Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PATOFISIOLOGI

DIARE
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah patofisiologi

DISUSUN OLEH :
Dhiya Syifa Az-zahra
P17320118097

PRODI DIII KEPERAWATAN BANDUNG


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2019
DIARE
A. PENGERTIAN
Diare adalah kondisi ketika terjadi perubahan tiba-tiba pada frekuensi dan konsistensi
buang air besar (Hazinski, 2013). Hockenberry dan Wilson (2009) mendefinisikan diare
sebagai suatu gejala yang merupakan hasil dari kelainan pada proses digestif, absorbsi, dan
fungsi sekresi. Sesusai dengan definisi Hippocrates, maka diare adalah buang air besar
dengan frekuensi meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair,sedangkan diare akut
adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dengan konsistensi tinja lembek
atau cair bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Diare dapat dikatakan sebagai peningkatan frekuensi BAB atau penurunan konsistensi feses
(Ulshen, 2004 dalam Ricci & Kyle, 2009). Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa diare
merupakan kondisi abnormal pada proses digestif, absorbsi cairan dan elektrolit hingga
gangguan fungsi sekresinya. Diare dapat melibatkan lambung dan usus pada penyakit
gastroenteritis, usus halus (enteritis), kolon (kolitis), atau kolon dan usus (enterokolitis)
B. PENYEBAB
Diare diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan durasi terjadinya penyakit, yaitu diare
akut dan diare kronik (Hockenberry& Wilson, 2009). Diare akut merupakan penyebab utama
kejadian diare pada anak berusia kurang dari lima tahun. Diare akut adalah kejadian diare,
peningkatan frekuensi BAB dan perubahan konsistensi feses, yang terjadi selama kurang dari
14 hari. Diare jenis ini seringkali disebabkan oleh agen infeksius di saluran cerna. Gejala
tersebut juga dapat terjadi bersamaan dengan infeksi saluran pernapasan dan saluran
perkemihan. Diare jenis ini dapat7 sembh dengan sendirinya dan tidak perlupenanganan
khusus kecuali jika terjadi dehidrasi. Agen infeksius yang biasanya menyebabkan
gastroenteritis akut adalah patogen virus, bakteri, dan parasit (Hockenberry& Wilson, 2009).
Rotavirus merupakan agen patogen paling umum di dunia yang menyebabkan anak usia di
bawah lima tahun terkena diare (Hazinski, 2013). Selain agen patogen virus, agen patogen
bakteri yang bisa menjadi etiologi diare antara lain, E.coli, Clostridiumperfringens,
Clostridiumbotulinum, Clostridiumdifficile, dll (Hazinski, 2013). Diare kronik didefrinisikan
sebagai peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan kandungan air dengan durasi lebih dari
14 hari. Penyebab diare kronik diantranya adalah karena bagaian dari proses penyakit (kanker
kolon), infeksi saluran pencernaan, pertumbuhan bakteri yang berlebihan pada usus
halus,malabsorbsi karbohidrat, protein, atau glukosa (Marks dalam Novianti, 2010).
C. TANDA DAN GEJALA
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuatdapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan
hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena
kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, matamenjadi cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadiserak. tanda-tanda
denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,
muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantungCiri-ciri anak yang menderita diare adalah
buang air besar lebih dari 3 kali, badan lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelek, membran
mukosa bibir kering, didalam feses bisa terdapat darah maupun lendir, pada anak dapat
terlihat mata cekung dan menurut Nelwan (2014), diare dapat bersifat inflamasi atau non
inflamasi. Diare non inflamasi bersifat sekretorik (watery) bisa mencapai lebih dari 1 liter
perhari.Biasanya tidak disertai dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai dengan
darah
atau lendir pada feses.Demam bisa dijumpai bisa juga tidak.Gejala mual dan muntah bisa
dijumpai.Pada diare ini penting diperhatikan kecukupan cairan karena pada kondisi yang
tidak terpantau dapat terjadinya kehilangan cairan yang menyebabkan syok
hipovolemik.Diare yang bersifat inflamasi bisa berupa sekretori atau
disentri.Biasanyadisebabkanoleh patogen yang bersifat invasif.Gejala mual, muntah, disertai
dengan demam, nyeri perut hebat, dan tenesmus, serta feses berdarah dan berlendir
merupakan gejala dan tanda yang dapat dijumpai.
D. PATOFISIOLOGI
Diare akut pada umumnya disebabkan oleh virus tapi etiologi lainnya, seperti bakteri dan
bakteri mungkin menjadi penyebab terjadinya diare. Virus melukai lapisan penyerapan sel
vili menyebabkan penurunan proses penyerapan dan defisiensi disakarida (Ricci & Kyle,
2009). Bakteri menghasilkan cedera usus dengan secara langsung menginvasi mukosa usus,
merusak lapisan permukaan vili atau melepaskan racun (toksin). Diare akut dapat
menghasilkan pengeluaran darah ataupun tidak. Diare juga dapat terkait dengan penggunaan
antibiotik dalam waktu yang lama atau dosis yang tinggi sehingga membunuh flora normal
yang ada di usus. Hockenberry dan Wilson (2010 dalam Novianti, 2010) merangkum
patofisiologi diare menjadi tiga mekanisme berbeda. Invasi mikroorganisme parogen ke
dalam saluran pencernaan menyebabkan diare melalui, yaitu (1) produksi enterotoksin yang
menstimukasi sekresi air dan elektrolit, (2) invasi serta destruksi sel-sel eptitel usus, dan (3)
inflamasi lokal serta invasi sitemik oleh mikroorganisme tersebut. Patogen merusak sel
mukosa vili di usus kecil menyebabkan cedera permukaan dan penurunan kapasitas absorbsi
air dan elektrolit. Patogen juga memasuki mukisa dan submukosa usus menyebabkan
kerusakan sel, nekrosis, dan ulserasi. Enterotoksin yang dihasilkan patogen bakteri
menstmulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel sekresi primer di usus kecil. Aksi dari
enterotoksin juga mempengaruhi fungsi absorbsi dari daeraj permukaan usus kecil.
Akibatnya, terjadilah ketidakseimbangansektesi cairan dan elektrolit dan termanifestasikan
dengan peningkatan frekuensi bab. Diare dengan proses demikian dapat
mengarahkanpenderita mengalami dehidrasi dan asidosis metabolik (PottandMandleco dalam
Novanti, 2010). Jika kondisi dehidrasi dan asidosis metabolik tidak tertangani, maka kejadian
syok hipovolemik tidak terelakkan. Kondisi tersebut mengancam jiwa penderita.
E. GAMBAR PENDERITA DIARE
SUMBER
Iriyanti,Mariska. (2013). Analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan pada pasien diare di rumah sakit umum pusaat farmawati. Karyailmiah. Depok :
Fakultas ilmu keperawatan universitas Indonesia
Suharyono.(2012).Diare Akut.Jakarta: PT Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai