Oleh:
Pembimbing:
Pembimbing,
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul “Stenosis
Ureter Proksimal Dextra + Batu Ureter Proksimal Dextra” ini dibuat dengan tujuan
sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah di RSUD
Raden Mattaher Jambi.
Selain itu, saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman saya yang
berada dalam satu kelompok kepaniteraan yang sama atas dukungan dan bantuan
mereka selama saya menjalani kepaniteraan ini. Pengalaman saya dalam
kepaniteraan ini akan selalu menjadi suatu inspirasi. Saya juga mengucapkan rasa
terimakasih yang mendalam kepada kedua orangtua saya atas bantuan, dukungan
baik secara moril maupun materil, dan kasihnya.
Penulis menyadari bahwa refrat ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan refrat ini.Akhir kata dengan segala kekurangan yang ada, penulis
berharap semoga refrat ini dapat bermanfaat terutama kepada pembaca dan penulis
sendiri.
Penulis
1
BAB I
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pinggang kanan yang memberat sejak ± 3 hari SMRS
STATUS UROLOGI
STATUS KHUSUS BATU SALURAN KEMIH
Nama : Tn. K
Umur : 54 Tahun
Pekerjaan : Swasta
RIWAYAT PENYAKIT
PEMERIKSAAN FISIK
Dextra + - - -
Simistra - - - -
Elektrolit
Na : 135,57 mmol/ L
K : 3,33 mmol/ L
Cl : 103,40 mmol/ L
Ca : 1,05 mmol/ L
Ultrasonografi
6
Kesan :
1. Tampak posisi DJ Stent baik pada ginjal
2. Ureter kanan tak tampak batu tractus urinarius
2.2 Diagnosa Kerja
Stenosis ureter proksimal dextra + Batu ureter proksimal dextra
2.3 Diagnosis Banding
- Nefrolithiasis Dextra
- Vesicolitiasis Dextra
- Pielonefritis Dextra
2.4 Penatalaksanaan
Medikamentosa:
- IVFD Asering 20 tpm
- Inj Ceftriaxone 1 x 2 gr
- Inj Ketorolac 1x1 amp
- Inj Omeprazole 2x1
Non-Medikamentosa:
7
2.6 Follow Up
Tanggal 21-10-2019
S O A P
Tanggal 22-10-2019
S O A P
Tanggal 23-10-2019
S O A P
Tanggal 24-10-2019
S O A P
Tanggal 25-10-2019
S O A P
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Ginjal
3.1.1 Anatomi
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya
retroperitoneal.Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)
dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah
kanan.Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan
kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub
bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari
krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra
L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih
rendah dibandingkan ginjal kiri.1
3.1.2 Fisiologi
urinaria, pada laki-laki terdapat rectum dan pada wanita ada uterus, portio
supravaginlis dan vagina.Vesica urinaria inferior pada wanita berhadapan dengan
diafragma pelvis dan pada laki-laki berhadapan dengan prostat.
Terdapat segitiga bayangan yang terdiri atas tiga lubang yaitu dua lubang
ureter dan satu lubang uretra pada dasar kandung kemih yang disebut
trigonum/trigon. Lapisan dinding kandung kemih (dari dalam ke luar): lapisan
mukosa, submukosa, otot polos, lapisan fibrosa. Lapisan otot disebut dengan otot
detrusor.Otot longitudinal pada bagian dalam dan luar lapisan sirkular pada bagian
tengah.
Persarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang berhubungan
dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan
medulla spinalis segmen S2 dan S3. Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe
persarafan lain yang penting untuk kandung kemih yaitu serat otot lurik yang
berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter ekstemus. Ini adalah serat saraf
somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter.Kandung
kemih juga menerima syaraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus
hipogastrikus terutama berhubungan dengan segmen L2 medulla spinalis.Serat
simpatis ini merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi
kandung kemih.
3.4 Fisiologi Traktus Urinari
Ginjal merupakan organ utama yang bekerja pada sistem urinari. Ginjal
memiliki fungsi yaitu: 7
a) Regulasi komposisi ion darah
Ginjal membantu meregulasi kadar ion dalam darah, terutama ion Sodium
(Na-), potassium (K-), kalsium (Ca2+) , Klorida (Cl-), Fosfat (HPO42-).
b) Regulasi pH darah
Ginjal ekskresi sejumlah ion hydrogen kedalam urin dan menjaga ion
bikarbonat, yang merupakan buffer penting bagi ion hydrogen.
c) Regulasi volume darah
Ginjal mengatur volume darah dengan eliminasi air didalam urin.Peningkatan
volume darah meningkatkan tekanan darah, begitu juga sebaliknya.
d) Regulasi tekanan darah
16
Ginjal membantu regulasi tekanan darah dengan sekresi enzim rennin, yang
mengaktivasi jalur rennin-angiotensin-aldosteron. Peningkatan rennin
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
e) Memantau osmolaritas darah
Dengan meregulasi hilangnya air dan solute di urin, ginjal memantau
osmolaritas darah mendekati 300 miliosmol per liter (mOsm/liter).
f) Produksi hormone
Ginjal memproduksi 2 hormon.Kalsitriol, bentuk aktif dari vitamin D,
membantu regulasi homeostasis kalsium dan eritropoietin, stimulasi produksi
eritrosit.
g) Regulasi kadar glukosa darah
Ginjal mampu menggunakan asam amino glutamine dalam
glukoneogenesis.sintesis glukosa baru. ginjal juga melepaskan glukosa
kedalam darah untuk memantau kadar glukosa darah normal.
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat
terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi
plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan
air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat
terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan
urin.8
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari
darah pun diubah menjadi urin.8
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.
a. Filtrasi: kapsula bowman dari badan malphigi menyaring darah dalam
glomerulus yang mengandung air, garam , gula, urea dan zat bermolekul
besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrate glomerulus (urin
primer). Di dalam filtrate ni terlarut zat seperti glukosa, asam amno dan
garam-garam.8
17
b. Reabsorbsi : zat dalam urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi
di tubulus kontortus proksimal yang akan menghasilkan filtrat tubulus (urin
sekunder) dengan kadar urea tinggi.
c. Sekresi : pada tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat
lain yang tidak digunakan dan teradi reabsorbsi aktif ion Na+, dan Cl-,
sekresi H+ dan K+. lalu disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.
Urin dialirkan dari ginjal ke ureter dan kedalam vesica urinaria secara
intermiten oleh gelombang kontraksi peristaltik pelvis renalis dan ureter.Pelvis
renalis mengirim urin ke ureter proksimal.Ureter proksimal menerima bolus urin,
ureter proksimal dilatasi dan urin menstimulasi ureter proksimal berkontraksi saat
ureter distal relaksasi. Sehingga bolus urin mampu dialirkan ke distal.9
Gelombang peristaltic berasal dari koleksi sel-sel pacemaker dalam
regionproksimal kaliks renal.Pada manusia, terdapat lokasi pacemaker multiple
didalam kaliks proksimal.Untuk mendorong bolus urin, dinding ureter harus
bersentuhan. Gelombang peristaltic ureter terjadi 2-6 kali per menit dengan
tekanan kontraksi ureter berkisar dari 20-80 cm H2O.9
1.5 Urolitiasis
3.5.1 Definisi
3.5.2 Epidemiologi
Risiko menderita urolitiasis meningkat akibat dari faktor-faktor apa pun yang
menyebabkan terjadinya urin yang stasis yang berkaitan dengan menurun atau
tersumbatnya aliran urin. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka
insiden urolitiasis meliputi:
3.5.4 Patofisiologi
Gejala pasti dari urolitiasis tergantung pada lokasi dan ukuran kalkuli dalam
traktus urinarius. Jika kalkuli berukuran kecil tidak menunjukkan gejala. Namun
perlahan keluhanakan dirasakan seiring bertanbahnya ukuran kalkuli seperti:
- Nyeri atau pegal-pegal pada pinggang atau flank yang dapat menjalar ke
perut bagian depan, dan lipatan paha hingga sampai ke kemaluan.
- Hematuria: buang air kecil berdarah.
- Urin berisi pasir, berwarna putih dan berbau
- Nyeri saat buang air kecil-Infeksi saluran kencing
- Demam.
Nyeri klasik pada pasien dengan kolik renal akut ditandai dengan nyeri berat
dan tiba-tiba yang awalnya dirasakan pada regio flank dan menyebar keanterior
dan inferior. Hampir 50% dari pasien merakan keluhan mual dan mutah. Kolik
ginjal biasanya nyeri berat, pasien tidak bisa istirahat (posisi irrespektif). Berbeda
dengan pasien peritonitis yang cenderung berbaring saja dan tidak mau bergerak.
Gejala lain adalah lemas, berkeringat, dan nyeri ringan saat palpasi abdominal
ginjal.
Namun untuk batu staghorn walaupun besar sering tanpa gejala nyeri karena
jenis batu ini membesar mengikuti system anatomi saluran ginjal. Gejala dari batu
ginjal atau batuureter dapat diprediksi dari pengetahuan tempat terjadinya
obstruksi. Nyeri yang khas dirasakan pada testis untuk pasien pria dan labia
mayora pada pasien wanita. Lokasi dan karakteristik dari nyeri pada urolitiasis
meliputi:
Genetik a.Cistin
b.Xanthin
c.2,8-dihidroksiadenin
3.5.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Diagnosis adanya kalkuli pada traktus urinarius dimulai dari
wawancaraadanya keluhan klasik berupa kolik renalis. Bagaimana onset,
kualitas dan durasi dari kolik renalis tersebut. Nyeri pada kolik renalis
ditandai nyeri akut dan berat pada regio flank yang menjalar ke anterior
dan inferior abdomen. Pasien terlihat tidak bisa diam, selalu menggeliat
berbeda dengan nyeri karena peritonitis dimana pasien selalu diam dan
berbaring.Pada saat wawancara juga ditanyakan adanya riwayat urolitiasis
sebelumnya dan juga adakah keluarga yang menderita urolitiasis.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik vital sign jangan pernah lupa dilakukan. Demam juga
bisa dijumpai saat muncul kolik renalis, jika ada infeksi pada kasus
hidronefrosis, pienefrosis atau abses perinephritik. Adanya takikardia dan
berkeringat juga bisa dijumpai. Pada kasus dimana terjadi hidronephrosis
yang disebabkan oleh obstruksi pada ureter ditemukan adanya flank
ternderness. Pemeriksaan abdomen dan genetalia biasanya meragukan
(harus hati-hati).Bila pasien merasakan nyeri didaerah terebut, tapi tanda-
tanda kelainan tidak ada dijumpai, maka kemungkinan nyeri berasal dari
batu ginjal.
3.5.8 Pemeriksaan Penunjang
A. Pemerikasaan Laboratorium
Pada 85% dari pasien yang mengalami kolik renalis pada pemeriksaan
urinalisisnya ditemukan adanya hematuria secara mikroskopis, kadang-kadang
kristaluria. Derajat hematuria bukan merupakan ukuran untuk memperkirakan
besar batu atau kemungkinan lewatnyasuatu batu. Tidak dijumpai hematuria
secara mikroskopis pada urinalisis tidaklah menyingkirkan adanya suatu batu
saluran kemih, dan lebih kurang 10% penderitabatu urin dijumpai darah didalam
urinnya.
Bakteriuria biasanya tidak dijumpai kecuali bila pasien secara bersamaan
menderita infeksi saluran kencing (ISK). Meskipun ISK bukan secara langsung
merupakan konsekuensi dari batu, tapi ISK dapat terjadi setelah instrumentasi atau
23
pemakaian alat seperti kateter pada bedah traktus urinarius ataupun dalam
pengobatan batu ginjal. Urinalisis harus dilakukan dalam pada semua pasien
dengan dugaan urolitiasis. Selain mikrohematuria tipikal, temuan penting yang
perlu diperhatikan adalah pH urin dan adanya kristal, yang dapat membantu
mengidentifikasi komposisi batu. Penderita batu asam urat biasanya memiliki urin
yang bersifat asam, dan mereka yang memiliki formasi batu akibat infeksi
memiliki urine alkalin.
Identifikasi bakteri penting dalam perencanaan terapi, dan kultur urin
harus dilakukan secara rutin. Pyuria terbatas adalah respon yang cukup umum
terhadap iritasi yang disebabkan oleh batu dan, dengan tidak adanya bakteriuria,
umumnya tidak menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang berdampingan.
B. Radiologi
Untuk diagnosa pasti adanya batu adalah dengan Intravenous Pielography
(IVP) dan foto polos abdomen atau Blass Nier Overzicht (BNO). Namun pada
keadaan tertentu misalnya wanita hamil, ada riwayat tak tahan dengan zat kontras,
ditentukan dengan pemeriksaan Ultrasonography (USG). Dikatakan USG lebih
sensitive untuk mendeteksi batu ureteral vesical junction dibandingkan dengan
IVP, Namun juga dikatakan bahwa USG tidak dapat mendeteksi batu ureter
tengah dan distal.
Ultrasonografi abdomen terbatas digunakan dalam diagnosis dan pengelolaan
urolitiasis. Meskipun ultrasonografi sudah tersedia, dilakukan dengan cepat dan
sensitif terhadap kalkuli ginjal, hampir sulit mendeteksi adanya batu ureter
(sensitivitas: 19 persen), yang kemungkinan besar bersifat simtomatik daripada
kalkuli ginjal. Namun, jika batu ureter itu ada, divisualisasikan dengan ultrasound,
temuannya dapat diandalkan (spesifisitas: 97 persen). Pemeriksaan ultrasonografi
juga sangat sensitif terhadap hidronefrosis, yang mungkin merupakan manifestasi
obstruksi ureter, namun seringkali terbatas pada penentuan tingkat atau sifat
obstruksi.
Radiografi polos BNO mungkin cukup untuk mendokumentasikan ukuran dan
lokasi kalkuli yang bersifat radiopaque. Batu yang mengandung kalsium, seperti
batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, paling mudah dideteksi dengan
radiografi. Batu yang bersifat radiopaque lemah, seperti batu asam urat murni dan
24
batu yang terutama terdiri dari sistin atau magnesium amonium fosfat, mungkin
sulit, jika tidak mungkin, untuk dideteksi pada radiografi film biasa.
Kalkuli yang bersifat radiopaque sering dikaburkan oleh tinja atau gas usus,
dan batu-batu ureter yang melintang diatas processus transversus corpus vertebra
sangat sulit untuk diidentifikasi. Selanjutnya, radiopacities nonurologis, seperti
kelenjar getah bening yang mengalamikalsifikasi, batu empedu, tinja dan
phlebolith (vena pelvis yang mengandung kalsifikasi), dapat disalahartikan
sebagai batu. Meskipun 90%kalkuli urinsecara historis dianggap radioopak,
sensitivitas dan spesifisitas radiografi BNO tetap saja buruk (sensitivitas: 45-59%;
Spesifisitas: 71-77%). Intravenous Pielography (IVP) telah dianggap sebagai
modalitas pencitraan standar untuk urolitiasis. IVP memberikan informasi yang
berguna tentang batu (ukuran, lokasi, radio densitas) dan lingkungannya (anatomi
calyx, tingkat obstruksi), serta unit ginjal kontralateral (fungsi, anomali). IVP
tersedia secara luas, dan interpretasinya juga terstandarisasi. Dengan modalitas
pencitraan ini, kalkulus ureter dapat dengan mudah dibedakan dari radio pacities
non urologis.
Keakuratan IVP dapat dimaksimalkan dengan persiapan usus yang tepat, dan
efek buruk kontras yang merugikan. Media dapat diminimalkan dengan
memastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik. Sayangnya, langkah persiapan
ini memerlukan waktu dan seringkali tidak bisa dilakukan saat pasien dalam
kondisi darurat. Dibandingkan dengan USG abdomendan BNO, IVPmemiliki
sensitivitas yang lebih tinggi (64-87%) dan spesifisitas (92-94%) untukdeteksi
urolitiasis. Namun, IVP dapat membingungkan dengan adanya batu radiolusen
yang tidak mengganggu, yang mungkin tidak selalu menghasilkan "defek
pengisian." Selanjutnya, pada pasien dengan obstruksi tingkat tinggi,bahkan IVP
yang berkepanjangan selama 12-24 jam mungkin tidak menunjukkantingkat
penyumbatan karena konsentrasi media kontras yang tidak memadai.
Media kontras yang digunakan dalam IVP efek samping berupa nefrotoksik
yang telah terbukti. Kadar serum kreatini harus diukur sebelum media kontras
diberikan. Meskipun kadarserum kreatinin lebih besar dari 1,5 mg/dL (130
μmol/L) bukan kontraindikasi mutlak. Risiko dan manfaat menggunakan media
kontras harus dipertimbangkan dengan hati-hati, terutama pada pasien diabetes
25
Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm diharapkan
dapat keluar dengan spontan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri saat
proses pengeluaran batu dengan cara miksi. Pemberian diuretik dapat
digunakan untuk memperlancar aliran urin. Edukasi pasien untuk minum
banyak juga dapat dilakukan untuk memperlancar aliran urin.
Oral alkanizing agentsseperti natrium atau kalium bikarbonat dapat
mendisolusikan batu yang bersifat asam. Kontraindikasi obat ini adalah
pasien dengan riwayat gagal jantung atau gagal ginjal.
26
Non Medikamentosa
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) :alat ini dapat memecah
batu ginjal, ureter proksimal atau buli buli tanpa melalui tindakan invasive
dan tanpa pembiusan. Menggunakan shockwave batu dapat dipecahkan.
Pasien dapat merasa nyeri kolik pada proses pemecahan batu.
Kontraindikasi pemecahan batu menggunakan ESWL adalah pasien hamil,
infeksi saluran kemih dan batu sistein.
PCNL (Percutaneus Nephrolithotomy): menggunakan alat endoskopike
sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dipecah menjadi
ukuran yang lebih kecil. Metode ini digunakan untuk batu > 2 cm.
Keberhasilan PNL sendiri mencapai 56%.Kontraindikasi meliputi
penggunaan antikoagulan, infeksi salurankemih yang belum diatasi, tumor
traktus urinarius, kehamilan.1
Litotripsi: menggunakan alat litotriptor dengan akses dari uretra, batudapat
dipecahkan menjadi fragmen kecil. Pecahan batu dapat dikeluarkan dengan
evakuator Ellik.1
Ureteroskopi (URS): dengan memasukkan alat ureteroskopi per uretramguna
melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi
tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat
dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.1
Bedah terbuka :di klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai
untuk tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu
masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara
lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada
saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau
pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah
(pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengekurtan
akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.1
Pemasangan DJ-Stent : merupakan pemasangan alat di ureter,satu ekornya
di sistem pelvikokaliks ginjal dan satu lagi di kandung kemih. Fungsinya
untuk mempermudah aliran kencing dari ginjal ke kandung kencing, juga
memudahkan terbawanya serpihan batu saluran kencing. Ketika ujung J-stent
27
3.5.10 Pencegahan3
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang
tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan.
Angka kekambuhan batu saluran kemih rata – rata 7% pertahun atau kurang
lebih 50% dalam 10 tahun.
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur
yang menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada
umumnya pencegahan itu berupa :
- Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi
urine sebanyak 2-3 liter per hari
- Diet untuk mengurangi kadar zat – zat komponen pembentuk batu,
- Aktivitas harian yang cukup, dan
- Pemberian medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah :
- Rendah protein, karena protein akan memacu eksresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam,
- Rendah oksalat.
- Rendah garam karena nutriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri,
dan
- Rendah purin.
28
BAB IV
ANALISA KASUS
BAB V
KESIMPULAN
Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu (kalkuli)pada traktus urinarius.
Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan kasus ini paling
sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan vesica urinaria sebagian
besar berasal dari ginjal. Di ureter bagian proksimal: nyeri menyebar ke regio
flank atau area lumbar.
DAFTAR PUSTAKA