Anda di halaman 1dari 34

Refleksi Kasus

THT-KL

TUMOR PAROTIS DEXTRA


Oleh :
Resky Hasanah Sam
Nur Izzatul Aziziah
Grace Diplomasi
Jihan Ismail
Farah alang

Pembimbing :
dr. Christin Rony Nayoan, Sp.THT-KL
IDENTITAS
PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
ANAMNESIS
 Keluhan Utama :
Benjolan di bawah telinga kanan

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan terdapat benjolan pada bawah telinga kanan
sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengatakan awalnya benjolan awalnya kecil, kira-kira sebesar
kelereng, kemudian makin lama semakin membesar bola pimpong. Benjolan tidak terasa nyeri, tidak
memerah, tidak terasa hangat dan tidak terasa panas. Keluhan lain seperti bibir mencong, sulit
menutup mata, sulit menelan, nyeri tenggorokan, gangguan pendengaran disangkal. Benjolan di
leher dan di tempat lain juga disangkal. Terdapat penurunan nafsu makan, penurunan berat badan
tidak diketahui. Benjolan ini belum pernah diobati sebelumnya.
ANAMNESIS
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi : Tidak ada
Riwayat diabetes melitus : Tidak ada
Riwayat alergi terhadap obat : Tidak ada
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada kelurga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.
 Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan belum pernah melakukan pengobatan sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : Sakit sedang


 Kesadaran : Compos mentis
 Status Gizi : Gizi Baik
 Tanda – Tanda Vital
Nadi : 89 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
PEMERIKSAAN
TELINGA A. Daun Telinga :

Kanan Kiri
• Bentuk : Normotia Normotia
• Ukuran : Normal Normal
• Sikatrik : Tidak Ada Tidak Ada
• Infeksi : Tidak Ada Tidak Ada
• Tumor : Tidak Ada Tidak Ada
B. Depan Telinga :
Kanan Kiri
• Abses/fistel : Tidak Ada Tidak Ada
• Sikatrix : Tidak Ada Tidak Ada
• Nyeri Tekan : Tidak Ada Tidak Ada

C. Belakang Telinga :
Kanan Kiri
• Abses/Fistel : Tidak Ada Tidak Ada
• Tumor : Ada Tidak Ada
• Nyeri Tekan : Tidak Ada Tidak Ada
PEMERIKSAAN
TELINGA D. Liang Telinga Luar :
Kiri Kanan
Warna : Normal Normal
Edema : Tidak ada Tidak Ada
Sekret : Tidak Ada. Tidak
Serumen : Minimal Minimal

E. Membran Timpani :
Kanan Kiri
Permukaan : Intak Intak
Warna : Putih Keabuan Putih Keabuan
Perforasi : Tidak ada Tidak Ada
Pantulan Cahaya: Arah jam 5 Arah Jam 7
PEMERIKSAAN
HIDUNG
A. Bagian Luar Hidung : Kanan Kiri
• Bentuk : Normal Normal
• Kelainan Kulit: Tidak Ada Tidak Ada
• Kolumella : Normal Normal
• Nares Anterior : Normal Normal
• Fossa Kanina : Normal Normal
• Dinding Media : Normal Normal

B. Bagian Dalam Kanan Kiri


 Vestibulum : Intak Intak
 Dasar Rongga Hidung
• Sekret : Tidak ada Tidak ada
• Edema/Polip : Tidak Ada Tidak Ada
PEMERIKSAAN
HIDUNG C. Dinding Lateral
 Meatus Nasi Inferior
Kanan Kiri

• Polip : Tidak Ada Tidak Ada


• Edema : Tidak Ada Tidak Ada
• Sekret : Minimal Minimal
 Konka Inferior
• Warna : Hiperemis (-) Hiperemis (-)
• Sekret : Minimal Minimal
• Permukaan : Licin Licin
• Ukuran: Eutrofi Eutrofi
 Meatus Nasi Media
• Edema : Tidak Ada Tidak Ada
• Sekret : Tidak Ada Tidak Ada
• Polip : Tidak ada Tidak Ada
 Konka Media
• Warna : Hiperemis (-) Hiperemis (-)
• Sekret : Tidak Ada Tidak Ada
• Permukaan : Licin Licin
• Ukuran: Normal Normal
PEMERIKSAAN
HIDUNG
E. Dinding Belakang (Rhinoskopi Posterior)
• Koana : Tidak Dievaluasi
• Palatum Mole : Tidak Dievaluasi
• Ujung Post Konka Inferior : Tidak Dievaluasi
• Ujung Post Konka Media : Tidak Dievaluasi
• Meatus Nasi Media : Tidak Dievaluasi

D. Dinding Media Rongga Hidung • Ostium Tubae : Tidak Dievaluasi


Kanan Kiri • Torus Tubarius : Tidak Dievaluasi
•Warna : Hiperemis (-) Hiperemis (-)
•Permukaan : Tidak Ada Tidak Ada • Fossa Rossenmuler : Tidak Dievaluasi
•Edema : Tidak Ada Tidak Ada • Tonsil Tubaria : Tidak Dievaluasi
•Ekskoriasi : Tidak Ada Tidak Ada
•Perforasi : Tidak Ada Tidak Ada • Adenoid : Tidak Dievaluasi
PEMERIKSAAN HIDUNG

F. Sinus Paranasalis Kanan Kiri


• Nyeri Tekan : Tidak ada Tidak ada
• Transluminasi : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN GIGI, TENGGOROKAN
DAN KERONGKONGAN
1. Gigi
• Karies : Ada
• Abses : Tidak Ada
• Gusi : Edema (-), Tidak Ada kelainan

2. Mulut
• Abses/Fistel : Tidak Ada
• Sikatrix : Tidak Ada
• Nyeri Tekan : Tidak Ada
PEMERIKSAAN GIGI, TENGGOROKAN
DAN KERONGKONGAN

3. Kerongkongan
Kanan Kiri
 Orofaring
 Dinding Dorsal
• Mukosa : Normal Normal
• Granulasi : Tidak ada Tidak ada
• Deformitas : Tidak Ada Tidak Ada
• Post Nasal Drips : Tidak Ada Tidak Ada
 Dinding Lateral
•Lateral Band : Tidak Ada Tidak Ada
•Deformitas : Tidak Ada Tidak Ada
PEMERIKSAAN GIGI, TENGGOROKAN
DAN KERONGKONGAN
3. Korongkongan
Kanan Kiri
 Isthmus Faucium : Normal Normal
 Arcus Anterior : Normal Normal
 Arcus Posterior : Normal Normal
 Tonsil
• Warna : Hiperemis (+) Hiperemis (+)
• Pembesaran : T1 T1
• Detritus : Tidak Ada Tidak Ada
• Kripte : Melebar Melebar
• Perlengketan : Tidak Ada Tidak Ada
 Hipofaring
• Fossa Piriformis : Tidak dievaluasi
• Vallekula : Tidak dievaluasi
• Radikal Lingua : Tidak dievaluasi
PEMERIKSAAN GIGI, TENGGOROKAN
DAN KERONGKONGAN
4. Tenggorokan
• Epiglottis : Tidak dievaluasi
• Arytenoid : Tidak dievaluasi
• Plica Vocalis : Tidak dievaluasi
• Trakea : Tidak dievaluasi

5. Kelenjar Limfe Regional : Tidak Ada Pembesaran

6. Kelainan Lain : Benjolan di regio kekenjar parotis


kanan
PEMERIKSAAN STATUS LOKALIS : REGIO PAROTIS
DEXTRA DAN NERVUS VII, VIII, IX, X, XI XII

• Inspeksi : tampak benjolan berbentuk oval dengan ukuran 3 cm x 5 cm, kulit


tampak normal
• Palpasi : nyeri tekan (-)
• Pemeriksaan nervus VII, VIII, IX, X, XI, XII : tidak terdapat paralisis pada
nervus cranialis, Pasien dapat mengerutkan dahi, bersul, meringis, menutu mata
dengan kuat. Tidak ada paralisis pada nervus VIII, VIII, IX, X, XI, XII
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Sitopatologi

Bahan : FNAB

Makroskopik : Regio inferior auricula dextra : massa ukuran 3 x 5 cm, tepi tidak
tegas kesan difus, Aspirat (2X), darah ( 4 slide)

Mikroskopik :
Sediaan apusan tampak seluler, terdiri dari Kelompok sel-sel inti bulat oval,
monoton, tampak basofilik kesan asal sel basaloid, membrane inti regular, sitoplasma
cukup, beberapa kelompokan berupa lembaran, tampak matriks kebiruan di antara
sel-sel. Latar belakang eritrosit.

Kesimpulan : Kesan Basaloid Tumor Suspek Benign (Basal Cell Adenoma), DD/
Cellular Pleomorphic Adenoma
RESUME
Seorang perempuan berusia 48 tahun datang ke poli THT RS UNDATA
dengan keluhan terdapat benjolan di bawah telinga kanan sejak …..
Benjolan yang muncul awalnya kecil, kira-kira sebesar kelereng,
kemudian makin lama semakin membesar (seperti apa?????)

KASIH SELESAI GUYS ..

Awalnya pasien dalam kondisi hamil masuk kehamilan pada bulan ke 5


pasien mulai mengeluhkan otthorea dari telinga kanan, disertai dengan
seringnya muncul rasa gatal pada telinga sebelah kanan yang dirasakan
sejak >1 bulan. Beberapa hari kemudian cairan dari telinga keluar
berwarna kuning kental cairan yang keluar berulang sebanyak 3x dalam
beberapa hari sebelum ke poli THT, othalgia (+) dan pasien juga
mengeluhkan adanya batuk. Keluhan vertigodisangkal. Demam dan
keluhan pada hidung dan tenggorokan disangkal oleh pasien. Pada
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan, tekanan darah, nadi 89
x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,7°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
telinga kanan: secret (mukopurulen), MT Hiperemis tampak perforasi sub
total, telinga kiri: normal, hidung: normal, mulut dan orofaring: normal,
DIAGNOSIS

Tumor Parotis Dextra

DIAGNOSIS BANDING
Limfadenopati Kelenjar Tiroid
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
• Neurodex 2 x 1 Operatif
• Paroditektomi Superficial
• Levofloxacin 500 mg 1xq
• Dexamethason 2x 1

Non-Medikamentosa

• Melakukakan pembersihan liang telinga dengan


suction
• Hindari air masuk ke telinga ketika mandi/berenang
• Nutrisi yang cukup dan seimbang
PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Ad Bonam


Quo ad Sanationam : Ad Bonam
Qua ad Functionam : Dubia ad Bonam
TERIMA KASIH
ANATOMI
DEFINISI
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor
penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas
pertumbuhannya. Neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan
tidak terkoordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal walaupun rangsangan yang memicu
perubahan tersebut telah berhenti. Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah hilangnya responsivitas
terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal.
ETIOLOGI

Penyebab terjadinya tumor kelenjar parotis masih belum jelas diketahui, namun paparan

radiasi ion sudah ditetapkan sebagai fator resiko terjadinya tumor parotis.

Seseorang yang pernah mengalami terapi radiasi dan terapi UV pada kepala dan leher

meningkatkan faktor resiko tumor parotis.


KLASIFIKASI
Klasifikasi histopatologi menurut WHO

Tumor Jinak Tumor Ganas

Plemorphic Adenoma (Mixed Mucoepidermoid carcinoma


Benign Tumor)
Monomorphic Adenoma Acinic Cell Carcinoma

Papillarycystadenoma Adenoid Cystic Carcinoma

Lymphomatosum (Warthin’s Tumor) Adenocarcinoma

Epidermoid Carcinoma

Malignant mixed tumor

Lymphoma
PATOFISIOLOGI

Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar dan


kanker parotis merupakan keganasan tersering di antara kelenjar
air liur lainnya. Tumor parotis sendiri sebagian besar adalah
tumor benigna (80% merupakan adenoma pleimorfik) sisanya
sebanyak 20% merupakan tumor ganas. Tumor ganas tersebut
paling banyak adalah jenis karsinoma mukoepidermoid. Jenis
terbanyak berikutnya adalah karsinoma adenoid kistik yang
justru banyak terdapat pada kelenjar submandibular dan kelenjar
liur lainnya.

 
 
 
Gejala tumor ini tidak spesifik, secara klinis saja tidak dapat dibedakan
antara tumor jinak dan ganas. Pada umunya pasien datang selain karena
adanya massa di parotis juga pasien mengeluh wajah yang tidak simetris
akibat parese saraf kranial VII. Selain pemeriksaan penunjang radiologi seperti
CT scan atau MRI, maka biopsi aspirasi jarum halus akan memberikan
konklusi patologik. Biopsi insisional atau eksisional tidak dianjurkan
mengingat kasus-kasus yang pernah mengalami tindakan ini banyak yang
mengalami kekambuhan di kemudian hari. Di samping itu, kemungkinan
terjadinya cedera saraf VII menjadi lebih tinggi.
Sekalipun keganasan ini dikelompokkan pada jenis tumor yang
tumbuh lambat dengan jangkitan kelenjar getah bening kurang dari 15%
namun pemeriksaan kelenjar getah bening regional harus tetap dilakukan
terutama pada yang berdiferensiasi buruk. Metastasis jauh dapat
dijumpai pada paru, tulang dan hati. Sebanyak 25% jenis adenoid kistik,
mukoepidermoid dan jenis campur dijumpai mengalami metastasis jauh.
FAKTOR RESIKO
• Usia
• Paparan Radiasi
• Riwayat Keluarga
• Paparan Karsinogen
• Infeksi Virus
• Gangguan Autoimun
MANIFESTASI KLINIS

Tumor kelenjar ludah umumnya dimulai dengan massa tanpa rasa sakit yang
semakin bertambah. Tumor kelenjar ludah jinak biasanya hadir sebagai massa yang
tumbuh perlahan tanpa rasa tidak nyaman. Neoplasma parotid biasanya muncul
sebagai massa di ekor, sedangkan tumor kelenjar submandibular hadir sebagai
pembengkakan seluruh kelenjar dan kelenjar liur minor sebagai massa tanpa rasa
sakit di bawah mukosa yang sehat.

Tanda tumor ganas: massa tumbuh cepat, nyeri, kelumpuhan saraf terkait (saraf
wajah, saraf lidah), fiksasi ke kulit atau jaringan dalam (massa tetap), limfadenopati
ipsilateral. Tumor kelenjar liur ganas yang paling ganas terlihat pada pasien berusia
50-60 tahun, 2% pada anak-anak <10 tahun, dan 16% pada pasien <30 tahun
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• CT Scan
• MRI
• USG
• BIPOSI
• TES DARAH
• PEMERIKSAAN FUNGSI KELENJAR PAROTIS
TATALKASANA
Pada prinsipnya pegobatan pengangkatan tumor merupakan
tindakan terpilih, terutama apabila lokasi tumor pada lobus
superfisialis. Tetapi bila tumor ini berada atau dekat pada lobus di
bawahnya, maka tindakan parotidektomi total merupakan pilihan,
setiap upaya harus dilakukan untuk preservasi saraf VII. Diseksi rutin
kelenjar getah bening leher tidak dianjurkan mengingat rendahnya
jangkitan pada organ ini, kecuali pada kanker kelenjar air liur dengan
diferensiasi buruk. Radiasi pascabedah diberikan pada keadaan-
keadaan buruk.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai