Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

RHEUMATOID ARTHRITIS

Disusun Oleh :
dr. Kadek Maha Dwivayana
Pembimbing :
dr. Wangsit Warsito Murti, Sp.PD
dr. Ocky Melati, MPH

RSUD dr. H. BOB BAZAR KALIANDA


LAMPUNG SELATAN
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. EY
• Jenis kelamin : Perempuan
• Usia : 61 tahun
• Alamat : Perumnas Hartono, Way
Urang
• Agama : Islam
• Suku : Padang
• Pekerjaan : Pedagang
• Nomor RM : 053044
• Tanggal Masuk : 17 November 2019,
• Status : BPJS
ANAMNESIS
Keluhan Utama
• Nyeri sendi

Riwayat Penyakit Sekarang


• Pasien datang dengan keluhan nyeri sendi di lutut
kiri dan kanan sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit (SMRS) sampai tidak bisa berjalan. Keluhan
dikatakan oleh pasien pertama kali dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu, semakin hari semakin
memberat dan terparah sejak 3 hari SMRS.
Awal mula keluhan adalah rasa kaku di pangkal jari-jari
tangan dan pergelangan tangan kanan dan kiri yang
muncul bersamaan pada pagi hari dan berlangsung <30
menit namun semakin hari muncul hingga >1 jam.
Semakin lama, pasien merasa sendi jari-jarinya menjadi
bengkak.
Nyeri dirasakan pula di kedua lutut pasien yang
semakin memberat dari hari ke hari hingga kedua lutut
menjadi kemerahan, bengkak, dan tidak bisa berjalan.
Selain itu, nyeri sendi juga dirasakan di leher, bahu,
siku, dan pinggang. Keluhan tersebut membaik saat
pasien beristirahat dan memberat saat beraktivitas
atau saat sendi digerakkan. Pasien juga mengeluhkan
lemas sejak 1 hari SMRS.
Riwayat Pengobatan
• Sejak keluhan muncul, pasien sempat memeriksakan diri ke
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. H. BOB BAZAR sebanyak
3 kali. Pasien mengatakan keluhan yang dialaminya
membaik setelah minum obat yang diberikan dan ketika
obat habis, keluhannya muncul kembali. Pasien juga
sempat memeriksakan diri ke RS Pondok Indah, selama
konsultasi pasien sempat dianjurkan melakukan
serangkaian pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan
dokter di RS tersebut untuk menegakkan diagnosa. Tetapi
belum lengkap pemeriksaan yang dianjurkan dilakukan,
pasien sudah harus pulang ke lampung kembali dan belum
mendapatkan obat.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat Hipertensi (-)
• Riwayat penyakit Diabetes Mellitus (-)
• Riwayat penyakit Jantung (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
• Riwayat penyakit Hipertensi (-)
• Riwayat penyakit Diabetes Mellitus (-)
• Riwayat penyakit Jantung (-)
Riwayat kebiasaan
• Pasien bekerja sebagai pedagang di kantin rumah sakit.
Pasien tidak memiliki kebiasaan khusus dalam
mengonsumsi makanan karena selalu berganti-ganti
menu di setiap harinya. Riwayat konsumsi rokok dan
alkohol disangkal oleh pasien. Pasien juga mengaku
jarang berolahraga.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4,M6,V5 = 15
• BB / TB : 90 kg / 150 cm
• IMT : 40 kg/m2
• Kaadaan Gizi : Obesitas
• Vital Sign
• Tekan Darah : 140/90 mmHg
• Nadi : 100 kali/menit
• Pernapasan : 20 kali/menit
• Suhu : 36,5 0C
• VAS : 5/10 (nyeri sendi)
Status General
Kepala
• Bentuk : Kesan Normocephali
• Mata : Refleks Pupil (+/+) Isokor, Sklera Ikterik
(-/-), Conjungtiva Anemis (-/-), Edema Palpebra
(-/-).
• Telinga : Bentuk Normal, Simetris, Sekret (-/-),
Perdarahan (-/-)
• Hidung : Bentuk Normal, Septum ditengah,
Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
• Mulut
• Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
• Gigi Geligi : Karies (-), Gigi Tanggal (-)
• Lidah : Beslag (-), Tremor (-)
• Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal
• Faring : Hiperemis (-)
Leher
• Kel. Getah Bening : Pembesaran (-)
• Peningkatan TVJ : (-)

Thoraks
Pulmo
• Inspeksi
• Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
• Tipe Pernafasan : Abdominal Thoracal
• Retraksi : (-)
• Palpasi : Pergerakan dada simetris, Nyeri tekan (-/-),
Suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri
• Perkusi : Sonor (+/+)
• Auskultasi: Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-) Wheezing(-/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
• Perkusi : Batas Jantung Atas : Di ICS II Parasternal Sinistra
Batas Jantung Kanan : Di ICS V Linea Parasternal
Dekstra
Batas Jantung Kiri : Di ICS V Linea Midclavikula
Sinistra.
• Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2) normal, mumur (-),
gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Distensi (-), venektasi (-), scar (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal.
• Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
• Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-) undulasi (-)

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema (+/+), Deformitas (-)
Status Lokalis
Sendi Proximal Interphalangeal (PIP) Digiti I – III Dekstra dan
Sinistra
• Inspeksi : Eritema (-), Edema (+), Kontraktur (-),
Nodul Rematoid (-)
• Palpasi : Hangat (+), Nyeri Tekan (+), Krepitasi (-)
• ROM : Terbatas

Sendi Genu Dekstra dan Sinistra


• Inspeksi : Eritema (+), Edema (+), Kontraktur (-), Nodul
Rematoid (-)
• Palpasi : Hangat (+), Nyeri Tekan (+), Krepitasi (-)
• ROM : Terbatas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM

ANA IF (26 Juli 2019 di Prodia)


• Nucklear Homogenus : 1:320
– SLE
– Drug Induced Lupus
– Rheumatoid Atritis
– Junvile Chronic Athritis
– Systemic Sclerosis

• ANA Profile (26 Agustus 2019 di Prodia) : 0 = Negatif


• Anti Ds DNA (26 Agustus 2019 di Prodia): 0.020 (<10) = Negatif
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

KIMIA DARAH (12 September 2019 di Prodia)

SGOT 22 <27 U/L

SGPT 19 <34 U/L

Urea N 11.7 6-20 mg/dL

Ureum 25 13-43 mg/dL

Creatinin 0.64 0.50-0.90 mg/dL

eLFG (CKD-EPI) 98 mL/menit/1.73 m2

Asam Urat 4.2 <5.7 mg/dL

hs-CRP 28 <10.0 mg/L

IMUNO SEROLOGI (12 September 2019)

RF 512 <8 IU/mL


PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

HEMATOLOGI (17 November 2019 di RSUD BOB BAZAR)

Hemoglobin 11.1 14-18 g/dl

Leukosit 9.600 5.000-10.000 10^3/mm3

Trombosit 253.000 150.000-400.000 10^3/mm3

Hematokrit 34 40-48 %

Laju Endap Darah 100 <15 mm/jam

KIMIA DARAH (17 November 2019 di RSUD BOB BAZAR)

Glukosa 100 100-200 mg/dL

Total Kolesterol 166 <200 mg/dL

SGOT 14 <32 U/L

SGPT 26 <31 U/L

Ureum 45 10-50 mg/dL

Creatinin 0.7 0.6-1.1 mg/dL

Albumin 4.3 3.8-5.0 g/dL


PEMERIKSAAN RADIOLOGI (9 Mei 2019)

Foto Manus Kanan-Kiri


• Hasil :
• Kedudukan tulang-tulang manus bilateral masih baik,
• Struktur tulang-tulang tampak porotik, terutama periartikular
• Sela dan permukaan sendi-sendinya masih baik,
• Jaringan lunak baik
• Kesan : - Osteoporosis Manus Bilateral
• - DD/ RA
PEMERIKSAAN RADIOLOGI (9 Mei 2019)

Foto Genu Kanan-Kiri


• Hasil :
• Aligment baik
• Tampak osteophyte pada condylus lateralis et medialis dan
eminentia intercondylaris os tibia kanan-kiri, margo posteroinferior
os patella kanan-kiri
• Trabekulasi tulang normal
• Celah dan permukaan sendi baik
• Tak tampak erosi/destruksi tulang
• Tampak soft tissue swelling regio genu kanan-kiri
• Kesan : Osteoarthritis Genu Bilateral
DIAGNOSA KERJA :
• Rheumatoid Arthritis

DIAGNOSA BANDING :
• SLE
• Osteoarthritis Genu Dekstra et Sinistra

PENATALAKSANAAN
• IVFD RL 20 tpm + dexketoprofen 1 ampul drip
• Inj. Anbacim 1 gr/12 jam
• Inj. Pumpisel 1 vial/24 jam
• Inj. Metil prednisolon 1.25mg/12 jam
EDUKASI
• Edukasi pasien tentang penyakitnya.
• Istirahat yang cukup dapat meringankan stres pada sendi
yang mengalami inflamasi dan mencegah kerusakan
sendi lebih lanjut. Istirahat juga mengurangi rasa nyeri.
• Meningkatkan asupan cairan dengan memperbanyak
minum air putih, meningkatkan asupan kalsium dan
vitamin D. Mengurangi konsumsi kopi, dan minuman
bersoda.
• Kontrol rutin dan fisioterapi.

PROGNOSIS
• Quo ad Vitam : dubiua ad bonam
• Quo ad Functionam : dubiua ad bonam
• Quo ad Sanamtionam : dubiua ad bonam
FOLOW UP
Tanggal Keadaan Klinis Terapi/Tindakan
17/11/2019 S : Os mengeluhkan nyeri seluruh sendi terutama dilutut
kanan dan kiri, pergelangan dan jari-jari tangan kakan dan
kiri, bengkak (+), demam (-), mual muntah (-), BAB normal,
BAK normal
O:
‒ KU : Tampak sakit sedang
‒ Kesadaran : CM
‒ TD : 140/90 mmHg
‒ HR : 100x/i
‒ RR : 20x/i
‒ Temp : 36.50C
‒ VAS : 5/10
‒ Mata : Ref. Pupil (+/+) Isokor, Konj. Anemis (-/-),
‒ Thoraks : SP : Vesikuler, WH (-/-), RH (-/-), BJ I/II
normal, BT (-)
‒ Abdomen : Soepel, BU (+) normal, nyeri tekan (-),
hepar dan lien tidak teraba
17/11/2019
Ekstremitas : P:
‒ Sendi PIP digiti I-III dekstra et sinitra : •IVFD RL 20 tpm
Eritema (-), Edema (+), Hangat (+), Nyeri •Anbacim 1gr/12 jam
Tekan (+), ROM terbatas •Pumpicel 1vial/24
‒ Sendi Genu dekstra et sinistra : Eritema (+), jam
Edema (+), Hangat (+), Nyeri Tekan (+), •Ketorolak 1amp/8
ROM terbatas jam drip
•MP 1/3 amp/12 jam
A : Reumathoid Arthritis •Antasida syr 3x1cth
Tanggal Keadaan Klinis Terapi/Tindakan
18/11/2019 S : Keluhan nyeri sendi berkurang
O:
‒ KU : Baik
‒ Kesadaran : CM
‒ TD : 120/90 mmHg
‒ HR : 80x/i
‒ RR : 20x/i
‒ Temp : 36.50C
‒ VAS : 3/10
‒ Mata : Ref. Pupil (+/+) Isokor, Konj. Anemis (-/-),
‒ Thoraks : SP : Vesikuler, WH (-/-), RH (-/-), BJ I/II
normal, BT (-)
‒ Abdomen : Soepel, BU (+) normal, nyeri tekan (-),
hepar dan lien tidak teraba
18/11/2019
Ekstremitas : P:
‒ Sendi PIP digiti I-III dekstra et sinitra : •IVFD RL 20 tpm
Eritema (-), Edema (-), Hangat (-), Nyeri •Anbacim 1gr/12 jam
Tekan (-), ROM normal •Pumpicel 1vial/24
‒ Sendi Genu dekstra et sinistra : Eritema (-), jam
Edema (+), Hangat (+), Nyeri Tekan (+), •Ketorolak 1amp/8
ROM normal jam drip
•MP 1/3 amp/12 jam
A : Reumathoid Arthritis •Antasida syr 3x1cth
•MST 2x1
•Megabal 2x1
Tanggal Keadaan Klinis Terapi/Tindakan
19/11/2019
S : Nyeri sendi (-)
O:
‒ KU : Baik
‒ Kesadaran : CM
‒ TD : 120/80 mmHg
‒ HR : 80x/i
‒ RR : 20x/i
‒ Temp : 36.50C
‒ VAS : 3/10
‒ Mata : Ref. Pupil (+/+) Isokor, Konj. Anemis (-/-),
‒ Thoraks : SP : Vesikuler, WH (-/-), RH (-/-),
BJ I/II normal, BT (-)
‒ Abdomen : Soepel, BU (+) normal, nyeri tekan (-),
hepar dan lien tidak teraba
19/11/2019
Ekstremitas : P:
‒ Sendi PIP digiti I-III dekstra et sinitra : •Blpl
Eritema (-), Edema (-), Hangat (-), Nyeri •Pasien diberikan
Tekan (-), ROM normal  rujukan saat kontrol di
‒ Sendi Genu dekstra et sinistra : Eritema (-), poliklinik penyakit
Edema (-), Hangat (-), Nyeri Tekan (-), dalam untuk mendapat
ROM normal DMARD di RSAM
•MST 2x1
A : Reumathoid Arthritis •Megabal 3x1
•MP 8mg 3x1
•Famocid 2x1
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani,
“arthon” yang berarti sendi, dan “itis” yang
berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang pada sendi. Sedangkan
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya tangan
dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam
sendi.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia dari hasil survei epidemiologi di
Bandungan Jawa Tengah didapatkan prevalensi RA 0,3%
sedang di Malang pada penduduk berusia diatas 40
tahun didapatkan prevalensi RA 0,5% di daerah
Kotamadya dan 0,6% di daerah Kabupaten. Di Poliklinik
Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta,
pada tahun 2000 kasus baru RA merupakan 4,1% dari
seluruh kasus baru. Di poliklinik reumatologi RS Hasan
Sadikin didapatkan 9% dari seluruh kasus reumatik baru
pada tahun 2000-2002. Nainggolan (2009)
memaparkan bahwa provinsi Bali memiliki prevalensi
penyakit rematik di atas angka nasional yaitu 32,6%,
namun tidak diperinci jenis rematik secara detail.
FAKTOR RESIKO
• Tidak Dapat Dimodifikasi
– Faktor Genetik : Gen yang berkaitan kuat adalah
HLA-DRB1
– Usia : biasanya timbul antara usia 40 tahun sampai
60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi
pada dewasa tua dan anak-anak (Rheumatoid
Arthritis Juvenil).
– Jenis Kelamin : jauh lebih sering pada perempuan
dibanding laki-laki dengan rasio 3:1.
• Dapat Dimodifikasi
– Gaya Hidup
• Status Sosial Ekonomi
• Merokok
• Diet
• Infeksi
• Pekerjaan
– Bentuk Tubuh : meningkat pada obesitas atau yang
memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 30.
– Faktor Hormonal
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
• Keluhan Umum
– Keluhan umum dapat berupa perasaan badan
lemah, nafsu makan menurun, peningkatan panas
badan yang ringan atau penurunan berat badan.
• Kelainan Sendi
– Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu
sendi pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi
diartrosis). Sendi lainnya juga dapat terkena
seperti sendi siku, bahu sterno-klavikula, panggul,
pergelangan kaki.
• Kelainan Diluar Sendi
– Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid)
– Jantung : jarang didapatkan, namun 40% pada autopsi RA
didapatkan kelainan perikard
– Paru : kelainan paru obstruktif dan kelainan pleura (efusi
pleura, nodul subpleura)
– Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis
yang sering terjadi berupa keluhan kehilangan rasa sensoris
di ekstremitas dengan gejala foot or wrist drop
– Mata : terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika)
berupa kekeringan mata, skleritis atau eriskleritis dan
skleromalase perforans
– Kelenjar limfe : sindrom Felty adalah RA dengan
spleenomegali, limpadenopati, anemia, trombositopeni,
dan neutropeni Angina Pektoris tidak stabil (UAP).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
– Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive
Protein (CRP) meningkat
– Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif
namun RF negatif tidak menyingkirkan diagnosis
– Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya
digunakan dalam diagnosis dini dan penanganan RA dengan
spesifisitas 95-98% dan sensitivitas 70% namun hubungan
antara anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten
• Radiologis
– Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak,
penyempitan ruang sendi, demineralisasi “juxta articular”,
osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi sendi.
DIAGNOSIS
Kriteria ARA (American Rheumatism Association) yang direvisi tahun 1987 yang masih
dapat digunakan dalam mendiagnosis RA :
• Kaku pagi hari pada sendi dan sekitarnya, sekurang-kurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal.
• Pembengkakan jaringan lunak atau persendian (arthritis) pada 3 daerah sendi atau
lebih secara bersamaan.
• Artritis pada persendian tangan sekurang-kurangnya terjadi satu pembengkakan
persendian tangan yaitu PIP (proximal interphalangeal), MCP (metacarpophalangeal),
atau pergelangan tangan.
• Artritis simetris, keterlibatan sendi yang sama pada kedua belah sisi misalnya PIP
(proximal interphalangeal), MCP (metacarpophalangeal), atau MTP
(metatarsophalangeal).
• Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta artikuler.
• Rheumatoid Factor serum positif
• Perubahan gambaran radiologis yang khas pada RA pada sendi tangan atau
pergelangan tangan yaitu erosi atau dekalsifikasi tulang pada sendi yang terlibat

Diagnosa RA, jika sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas dan kriteria 1
sampai 4 harus ditemukan minimal 6 minggu.
• kriteria diagnosis RA berdasarkan skor dari American College
of Rheumatology (ACR/Eular) 2010. Jika skor ≥6, maka pasien
pasti menderita RA
PENCEGAHAN
• Membiasakan berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk mengurangi
risiko peradangan oleh RA. Oleh penelitian Nurses Health Study AS yang
menggunakan 1.314 wanita penderita RA didapatkan mengalami
perbaikan klinis setelah rutin berjemur di bawah sinar UV-B.
• Melakukan peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot sendi.
Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan antara lain, jongkok-bangun,
menarik kaki ke belakang pantat, ataupun gerakan untuk melatih otot
lainnya. Bila mungkin, aerobik juga dapat dilakukan atau senam taichi.
• Menjaga berat badan. Jika orang semakin gemuk, lutut akan bekerja
lebih berat untuk menyangga tubuh. Mengontrol berat badan dengan
diet makanan dan olahraga dapat mengurang risiko terjadinya radang
pada sendi.
• Mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti almond, kacang polong,
jeruk, bayam, buncis, sarden, yoghurt, dan susu skim. Selain itu vitamin
A,C, D, E juga sebagai antioksidan yang mampu mencegah inflamasi
akibat radikal bebas.
• Memenuhi kebutuhan air tubuh. Cairan synovial atau cairan
pelumas pada sendi juga terdiri dari air. Dengan demikian
diharapkan mengkonsumsi air dalam jumlah yang cukup
dapat memaksimalkan sisem bantalan sendi yang melumasi
antar sendi, sehingga gesekan bisa terhindarkan. Konsumsi air
yang disrankan adalah 8 gelas setiap hari. (Candra, 2013)
• Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya, ditemukan
bahwa merokok merupakan faktor risiko terjadinya RA.
Sehingga salah satu upaya pencegahan RA yang bisa dilakukan
masyarakat ialah tidak menjadi perokok akif maupun pasif.
(Febriana, 2015).
PENANGANAN

• NSAID (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug)


– Diberikan sejak awal untuk menangani nyeri sendi akibat inflamasi. NSAID yang dapat
diberikan atara lain: aspirin, ibuprofen, naproksen, piroksikam, dikofenak, dan sebagainya.
• DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drug)
– Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan kartilago) dari proses destruksi oleh
Rheumatoid Arthritis. Contoh obat DMARD yaitu: hidroksiklorokuin, metotreksat,
sulfasalazine, garam emas, penisilamin, dan asatioprin.
• Kortikosteroid
– Diberikan kortikosteroid dosis rendah setara prednison 5-7,5mg/hari sebagai “bridge” terapi
untuk mengurangi keluhan pasien sambil menunggu efek DMARDs yang baru muncul
setelah 4-16 minggu.
• Rehabilitasi
– Caranya dapat dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat melalui pemakaian tongkat,
pemasangan bidai, latihan. Setelah nyeri berkurang, dapat mulai dilakukan fisioterapi.
• Pembedahan
– Jika segala pengobatan di atas tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka dapat
dipertimbangkan pembedahan yang bersifat ortopedi, contohnya sinovektomi, arthrodesis,
total hip replacement, dan sebagainya. (Kapita Selekta, 2014)
• DMARD untuk terapi RA
DIAGNOSA BANDING
• Spondiloartropati seronegatif
• Lupus Eritematosus Sistemik (LES),
• Artritis gout
• Osteoartritis
PROGNOSIS
• Perjalanan penyakit dari RA ini bervariasi dan juga ditentukan
dari ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu yang
lama.
• Lima puluh hingga tujuh puluh lima persen penderita
ditemukan mengalami remisi dalam dua tahun. Selebihnya
dengan prognosis yang lebih buruk
• Penggunaan DMARD kurang dari 12 minggu setelah gejala
awal menunjukkan hasil remisi yang lebih baik.
• Indikator prognostik buruk berupa banyak sendi yang
terserang, LED dan CRP tinggi, RF (+) tinggi dan anti CCP (+),
erosi sendi pada awal penyakit dan sosial ekonomi rendah.

Anda mungkin juga menyukai