinding kandung kemih (dari dalam ke luar): lapisan
mukosa, submukosa, otot polos, lapisan fibrosa. Lapisan otot disebut dengan otot
detrusor.Otot longitudinal pada bagian dalam dan luar lapisan sirkular pada bagian
tengah.
Persarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang berhubungan
dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan
medulla spinalis segmen S2 dan S3. Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe
persarafan lain yang penting untuk kandung kemih yaitu serat otot lurik yang
berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter ekstemus. Ini adalah serat saraf
somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter.Kandung
kemih juga menerima syaraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus
hipogastrikus terutama berhubungan dengan segmen L2 medulla spinalis.Serat
simpatis ini merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi
kandung kemih.
3.4 Fisiologi Traktus Urinari
Ginjal merupakan organ utama yang bekerja pada sistem urinari. Ginjal
memiliki fungsi yaitu: 7
a) Regulasi komposisi ion darah
Ginjal membantu meregulasi kadar ion dalam darah, terutama ion Sodium
(Na-), potassium (K-), kalsium (Ca2+) , Klorida (Cl-), Fosfat (HPO42-).
b) Regulasi pH darah
Ginjal ekskresi sejumlah ion hydrogen kedalam urin dan menjaga ion
bikarbonat, yang merupakan buffer penting bagi ion hydrogen.
c) Regulasi volume darah
Ginjal mengatur volume darah dengan eliminasi air didalam urin.Peningkatan
volume darah meningkatkan tekanan darah, begitu juga sebaliknya.
d) Regulasi tekanan darah
16

Ginjal membantu regulasi tekanan darah dengan sekresi enzim rennin, yang
mengaktivasi jalur rennin-angiotensin-aldosteron. Peningkatan rennin
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
e) Memantau osmolaritas darah
Dengan meregulasi hilangnya air dan solute di urin, ginjal memantau
osmolaritas darah mendekati 300 miliosmol per liter (mOsm/liter).
f) Produksi hormone
Ginjal memproduksi 2 hormon.Kalsitriol, bentuk aktif dari vitamin D,
membantu regulasi homeostasis kalsium dan eritropoietin, stimulasi produksi
eritrosit.
g) Regulasi kadar glukosa darah
Ginjal mampu menggunakan asam amino glutamine dalam
glukoneogenesis.sintesis glukosa baru. ginjal juga melepaskan glukosa
kedalam darah untuk memantau kadar glukosa darah normal.
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat
terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi
plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan
air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat
terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan
urin.8
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari
darah pun diubah menjadi urin.8
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.
a. Filtrasi: kapsula bowman dari badan malphigi menyaring darah dalam
glomerulus yang mengandung air, garam , gula, urea dan zat bermolekul
besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrate glomerulus (urin
primer). Di dalam filtrate ni terlarut zat seperti glukosa, asam amno dan
garam-garam.8
17

b. Reabsorbsi : zat dalam urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi
di tubulus kontortus proksimal yang akan menghasilkan filtrat tubulus (urin
sekunder) dengan kadar urea tinggi.
c. Sekresi : pada tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat
lain yang tidak digunakan dan teradi reabsorbsi aktif ion Na+, dan Cl-,
sekresi H+ dan K+. lalu disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.
Urin dialirkan dari ginjal ke ureter dan kedalam vesica urinaria secara
intermiten oleh gelombang kontraksi peristaltik pelvis renalis dan ureter.Pelvis
renalis mengirim urin ke ureter proksimal.Ureter proksimal menerima bolus urin,
ureter proksimal dilatasi dan urin menstimulasi ureter proksimal berkontraksi saat
ureter distal relaksasi. Sehingga bolus urin mampu dialirkan ke distal.9
Gelombang peristaltic berasal dari koleksi sel-sel pacemaker dalam
regionproksimal kaliks renal.Pada manusia, terdapat lokasi pacemaker multiple
didalam kaliks proksimal.Untuk mendorong bolus urin, dinding ureter harus
bersentuhan. Gelombang peristaltic ureter terjadi 2-6 kali per menit dengan
tekanan kontraksi ureter berkisar dari 20-80 cm H2O.9

1.5 Urolitiasis

3.5.1 Definisi

Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu (kalkuli)pada traktus urinarius.


Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan kasus ini paling
sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan vesica urinaria sebagian
besar berasal dari ginjal. Urolitiasis adalah penyebab umum adanya keluhan
ditemukan darah dalam urin dan nyeri di abdomen, pelvis, atau inguinal.
Urolitiasis terjadi pada 1 dari 20 orang pada suatu waktu dalam kehidupan
mereka.

3.5.2 Epidemiologi

Urolithiasis merupakan masalah kesehatan yang umum sekarang ditemukan.


Diperkirakan 10% dari semua individu dapat menderita urolitiasis selama
hidupnya, meskipun beberapa individu tidak menunjukkan gejala atau keluhan.
Setiap tahunnya berkisar 1 dari 1000 populasi yang dirawat di rumah sakit karena
18

menderita urolitiasis.Laki-laki lebih sering menderita urolitiasis dibandingkan


perempuan, dengan rasio 3:1. Dansetiap tahun rasio ini semakin menurun. Dari
segi umur, yang memiliki risiko tinggi menderita urolitiasis adalah umur diantara
20 dan 40 tahun.

3.5.3 Faktor Resiko

Risiko menderita urolitiasis meningkat akibat dari faktor-faktor apa pun yang
menyebabkan terjadinya urin yang stasis yang berkaitan dengan menurun atau
tersumbatnya aliran urin. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka
insiden urolitiasis meliputi:

- Laki-laki: mengekskresi sedikit sitrat dan banyak kalsium dibandingkan


perempuan.
- Etnis: Etnis Amerika, Afrika atau Israel memiliki risiko tinggi menderita
urolitiasis.
- Riwayat keluarga: beberapa keluarga memiliki kecenderungan
memproduksi mukoprotein yang berlebihan pada traktus urinariusnya,
yang mana dapat meningkatkan terjadinya urolitiasis.
- Riwayat kesehatan: beberapa masalah kesehatan dapat meningkatkan
terjadinya urolitiasis meliputi penyakit di saluran cerna, infeksi saluran
kencing yang berulang dan sistinuria.
- Diet: dehidrasi atau menurunnya intake cairan meningkatkan terjadinya
urolitiasis ditambah dengan meningkatnya konsumsi sodium, oksalat,
lemak, protein, gula, karbohudrat kasar dan vitamin C.
- Lingkungan: beberapa daerah memiliki risiko tinggi menderita urolitiasis
seperti yang beriklim tropis, pegunungan atau padang pasir.
- Obat-obatan: bebrapa macam obat seperti ephedrin, guifenesin, thiazid,
indinavir dan allopurinol dapat menyebabkan terjadinya urolitiasis

3.5.4 Patofisiologi

Adanya kalkuli dalam traktus urinariusdisebabkan oleh dua fenomena dasar.


Fenomena pertama adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk batu,
termasuk kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak
19

sebagai matriks kalkuli, dimana ion dari bentuk kristal superjenuhmembentuk


struktur kristal mikroskopis. Kalkuli yang terbentukmemunculkangejala saat
mereka membentur ureter waktu menuju vesica urinaria.

Fenomena kedua, yang kemungkinan besar berperan dalam pembentukan


kalkuli kalsium oksalat, adalah adanya pengendapan bahan kalkuli matriks
kalsium di papilla renalis, yang biasanya merupakan plakat Randall (yang selalu
terdiri dari kalsium fosfat). Kalsium fosfat mengendap di membran dasar dari
Loop of Henle yang tipis, mengikis ke interstitium, dan kemudian terakumulasi di
ruang sub epitel papilla renalis. Deposit sub epitel, yang telah lama dikenal
sebagai plak Randall, akhirnya terkikis melalui urothelium papiler.Matriks batu,
kalsium fosfat,dan kalsium oksalat secara bertahap diendapkan pada substrat
untuk membentuk kalkulus pada traktus urinarius.

3.5.5 Tanda dan Gejala

Gejala pasti dari urolitiasis tergantung pada lokasi dan ukuran kalkuli dalam
traktus urinarius. Jika kalkuli berukuran kecil tidak menunjukkan gejala. Namun
perlahan keluhanakan dirasakan seiring bertanbahnya ukuran kalkuli seperti:

- Nyeri atau pegal-pegal pada pinggang atau flank yang dapat menjalar ke
perut bagian depan, dan lipatan paha hingga sampai ke kemaluan.
- Hematuria: buang air kecil berdarah.
- Urin berisi pasir, berwarna putih dan berbau
- Nyeri saat buang air kecil-Infeksi saluran kencing
- Demam.

Urolitiasis yang masih berukuran kecil umumnya tidak menunjukkan gejala


yang signifikan, namun perlahan seiring berjalannya waktu dan perkembangan di
saluran kemih akan menimbulkan gejala seperti rasa nyeri (kolik renalis) di
punggung, atau perut bagian bawah (kolik renalis).

Kolik didefinisikan sebagai nyeri tajam yang disebabkan oleh sumbatan,


spasme otot polos, atau terputarnya organ berongga. Kolik renal berarti nyeri
tajam yang disebabkan sumbatan atau spasme otot polos pada saluran ginjal atau
saluran kencing (ureter).
20

Nyeri klasik pada pasien dengan kolik renal akut ditandai dengan nyeri berat
dan tiba-tiba yang awalnya dirasakan pada regio flank dan menyebar keanterior
dan inferior. Hampir 50% dari pasien merakan keluhan mual dan mutah. Kolik
ginjal biasanya nyeri berat, pasien tidak bisa istirahat (posisi irrespektif). Berbeda
dengan pasien peritonitis yang cenderung berbaring saja dan tidak mau bergerak.
Gejala lain adalah lemas, berkeringat, dan nyeri ringan saat palpasi abdominal
ginjal.

Namun untuk batu staghorn walaupun besar sering tanpa gejala nyeri karena
jenis batu ini membesar mengikuti system anatomi saluran ginjal. Gejala dari batu
ginjal atau batuureter dapat diprediksi dari pengetahuan tempat terjadinya
obstruksi. Nyeri yang khas dirasakan pada testis untuk pasien pria dan labia
mayora pada pasien wanita. Lokasi dan karakteristik dari nyeri pada urolitiasis
meliputi:

- Di ureteropelvic: nyeri bersifat ringan sampai berat dirasakan


lokasinya agak dalam dalam regio flank tanpa penyebaran ke regio
inguinal, urgensi (dorongan kuat untuk berkemih disertai dengan
kandung kemih yang tidak nyaman dan banyak berkemih),
frekuensi(sering berkemih), disuria (nyeri saat berkemih) dan
stranguria(pengeluaran urin yang lambat dan nyeri akibat spasme
uretra dan kandung kemih).
- Di ureter: nyeri yang mendadak, berat, nyeri di regio flank dan
ipsilateral dari abdomen bagian bawah, menyebar ke testes atau vulva,
mualyang terus menerus tanpa muntah.
- Di ureter bagian proksimal: nyeri menyebar ke regio flank atau area
lumbar
- Di ureter di bagian medius: nyeri menyebar ke anterior dan caudal
- Di uterer di bagian distal: menyebar ke inguinal atau testes atau labia
majora
- Waktu melewati vesica ruinaria: paling sering asimptomatis, retensio
urinposisional.
21

3.5.6 Klasifikasi Urolitiasis

A. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi


Berdasarkan etiologinya urolitiasis dapat diklasifikasikan menjadi: infeksi,
non infeksi, genetik.
Tabel 1. Klasifikasi Urolitiasis Berdasarkan Etiologi
Urolitiasis Non Infeksi a.Kalsium oksalat
b.Kalsium phospat
c.Asam urat

Urolitiasis dengan Infeksi a.Magnesium ammonium phospat


b.Karbonat apatit
c.Amonium urat

Genetik a.Cistin
b.Xanthin
c.2,8-dihidroksiadenin

B. Klasifikasi Berdasarkan Ukuran dan Lokasi


Berdasarkan diameter ukurannya secara dua dimensi dibagi
menjadi >5 cm, 4-10 cm, 10-20 cm, dan > 20 cm. Sedangkan berdasarkan
posisi anatominya kalkuli dibagi menjadi: calyx superior, medius, atau
inferior; pelvis renali; ureter proksimal, medius, dan distal; dan vesica
urinaria.
C. Klasifikasi Berdasarkan Gambaran Radiologis
Pembagian kalkuli berdasarkan gambaran radiologisnya menjadi
tiga yaitu: radiopak, radiopak lemah, dan radiolusen. Yang bersifat
radiopak yaitu: kalkuli kalsium oksalat dihidrat, kalsium oksalat
monohidrat, dan kalsium phospat. Yang gambaran radiologisnya radiopak
lemah: magnesium ammonium phospat, apatite, dan sistin. Dan yang
tergolong radiolusen: kalkuli asam urat, amonium urat, xanthin, 2,8-
didroksiadenin, batu karena obat-obatan.
22

3.5.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Diagnosis adanya kalkuli pada traktus urinarius dimulai dari
wawancaraadanya keluhan klasik berupa kolik renalis. Bagaimana onset,
kualitas dan durasi dari kolik renalis tersebut. Nyeri pada kolik renalis
ditandai nyeri akut dan berat pada regio flank yang menjalar ke anterior
dan inferior abdomen. Pasien terlihat tidak bisa diam, selalu menggeliat
berbeda dengan nyeri karena peritonitis dimana pasien selalu diam dan
berbaring.Pada saat wawancara juga ditanyakan adanya riwayat urolitiasis
sebelumnya dan juga adakah keluarga yang menderita urolitiasis.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik vital sign jangan pernah lupa dilakukan. Demam juga
bisa dijumpai saat muncul kolik renalis, jika ada infeksi pada kasus
hidronefrosis, pienefrosis atau abses perinephritik. Adanya takikardia dan
berkeringat juga bisa dijumpai. Pada kasus dimana terjadi hidronephrosis
yang disebabkan oleh obstruksi pada ureter ditemukan adanya flank
ternderness. Pemeriksaan abdomen dan genetalia biasanya meragukan
(harus hati-hati).Bila pasien merasakan nyeri didaerah terebut, tapi tanda-
tanda kelainan tidak ada dijumpai, maka kemungkinan nyeri berasal dari
batu ginjal.
3.5.8 Pemeriksaan Penunjang
A. Pemerikasaan Laboratorium
Pada 85% dari pasien yang mengalami kolik renalis pada pemeriksaan
urinalisisnya ditemukan adanya hematuria secara mikroskopis, kadang-kadang
kristaluria. Derajat hematuria bukan merupakan ukuran untuk memperkirakan
besar batu atau kemungkinan lewatnyasuatu batu. Tidak dijumpai hematuria
secara mikroskopis pada urinalisis tidaklah menyingkirkan adanya suatu batu
saluran kemih, dan lebih kurang 10% penderitabatu urin dijumpai darah didalam
urinnya.
Bakteriuria biasanya tidak dijumpai kecuali bila pasien secara bersamaan
menderita infeksi saluran kencing (ISK). Meskipun ISK bukan secara langsung
merupakan konsekuensi dari batu, tapi ISK dapat terjadi setelah instrumentasi atau
23

pemakaian alat seperti kateter pada bedah traktus urinarius ataupun dalam
pengobatan batu ginjal. Urinalisis harus dilakukan dalam pada semua pasien
dengan dugaan urolitiasis. Selain mikrohematuria tipikal, temuan penting yang
perlu diperhatikan adalah pH urin dan adanya kristal, yang dapat membantu
mengidentifikasi komposisi batu. Penderita batu asam urat biasanya memiliki urin
yang bersifat asam, dan mereka yang memiliki formasi batu akibat infeksi
memiliki urine alkalin.
Identifikasi bakteri penting dalam perencanaan terapi, dan kultur urin
harus dilakukan secara rutin. Pyuria terbatas adalah respon yang cukup umum
terhadap iritasi yang disebabkan oleh batu dan, dengan tidak adanya bakteriuria,
umumnya tidak menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang berdampingan.
B. Radiologi
Untuk diagnosa pasti adanya batu adalah dengan Intravenous Pielography
(IVP) dan foto polos abdomen atau Blass Nier Overzicht (BNO). Namun pada
keadaan tertentu misalnya wanita hamil, ada riwayat tak tahan dengan zat kontras,
ditentukan dengan pemeriksaan Ultrasonography (USG). Dikatakan USG lebih
sensitive untuk mendeteksi batu ureteral vesical junction dibandingkan dengan
IVP, Namun juga dikatakan bahwa USG tidak dapat mendeteksi batu ureter
tengah dan distal.
Ultrasonografi abdomen terbatas digunakan dalam diagnosis dan pengelolaan
urolitiasis. Meskipun ultrasonografi sudah tersedia, dilakukan dengan cepat dan
sensitif terhadap kalkuli ginjal, hampir sulit mendeteksi adanya batu ureter
(sensitivitas: 19 persen), yang kemungkinan besar bersifat simtomatik daripada
kalkuli ginjal. Namun, jika batu ureter itu ada, divisualisasikan dengan ultrasound,
temuannya dapat diandalkan (spesifisitas: 97 persen). Pemeriksaan ultrasonografi
juga sangat sensitif terhadap hidronefrosis, yang mungkin merupakan manifestasi
obstruksi ureter, namun seringkali terbatas pada penentuan tingkat atau sifat
obstruksi.
Radiografi polos BNO mungkin cukup untuk mendokumentasikan ukuran dan
lokasi kalkuli yang bersifat radiopaque. Batu yang mengandung kalsium, seperti
batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, paling mudah dideteksi dengan
radiografi. Batu yang bersifat radiopaque lemah, seperti batu asam urat murni dan
24

batu yang terutama terdiri dari sistin atau magnesium amonium fosfat, mungkin
sulit, jika tidak mungkin, untuk dideteksi pada radiografi film biasa.
Kalkuli yang bersifat radiopaque sering dikaburkan oleh tinja atau gas usus,
dan batu-batu ureter yang melintang diatas processus transversus corpus vertebra
sangat sulit untuk diidentifikasi. Selanjutnya, radiopacities nonurologis, seperti
kelenjar getah bening yang mengalamikalsifikasi, batu empedu, tinja dan
phlebolith (vena pelvis yang mengandung kalsifikasi), dapat disalahartikan
sebagai batu. Meskipun 90%kalkuli urinsecara historis dianggap radioopak,
sensitivitas dan spesifisitas radiografi BNO tetap saja buruk (sensitivitas: 45-59%;
Spesifisitas: 71-77%). Intravenous Pielography (IVP) telah dianggap sebagai
modalitas pencitraan standar untuk urolitiasis. IVP memberikan informasi yang
berguna tentang batu (ukuran, lokasi, radio densitas) dan lingkungannya (anatomi
calyx, tingkat obstruksi), serta unit ginjal kontralateral (fungsi, anomali). IVP
tersedia secara luas, dan interpretasinya juga terstandarisasi. Dengan modalitas
pencitraan ini, kalkulus ureter dapat dengan mudah dibedakan dari radio pacities
non urologis.
Keakuratan IVP dapat dimaksimalkan dengan persiapan usus yang tepat, dan
efek buruk kontras yang merugikan. Media dapat diminimalkan dengan
memastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik. Sayangnya, langkah persiapan
ini memerlukan waktu dan seringkali tidak bisa dilakukan saat pasien dalam
kondisi darurat. Dibandingkan dengan USG abdomendan BNO, IVPmemiliki
sensitivitas yang lebih tinggi (64-87%) dan spesifisitas (92-94%) untukdeteksi
urolitiasis. Namun, IVP dapat membingungkan dengan adanya batu radiolusen
yang tidak mengganggu, yang mungkin tidak selalu menghasilkan "defek
pengisian." Selanjutnya, pada pasien dengan obstruksi tingkat tinggi,bahkan IVP
yang berkepanjangan selama 12-24 jam mungkin tidak menunjukkantingkat
penyumbatan karena konsentrasi media kontras yang tidak memadai.
Media kontras yang digunakan dalam IVP efek samping berupa nefrotoksik
yang telah terbukti. Kadar serum kreatini harus diukur sebelum media kontras
diberikan. Meskipun kadarserum kreatinin lebih besar dari 1,5 mg/dL (130
μmol/L) bukan kontraindikasi mutlak. Risiko dan manfaat menggunakan media
kontras harus dipertimbangkan dengan hati-hati, terutama pada pasien diabetes
25

melitus, penyakit kardiovaskular atau mieloma multipel. Resiko ini dapat


diminimalisir dengan menghidrasi pasiendenagn cukup, meminimalkan jumlah
bahan kontras yang diinfuskan, dan memaksimalkan interval waktu antara
pemberian kontras berturut-turut. Meskipun demikian, adalah bijaksana untuk
menghindari penggunaan media kontras bila modalitas pencitraan alternatif dapat
memberikan informasi yang setara.
3.5.9 Tatalaksana10
Untuk pengobatan perlu dicari penyebab dari penyakit ini sehingga dapat
dilakukan diagnosis yang tepat dan terapi yang sesuai untuk menghilangkan
penyebab tersebut.Selain itu, pengobatan juga dilakukan berdasarkan keluhan
yang muncul, misalnya apabila terjadi infeksi dari saluran kemih dapat diberikan
antibiotik untuk mengobati infeksi, apabila terjadi nyeri dapat diberikan obat-
obatan anti-nyeri. Apabila terjadi gangguan terhadap BAK misalnya tidak dapat
atau tidak bisa BAK dapat dilakukan pemasangan kateter untuk mengurangi
gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita. Dapat juga dilakukan tindakan
operatif untuk memperbaiki kelainan dari struktur.
Medikamentosa:
Terapi medikamentosa untuk kalkulus memerlukan waktu yang panjang.
Tujuan pemberian obat adalah untuk melarutkanatau menghancurkan kalkulus
sehingga dapat melewati traktus urinarius dengan mudah. Selain itu bertujuan
untuk mencegah munculnya kembali kalkulus pada traktus urinarius. Terutama
pada pasien yang memiliki risiko tinggi seperti menderita urolitiasis sebelum
umur 30 tahun, memiliki keluarga yang sama menderita urolitiasis, dan pasien
yang menderita urolitiasis setelah pembedahan.

 Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm diharapkan
dapat keluar dengan spontan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri saat
proses pengeluaran batu dengan cara miksi. Pemberian diuretik dapat
digunakan untuk memperlancar aliran urin. Edukasi pasien untuk minum
banyak juga dapat dilakukan untuk memperlancar aliran urin.
 Oral alkanizing agentsseperti natrium atau kalium bikarbonat dapat
mendisolusikan batu yang bersifat asam. Kontraindikasi obat ini adalah
pasien dengan riwayat gagal jantung atau gagal ginjal.
26

Non Medikamentosa
 ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) :alat ini dapat memecah
batu ginjal, ureter proksimal atau buli buli tanpa melalui tindakan invasive
dan tanpa pembiusan. Menggunakan shockwave batu dapat dipecahkan.
Pasien dapat merasa nyeri kolik pada proses pemecahan batu.
Kontraindikasi pemecahan batu menggunakan ESWL adalah pasien hamil,
infeksi saluran kemih dan batu sistein.
 PCNL (Percutaneus Nephrolithotomy): menggunakan alat endoskopike
sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dipecah menjadi
ukuran yang lebih kecil. Metode ini digunakan untuk batu > 2 cm.
Keberhasilan PNL sendiri mencapai 56%.Kontraindikasi meliputi
penggunaan antikoagulan, infeksi salurankemih yang belum diatasi, tumor
traktus urinarius, kehamilan.1
 Litotripsi: menggunakan alat litotriptor dengan akses dari uretra, batudapat
dipecahkan menjadi fragmen kecil. Pecahan batu dapat dikeluarkan dengan
evakuator Ellik.1
 Ureteroskopi (URS): dengan memasukkan alat ureteroskopi per uretramguna
melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi
tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat
dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.1
 Bedah terbuka :di klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai
untuk tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu
masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara
lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada
saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau
pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah
(pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengekurtan
akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.1
 Pemasangan DJ-Stent : merupakan pemasangan alat di ureter,satu ekornya
di sistem pelvikokaliks ginjal dan satu lagi di kandung kemih. Fungsinya
untuk mempermudah aliran kencing dari ginjal ke kandung kencing, juga
memudahkan terbawanya serpihan batu saluran kencing. Ketika ujung J-stent
27

berada di sistema pelvik lokaliks maka peristaltik ureter terhenti sehingga


seluruh ureter dilatasi. Lama usia DJ stent bervariasi, umumnya 2 bulan dan
terdapat yang dapat berusia 1 tahun. Jika tidak diberikan keterangan, biasanya
DJ stent berusia 2 bulan. Disarankan DJ stent dicabut atau diganti setelah 2
bulan.

3.5.10 Pencegahan3
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang
tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan.
Angka kekambuhan batu saluran kemih rata – rata 7% pertahun atau kurang
lebih 50% dalam 10 tahun.
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur
yang menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada
umumnya pencegahan itu berupa :
- Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi
urine sebanyak 2-3 liter per hari
- Diet untuk mengurangi kadar zat – zat komponen pembentuk batu,
- Aktivitas harian yang cukup, dan
- Pemberian medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah :
- Rendah protein, karena protein akan memacu eksresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam,
- Rendah oksalat.
- Rendah garam karena nutriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri,
dan
- Rendah purin.
28

BAB IV
ANALISA KASUS

Seorang pasien, Tn. K 54 tahun datang ke RSUD Raden Mattaher


Jambi dengan keluhan nyeri pinggang kanan yang memberat sejak 3 hari
SMRS. Pasien mengeluhkan nyeri hebat yang dirasakan terus menerus pada
pinggang sebelah kanan. Nyeri dirasa memberat ketika duduk dan membaik
ketika berbaring. Nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga mengeluhkan
demam sudah 1 minggu SMRS, mual (+), muntah (+), nyeri dan terasa panas
saat BAK (+), Riwayat BAK terputus-putus(+), BAK dirasakan seperti
berpasir (-), BAK berwarna kecoklatan/merah(-). Riwayat pancaran BAK
melemah (+). Riwayat pasien mengedan sebelum BAK (+). Riwayat merasa
tidak puas setelah BAK(+). Riwayat trauma di pinggang/perut (-). Keluhan
pada BAB tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit
sedang, nyeri ketok CVA kanan (+), nyeri ketok suprasimfisis (-), massa (-),
tidak teraba pembesaran ginjal.
Pasien di diagnosa mengalami Stenosis ureter proksimal dextra + Batu
ureter proksimal dextra. Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu:
IVFD Asering 20 tpm , diberikan analgesik sebagai penghilang
rasa nyeri yaitu golongan NSAID: Ketorolac IV drip, diberikan antibiotik
Ceftriaxone 2 mg, dan golongan PPI Omeprazole untuk menghilangkan mual
akibat nyeri kolik. Rencana tindakan yang dilakukan adalah Ureteroscopic
Lithotripsy dextra + DJ stent dextra
29

BAB V
KESIMPULAN
Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu (kalkuli)pada traktus urinarius.
Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan kasus ini paling
sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan vesica urinaria sebagian
besar berasal dari ginjal. Di ureter bagian proksimal: nyeri menyebar ke regio
flank atau area lumbar.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada


penderita ini mengarah pada diagnosis Stenosis ureter proksimal dextra + Batu
ureter proksimal dextra. Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu: IVFD
Asering 20 tpm, diberikan analgesik sebagai penghilang rasa nyeri yaitu golongan
NSAID: Ketorolac IV drip, diberikan antibiotik Ceftriaxone 2 mg, dan golongan
PPI Omeprazole untuk menghilangkan mual akibat nyeri kolik. Rencana tindakan
yang dilakukan adalah
30

DAFTAR PUSTAKA

1. Tanagho, A.E.Smith’s General Urology : Urinary Obstruction and Stasis.


McGraw-Hill: New York. 17th ed : 166, 2010
2. T.M. Wah, M.J. Weston, and H.C. Irving. Case Report: Lower Moiety
PelvicUreteric Junction Obstruction (PUJO) of the Duplex Kidney
Presenting with Pyonephrosis in Adults. The British Journal of Radiology,
76 : 902-912, 2003
3. Purnomo, B.B. Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto Jakarta. 2 nd ed : 128-
135 , 2003
4. Kogan, B.A. Smith’s General Urology : Disorder of The Ureter and
Ureteropelvic Junction. McGraw-Hill: New York. 17th ed : 559-560, 2010
30
5. Taghizadeh, A.K. Duplex Kidney, Ureteroceles and Ectopic Ureters.
Available from http://www.pediatricurologybook.com/du plex-
kidney.html, 2011
6. Khan, A.N. Duplicating Collecting System Imaging. Available from http://
http://www.emedicine.medscape.com/art icle/378075-overview. 2011
7. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Ed 3. Jakarta: Sagung Seto;2014. Hal.
87,103,109
8. Nahdi T. Nefrolithiasis dan Hidronefrosis Sinistra dengan Infeksi Saluran
Kemih Atas. Jurnal Kedokteran Medula (Universitas Lampung).
2013;1(4):45-46
9. Raheem OA, Khandwala YS, Sur RL, Ghani KR, Denstedt JD. Burden of
Urolithiasis: Trends in Prevalence, Treatments, and Costs. Eur Urol Focus.
2017 Feb;3(1):18–26.
10. Ratu G, Badji A. Profil Analisis Batu Saluran Kemih Di Laboratorium
Patologi Klinik. Ind J Clin Pathol Med Lab. 2018;12(3):114–117.
11. Department of Urology at UNC School of Medicine. Hydronephrosis.
Cited by 15 April 2018. Available from:
https://www.med.unc.edu/urology/patientinfo/peds%20urology-1/what-
we-treat/hydronephrosis
12. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC; 2012
31

13. Tortora GJ&Bryan D. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.


USA:John Wiley & Sons;2009. P.1023,1090.
14. Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007
15. Reynard J, Simon B, & Suzanne B. Oxford Handbook of Urology. 3rd Ed.
China: C&C Offset Printing;2013. P.495,4009.
16. Alwi I, Simon S, Rudy H, Juferdy K, Dicky L. Penatalaksanaan di Bidang
Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktis Klinis. Jakarta: Interna
Publishing; 2015.
17. Wardana, I. Urolithiasis. Bagian Anatomi FK UNUD : Denpasar; 2017
diakses pada (25 November 2019).
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2bfd96d7644f6e43
a0c1ac7bed07f3bb.pdf

Anda mungkin juga menyukai