Anda di halaman 1dari 42

CASE REPORT SESSION

STENOSIS URETER PROKSIMAL DEXTRA + BATU URETER


PROKSIMAL DEXTRA

Raudatul Agustina
G1A219032

Pembimbing :
dr. Randy Fauzan, Sp. U
BAB I
LAPORAN KASUS
 IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. K
 Umur : 54 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki – laki
 Agama : Islam
 Alamat : Pulau Gading RT 16
 Pekerjaan : Swasta
 MRS : 21 November 2019
 Keluhan Utama :
Nyeri pinggang kanan yang memberat sejak ± 3 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan nyeri
pinggang kanan yang memberat sejak 3 hari SMRS. Pasien
mengeluhkan nyeri hebat yang dirasakan terus menerus pada
pinggang sebelah kanan. Nyeri dirasa memberat ketika duduk dan
membaik ketika berbaring. Nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk. Pasien
juga mengeluhkan demam sudah 1 minggu SMRS, mual (+), muntah
(+), nyeri dan terasa panas saat BAK (+), Riwayat BAK terputus-
putus(+), BAK dirasakan seperti berpasir (-), BAK berwarna
kecoklatan/merah(-). Riwayat pancaran BAK melemah (+). Riwayat
pasien mengedan sebelum BAK (+). Riwayat merasa tidak puas setelah
BAK(+). Riwayat trauma di pinggang/perut (-). Keluhan pada BAB
tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki riwayat operasi batu ginjal 2 kali
pada bulan februari dan maret 2019.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita hal yang sama
dengan pasien.
Riwayat Sosial, Ekonomi, Kebiasaan :
Pasien memiliki kebiasaan makan jengkol.
STATUS UROLOGI
STATUS KHUSUS BATU SALURAN KEMIH

 RIWAYAT PENYAKIT
 Kolik : (+) sejak ± 3 hari yang lalu
 Nyeri pinggang : (+) kiri/sejak ± 3 hari SMRS,
terus menerus
 Kencing berpasir : (-)
 Kencing merah : (-)
 Kencing berhenti tiba-tiba : (-)
 Kencing sakit/perih : (+) sejak ± 3 hari yg lalu
 Demam : (+) sejak ± 1 minggu SMRS,
hilang timbul
 Retensi urin : (+)
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

CVA Nyeri Tekan Rasa Ballotemen Fluktasi


Ukuran
Dextra + - - -

Simistra - - - -
Regio Costo vertebrae angle
 Inspeksi: jejas (-), tanda-tanda radang (-)

 Palpasi: nyeri tekan (+), nyeri lepas (-), massa (-),

ballottement (-)
 Perkusi : nyeri ketuk (+)

Regio Supra symphisis


 Inspeksi : warna kulit sama dengan sekitar, jejas (-),
tanda-tanda radang (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-), vesika urinaria tidak teraba
penuh
 Perkusi : tympani
Regio Genitalia Eksterna
Penis
 Inspeksi : Gland Penis (Normal, radang (-)), urethral

discharge (-).
 Palpasi : massa (-)

Skrotum
 Inspeksi : Normal, pembesaran skrotum (-)

 Palpasi : Normal
Pemeriksaan Colok Dubur
 Sfingter ani menjepit kuat

 Mukosa : licin, tidak berbenjol – benjol, massa (-),

prostat teraba tidak ada pembesaran


 Ampula recti : normal

 Handscoon : feses, darah (-), lender (-).


Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
 WBC : 12,41 109/L (4-10)
 RBC : 3,66 1012/L (3,50- 5,50)
 HGB : 11,6 g/dl (11,0-16,0)
 HCT : 33,2 % (35-50)
 PLT : 187 109/L (100-300)
 MCV : 90,7 fL (80-100)
 MCH : 31,7 pg (26-32)
 MCHC : 349 g/L (320-360)
Kimia Darah
 Ureum : 74 mg/dl (15-39)
 Kreatinin : 4,0 mg/dl (0.6-1.1)

Elektrolit
 Na : 135,57 mmol/ L
 K : 3,33 mmol/ L
 Cl : 103,40 mmol/ L
 Ca : 1,05 mmol/ L
Ultrasonografi
Foto BNO Post Op.

Kesan :
Tampak posisi DJ Stent baik
pada ginjal

Ureter kanan tak tampak batu


tractus urinarius
Diagnosa Kerja
Stenosis ureter proksimal dextra + Batu
ureter proksimal dextra
Diagnosis Banding
 Nefrolithiasis Dextra
 Vesicolitiasis Dextra

 Pielonefritis Dextra
Medikamentosa:
 IVFD Asering 20 tpm
 Inj Ceftriaxone 1 x 2 gr
 Inj Ketorolac 1x1 amp
 Inj Omeprazole 2x1
Non-Medikamentosa:
 Ureteroscopic Lithotripsy dextra + DJ stent dextra

Prognosis
 Quo ad vitam : Dubia ad bonam
 Quo ad functionam : Dubia ad bonam

 Quo ad sanationam: Dubia ad bonam


Follow UP
S O A P
Tenggorokan kering, KU : Tampak nyeri Post Op Ureteroscopic - IFVD NaCl 0,9 %
nyeri kepala, mual & sedang Lithotripsy dextra + DJ - Ceftriaxone 1 gr/12
muntah (-), urin berdarah TD :120/80 mmHg stent dextra atas indikasi jam
(+), demam (-) Nadi : 80 x/menit Stenosis ureter proksimal - Paracetamol 4x500 mg
RR : 21 x/menit dextra + Batu ureter - Omeprazole 20 mg/12
21-10-2019
Suhu : 38,0oC proksimal dextra jam
S O A P
Tenggorokan kering, KU : Tampak sakit Post Op Ureteroscopic - Bicnat 3x1
nyeri kepala, mual & sedang Lithotripsy dextra + DJ - IVFD Nacl 0,9% 20
muntah (-), urin berdarah TD :110/80 mmHg stent dextra atas indikasi tpm
(+), demam (+) Nadi : 84 x/menit Stenosis ureter proksimal - Ceftriaxone 1x2 gr
RR : 19 x/menit dextra + Batu ureter - PCT 3x500 mg
22-10-2019
Suhu : 37,8 oC proksimal dextra - Omeprazole 2x20 mg
S O A P
Nyeri kepala, mual KU : Tampak sakit Post Op Ureteroscopic - IVFD Nacl 0,9%
muntah (-) ringan Lithotripsy dextra + DJ - Ceftriaxone 1x2 gr
TD : 120/70 mmHg stent dextra atas indikasi - Omeprazole 2x20

23-10-2019 Nadi : 79 x/menit Stenosis ureter mg


RR : 25 x/menit proksimal dextra + Batu
Suhu : 36,8oC ureter proksimal dextra
Ureum : 98
Kreatinin : 2,0
S O A P
Nyeri pinggang bawah, KU : Tampak sakit Post Op Ureteroscopic - IVFD Nacl 0,9%
Muntah (+) ringan Lithotripsy dextra + DJ - Ceftriaxone 1x2 gr
TD : 110/80 mmHg stent dextra atas indikasi - Omeprazole 2x20

24-10-2019 Nadi : 84 x/menit Stenosis ureter mg


RR : 23 x/menit proksimal dextra + Batu
Suhu : 36,6oC ureter proksimal dextra
S O A P
Nyeri pinggang KU : Tampak baik Post Op Ureteroscopic - IVFD Nacl 0,9%
bawah, Muntah (+) TD : 120/70 mmHg Lithotripsy dextra + - Ceftriaxone 1x2 gr
Nadi : 81 x/menit DJ stent dextra atas - Omeprazole 2x20

25-10-2019 RR : 21 x/menit indikasi Stenosis mg


Suhu : 36.8oC ureter proksimal
Ureum : 16 dextra + Batu ureter
Kreatinin : 0,8 proksimal dextra
1. Ginjal merupakan organ yang
berbentuk seperti kacang
2. Posisinya retroperitoneal
3. Ginjal kanan terletak sedikit lebih
rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding
ginjal kiri
Fisiologi
Fungsi ginjal selain mengatur keseimbangan biokimia tubuh
dengan cara mengatur keseimbangan air, konsentrasi garam
dalam darah dan asam basa ginjal juga berperan dalam
produksi hormon
Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa bersambung dari ginjal
ke vesica urinaria. Panjangnya ±25-30 cm dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
 Vesica urinaria terletak di belakang simpisis pubis,
berfungsi menampung urin untuk sementara waktu. Di
dorsal vesica urinaria, pada laki-laki terdapat rectum dan
pada wanita ada uterus, portio supravaginlis dan vagina.
Urolitiasis
Definisi
 Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu

(kalkuli)pada traktus urinarius.


Epidemiologi
Setiap tahunnya berkisar 1 dari 1000 populasi yang
dirawat di rumah sakit karena menderita
urolitiasis.Laki-laki lebih sering menderita urolitiasis
dibandingkan perempuan, dengan rasio 3:1.
 Faktor Resiko
 Laki-laki
 Etnis
 Riwayat keluarga
 Riwayat kesehatan
 Diet
 Lingkungan dan buah - buahan
 Tanda dan Gejala
 Nyeri atau pegal-pegal pada pinggang atau flank
yang dapat menjalar ke perut bagian depan, dan
lipatan paha hingga sampai ke kemaluan.
 Hematuria: buang air kecil berdarah.
 Urin berisi pasir, berwarna putih dan berbau
 Nyeri saat buang air kecil-Infeksi saluran kencing
 Demam.
Klasifikasi Urolitiasis
Berdasarkan Etiologi
Urolitiasis Non Infeksi a.Kalsium oksalat
b.Kalsium phospat
c.Asam urat
Urolitiasis dengan Infeksi a.Magnesium ammonium
phospat
b.Karbonat apatit
c.Amonium urat
Genetik a.Cistin
b.Xanthin
c.2,8-dihidroksiadenin
Berdasarkan Ukuran dan Lokasi
 Berdasarkan diameter ukurannya secara dua
dimensi dibagi menjadi >5 cm, 4-10 cm, 10-20 cm,
dan > 20 cm. Sedangkan berdasarkan posisi
anatominya kalkuli dibagi menjadi: calyx superior,
medius, atau inferior; pelvis renali; ureter proksimal,
medius, dan distal; dan vesica urinaria.
Berdasarkan Gambaran Radiologis
 Pembagian kalkuli berdasarkan gambaran
radiologisnya menjadi tiga yaitu: radiopak,
radiopak lemah, dan radiolusen. Yang bersifat
radiopak yaitu: kalkuli kalsium oksalat dihidrat,
kalsium oksalat monohidrat, dan kalsium phospat.
Yang gambaran radiologisnya radiopak lemah:
magnesium ammonium phospat, apatite, dan sistin.
Dan yang tergolong radiolusen: kalkuli asam urat,
amonium urat, xanthin, 2,8-didroksiadenin, batu
karena obat-obatan.
Diagnosis
Anamnesis
 Diagnosis adanya kalkuli pada traktus urinarius dimulai

dari wawancaraadanya keluhan klasik berupa kolik


renalis. Bagaimana onset, kualitas dan durasi dari kolik
renalis tersebut. Nyeri pada kolik renalis ditandai nyeri
akut dan berat pada regio flank yang menjalar ke
anterior dan inferior abdomen. Pasien terlihat tidak bisa
diam, selalu menggeliat berbeda dengan nyeri karena
peritonitis dimana pasien selalu diam dan berbaring.Pada
saat wawancara juga ditanyakan adanya riwayat
urolitiasis sebelumnya dan juga adakah keluarga yang
menderita urolitiasis.
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik vital sign jangan pernah lupa dilakukan.
Demam juga bisa dijumpai saat muncul kolik renalis, jika
ada infeksi pada kasus hidronefrosis, pienefrosis atau
abses perinephritik. Adanya takikardia dan berkeringat
juga bisa dijumpai. Pada kasus dimana terjadi
hidronephrosis yang disebabkan oleh obstruksi pada ureter
ditemukan adanya flank ternderness. Pemeriksaan
abdomen dan genetalia biasanya meragukan (harus hati-
hati).Bila pasien merasakan nyeri didaerah terebut, tapi
tanda-tanda kelainan tidak ada dijumpai, maka
kemungkinan nyeri berasal dari batu ginjal.
Pemeriksaan penunjang
Pemriksaan Laboratorium
 Pada pemeriksaan urinalisisnya ditemukan adanya
hematuria secara mikroskopis, kadang-kadang kristaluria
 Bakteriuria biasanya tidak dijumpai kecuali bila pasien
secara bersamaan menderita infeksi saluran kencing (ISK).
 Selain mikrohematuria tipikal, temuan penting yang perlu

diperhatikan adalah pH urin dan adanya kristal, yang


dapat membantu mengidentifikasi komposisi batu.
Radiologi
Untuk diagnosa pasti adanya batu adalah dengan
Intravenous Pielography (IVP) dan foto polos
abdomen atau Blass Nier Overzicht (BNO). Namun
pada keadaan tertentu misalnya wanita hamil, ada
riwayat tak tahan dengan zat kontras, ditentukan
dengan pemeriksaan Ultrasonography (USG).
Radiografi polos BNO mungkin cukup untuk
mendokumentasikan ukuran dan lokasi kalkuli yang
bersifat radiopaque.
Tatalaksana
Medikamentosa
 Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang

dari 5 mm diharapkan dapat keluar dengan spontan


dengan tujuan untuk mengurangi nyeri saat proses
pengeluaran batu dengan cara miksi. Pemberian diuretik
dapat digunakan untuk memperlancar aliran urin. Edukasi
pasien untuk minum banyak juga dapat dilakukan untuk
memperlancar aliran urin.
 Oral alkanizing agentsseperti natrium atau kalium
bikarbonat dapat mendisolusikan batu yang bersifat
asam. Kontraindikasi obat ini adalah pasien dengan
riwayat gagal jantung atau gagal ginjal.
Non - Medikasmentosa
 ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
 PCNL (Percutaneus Nephrolithotomy):
 Litotripsi:
 Ureteroskopi (URS):
 Bedah terbuka
 Pemasangan DJ-Stent
Pencegahan
 Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan

diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter per


hari
 Diet untuk mengurangi kadar zat – zat komponen

pembentuk batu,
 Aktivitas harian yang cukup, dan

 Pemberian medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi
kekambuhan adalah :
 Rendah protein, karena protein akan memacu
eksresi kalsium urine dan menyebabkan suasana
urine menjadi lebih asam,
 Rendah oksalat.

 Rendah garam karena nutriuresis akan memacu


timbulnya hiperkalsiuri, dan
 Rendah purin.
BAB IV
ANALISA KASUS
 Seorang pasien, Tn. K 54 tahun datang ke RSUD Raden Mattaher
Jambi dengan keluhan nyeri pinggang kanan yang memberat sejak 3
hari SMRS. Pasien mengeluhkan nyeri hebat yang dirasakan terus
menerus pada pinggang sebelah kanan. Nyeri dirasa memberat
ketika duduk dan membaik ketika berbaring. Nyeri dirasa seperti
ditusuk-tusuk. Pasien juga mengeluhkan demam sudah 1 minggu SMRS,
mual (+), muntah (+), nyeri dan terasa panas saat BAK (+), Riwayat
BAK terputus-putus(+), BAK dirasakan seperti berpasir (-), BAK
berwarna kecoklatan/merah(-). Riwayat pancaran BAK melemah (+).
Riwayat pasien mengedan sebelum BAK (+). Riwayat merasa tidak
puas setelah BAK(+). Riwayat trauma di pinggang/perut (-). Keluhan
pada BAB tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak
sakit sedang, nyeri ketok CVA kanan (+), nyeri ketok suprasimfisis (-),
massa (-), tidak teraba pembesaran ginjal.

Pasien di diagnosa mengalami Stenosis ureter proksimal dextra +


Batu ureter proksimal dextra. Terapi yang diberikan pada pasien ini
yaitu: IVFD Asering 20 tpm , diberikan analgesik sebagai penghilang
rasa nyeri yaitu golongan NSAID: Ketorolac IV drip, diberikan
antibiotik Ceftriaxone 2 mg, dan golongan PPI Omeprazole untuk
menghilangkan mual akibat nyeri kolik. Rencana tindakan yang
dilakukan adalah Ureteroscopic Lithotripsy dextra + DJ stent dextra
BAB V
KESIMPULAN
 Urolitiasis = proses terbentuknya batu (kalkuli)pada traktus urinarius.
Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan kasus ini
paling sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan
vesica urinaria sebagian besar berasal dari ginjal. Di ureter bagian
proksimal: nyeri menyebar ke regio flank atau area lumbar.

 Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


pada penderita ini mengarah pada diagnosis Stenosis ureter
proksimal dextra + Batu ureter proksimal dextra. Terapi yang
diberikan pada pasien ini yaitu: IVFD Asering 20 tpm,
diberikan analgesik sebagai penghilang rasa nyeri yaitu golongan
NSAID: Ketorolac IV drip, diberikan antibiotik Ceftriaxone 2 mg, dan
golongan PPI Omeprazole untuk menghilangkan mual akibat nyeri
kolik. Rencana tindakan yang dilakukan adalah
 Tanagho, A.E.Smith’s General Urology : Urinary Obstruction and Stasis.
McGraw-Hill: New York. 17th ed : 166, 2010
 T.M. Wah, M.J. Weston, and H.C. Irving. Case Report: Lower Moiety
PelvicUreteric Junction Obstruction (PUJO) of the Duplex Kidney Presenting
with Pyonephrosis in Adults. The British Journal of Radiology, 76 : 902-912,
2003
 Purnomo, B.B. Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto Jakarta. 2 nd ed : 128-
135 , 2003
 Kogan, B.A. Smith’s General Urology : Disorder of The Ureter and
Ureteropelvic Junction. McGraw-Hill: New York. 17th ed : 559-560, 2010
30
 Taghizadeh, A.K. Duplex Kidney, Ureteroceles and Ectopic Ureters.
Available from http://www.pediatricurologybook.com/du plex-kidney.html,
2011
 Khan, A.N. Duplicating Collecting System Imaging. Available from http://
http://www.emedicine.medscape.com/art icle/378075-overview. 2011
 Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Ed 3. Jakarta: Sagung Seto;2014. Hal. 87,103,109
 Raheem OA, Khandwala YS, Sur RL, Ghani KR, Denstedt JD. Burden of Urolithiasis: Trends in
Prevalence, Treatments, and Costs. Eur Urol Focus. 2017 Feb;3(1):18–26.
 Ratu G, Badji A. Profil Analisis Batu Saluran Kemih Di Laboratorium Patologi Klinik. Ind J Clin
Pathol Med Lab. 2018;12(3):114–117.
 Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC; 2012
 Tortora GJ&Bryan D. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed. USA:John Wiley &
Sons;2009. P.1023,1090.
 Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007
 Reynard J, Simon B, & Suzanne B. Oxford Handbook of Urology. 3rd Ed. China: C&C Offset
Printing;2013. P.495,4009.
 Alwi I, Simon S, Rudy H, Juferdy K, Dicky L. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam Panduan Praktis Klinis. Jakarta: Interna Publishing; 2015.
 Wardana, I. Urolithiasis. Bagian Anatomi FK UNUD : Denpasar; 2017 diakses pada (25
November 2019).
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2bfd96d7644f6e43a0c1ac7bed07
f3bb.pdf

Anda mungkin juga menyukai