RHEUMATOID ARTHRITIS
Disusun Oleh :
dr. Kadek Maha Dwivayana
Pembimbing :
dr. Wangsit Warsito Murti, Sp.PD
dr. Ocky Melati, MPH
Thoraks
Pulmo
• Inspeksi
• Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
• Tipe Pernafasan : Abdominal Thoracal
• Retraksi : (-)
• Palpasi : Pergerakan dada simetris, Nyeri tekan (-/-),
Suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri
• Perkusi : Sonor (+/+)
• Auskultasi: Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-) Wheezing(-/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
• Perkusi : Batas Jantung Atas : Di ICS II Parasternal Sinistra
Batas Jantung Kanan : Di ICS V Linea Parasternal
Dekstra
Batas Jantung Kiri : Di ICS V Linea Midclavikula
Sinistra.
• Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2) normal, mumur (-),
gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Distensi (-), venektasi (-), scar (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal.
• Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
• Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-) undulasi (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema (+/+), Deformitas (-)
Status Lokalis
Sendi Proximal Interphalangeal (PIP) Digiti I – III Dekstra dan
Sinistra
• Inspeksi : Eritema (-), Edema (+), Kontraktur (-),
Nodul Rematoid (-)
• Palpasi : Hangat (+), Nyeri Tekan (+), Krepitasi (-)
• ROM : Terbatas
Hematokrit 34 40-48 %
DIAGNOSA BANDING :
• SLE
• Osteoarthritis Genu Dekstra et Sinistra
PENATALAKSANAAN
• IVFD RL 20 tpm + dexketoprofen 1 ampul drip
• Inj. Anbacim 1 gr/12 jam
• Inj. Pumpisel 1 vial/24 jam
• Inj. Metil prednisolon 1.25mg/12 jam
EDUKASI
• Edukasi pasien tentang penyakitnya.
• Istirahat yang cukup dapat meringankan stres pada sendi
yang mengalami inflamasi dan mencegah kerusakan
sendi lebih lanjut. Istirahat juga mengurangi rasa nyeri.
• Meningkatkan asupan cairan dengan memperbanyak
minum air putih, meningkatkan asupan kalsium dan
vitamin D. Mengurangi konsumsi kopi, dan minuman
bersoda.
• Kontrol rutin dan fisioterapi.
PROGNOSIS
• Quo ad Vitam : dubiua ad bonam
• Quo ad Functionam : dubiua ad bonam
• Quo ad Sanamtionam : dubiua ad bonam
FOLOW UP
Tanggal Keadaan Klinis Terapi/Tindakan
17/11/2019 S : Os mengeluhkan nyeri seluruh sendi terutama dilutut
kanan dan kiri, pergelangan dan jari-jari tangan kakan dan
kiri, bengkak (+), demam (-), mual muntah (-), BAB normal,
BAK normal
O:
‒ KU : Tampak sakit sedang
‒ Kesadaran : CM
‒ TD : 140/90 mmHg
‒ HR : 100x/i
‒ RR : 20x/i
‒ Temp : 36.50C
‒ VAS : 5/10
‒ Mata : Ref. Pupil (+/+) Isokor, Konj. Anemis (-/-),
‒ Thoraks : SP : Vesikuler, WH (-/-), RH (-/-), BJ I/II
normal, BT (-)
‒ Abdomen : Soepel, BU (+) normal, nyeri tekan (-),
hepar dan lien tidak teraba
17/11/2019
Ekstremitas : P:
‒ Sendi PIP digiti I-III dekstra et sinitra : •IVFD RL 20 tpm
Eritema (-), Edema (+), Hangat (+), Nyeri •Anbacim 1gr/12 jam
Tekan (+), ROM terbatas •Pumpicel 1vial/24
‒ Sendi Genu dekstra et sinistra : Eritema (+), jam
Edema (+), Hangat (+), Nyeri Tekan (+), •Ketorolak 1amp/8
ROM terbatas jam drip
•MP 1/3 amp/12 jam
A : Reumathoid Arthritis •Antasida syr 3x1cth
Tanggal Keadaan Klinis Terapi/Tindakan
18/11/2019 S : Keluhan nyeri sendi berkurang
O:
‒ KU : Baik
‒ Kesadaran : CM
‒ TD : 120/90 mmHg
‒ HR : 80x/i
‒ RR : 20x/i
‒ Temp : 36.50C
‒ VAS : 3/10
‒ Mata : Ref. Pupil (+/+) Isokor, Konj. Anemis (-/-),
‒ Thoraks : SP : Vesikuler, WH (-/-), RH (-/-), BJ I/II
normal, BT (-)
‒ Abdomen : Soepel, BU (+) normal, nyeri tekan (-),
hepar dan lien tidak teraba
18/11/2019
Ekstremitas : P:
‒ Sendi PIP digiti I-III dekstra et sinitra : •IVFD RL 20 tpm
Eritema (-), Edema (-), Hangat (-), Nyeri •Anbacim 1gr/12 jam
Tekan (-), ROM normal •Pumpicel 1vial/24
‒ Sendi Genu dekstra et sinistra : Eritema (-), jam
Edema (+), Hangat (+), Nyeri Tekan (+), •Ketorolak 1amp/8
ROM normal jam drip
•MP 1/3 amp/12 jam
A : Reumathoid Arthritis •Antasida syr 3x1cth
•MST 2x1
•Megabal 2x1
Tanggal Keadaan Klinis Terapi/Tindakan
19/11/2019
S : Nyeri sendi (-)
O:
‒ KU : Baik
‒ Kesadaran : CM
‒ TD : 120/80 mmHg
‒ HR : 80x/i
‒ RR : 20x/i
‒ Temp : 36.50C
‒ VAS : 3/10
‒ Mata : Ref. Pupil (+/+) Isokor, Konj. Anemis (-/-),
‒ Thoraks : SP : Vesikuler, WH (-/-), RH (-/-),
BJ I/II normal, BT (-)
‒ Abdomen : Soepel, BU (+) normal, nyeri tekan (-),
hepar dan lien tidak teraba
19/11/2019
Ekstremitas : P:
‒ Sendi PIP digiti I-III dekstra et sinitra : •Blpl
Eritema (-), Edema (-), Hangat (-), Nyeri •Pasien diberikan
Tekan (-), ROM normal rujukan saat kontrol di
‒ Sendi Genu dekstra et sinistra : Eritema (-), poliklinik penyakit
Edema (-), Hangat (-), Nyeri Tekan (-), dalam untuk mendapat
ROM normal DMARD di RSAM
•MST 2x1
A : Reumathoid Arthritis •Megabal 3x1
•MP 8mg 3x1
•Famocid 2x1
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani,
“arthon” yang berarti sendi, dan “itis” yang
berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang pada sendi. Sedangkan
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya tangan
dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam
sendi.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia dari hasil survei epidemiologi di
Bandungan Jawa Tengah didapatkan prevalensi RA 0,3%
sedang di Malang pada penduduk berusia diatas 40
tahun didapatkan prevalensi RA 0,5% di daerah
Kotamadya dan 0,6% di daerah Kabupaten. Di Poliklinik
Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta,
pada tahun 2000 kasus baru RA merupakan 4,1% dari
seluruh kasus baru. Di poliklinik reumatologi RS Hasan
Sadikin didapatkan 9% dari seluruh kasus reumatik baru
pada tahun 2000-2002. Nainggolan (2009)
memaparkan bahwa provinsi Bali memiliki prevalensi
penyakit rematik di atas angka nasional yaitu 32,6%,
namun tidak diperinci jenis rematik secara detail.
FAKTOR RESIKO
• Tidak Dapat Dimodifikasi
– Faktor Genetik : Gen yang berkaitan kuat adalah
HLA-DRB1
– Usia : biasanya timbul antara usia 40 tahun sampai
60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi
pada dewasa tua dan anak-anak (Rheumatoid
Arthritis Juvenil).
– Jenis Kelamin : jauh lebih sering pada perempuan
dibanding laki-laki dengan rasio 3:1.
• Dapat Dimodifikasi
– Gaya Hidup
• Status Sosial Ekonomi
• Merokok
• Diet
• Infeksi
• Pekerjaan
– Bentuk Tubuh : meningkat pada obesitas atau yang
memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 30.
– Faktor Hormonal
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
• Keluhan Umum
– Keluhan umum dapat berupa perasaan badan
lemah, nafsu makan menurun, peningkatan panas
badan yang ringan atau penurunan berat badan.
• Kelainan Sendi
– Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu
sendi pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi
diartrosis). Sendi lainnya juga dapat terkena
seperti sendi siku, bahu sterno-klavikula, panggul,
pergelangan kaki.
• Kelainan Diluar Sendi
– Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid)
– Jantung : jarang didapatkan, namun 40% pada autopsi RA
didapatkan kelainan perikard
– Paru : kelainan paru obstruktif dan kelainan pleura (efusi
pleura, nodul subpleura)
– Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis
yang sering terjadi berupa keluhan kehilangan rasa sensoris
di ekstremitas dengan gejala foot or wrist drop
– Mata : terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika)
berupa kekeringan mata, skleritis atau eriskleritis dan
skleromalase perforans
– Kelenjar limfe : sindrom Felty adalah RA dengan
spleenomegali, limpadenopati, anemia, trombositopeni,
dan neutropeni Angina Pektoris tidak stabil (UAP).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
– Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive
Protein (CRP) meningkat
– Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif
namun RF negatif tidak menyingkirkan diagnosis
– Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya
digunakan dalam diagnosis dini dan penanganan RA dengan
spesifisitas 95-98% dan sensitivitas 70% namun hubungan
antara anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten
• Radiologis
– Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak,
penyempitan ruang sendi, demineralisasi “juxta articular”,
osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi sendi.
DIAGNOSIS
Kriteria ARA (American Rheumatism Association) yang direvisi tahun 1987 yang masih
dapat digunakan dalam mendiagnosis RA :
• Kaku pagi hari pada sendi dan sekitarnya, sekurang-kurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal.
• Pembengkakan jaringan lunak atau persendian (arthritis) pada 3 daerah sendi atau
lebih secara bersamaan.
• Artritis pada persendian tangan sekurang-kurangnya terjadi satu pembengkakan
persendian tangan yaitu PIP (proximal interphalangeal), MCP (metacarpophalangeal),
atau pergelangan tangan.
• Artritis simetris, keterlibatan sendi yang sama pada kedua belah sisi misalnya PIP
(proximal interphalangeal), MCP (metacarpophalangeal), atau MTP
(metatarsophalangeal).
• Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta artikuler.
• Rheumatoid Factor serum positif
• Perubahan gambaran radiologis yang khas pada RA pada sendi tangan atau
pergelangan tangan yaitu erosi atau dekalsifikasi tulang pada sendi yang terlibat
Diagnosa RA, jika sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas dan kriteria 1
sampai 4 harus ditemukan minimal 6 minggu.
• kriteria diagnosis RA berdasarkan skor dari American College
of Rheumatology (ACR/Eular) 2010. Jika skor ≥6, maka pasien
pasti menderita RA
PENCEGAHAN
• Membiasakan berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk mengurangi
risiko peradangan oleh RA. Oleh penelitian Nurses Health Study AS yang
menggunakan 1.314 wanita penderita RA didapatkan mengalami
perbaikan klinis setelah rutin berjemur di bawah sinar UV-B.
• Melakukan peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot sendi.
Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan antara lain, jongkok-bangun,
menarik kaki ke belakang pantat, ataupun gerakan untuk melatih otot
lainnya. Bila mungkin, aerobik juga dapat dilakukan atau senam taichi.
• Menjaga berat badan. Jika orang semakin gemuk, lutut akan bekerja
lebih berat untuk menyangga tubuh. Mengontrol berat badan dengan
diet makanan dan olahraga dapat mengurang risiko terjadinya radang
pada sendi.
• Mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti almond, kacang polong,
jeruk, bayam, buncis, sarden, yoghurt, dan susu skim. Selain itu vitamin
A,C, D, E juga sebagai antioksidan yang mampu mencegah inflamasi
akibat radikal bebas.
• Memenuhi kebutuhan air tubuh. Cairan synovial atau cairan
pelumas pada sendi juga terdiri dari air. Dengan demikian
diharapkan mengkonsumsi air dalam jumlah yang cukup
dapat memaksimalkan sisem bantalan sendi yang melumasi
antar sendi, sehingga gesekan bisa terhindarkan. Konsumsi air
yang disrankan adalah 8 gelas setiap hari. (Candra, 2013)
• Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya, ditemukan
bahwa merokok merupakan faktor risiko terjadinya RA.
Sehingga salah satu upaya pencegahan RA yang bisa dilakukan
masyarakat ialah tidak menjadi perokok akif maupun pasif.
(Febriana, 2015).
PENANGANAN