Anda di halaman 1dari 38

REFLEKSI KASUS

TUMOR CAVUM NASI

Frilasty C.T Tampubolon


N 111 20 003

Pembimbing Klinik :
dr. Christin Rony Nayoan, Sp.THT-KL
Identitas Pasien

Nama : An. A
Umur : 7 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswa
Status Pernikahan : Belum menikah
Tanggal Pemeriksaan : 23 Juli 2022
Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan pada hidung sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang : pasien laki-laki usia 7 tahun diantar keluarganya ke poli THT
RSUD UNDATA dengan keluhan adanya benjolan pada hidung sebelah kiri yang dialami
sejak 8 bulan terakhir, benjolan awalnya sebesar kacang hijau dan berada di dalam hidung
bagian dinding atas, namun pasien suka mengorek benjolan tersebut dan makin lama
semakin membesar hingga menutupi lubang hidung sebelah kiri. Tidak ada nyeri pada
benjolan dan tidak ada darah yang keluar saat pasien mengorek benjolan. Pasien juga
merasakan hidung sebelah kiri tersumbat disertai gangguan penghidu. Secret dari hidung
(-), perdarahan dari hidung (-), bersin (-), nyeri pada wajah dan kepala (-). Keluhan pada
telinga berupa gangguan pendengaran (-), telinga bedenging (-), pusing berputar (-), nyeri
pada telinga (-), sekret pada telinga (-). Keluhan pada tenggorokan berupa nyeri tenggotokan
(-), nyeri menelan (-), sulit menelan (-), batuk (-), suara serak (-), dahak pada tenggorokan (-),
rasa sumbatan pada tenggorokan (-), dan riwayat sesuatu pada tenggorokan (-).
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tidak ada riwayat sakit sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan kondisi
pasien sekarang
Riwayat Pengobatan
Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya
Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata
 Keadaan Umum : Sakit sedang
 KesAdaran : Compos Mentis
 Status Gizi : baik

Tanda Vital
 Tekanan Darah : 110/70 mmhg
 Nadi : 81 kali/menit
 Respirasi : 20 kali/menit
 Suhu : 36,7 derajat celcius
Pemeriksaan Telinga

A. Daun Telinga :
Kanan Kiri
Bentuk : Normotia Normotia
Ukuran : Normal Normal
Sikatrix : Tidak Ada Tidak Ada
Infeksi : Tidak Ada Tidak Ada
Tumor : Tidak Ada Tidak Ada

B. Depan Telinga :
Kanan Kiri
Abses/fistel : Tidak Ada Tidak Ada
Sikatrix : Tidak Ada Tidak Ada
Nyeri Tekan : Tidak Ada Tidak Ada
C. Belakang Telinga :
Kanan Kiri
Abses/Fistel : Tidak Ada Tidak Ada
Tumor : Tidak Ada Tidak Ada
Nyeri Tekan : Tidak Ada Tidak Ada

D. Liang Telinga Luar :


Kanan Kiri
Warna : Normal Normal
Edema : Tidak ada Tidak Ada
Secret : Tidak Ada Tidak Ada
Serumen: Minimal Minimal
(kuning kecoklatan) (kuning kecoklatan)
E. Gendang Telinga :
Kanan Kiri
Permukaan : Intak Intak
Warna : Putih Keabuan Putih Keabuan
Perforasi : Tidak Ada Tidak Ada
Pantulan Cahaya: Arah Jam 5 Arah Jam 7

F. Telinga Tengah :
Kanan Kiri
-Mukosa : Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
-Promontorium: Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
-Secret : Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Pemeriksaan Hidung

A. Bagian Luar Hidung :


Kanan Kiri
◦ Bentuk : Normal Normal
◦ Kelainan Kulit: Tidak Ada Tidak Ada
◦ Kolumella : Normal Normal
◦ Nares Anterior: Normal Normal
◦ Fossa Kanina:
◦ Inspeksi : Normal Normal
◦ Palpasi : Normal Normal
B. Bagian Dalam Kanan Kiri
-Vestibulum : Intak Massa (+) berwarna merah muda, permukaan
rata, konsistensi padat.
-Dasar Rongga Hidung
◦ Secret : Minimal Minimal
◦ Edema/Polip : Tidak Ada Tidak ada
C. Dinding Lateral
- Meatus Nasi Inferior
◦ Polip : Tidak Ada Sulit dinilai
◦ Edema : Tidak Ada Sulit dinilai
◦ Secret : Minimal Sulit dinilai

- Konka Inferior Kanan Kiri


◦ Warna : Merah muda Sulit dinilai
◦ Secret : Minimal Sulit dinilai
◦ Permukaan : Licin Sulit dinilai
◦ Ukuran : Eutrofi Sulit dinilai
Meatus Nasi Media Kanan Kiri
- Edema : Tidak Ada Sulit dinilai
- Secret : Tidak Ada Sulit dinilai
- Polip : Tidak Ada Sulit dinilai

Konka Media
- Warna : Merah Muda Sulit dinilai
- Secret : Minimal Sulit dinilai
- Permukaan: Licin Sulit dinilai
- Ukuran : Eutrofi Sulit dinilai
D. Dinding Media
◦ Warna : Merah Muda
◦ Deviasi : Tidak Ada
◦ Edema : Tidak Ada
◦ Ekskoriasi : Tidak Ada
◦ Perforasi : Tidak Ada
E. Dinding Belakang (Rhinoskopi Posterior)
◦ Koana : tidak dievaluasi
◦ Palatum Mole : tidak dievaluasi
◦ Ujung Post Konka Inferior : tidak dievaluasi
◦ Ujung Post konka media : tidak dievaluasi
◦ Meatus Nasi Media : tidak dievaluasi
◦ Ostium Tubae : tidak dievaluasi
◦ Torus Tubarius : tidak dievaluasi
◦ Fossa Rossenmuler : tidak dievaluasi
◦ Tonsil Tubaria : tidak dievaluasi
◦ Adenoid : tidak dievaluasi

F. Sinus Paranasalis Kanan Kiri


◦ Nyeri Tekan : Tidak Ada Tidak Ada
◦ Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Gigi, Kerongkongan Dan Tenggorokan
1. Gigi
◦ Karies : Tidak Ada
◦ Abses : Tidak Ada
◦ Gusi : Edema (-), Tidak Ada kelainan\
◦ Maloklusi : Ada
2. Mulut
◦ Abses/Fistel : Tidak Ada
◦ Sikatrix : Tidak Ada
◦ Nyeri Tekan : Tidak Ada
2. Kerongkongan Kanan Kiri
Orofaring :
Dinding Dorsal
◦ Mukosa : Tenang Tenang
◦ Granulasi : tidak ada tidak ada
◦ Deformitas : Tidak ada Tidak ada
◦ Post Nasal Drips: Tidak ada Tidak ada
 Dinding Lateral Kanan Kiri
◦ Lateral Band : Normal Normal
◦ Deformitas : Tidak Ada Tidak Ada
◦ Isthmus Faucium: Normal Normal
◦ Arcus Anterior: Normal Normal
◦ Arcus Posterior: Normal Normal

Tonsil Kanan Kiri


◦ Warna : Merah muda Merah muda
◦ Pembesaran: T1 T1
◦ Detritus : Tidak ada Tidak ada
◦ Kripte : Tidak melebar Tidak melebar
◦ Perlengketan: Tidak ada Tidak ada
Hipofaring
◦ Fossa Piriformis : tidak dievaluasi
◦ Vallekula : tidak dievaluasi
◦ Radikal Lingua : tidak dievaluasi

Tenggorokan
◦ Epiglottis : tidak dievaluasi
◦ Arytenoid : tidak dievaluasi
◦ Plica Vocalis : tidak dievaluasi
◦ Subglotis : tidak dievaluasi
◦ Trakea : Tidak dievaluasi
◦ Kelenjar Limfe Regional : Tidak ada pembesaran
◦ Kelainan Lain : Tidak Ditemukan
Pemeriksaan Laboratorium :
-Darah : Tidak dilakukan
-Urin : Tidak dilakukan
-Bakteriologis : Tidak dilakukan
-Dan lain-lain : Tidak dilakukan
 Pemeriksaan Radiologis :
-Head X-Ray : Tidak dilakukan
-Chest X-Ray : Tidak dilakukan
-USG : Tidak dilakukan
-CT-Scan : Tidak dilakukan
RESUME
• Pasien anak laki-laki usia 7 tahun datang dengan keluhan adanya massa tumor pada nasal
sinistra yang dialami sejak 8 bulan yang lalu. benjolan awalnya sebesar kacang hijau dan
berada di dalam hidung bagian dinding atas, namun pasien suka mengorek benjolan
tersebut dan makin lama semakin membesar hingga menutupi lubang hidung sebelah kiri.
Nyeri (-), berdarah (-). Keluhan obstruksi nasal (-/+), anosmia (-/+), sekret (-/-), bersin (-),
cephalgia (-), epistaksis (-/-).
• Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan hidung didapatkan massa tumor
(+) pada vestibulum nasi sinistra warna merah muda, permukaan rata, konsistensi padat.
Lampiran: Foto Pasien
Diagnosis Kerja:
Tumor Cavum Nasi Sinistra

Diagnosis banding:
Polip Nasi
Tatalaksana
Non-medikamentosa
- Edukasi mengenai penyakit yang dialami (kemungkinan
keganasan dan proses pengobatan yang akan dijalani)
- Edukasi mengenai pemeriksaan penunjang untuk
mengetahui penyebab tumor

Medikamentosa :
- Tidak diberi terapi medikamentosa

Anjuran: CT scan sinus paranasal


Prognosis
- Quo ad Vitam : dubia ad bonam
- Quo ad Santionam : dubia ad bonam
- Quo ad Functionam : dubia ad bonam
DEFINISI

Tumor atau barah berasal dari Bahasa latin “tumere” yang artinya bengkak.
Tumor dapat diartikan sebagai neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat
pertumbuhan sel tubuh yang abnormal, yang mirip dengan gejala bengkak
berupa benjolan.

Tumor rongga hidung dan sinus paranasal atau juga disebut sinonasal
merupakan tumor yang berasal dari rongga hidung yang dibatasi oleh tulang-
tulang wajah yang merupakan daerah yang terlindung sehingga tumor yang
timbul di daerah ini sulit diketahui secara dini. Tumor sinonasal terbagi menjadi
tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna).
EPIDEMIOLOGI

1/100.000 orang/tahun

• 1% dari temuan keganasan pada


seluruh tubuh

• 3% dari seluruh temuan


keganasan pada kepala dan
leher

• RS Cipto Mangunkusumo: 10-


15% dari seluruh tumor ganas
THT
Usia rata-rata 50 tahun ke
Laki-laki > Perempuan atas (++)
3 : 1 Usia remaja dan anak-
anak ada, tapi lebih jarang
ETIOLOGI

• Etiologi belum diketahui secara pasti

• Diduga akibat beberapa zat kimia atau bahan industry merupakan penyebab (nikel,

debu, kayu, kulit, formaldehid, kromium, minyak isopropit dan lainnya

• Risiko keganasan sinonasal meningkat pada pekerja di bidang industri atau zat kimia

• Penyebab lain: alkohol, asap rokok, makanan yang diasin atau diasap.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Nasal Gejala Orbital Gejala Oral

Berupa obstruksi hidung Gejala:


Menyebabkan penonjolan atau
unilateral dan rinorea. • Diplopia (persepsi
ulkus di palatum atau di
bayangan ganda)
Sekret bercampur darah prosesus alveolaris. Keluhan
• Proptosis atau penonjolan
atau terjadi epistaksis. berupa gigi palsu yang tidak
bola mata
Tumor yang besar bisa pas lagi atau gigi geligi goyah.
• Oftalmoplegia (paralisis
Pasien sering ke dokter karena
mendesak tulang hidung →
m.siliaris dan m. sphincter
nyeri di gigi, tetapi tidak
deformitas hidung,. Khas pupil)
sembuh meskipun gigi yang
pada tumor ganas: secret • Gangguan visus
sakit telah tercabut
bau karena ada jaringan • Epifora (luapan berlebih air
nekrotik mata)
MANIFESTASI KLINIS
Gejala facial Gejala cranial

Sakit kepala hebat, oftalmoplegia,


gangguan visus, disertai likorea (cairan
Menyebabkan penonjolan pipi,
otak keluar lewat hidung). Jika
nyeri, anestesia atau
perluasan sampai ke fossa kranii media
parestesia muka jika mengenai
→ saraf kranial lain dapat terkena. Jika
nervus trigeminus (n.
tumor ke belakang → trismus (spasme
opltalmikus, n. mandibularis, n.
m. masseter) karena m. pterigoideus
maksilaris)
terkena, disertai anestesia dan
parestesi daerah yang dipersarafi n,
maxillaris dan n. mandibularis
KLASIFIKASI
JINAK

• Pertumbuhan sel abnormal di dalam cavitas nasi atau rongga sinus yang biasanya tumbuh secara perlahan dan tidak
menyebar ke bagian lain dari tubuh
• Dapat timbul di dalam sinonasal, termasuk pembuluh darah, saraf, tulang dan tulang rawan
• Paling sering: Papilloma skuamosa
• Secara makroskopis mirip dengan polip, tetapi lebih vascular, padat dan tidak mengkilat
• 2 jenis papilloma: eksofitik/fungiform dan endifitik/papilloma inverted
• Papilloma inverted: sangat invasive dan dapat merusak jaringan di sekitarnya, sering dijumpai pada laki-laki usia tua.

• Paling sering: Karsinoma sel skuamosa (70%), karsinoma tanpa diferensiasi, dan tumor asal kelenjar
• Sinus yang paling sering terkena: maksila (65-80%), etmoid (15-25%), hidung sendiri (24%)
• Sinus yang jarang terkena: sfenoid dan frontal
• Metastasis ke kelenjar leher jarang terjadi (<5%) →.karena sistem limfa pada rongga sinus sangat sedikit, kecuali bila tumor
sudah menginfiltrasi jaringan lunak hidung dan pipi yang kaya akan sistem limfatik
• Metastasis jauh jarang ditemukan (<10%), paling sering ditemukan pada organ hati dan paru. GANAS
DIAGNOSIS

Tumor hidung dan sinus paranasal dapat ditegakkan


Anamnesis
berdasarkan beberapa rangkaian pemeriksaan, sedangkan
diagnosis pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan
histopatologi.
Pemeriksaan
Fisik

• Foto polos sinus paranasal


Pemeriksaan • CT scan
Penunjang • MRI
• Foto polos paru → metastasis
STAGING
CONT…
TATALAKSANA

• Tatalaksana utama: Pembedahan bersama modalitas terapi lainnya


seperti radiasi dan kemoterapi sebagai adjuvant
• Kemoterapi bermanfaat pada tumor ganas dengan metastasis atau
residif atau jenis yang sangat baik dengan kemoterapi misalnya
limfoma maligna
• Pada tumor jinak → lakukan ekstirpasi tumor sebersih mungkin
• Pada tumor ganas → tindakan operasi harus se-radikal mungkin.
Dapat dilakukan maksilektomi
PROGNOSIS

Pada umumnya kurang baik namun tergantung faktor prognostic: perbedaan


diagnosis histologi, asal tumor primer, perluasan tumor, pengobatan yang
diberikan sebelumnya, terapi ajuvan yang diberikan, status imunologis, dan
lamanya follow up
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai