Anda di halaman 1dari 17

Ujian Tulis Stase Radiologi RSUD Cilegon – FK UPN Veteran Jakarta

Nama : Taufik Ramdani


NRP : 2010221031
Periode : 05 Juli – 24 Juli 2021
Penguji : dr. Ilma Fiddyanti, Sp.Rad(K)RI, M.Kes

1. Bagaimana proses terjadinya sinar X dan sifat-sifat sinar X?


Proses pembentukan sinar x diperlukan sebuah tabung rontgen hampa udara dimana terdapat
elektron-elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suatu sasaran (target). Suatu
tabung perasat rontgen mempunyai beberapa persyaratan yaitu:
 Mempunyai sumber elektron
 Gaya yang mempercepat gaya elektron
 Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
 Alat pemusat berkas elekton (focusing cup)
 Penghenti gerakan elektron (Wolfarm)
Proses terjadinya sinar X:
 Katoda (filamen) dipanaskan (>2000 C) sampai membara dengan mengalirkan listrik
yang berasal dari transformator
 Karena panas, electron-elektron dari katoda (filament) terlepas.
 Muatan listrik filament sengaja dibuat relative lebih negative terhadap sasara (target)
dengan memilih potensial tinggi, sehingga electron bergerak ke anoda.
 Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, electron-elektron
menuju anoda dipercepat gerakannya dan dipusatkan ke alat pemusat (focusing cup)
 Awan-awan elektron yang sampai di anoda bagaikan mendadak dihentikan pada
sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99 C) dan sinar X (<1%)
 Pelindung (perisai)timah akan mencegah keluarnya sinar X dari tabung, sehingga
sinar X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela
 Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh
radiator pendingin.
 Jumlah sinar X yang dilepaskan tiap satuan waktu dapat dilihat pada alat pengukur
miliAmpere (MA), sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan oleh alat
pengukur waktu.
2. Apa saja persyaratan radiograf yang layak baca dan bagaimana proteksi radiasi?
Pertama-tama harus dipastikan dulu bahwa identitas pada radiograf lengkap, yaitu nama
pasien, jenis kelamin, usia, nomer rekam medik, tanggal pengambilan, dan nama pemeriksa.
Pastikan juga terdapat keterangan arah dan proyeksi, juga foto tidak terpotong, bergoyang,
ataupun terdapat artefak.
Terdapat 5 faktor teknis radiograf layak baca:
a. Penetrasi: Ditentukan oleh penggunaan kV x-ray, terlalu besar atau telalu kecil. Tanda
penetrasi yang cukup adalah dapat melihat bayangan vertebra melalui jantung. KV
yang cukup untuk untuk foto soft tissue adalah <40, untuk thorax 60-80, dan untuk
tulang >80. Dinilai juga dari MAS nya, yang dapat lihat dari bagian lembar rontgen
paling bawah yang berwarna hitam, normalnya jari kita masih dapat terlihat.
b. Inspirasi: inspirasi yang cukup setidaknya harus terlihat hingga costa 5 atau 6 anterior,
atau costa 9 atau 10 posterior. Dapat dinilai juga dengan melihat ICS V
bersinggungan dengan kubah diafragma kanan.
c. Rotasi: processus spinosus harus tepat berada di tengah-tengah antara ujung medial
kedua tulang klavicula (ditarik garis ke kanan dan kiri dan dinilai apakah simetris)
d. Magnifikansi: terjadi pada pengambilan tampilan selain PA. Film AP dapat sedikit
memperbesar ukuran jantung (misal pada kasus pasien posisi duduk atau berbaring).
Membedakan AP dan PA: pada AP scapula menutupi lapang paru, pada PA scapula
tidak menutupi lapang paru
e. Angulasi: normalnya, clavidula mempunyai bentuk "s", dan ujung medialnya
superimpose pada costa ketiga atau keempat.

Proteksi Radiasi
a. Menggunakan Pelindung (Shielding): Penggunaan perisai/pelindung berupa apron
berlapis Pb, glove Pb, kaca mata Pb dsb yang merupakan sarana proteksi radiasi
individu. Proteksi terhadap lingkungan terhadap radiasi dapat dilakukan dengan
melapisi ruang radiografi menggunakan Pb untuk menyerap radiasi yang terjadi saat
proses radiografi.
b. Menjaga Jarak: Pancaran radiasi sebagian akan menjadi pancaran hamburan saat
mengenahi materi. Radiasi hamburan ini akan menambah jumlah dosis radiasi yang
diterima. Untuk mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat menjaga jarak pada
tingkat yang aman dari sumber radiasi.
c. Mempersingkat Waktu Paparan: Sedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu
lama berada di dekat sumber radiasi saat proses radiografi. Hal ini untuk mencegah
terjadinya paparan radiasi yang besar. pengulangan radiografi dapat dicegah.

3. Bagaimana prinsip kerja ultrasonigrafi (USG), CT scan dan MRI?


a. USG: Ultrasonografi menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi/ultrasonic
(3,5 – 5MHz) yang dihasilkan oleh transduser. Gelombang tersebut berjalan melewati
tubuh, dan dipantulkan kembali secara bervariasi, tergantung pada jenis jaringan yang
terkena gelombang. Tulang dan udara merupakan konduktor suara yang buruk
sehingga tidak dapat divisualisasikan dengan baik, sedangkan cairan memiliki
kemampuan menghantarkan suara dengan sangat baik. Transduser juga menerima
gelombang suara yang dipantulkan dan mengubah sinyal menjadi arus listrik, yang
kemudian diproses menjadi gambar.
b. CT Scan: Computer Tomography menggunakan pancaran sinar X terkolimasi pada
pasien untuk mendapatkan citra potongan melintang yang tipis dari tubuh pasien.
Setiap gambaran mewakili suatu potongan tubuh, dengan ketebalan bervariasi dari 1
hingga 10mm. Jaringan yang berada di atas atau di bawah potongan ini tidak tercakup
sehingga diambil suatu seri potongan untuk mencakup daerah tertentu. Pasien
dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan – lahan dipindahkan ke
dalam cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan
sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai
berkisar dari 45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang
digunakanPemeriksaan CT juga dapat dilakukan dengan menggunakan kontras.
Kontras oral untuk memvisualisasi sistem penceranan, sedangkan kontras IV
digunakan untuk memvisualisasi sistem vascular. Pada hasil CT scan, istilah hipodens
digunakan untuk gambaran yang lebih hitam dari jaringan normal, isodens pada
gambaran densitas yang sama dengan jaringan normal, dan hiperdens pada gambaran
yang lebih putih daripada jaringan normal.
c. MRI: Magnetic resonance imaging menghasilkan citra tubuh dengan memanfaatkan
sifat-sifat magnetic inti atom tertentu, terutama inti atom hydrogen pada molekul air.
Pasien diposisikan pada terowongan pemindai, dikelilingi oleh magnet yang besar,
dan dipajankan pada medan magnet berintensitas tinggi. Prinsip dasar MRI adalah
mempelajari respon jaringan dalam suatu medan magnet terhadap gelombang
frekuensi radio, dimana jaringan patologis memantulkan sinyal yang berbeda
dibandingkan jaringan normal. Terdapat 3 macam intensitas pada MRI, yaitu
hipointens, isointense, dan hiperintens.

4. Apa saja kelainan yang memberikan gambaran lesi radiologiopaque pada radiologi
thoraks?
 Perselubugan: penumonia lobaris
 Perbercakan: bronkopneumonia
 Millier: Tb Milier
 Focus Ghon: Tb anak
 Perbercakan lunak di apeks: TB
 Corakan bronkovaskular: bronkitis kronis
 Batwings: Edema paru
 Bayangan opak menarik pada satu sisi: Atelektasis
 Pleura radiopaque: massa pleura, efusi pleura
 Bayangan opak noduler: metastasis paru
 Bayangan opak homogen di mediastinum: Massa mediastinum

5. Apa saja kelainan yang memberika gambaran lesi radiolucent pada radiografi toraks ?
 Pleura: pneumothrax
 Abses Paru
 Bronkiektasis
 Emfisema
 Bulous Emfisema
 Sisi jantung: Pneumomediastinum
6. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebukkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini?

Telah dilakukan pemeriksaan Thoraks PA dengan hasil sebagai berikut


Trakea: Tidak terdapat deviasi septum berupa penarikan atau pendorongan ke salah satu sisi
Mediastinum: Tak tampak adanya massa pada ruang mediastinum
Sinus costophrenicus dan diafragma:
 Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip
 Diafragma normal
Cor dan aorta:
 CTR<50%, tak tampak pembesaran jantung, pinggang jantung tidak menonjol, apex
berada di atas diafragma
 Aorta: elongasi (-), kalsifikasi (-)
Paru:
 Hilus dextra tampak menebal
 Corakan Bronkovaskular normal
 Tampak pembercakan lunak di apeks disertai lesi radiolusen berdinding tipis berupa
kavitas
 Tampak abses dengan air fluid level (+) pada paru kanan
Skeletal: Tulang costae, scapula, dan clavicular dalam batas normal
Soft tissue: Jaringan lunak dalam batas normal
Kesan: TB aktif paru dextra dengan abses paru dextra

Patofisiologi: Disebabkan oleh infeksi M. tuberkulosis melalui droplet yang mengandung


bakteri tersebut sehingga menyebabkan inflamasi pada alveolus. Inflamasi menyebabkan
reaksi imun berupa sekresi mukus berlebih, debris-debris sel imun, pada TB dapat terbentuk
kavitas dan fokus ghon hingga terbentuk abses paru.

7. Bagaimana ekspertise foto di bawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini?

Telah dilakukan pemeriksaan Thoraks PA dengan hasil sebagai berikut


Trakea: tidak tampak deviasi trakea
Mediastinum: tak tampak adanya massa pada ruang mediastinum
Sinus costophrenicus dan diafragma:
 Sudut kostofrenikus kanan kiri lancip
 Diafragma normal
Cor dan aorta:
 CTR<50%, tidak ada pembesaran jantung
 Apeks diatas diafragma
 Pinggang jantung normal
 Tidak ada elongasi aorta, tidak ada kalsifikasi aorta
Pulmo
 Hilus normal
 Corakan Bronkovaskuler normal
 Terdapat bercak lunak di seluruh lapang kedua paru
Skeletal: Tulang-tulang costae, clavicula, dan skapula dalam batas normal
Soft tissues: Jaringan lunak saat ini dalam batas normal
Kesan: TB Paru Aktif

Patofisologi: Disebabkan oleh infeksi M. tuberkulosis melalui droplet yang mengandung


bakteri tersebut sehingga menyebabkan inflamasi pada alveolus. Inflamasi menyebabkan
reaksi imun berupa sekresi mukus berlebih, debris-debris sel imun, pada TB dapat terbentuk
kavitas dan fokus ghon.
8. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini?

Telah dilakukan pemeriksaan Foto Thoraks PA dengan hasil sebagai berikut


Trakea: tak tampak deviasi trakea
Mediastinum: Tak tampak adanya massa pada ruang mediastinum
Sinus costofrenikus dan diafragma:
 Sinus kostofreniskus dalam batas normal
 Diafragma dalam batas normal
Cor dan Aorta:
 CTR >50%, tampak pembesaran jantung
 Pinggang jantung tidak menonjol
 Apex berada tertanam di diafragma
 Aorta: Elongasi (-), Kalsifikasi (-)
Paru
 Hilus normal
 Corakan bronkovaskular meningkat
 Terdapat gambaran radiolusen avaskuler dengan pleural line positif di hemitoraks
paru dekstra
Skeletal: Tulang costae, scapula dan clavicula dalam batas normal
Soft tissue: Jaringan lunak dalam batas normal
Kesan: Bronkitis dengan pneumothoraks dextra

Patofisiologi
a. Bronkitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabakan iritasi) akan menyebabkan
timbulnya respons inflamansi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema
mukosa, dan bronkospasme. Reaksi ini menyebabkan sekresi mukus yang berlebih
sehingga menimbulkan batuk berdahak.
b. Pneumothorax dapat terjadi apabila ada trauma yang menyebabkan ruang hemithoraks
terpapar dengan atmosfer sehingga terjadi peningkatan tekanan thoraks yang
menyebabkan paru menjadi tertekan dan sulit untuk mengembang.

9. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini?

Telah dilakukan pemeriksaan Thoraks AP dengan hasil sebagai berikut


Trakea: tidak ada deviasi trakea
Mediastinum: Tak tampak adanya massa pada ruang mediastinum
Sinus costophrenicus dan diafragma:
 Sinus kostofrenikus kanan terpotong dan kiri lancip
Cor dan aorta:
 CTR >50%, jantung tampak membesar
 Tampak elevasi apeks jantung
 Tampak ventrikel kanan hipertrofi
 Tampak gambaran “boot-shaped”
 Aorta: over-riding
Paru:
 Hilus normal
 Corakan Bronkovaskular berkurang
Skeletal: Tulang costae, scapula, dan clavicular dalam batas normal
Soft tissue: Jaringan lunak dalam batas normal
Kesan: Tetralogy of Fallot

Patofisiologi: TOF merupakan kelainan genetik adanya gangguan perkembangan pada


neonatus yang mengakibatkan aliran jantung tidak normal dan menyebabkan beberapa
perubahan bentuk seperti pembesaran jantung. TOF memiliki beberapa kriteria seperti
elongasi aorta, VSD, stenosis dan hipertrofi ventrikel kanan akibat beban ventrikel kanan
yang besar serta memberikan gambaran “boot-shaped”.

10. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini?

Telah dilakukan pemeriksaan Thoraks PA dengan hasil sebagai berikut


Trakea: tak tampak deviasi trakea
Mediastinum: Tak tampak adanya massa pada ruang mediastinum
Sinus costophrenicus dan Diafragma:
 Sinus kostofrenikus lancip
 Diafragma normal
Cor dan aorta:
 CTR > 50%, tampak pembesaran jantung,
 Pinggang jantung tidak menonjol
 Apex berada tertanam di diafragma
 Aorta: elongasi (-), kalsifikasi (-)
Paru:
 Hilus tampak menebal
 Corakan bronkovaskular meningkat
 Adanya pembercakan di 2/3 medial kedua paru berbentuk bat wings sign dengan
kerley B sign
Skeletal: Tulang costae, scapula, dan clavicula dalam batas normal
Soft tissue: Jaringan lunak dalam batas normal
Kesan: Edema Paru Kardiogenik
Patofisiologi: Edema paru kardogenik yang disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler
hidrostatik paru sehingga dapat terjadi kompensasi jantung yang menyebabkan kardiomegali.

11. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini?

Telah dilakukan pemeriksaan Thoraks PA dengan hasil sebagai berikut:


Trakea: tidak terdapat deviasi trakea
Mediastinum: tidak terdapat massa di mediastinum
Sinus costophrenicus dan Diafragma:
 Sinus kostofrenikus lancip
 Diafragma normal
Jantung dan aorta:
 CTR>50%, tampak pembesaran jantung seperti gambaran "water bottle"
 Tampak pinggang jantung menonjol
 Apeks di atas diafragma
 Tidak ada elongasi aorta, tidak ada kalsifikasi aorta
Pulmo
 Hilus normal
 Corakan Bronkovaskuler normal
Skeletal: Tulang-tulang costae, clavicula, dan skapula dalam batas normal
Soft tissues: Jaringan lunak saat ini dalam batas normal
Kesan: Efusi pericardium
Patofisiologi: Reaksi inflamasi pada pericardium dapat menyebabkan adanya perpindahan
cairan ke dalam ruang perikardium sehingga menyebabkan efusi dan menurunkan kerja
jantung.

12. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini, dan apa pemeriksaan foto dibawah ini?

Pemeriksaan foto polos kepala dengan posisi Waters.


Ekspertise:
 Tampak pada sinus maksilaris sinistra lebih radioopak daripada sinus maksilaris
kanan
Kesan: Sinusitis Maksilaris Sinistra

Patofisiologi: Sinusitis terjadi akibat adanya infeksi bakteri yang menyebabkan reaksi
inflamasi pada sinus sehingga terjadi sekresi mukus yang berlebih yang mengisi ruang sinus.

13. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini, dan apa pemeriksaan foto dibawah ini?

Pemeriksaan: Barium esofagogram


Ekspertise
 Preperitoneal fat tidak terlihat
 Kontur ginjal tidak terlihat
 Psoas line tidak jelas
 Terlihat bayangan kontras di bagian proksimal esofagus yang tidak mencapai gaster
 Distribusi udara pada usus halus dan usus besar tidak terlihat
 Tidak terdapat udara bebas subdiagfragma
 Tidak terdapat kalsifikasi
 Soft tissue normal
Kesan: Atresia Esofagus

Patofisiologi: Atresia esofagus dapat terjadi karena terdapat kelainan pembentukan esofagus
selama masa kehamilan yang menyebabkan esofagus tertutup sehingga makanan tidak bisa
disalurkan ke gaster.

14. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini, dan apa pemeriksaan foto dibawah ini?

Pemeriksaan: Barium esofagogram


Ekspertise
 Preperitoneal fat tidak terlihat
 Kontur ginjal tidak terlihat
 Psoas line tidak jelas
 Terlihat bayangan kontras di esofagus yang menyempit pada bagian distal yang
membentuk bird beak appearance
 Tidak terdapat udara bebas subdiagfragma
 Tidak terdapat kalsifikasi
 Soft tissue normal
Kesan: Akalasia Esofagus

Patofisiologi: Akalasia esofagus dapat terjadi karena adanya disfungsi dari gerakan peristaltik
esofagus sehingga spingter esofagus tidak dapat terbuka dengan lebar pada gaster.

15. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini, dan apa pemeriksaan foto dibawah ini

Tindakan Pemeriksaan: Foto abdomen polos 2 posisi


Ekspertise
 Preperitoneal fat tidak jelas
 Psoas line dan kontur kedua ginjal tidak jelas
 Distribusi udara dalam usus halus melebar terutama di abdomen atas, tengah dengan
dinding yang menebal dengan tampak gambaran coiled spring sign dan Herring bone
appearence
 Tak tampak distribusi udara dalam kolon
 Tampak air-fluid level (+) dalam usus dengan gambaran step ladder sign
 Free air subdiafragma (-)
 Tidak tampak bayangan opak sepanjang traktus urinarius
 Jaringan lunak dan skeletal normal
 Tidak tampak spur di os vertebrae
Kesan: Ileus obstruktif
Patofisiologi: ileus obstruksi terjadi akibat dari gangguan pasase kolon bisa diakibatkan oleh
obstruksi berupa massa atau yang lainnya sehingga udara menumpuk menyebabkan
penebalan haustra karena yang terkena adalah usus besar (ileum terminal ke bawah)

16. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini, dan apa pemeriksaan foto dibawah ini

Pemeriksaan: USG transabdominal


Ekspertise:
 Tampak fokus hyperechoic dalam lumen kandung empedu
 Tampak bayangan akustik.
Kesan: Cholelithiasis

Patofisiologi: cholelithiasis terjadi disebabkan terjadinya pembentukan batu karena deposisi


kalsium sehingga menyebabkan presipitasi dan terbentuknya batu kalsium pada kandung
empedu.

17. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini, dan apa pemeriksaan foto dibawah ini

Pemeriksaan: Colon in loop


Ekspertise:
 Preperitoneal fat tidak jelas
 Kontur ginjal tidak terlihat
 Psoas line tidak jelas
 Distribusi udara terlihat di bagian kolon atas membentuk haustra
 Tampak kontras yang mengisi rektum, sigmoid, namun penghentian kontras pada
bagian kolon descendent
 Tidak terdapat udara bebas subdiagfragma
 Tidak terdapat kalsifikasi
 Soft tissue normal
Kesan: Ileus obstruktif letak rendah

Patofisiologi: ileus obstruktif terjadi akibat dari gangguan pasase kolon bisa diakibatkan oleh
obstruksi berupa massa atau yang lainnya sehingga udara menumpuk menyebabkan
penebalan haustra karena yang terkena adalah usus besar (ileum terminal ke bawah)

18. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebutkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini, dan apa pemeriksaan foto dibawah ini?

Pemeriksaan: Foto polos pedis


A: Alignment pembentukan tulang berubah, tampak displacement tulang dan bone erosion
dan osteofit disemua sendi metatarsal dan interpalangas sinistra dan dextra
B: Densitas tulang tampak sklerotik
C: Celah sendi sempit dan tampak kesan osteofit
S: Tampak jaringan lunak sekitar bengkak di semua sendi metacarpal dan interpalanges os
pedis sinistra dextra
Kesan: Rheumatoid arthritis sendi metatarsopalang os pedis sinistra et dextra

Patofisiologi: rheumatoid arthritis ditandai dengan adanya peradangan dan hiperplasia


sinovial, produksi autoantibodi (faktor rheumatoid dan antibodi protein anti-citrullinated
[ACPA]), serta kerusakan tulang dan/atau tulang rawan serta tampilan sistemik yang dapat
menimbulkan gangguan kardiovaskular, paru, psikologis, dan skeletal. Penyebab pasti dari
keadaan ini masih belum diketahui namun RA melibatkan interaksi yang kompleks antara
faktor genetik, faktor lingkungan, dan beberapa faktor predisposisi.

19. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebukkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini, dan apa pemeriksaan foto dibawah ini

Pemeriksaan: Foto Polos Genu Sinistra dan MRI Genu Sinistra


A: Tampak osteofit di condylus lateral dan medial os femur dan os tibia kiri
B: besar, bentuk, dan struktur trabekula tulang-tulang pembentuk genu dalam batas normal
C: Celah sendi menyempit, permukaan sendi sklerotik
S: Penebalan jaringan lunak kiri supra-infrapatela.
Kesan: Osteoarthritis genu sinistra, grade 4 menurut Kellgren-Lawrence, Penebalan jaringan
lunak dd/ efusi sendi

Patofisiologi: Adanya trauma, anomali genetik dan sebagainya menyebabkan kelainan


kartilago sehingga menyebabkan destruksi/atritis pada kartilago articular deposisi tulang
menyimpang sekunder akibat kelainan pada tulang subkondral sehingga menimbulkan
osteofit. Disregulasi proteolitik enzym dan meningkatnya cairan sehingga menyebabkan efusi
sendi.

20. Bagaimana ekspertise foto dibawah ini dan sebukkan patofisiologi terjadinya penyakit
ini, dan apa pemeriksaan foto dibawah ini
Pemeriksaan: Foto Polos Distal Femur Posisi Anterior
A: alignmennt atau kesatuan tulang utama masih normal, tampak pertumbuhan tulang dari
dari metafisis menjauh kearah distal dari tulang femur
B: bentuk, besar, serta densitas tulang utama masih normal
C: celah sendi tampak normal, tidak tampak osteofit, sklerotik (-)
S: Tampak soft tissue swelling mengikuti tonjolan tulang
Kesan: osteochondroma distal femur dekstra

Patosfisiologi: Osteochondroma ialah adanya mutasi genetik seperti peningkatan BMP signal
dan mutasi gen lainnya yang menyebabkan pertumbuhan abnormal tulang yang melibatkan
intrapersiosteal dan ekstraperiosteum di daerah metafisis dari tulang, sehingga tulang tumbuh
menonjol menjauh daerah tulang utama.

Anda mungkin juga menyukai