Anda di halaman 1dari 119

BUKU PANDUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

PROGRAM STUDI S1- KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ANDINI PERSADA MAMUJU SUL-BAR

PEDOMAN POHON MASALAH KEPERAWATAN

RESIKO MENCEDERAI
DIRI, ORANG LAIN &
LINGKUNGAN

PERUBAHAN
PERSEPSI-SENSOR :
HALUSINASI

PERILAKU
KEKERASAN

ISOLASI SOSIAL :
MENARIK DIRI

TIDAK EFEKTIFNYA
PENATALAKSANAAN
REGIMEN
TERAPEUTIK

GANGGUAN KONSEP
DIRI : HARGA DIRI
RENDAH

TIDAK EFEKTIFNYA
KOPING KELUARGA
KETIDAKMAMPUAN
KELUARGA MERAWAT
ANGGOTA KELUARGA

TIDAK EFEKTIFNYA
KOPING INDIVIDU

KERUSAKAN
KOMUNIKASI VERBAL

MENURUNNYA
MOTIVASI PERAWATAN

MENURUNNYA
MOTIVASI PERAWATAN

GANGGUAN
PROSES

BERDUKA
DISFUNGSIONAL

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa Medis : .................................

Ruang

No. CM

TG
L
1

: ................................
NO
.
DX
2

PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAKRITERIA
TUJUAN
WATAN
EVALUASI
3
4
5
Resiko
TUM :
mencederai
Klien dapat
diri sendiri
melanjutkan
dan orang
hubungan peran
lain
sesuai dengan
berhubungan tanggung jawab.
dengan
TUK :
perilaku
1. Klien dapat
kekerasan.
membina
hubungan
saling percaya. 1.1. Klien mau
membalas salam.
1.2. Klien mau
menjabat tangan.
1.3. Klien mau
menyebutkan
nama.

: .................................
INTERVENSI

RASIONAL

1.1.1. Beri salam/ panggil


nama klien.
1.1.2. Sebutkan nama
perawat sambil jabat
tangan.
1.1.3. Jelaskan maksud
hubungan interaksi.

Hubungan saling percaya merupakan


landasan utama untuk hubungan
selanjutnya.

1.4. Klien mau


tersenyum.
1.5. Klien mau kontak
mata.
1.6. Klien mau
mengetahui nama
perawat.
1.7. Menyediakan
waktu untuk
kontrak.

2. Klien dapat
mengidentifika
si penyebab
perilaku
kekerasan.

1.1.4. Jelaskan tentang


kotrak yang akan
dibuat.
1.1.5. Beri rasa aman dan
sikap empati.
1.1.6. Lakukan kontak
singkat tapi sering.

2.1.Klien dapat
2.1.1. Beri kesempatan
mengungkap kan
untuk mengung
perasaannya.
kapkan perasaan nya.
2.2.Klien dapat
2.1.2. Bantu klien untuk
mengungkap kan
mengung kapkan
penyebab
penyebab jengkel/
perasaan
kesal.
jengkel/kesal (dari
diri sendiri, dari
lingkungan/ orang
lain).

Beri kesempatan untuk mengungkap


kan perasaannya dapat membantu
mengurangi stres dan penyebab
perasaan jengkel/kesal dapat
diketahui.

3. Klien dapat
mengidentifika
si tanda-tanda
perilaku
kekerasan.

3.1.Klien dapat
mengungkap kan
perasaan saat
marah/jengkel

3.1.1. Anjurkan klien


mengungkapkan yang
dialami saat
marah/jengkel.
3.1.2. Observasi tanda
perilaku kekerasan
pada klien.
3.2.1. Simpulkan bersama
klien tanda-tanda
jengkel/ kesal yang
dialami klien.

Untuk mengetahui hal yang dialami


dan dirasakan saat jengkel.
Untuk mengetahui tanda-tanda klien
jengkel/kesal.
Menarik kesimpulan bersama klien
supaya klien mengetahui secara garis
besar tanda-tanda marah/kesal.

3.2.Klien dapat
menyimpulkan
tanda-tanda
jengkel/kesal yang
dialami.
4. Klien dapat
mengidentifika
si perilaku
kekerasan yang
biasa
dilakukan.

4.1.Klien dapat
mengungkap kan
perilaku
kekerasan yang
biasa dilakukan.
4.2.Klien dapat
bermain peran
dengan perilaku
kekerasan yang
biasa dilakukan.
4.3.Klien dapat
mengetahui cara
yang biasa dapat
menyesuaikan

4.1.1. Anjurkan klien untuk


mengungkapkan
perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
klien.
4.1.2. Bantu klien bermain
peran sesuai dengan
perilaku konsumen
yang biasa dilakukan.

4.1.3. Bicarakan dengan

Mengeksplorasi perasaan klien


terhadap perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
Untuk mengetahui perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan dan
dengan bantuan perawat bisa
membedakan perilaku konstruktif
dan deskruktif.
Dapat membantu klien menemukan
cara yang dapat menyelesaikan
masalah.

atau tidak.

5. Klien dapat
mengidentifika
si akibat
perilaku
kekerasan.

5.1.Klien dapat
menjelaskan
akibat dari cara
yang digunakan
klien.

klien apakah dengan


cara yang klien
lakukan masalahnya
selesai ?
5.1.1. Bicarakan
akibat/kerugian dari
cara yang dilakukan
klien.
5.1.2. bersama klien
menyimpulkan akibat
cara yang digunakan
oleh klien.

Membantu klien untuk menilai


perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
Dengan mengetahui akibat perilaku
kekerasan diharapkan klien dapat
merubah perilaku deskruktif yang
dilakukannya menjadi perilaku yang
konstruktif.
Agar klien dapat mempelajari cara
yang lain yang konstruktif.

5.1.3. Tanyakan pada klien


apakah ingin
mempelajari cara baru
yang sehat ?
6. Klien dapat
mengidentifika
si cara
konstruktif
dalam
merespon

6.1.Klien dapat
melakukan cara
berespon terhadap
kemarahan secara
konstruktif.

6.1.1. Tanyakan pada klien


Dengan mengidentifikasi cara yang
apakah ia ingin
konstruktif dalam berespon terhadap
mempelajari cara baru kemarahan dapat membantu klien
yang sehat ?
menemukan cara yang baik untuk
mengurangi kejengkelannya sehingga
klien tidak stres lagi.

Reinforcement positif dapat


memotivasi klien dan meningkatkan
harga dirinya.
Berdiskusi dengan klien untuk
memilih cara yang lain sesuai dengan
kemampuan klien.

terhadap
kemarahan.

6.1.2. Berikan pujian jika


klien mengetahui cara
lain yang sehat.
6.1.3. Diskusikan dengan
klien cara lain yang
sehat.
a. Secara fisik, tarik nafas
dalam jika sedang kesal/
memukul bantal /kasur
atau olah raga atau
pekerjaan yang
memerlukan tenaga.
b. Secara verbal katakan
bahwa anda sedang
kesal/tersinggung/jengkel
(saya kesal anda berkata
seperti itu, saya marah
karena mama tidak
memenuhi keinginan
saya).
c. Secara sosial, lakukan
dalam kelompok caracara marah yang sehat,

latihan asertif, latihan


manajemen perilaku
kekerasan.
d. Secara spiritual, anjurkan
klien sembahyang,
berdoa/ibadah lain,
meminta pada Tuhan
untuk diberikan
kesabaran, mengadu pada
Tuhan kekerasan/
kejengkelan.
7. Klien dapat
mendemonstras
ikan cara
mengontrol
perilaku
kekerasan.

7.1.Klien dapat
mendemonstrasik
an cara
mengontrol
perilaku
kekerasan
Fisik tarik nafas
dalam, olah
raga menyiram
tanaman.
Verbal
mengatakan
nya secara
langsung
dengan tidak
menyakiti.
Spiritual
sembah yang,
berdoa atau
ibadah klien.

7.1.1. Bantu klien memilih


cara yang paling tepat
untuk klien.

7.1.2. Bantu klien


mengidentifikasi
manfaat cara yang
dipilih.

Memberikan simulasi kepada klien


untuk menilai respon perilaku
kekerasan secara tepat.
Membantu klien dalam membuat
keputusan untuk terhadap cara yang
telah dipilihnya dengan melihat
manfaatnya.
Agar klien mengetahui cara marah
yang konstruktif.
Pujian dapat meningkatkan motivasi
dan harga diri klien.

7.1.3. Bantu klien untuk


menstimulasi cara
tersebut (role play).
7.1.4. Beri reinforcement
positif atau

Agar klien dapat melaksanakan cara


yang telah dipilihnya. Jika ia sedang
kesal atau jengkel.

8. Klien mendapat 8.1.Keluarga klien


dukungan
dapat :
keluarga dalam
Menyebut kan
mengontrol
cara merawat
perilaku
klien yang
kekerasan.
berperilaku
kekerasan.
Mengungkapka
n rasa puas
dalam merawat
klien.

keberhasilan klien
menstimulasi cara
tersebut.
7.1.5. Anjurkan klien untuk
menggunakan cara
yang telah dipelajari
saat jengkel/ marah.
8.1.1. Identifikasi
kemampuan keluarga
merawat klien dari
sikap apa yang telah
dilakukan keluarga
terhadap klien selama
ini.
8.1.2. Jelaskan peran serta
keluarga dalam
merawat klien.

8.1.3. Jelaskan cara


merawat klien :
Terkait dengan cara
mengontrol perilaku
marah secara
konstruktif.
Sikap tenang bicara
tenang dan jelas.
Membantu klien
mengenal penyebab ia

Kemampuan keluarga dalam


mengidentifikasi akan
memungkinkan keluarga untuk
melakukan penilaian terhadap
perilaku kekerasan.
Meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang cara merawat klien sehingga
keluarga terlibat dalam perawatan
klien.
Agar keluarga dapat merawat klien
dengan perilaku kekerasan.

marah.
8.1.4. Bantu keluarga
mendemonstrasikan
cara merawat klien.

8.1.5. Bantu keluarga


mengung kapkan
perasaan nya setelah
melakukan
demontrasi
9. Klien dapat
menggunakan
obat-obatan
yang diminum
dan
keguaannya
(jenis, waktu,
dosis dan efek).

9.1.Klien dapat
menyebutkan
obat-obat yang
diminum dan
kegunaannya
(jenis dosis dan
efek).

9.2.Klien dapat
minum obat
sesuai program
pengobatan.

Agar kekerasan mengetahui cara


merawat klien melalui demonstrasi
yang dilihat keluarga secara
langsung.
Mengeksplora si perasaan keluarga
setelah melakukan demonstrasi.

Klien dan keluarga dapat mengetahui


nama-nama obat yang diminum oleh
klien.
Klien dan keluarga dapat mengetahui
kegunaan obat yang dikonsumsi
klien.
Klien dan keluarga mengetahui
prinsip benar agar tidak terjadi
9.2.1. Jelaskan prinsip benar
kesalahan dalam mengkonsumsi
minum obat (baca
obat.
nama yang tertera
pada botol obat, dosis
Klien dapat memiliki kesadaran
obat, waktu dan cara
pentingnya minum obat dan bersedia
minum).
minum obat dengan kesadaran
9.2.2. Ajarkan klien minta
sendiri.
obat dan minum tepat
Mengetahui efek samping sedini
waktu.
mungkin sehingga tindakan dapat
dilakukan sesegera mungkin untuk
9.1.1. Jelaskan jenis-jenis
obat yang diminum
klien pada klien dan
keluarga.
9.1.2. Diskusikan manfaat
obat dan berhenti
minum obat.

menghindari komplikasi.
9.2.3. Anjurkan klien
melaporkan pada
perawat/dokter jika
merasakan efek yang
tidak menyenangkan.
9.2.4. Beri pujian jika klien
minum obat dengan
benar.

Reinforcement positif dapat


memotivasi keluarga dan klien serta
dapat meningkatkan harga diri.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


PERILAKU KEKERASAN BERHUBUNGAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa Medis :

Ruang

No. CM

TG
L
1

: ................................
NO
.
DX
2

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Perilaku
kekerasan
berhubungan
dengan harga
diri rendah.

PERENCANAAN

INTERVENSI

RASIONAL

1.1.Ekspresi wajah bersahabat


menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata, atau berjabat
tangan mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam,
klien mau duduk bersampingan
dengan perawat, mau
mengeluarkan masalah
dihadapi.

1.1.1. Bina hubungan saling


mengungkapkan
prinsip komunikasi
terapeutik.
a. Sapa klien dengan
ramah baik verbal
maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri
dengan sopan.
c. Tanya kan nama
lengkap klien dan

Hubungan saling
percaya merupakan
dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi
selanjutnya.

TUJUAN

KRITERIA EVALUASI

4
TUM :
Klien dapat
berhubungan
dengan orang
lain secara
optimal.
TUK 1 :
Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya.

nama panggilan
yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemu an.
e. Jujur dan menepati
janji.
f. Tunjuk kan sikap
empati dan meneri
ma klien apa adanya.
g. Beri perhatian pada
klien dan perhati kan
kebutu han dasar
klien.

TUK 2 :
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif
yang dimiliki.

2.1.Klien mengidentifikasi
2.1.1. Diskusi kemampuan
kemampuan dan aspek positif
dan aspek positif yang
yang dimiliki :
dimiliki klien.
- Kemampuan yang dimiliki
klien.
- Aspek positif keluarga.
- Aspek positif lingkungan yang
dimiliki klien.
2.1.2. Setiap bertemu klien
hindarkan dari
memberi nilai negatif.
2.1.3. Utamakan memberikan

Diskusikan tingkat
kemampuan klien
seperti menilai
realitas, kontrol diri
atau integritas ego
diperlukan sebagai
dasar asuhan
keperawatan nya
Reinforcement positif
akan meningkatkan
harga diri.

pujian yang realistik.


Pujian yang realistik
tidak menyebabkan
klien melakukan
kegiatan hanya karena
ingin mendapat pujian.
TUK 3 :
3.1.Klien menilai kemampuan yang 3.1.1. Diskusikan dengan
Keterbatasan dan
Klien dapat
dapat digunakan.
klien kemampuan yang
pengertian tentang
menilai
masih bisa digunakan
kemampuan yang
kemampuan yang
selama sakit.
dimiliki adalah
digunakan.
3.1.2. Diskusikan
prasarat untuk
kemampuan yang dapat
berubah.
dilanjutkan
Pengertian tentang
penggunaannya.
kemampuan yang
dimiliki diri
memotivasi untuk
tetap mempertahan
kan penggunaan nya
TUK 4 :
4.1.Klien membuat rencan kegiatan 4.1.1. Rencanakan bersama
Klien dapat
harian.
klien aktifitas yang
(menetapkan)
dapat dilakukan setiap
merencanakan
hari sesuai kemampuan
kegiatan sesuai
Kegiatan mandiri
dengan
Kegiatan dengan
kemampuan yang
banguan segaian
dimiliki.
Kegiatan yang
membutuhkan
bantuan total.
4.1.2. Tingkatkan kegiatan

Klien adalah individu


yang bertanggung
jawab terhadap dirinya
sendiri.

yang sesuai dengan


toleransi kondisi klien.
4.1.3. Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien
lakukan.
Klien perlu bertindak
secara realitas dalam
kehidupannya.

TUK 5 :
Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit dan
kemampuannya.

5.1.Klien melakukan kegiatan


sesuai kondisi sakit dan
kemampuan nya.

5.1.1. Beri kesempatan pada


klien untuk mencoba
kegiatan yang lebih
rencanakan.
5.1.2. Beri pujian
keberhasilan klien.
5.1.3. Diskusikan kemungki
nan pelaksana an
dirumah.

Contoh peran yang


dilihat klien akan
memotivasi klien
untuk melaksanakan
kegiatan.
Memberikan
kesempatan kepada
klien mandiri di
rumah.

Reinforcement positif
akan meningkatkan
harga diri.
Memberikan
kesempatan untuk
tetap melakukan
kegiatan yang biasa

dilakukan.
TUK 6 :
Klien dapat
memanfaatkan
sistem
pendukung yang
ada.

6.1.Klien memanfaatkan sistem


pendukung yang ada di
keluarga.

6.1.1. Beri pendidikan


kesehatan pada
keluarga tentang cara
merawat klien dengan
harga diri rendah.
6.1.2. Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat.

6.1.3. Bantu keluarga


menyiapkan
lingkungan di rumah.

Mendorong keluarga
untuk mampu merawat
klien mandiri di
rumah.

Support sistem
keluarga akan sangat
berpengaruh dalam
mempercepat proses
penyembuhan klien.
Meningkatkan peran
serta keluargadalam
merawat klien di
rumah.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN HALUSINASI
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa Medis : .................................

Ruang

No. CM

TG
L
1

: ................................
NO
.
DX
2

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Resiko
mencederai
diri sendiri
dan orang
lain
berhubungan
dengan
halusinasi
dengar.

PERENCANAAN
KRITERIA
TUJUAN
EVALUASI
4
5
Tujuan Umum
(TUM) :
Klien tidak
mencederai orang
lain.
Tujuan Khusus
(TUK) :
1. Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya.

1.1.Ekspresi wajah
bersahabat
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, atau berjabat
tangan mau
menyebutkan nama,
mau menjawab
salam, klien mau
duduk

: .................................
INTERVENSI

RASIONAL

1.1.1. Bina hubungan saling


Hubungan saling
percaya dengan
percaya merupakan
mengungkapkan prinsip
dasar untuk kelancaran
komunikasi terapeutik.
hubungan interaksi
a. Sapa klien dengan ramah
selanjutnya.
baik.
b. Perkenalkan diri dengan
sopan.
c. Tanya kan nama lengkap
klien dan nama

bersampingan
dengan perawat,
mau mengutarakan
masalah yang
dihadapi.

2. Klien dapat
mengenali
halusinasinya.

2.1.Klien dapat
menyebutkan
waktu, isi frekuensi
timbulnya
halusinasinya.
2.2.Klien dapat
mengungkapkan
perasaan terhadap
halusinasinya.

panggilan yang disukai


klien.
d. Jelaskan tujuan pertemu
an.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjuk kan sikap empati
dan meneri ma klien apa
adanya.
g. Beri perhatian pada klien
dan perhati kan kebutu
han dasar klien.

2.1.1. Adakan kontak sering


dan singkat secara
bertahap

2.1.2. Observasi tingkah laku


klien terkait dengan
halusinasinya bicara dan
tertawa tanpa stimulasi,

Kontak sering tapi


singkat selain upaya
membina hubungan
saling percaya, juga
dapat memutuskan
halusinasi.
Mengenal perilaku
pada saat halusinasi
timbul memudahkan
perawat dalam
melakukan

memandang ke kiri/ke
depan seolah-olah ada
teman bicara.
2.1.3. Bantu klien mengenai
halusinasi nya :
a. Jika menemukan klien
yang sedang
berhalusinasi, tanyakan
apakah ada suara yang
didengar.
b. Jika klienb menjawab
ada kelanjutan apa yang
dikatakan
c. Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya (dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh / menghaki
mi)
d. Katakan bahwa klien
lain juga ada seperti
klien.
e. Katakan bahwa perawat
akan membantunya
2.1.4. Diskusikan dengan klien
a. Sugesti yang
menimbulkan tidak
menimbulkan halusina si
b. Waktu dan frekuensi

intervensi.
Mengenal halusinasi
memungkinkan klien
untuk
menghindarkan
faktor pencetus
timbulnya halusinasi.

Dengan mengetahui
waktu isi dan
frekuensi munculnya
halusinasi
mempermu dah

2.1.5. Diskusikan dengan klien


apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi
(marah/takut, senang,
sedih) beri kesempatan
mengungkapkan
perasaan nya.
3. Klien dapat
mengontrol
halusinasinya.

3.1.Klien dapat
menyebutkan
tindakan yang
biasanya dilakukan
untuk mengendali
kan halusinasinya
3.2.Klien dapat
menyebutkan cara
baru
3.3.Klien dapat
memilih cara
mengatasi
halusinasi seperti
yang telah
didiskusikan
dengan klien

tindakan
keperawatan yang
akan dilakukan
perawat.
Untuk
mengidentifikasi
pengaruh halusinasi
pasien

3.1.1. Identifikasi bersama


Upaya untuk
klien cara tindakan jika
memutuskan siklus
terjadi halusinasi (tidur,
halusinasi sehingga
marah, menyibuk kan
halusinasi tidak
diri dan lain-lain)
berlanjut
3.1.2. Diskusikan manfaat cara Reinforcement
yang dilakukan klien jika
positif dapat
bermanfaat beri pujian.
meningkatkan harga
diri klien.
3.1.3. Diskusikan cara baru
memutuskan/mengontrol
timbulnya halusinasi.
a. Katakan saya tidak mau
dengar kamu (pada saat
halusina si terjadi)
b. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota
keluarga) untuk

Memberikan
alternatif pilihan bagi
klien untuk
mengontrol
halusinasi.

bercakap-cakap untuk
mengatakan halusina si
yang terdeng ar.
c. Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari agar
halusina si tidak sampai
muncul.
d. Meminta
keluarga/teman/perawat
menyapa jika tampak
bicara sendiri.
3.1.4. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
kan halusi nasi secara
bertahap.

3.1.5. Beri kesempatan untuk


melakukan cara yang
telah dilatih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian
jika berhasil.
3.1.6. Anjurkan klien
mengikuti terapi aktifitas
kelompok, orientasi
realitas, stimulasi
persepsi

Memotivasi dapat
meningkatkan
kegiatan klien untuk
mencoba memilih
salah satu cara
mengendalikan
halusinasi dan dapat
meningkatkan harga
diri klien.
Memberi kesempatan
kepada klien untuk
mencoba cara yang
sudah dipilih.
Stimulasi persepsi
dapat mengurangi
perubahan
interprestasi realitas
klien akibat
halusinasi.

4. Klien dapat
dukungan dari
keluarga dalam
mengontrol
halusinasinya.

4.1.Klien dapat
membina hubungan
saling percaya
dengan perawat.
4.2.Keluarga dapat
menyebutkan
pengertian, tanda
dan tindakan untuk
mengendali kan
halusinasi.

4.1.1. Anjurkan klien untuk


memberita hu keluarga
jika mengalami
halusinasi.
4.1.2. Diskusikan dengan
keluarga (pada saat
keluarga
berkunjung/pada saat
kunjungan rumah) :
a. Gejala halusinasi yang
dialami klien.
b. Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk memutus
kan halusinasi.
c. Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi
di rumah, beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama
bepergian bersama.
d. Beri informasi waktu
follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan
halusinasi tidak
terkontrol dan resiko
mencederai orang lain.

Untuk mendapatkan
bantuan keluarga
mengontrol
halusinasi.
Untuk mengetahui
pengetahuan
keluarga dan
meningkat kan
kemampuan
pengetahuan tentang
halusinasi.

5. Klien
memanfaatkan
obat dengan baik.

5.1.Klien dan keluarga


dapat menyebutkan
manfaat, dosis dan

5.1.1. Diskusikan dengan klien


dan keluarga tentang
dosis, frekuensi dan

Dengan
menyebutkan dosis,
frekuensi dan

efek samping obat.


5.2.Klien dapat
mendemonstrasikan
penggunaan obat
dengan benar.
5.3.Klien dapat
informasi tentang
efek dan efek
samping obat.
5.4.Klien dapat
memahami akibat
berhentinya obat
tanpa konsultasi.
5.5.Klien dapat
menyebutkan
prinsip 5 benar
penggunaan obat

manfaat obat.

5.1.2. Anjurkan klien minta


sendiri obat pada
perawat dan merasakan
manfaatnya
5.1.3. Anjurkan klien bicara
dengan dokter tentang
manfaat dan efek
samping obat yang
dirasakan.
5.1.4. Diskusikan akibat
berhenti obat-obat tanpa
konsultasi.
5.1.5. Bantu klien
menggunakan obat
dengan prinsip benar.

manfaat obat,
diharapkan klien
melaksana kan
program pengobatan.
Menilai kemampuan
klien dalam
pengobatan nya
sendiri.
Dengan mengetahui
efek samping obat
klien akan tahu apa
yang harus dilakukan
setelah minum obat.
Program pengobatan
dapat berjalan sesuai
rencana.
Dengan menegtahui
prinsip penggunaan
obat, maka
kemandirian klien
untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI BERHUBUNGAN DENGAN MENARIK DIRI
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa Medis : .................................

Ruang

No. CM

TG
L
1

NO
.
DX
2

: ................................
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Perubahan
persepsi
sensori
halusinasi
berhubungan
menarik diri.

PERENCANAAN
KRITERIA
TUJUAN
EVALUASI
4
5
Tujuan Umum (TUM) :
Klien dapat berinteraksi
dengan orang lain
sehingga tidak terjadi
halusinasi
Tujuan Khusus (TUK) :
1. Klien dapat membina
hubungan saling
percaya.

1.1.Ekspresi wajah
bersahabat
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, atau berjabat
tangan, mau
menyebutkan nama,
mau menjawab
salam, klien mau

: .................................
INTERVENSI

RASIONAL

1.1.1. Bina hubungan saling


Hubungan saling
percaya dengan
percaya merupakan
mengungkapkan prinsip
dasar untuk kelancaran
komunikasi terapeutik.
hubungan interaksi
a. Sapa klien dengan ramah
selanjutnya.
baik verbal maupun non
verbal.
b. Perkenalkan diri dengan
sopan.

duduk
bersampingan
dengan perawat,
mau mengutarakan
masalah yang
dihadapi.

c. Tanya kan nama lengkap


klien dan nama
panggilan yang disukai
klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjuk kan sikap empati
dan meneri ma klien apa
adanya.
g. Beri perhatian pada klien
dan perhati kan kebutu
han dasar klien.

2. Klien dapat
2.1.Klien dapat
menyebutkan penyebab
menyebutkan
menarik diri.
penyebab menarik
diri yang berasal
dari :
a. Diri sendiri
b. Orang lain
c. Lingkungan

2.1.1. Kaji pengetahuan klien


tentang perilaku menarik
diri dan tanda-tandanya.
2.1.2. Beri kesempatan kepada
klien untuk
mengungkapkan
perasaan penyebab
menarik diri atau tidak
mau bergaul.
2.1.3. Diskusikan bersama
klien tentang perilaku
menarik diri tanda-tanda
serta penyebab yang
muncul.
2.1.4. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien dalam
mengguna kan perasaan

Dengan faktor
resipitasi yang
dialami klien.

nya.
3. Klien dapat
3.1.Klien dapat
menyebutkan
menyebutkan
keuntungan
keuntungan
berhubungan dengan
berhubungan
orang lain dan kerugian
dengan orang lain.
tidak berhubungan
dengan orang lain.

3.1.1. Kaji pengetahuan klien


Klien harus dicoba
tentang manfaat dan
berinteraksi secara
keuntungan berhubungan
bertahap agar
dengan orang lain.
terbiasa membina
3.1.2. Beri kesempatan kepada
hubungan yang sehat
klien untuk
dengan orang lain.
mengungkapkan
perasaan tentang
keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3.1.3. Diskusikan bersama
klien tentang ketentuan
berhubungan dengan
orang lain.
3.1.4. Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
pengungkapan perasaan
tentang keuntungan
berhubungan dengan
orang lain.
3.2.1. Kaji pengetahuan klien
tentang manfaat dan
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
3.2.2. Beri kesempatan kepada
klien untuk
mengungkapkan

4. Klien dapat
melaksanakan
hubungan sosial secara
bertahap

3.2.Klien dapat
menyebutkan
kerugian
berhubungan
dengan orang lain.
4.1.Klien dapat
mendemonstrasikan
hubungan sosial
secara bertahap
antara lain :
KP
k-p-k
k-p-kel
K-P-Klp

perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain.
3.2.3. Diskusikan bersama
klien tentang kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain.
3.2.4. Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
pengungkapan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
4.1.1. Kaji Kemampuan klien
membina hubungan
dengan orang lain.
4.1.2. Dorong dan bantu klien
untuk berhubungan
dengan orang lain
melalui tahap :
K-P
K-P-P Lain
K-P-P Lain K
Lain
K-P-Kel/Klo/ Masy
4.1.3. Beri reinforcement
terhadap keberhasilan
yang telah dicapai.

4.1.4. Bantu klien untuk


mengevaluasi manfaat
berhubungan.
4.1.5. Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu.
4.1.6. Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
ruangan.
4.1.7. Motivasi reinforcement
atas kegiatan klien dalam
ruangan.
5. Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya setelah
berhubungan dengan
orang lain

5.1.Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya setelah
berhubungan
dengan orang lain
untuk :
a. Diri sendiri
b. Orang lain

6. Klien dapat
6.1.Keluarga dapat
memberdayakan sistem
a. Menjelaskan

5.1.1. Dorong klien untuk


mengungkapkan
perasaannya bila
berhubungan dengan
orang lain.
5.1.2. Diskusikan dengan klien
tentang perasaan
manfaat berhubungan
dengan oang lain.
5.1.3. Beri reinforcement
positif atas kemampuan
klien mengungkapkan
klien manfaat
berhubungan dengan
orang lain.
6.1.1. Bisa berhubungan saling
percaya dengan keluarga

Keterlibatan keluarga
sangat mendukung

pendukung atau
keluarga mampu
mengembangkan
kemampuan klien
untuk berhubungan

perasaan nya.
:
b. Menjelaskan cara
a. Salam, perkenalan diri
merawat klien
b. Sampaikan tujuan
menarik diri.
c. Buat kontrak
c. Mendemonstrasik
d. Eksplorasi perasaan
an cara
keluarga.
perawatan klien
6.1.2. Diskusikan dengan
menarik diri.
anggota keluarga tentang
d. Berpartisipasi
:
dalam perawatan
a. Perilaku menarik diri
klien menarik
b. Penyebab perilaku
diri.
menarik diri
c. Akibat yang akan terjadi
jika perilaku menarik
diri tidak ditanggapi.
d. Cara keluarga
menghadapi klien
menarik diri.
6.1.3. Dorong anggota,
keluarga untuk
memberikan dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan
orang lain.
6.1.4. Anjurkan anggota
keluarga secara rutin dan
bergantian menjenguk
klien minimal satu
minggu sekali.
6.1.5. Beri reinforcement etos
hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga.

terhadap proses
perubahan perilaku
klien.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI BERHUBUNGAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa Medis : .................................

Ruang

No. CM

TG
L
1

: ................................
NO
.
DX
2

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Isolasi sosial
menarik diri
berhubungan
dengan harga
diri rendah.

PERENCANAAN
KRITERIA
TUJUAN
EVALUASI
4
5

: .................................
INTERVENSI

RASIONAL

TUM :
Klien dapat berhubungan
dengan orang lain secara
optimal.
TUK 1 :
Klien dapat membina
hubungan saling percaya.

1.1.Ekspresi wajah
bersahabat
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, mau berjabat
tangan, mau
menyebutkan nama,
mau menjawab
salam, klien mau
duduk

1.1.1. Bina hubungan saling


Hubungan saling
percaya dengan
percaya merupakan
mengungkapkan prinsip
dasar untuk hubungan
komunikasi terapeutik.
interaksi selanjutnya.
a. Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non
verbal.
b. Perkenalkan diri dengan
sopan.
c. Tanya kan nama lengkap

bersampingan
dengan perawat,
mau mengutarakan
masalah yang
dihadapi.

TUK 2 :
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
yang dimiliki.

2.1.Klien
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki :
a. Kemampuan
yang dimiliki
klien.
b. Aspek positif
keluarga
c. Aspek positif
lingkungan yang
dimiliki klien.

klien dan nama


panggilan yang disukai
klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjuk kan sikap empati
dan meneri ma klien apa
adanya.
g. Beri perhatian pada klien
dan perhati kan kebutu
han dasar klien.
2.1.1. Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki klien

2.1.2. Setiap bertemu klien


hindarkan dan memberi
penilaian negatif.
2.1.3. Utamakan memberi
pujian yang realistik.

Diskusikan tingkat
kemampuan klien
seperti menilai
realitas, kontrol diri
atau integritas ego
diperlukan sebagai
dasar asuhan
keperawatan.
Reinforcement
positif akan
meningkatkan harga
diri klien.
Pujian yang realistik
tidak menyebabkan
klien melakukan
kegiatan hanya
karena ingin

mendapatkan pujian.
Keterbukaan dan
pengertian tentang
kemampuan yang
dimiliki adalah
persaratan untuk
berubah.
Pengertian tentang
kemampuan yang
dimiliki diri
memotivasi untuk
tetap
mempertahankan
penggunaannya.

TUK 3 :
Klien dapat menilai
kemampuan yang
digunakan

3.1. Klien menilai


kemampuan yang
dapat digunakan.

3.1.1. Diskusikan
dengan klien
kemampuan yang masih
dapat digunakan selama
sakit.

TUK 4 :
Klien dapat (menetapkan)
merencanakan kegiatan
yang sesuai dengan
kemampuan yang
dimiliki.

4.1. Klien membuat


rencana kegiatan
harian

4.1.1. Rencanakan
Klien adalah individu
bersama klien aktifitas
yang bertanggung
yang dapat dilakukan
jawab terhadap
setiap hari sesuai
dirinya sendiri.
kemampu an :
a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan bantuan
sebagian
c. Kegiatan yang
membutuhkan bantuan
total
4.1.2. Tingkatkan
kegiatan yang sesuai
dengan toleransi kondisi
klien.
4.1.3. Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien lakukan
Klien perlu bertindak
secara realitas dalam
kehidupan nya
Contoh peran yang
dilihat klien akan
memotivasi klien
untuk melaksana kan
kegiatan
TUK 5 :
Klien dapat melakukan
kegiatan sesuai kondisi
Rumah sakit dan
kemampuannya.

5.1. Klien melakukan


kegiatan sesuai
kondisi sakit dan
kemampuan nya

5.1.1. Beri kesempatan pada


klien untuk mencoba
kegiatan yang telah
direncana kan
5.1.2. Beri pujian atas
keberhasilan klien.

Memberikan
kesempatan kepada
klien mandiri di
rumah

5.1.3. Diskusikan kemungki


nan pelaksanaan di
rumah.

Reinforcement
positif akan
meningkat kan harga
diri.
Memberikan
kesempatan kepada
klien untuk tetap
melakukan kegiatan
yang baik.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


PENATALAKSANAAN REGIMEN TERAPEUTIK INEFEKTIF BERHUBUNGAN KOPING KELUARGA INEFEKTIF :
KETIDAKMAMPUAN
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa Medis : .................................

Ruang

No. CM

TG
L
1

: ................................
NO
.
DX
2

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Penatalaksan
aan regimen
terapeutik
inefektif
berhubungan
dengan
koping
keluarga
inefektif
ketidakmamp
uan.

PERENCANAAN
KRITERIA
TUJUAN
EVALUASI
4
5

: .................................
INTERVENSI

RASIONAL

TUM :
Keluarga dapat merawat
klien yang mengalami
gangguan jiwa sehingga
penatalaksanaan regimen
terapeutik efektif.
TUK :
1. Keluarga dapat
mengenal penyebab
yang dapat
menyebabkan klien
kambuh.

1.1.Keluarga dapat
mengidentifikasi
masalah yang
menjadi pencetus
klien kambuh, yang
dipengaruhi oleh

1.1.1. Bina hubungan saling


percaya dengan
keluarga.
a. Sapa keluarga dengan
ramah.
b. Jelaskan tujuan

Hubungan saling
percaya merupakan
dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi
selanjutnya. Hal ini
perlu dibina dahulu

sikap keluarga,
masyarakat dan
klien sendiri.

perawatan dan perannya


selama bersama klien.
c. Dorong keluarga untuk
mengungkapkan
masalah
1.1.2. Kaji persepsi keluarga
tentang perilaku klien
yang maladaptif.

1.1.3. Diskusikan dengan


keluarga beberapa
masalah yang dapat
menjadi faktor penyebab
klien kambuh seperti :
a. Tidak menghargai klien
b. Mengisolasikan klien
c. Tidak memperhatikan
klien
d. Klien tidak diberi
kegiatan di rumah
1.1.4. Diskusikan dengan
keluarga tentang sikap
yang harus dilakukan
oleh keluarga,
masyarakat dan individu
terhadap perilaku

agar keluarga klien


mau berkomunikasi
secara terbuka.
Untuk mengetahui
apakah keluarga sudah
mengetahui penyebab
gangguan jiwa yang
dialami oleh anggota
keluarga tentang
faktor penyebab klien
kambuh.
10.
Sikap positif dari
keluarga masyarakat
dan individu dapat
memfasilitasi serta
mengatasi perilaku
pasien yang maladatif.

Antisipasi keluarga
dalam mencegah kita
untuk kambuh sangat
diperlukan dalam
semua situasi.

maladatif dari klien.


1.1.5. Bantu keluarga
mengenal sikap dan
perilakunya yang dapat
memicu dan
menyebabkan klien
kambuh.

2. Keluarga dapat
mengambil keputusan
dalam melakukan
perawatan terhadap
klien.

2.1.Keluarga
mengambil
keputusan yang
tepat dalam
merawat klien.
Dapat
menyebabkan
akibat bila klien
tidak dirawat
dengan tepat.

Kesadaran keluarga
terhadap tanggung
jawabnya untuk
merawat klien
membantu
keberhasilan
perawatan klien.
Keputusan keluarga
merupakan hal penting
dalam perawatan
klien.

2.1.1. Diskusikan dengan


Meningkatkan,
keluarga bahwa keluarga
memotivasi keluarga
merupakan penganggung
dan melakukan
jawab utama merawat
perawatan klien
klien
selama di rumah dan
meningkatkan
pengetahuan keluarga
dalam merawat klien
di rumah sehingga
tingkat kekambuhan
dapat teratasi.
2.1.2. Jelaskan pada keluarga
Informasi yang telah
bahwa keluarga
jelas akan
merupakan pengambilan
meningkatkan
keputusan dalam
kemampuan keluarga
keperawatan keluarga.
dalam memutuskan
fasilitas kesehatan
yang ada bila suatu
2.1.3. Jelaskan pada keluarga
saat dibutuhkan.

akibat bila masalah tidak


ditangani secara cepat.

2.1.4. Motivasi keluarga utnuk


memutuskan hal yang
menguntungkan klien.

Meningkatkan peran
serta dan memotivasi
keluarga dalam
memanfaatkan faslitas
yang terdekat.
Pemanfaatan fasilitas
kesehatan akan
meningkatkan
kesehatan klien dan
keluarga.

3. Kelurga dapat merawat


klien di rumah.

3.1.Keluarga dapat
menyebutkan cara
merawat klien di
rumah.

3.1.1. Diskusikan dengan


Untuk mengetahui
keluarga cara merawat
pengetahuan keluarga
klien di rumah dan
tentang peran dan
didemonstrasikan seperti
fungsi puskesmas.
:
a. Bantuan klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
b. Libatkan klien dalam
kegiatan sehari-hari yang
dilakukan oleh keluarga.
c. Dengan keluhan yang
dirasakan klien.

4. Keluarga dapat
memodifikasi
lingkungan yang
terapeutik dalam
merawat klien.

4.1.Kelurga dapat
menyediakan
lingkungan yang
dapat terapeutik
dalam mendukung
proses keperawatan
klien.

4.1.1. Beri informasi pada


keluarga tentang fasilitas
kesehatan yang di
masyarakat dan dapat
digunakan keluarga
sebelum klien di bawa
ke rumah sakit jiwa bila

Untuk mengingatkan
kemandirian keluarga
dalam menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada dilingkungan
nya

mengalami kambuh.
4.1.2. Diskusikan dengan
keluarga tentang
pentingnya pemanfaatan
fasilitas tersebut serta
tahu prosedur yang harus
dilakukan oleh keluarga.
4.1.3. Anjurkan pada keluarga
sebagai alternatif
pemecahan masalah bila
klien kambuh untuk
memanfaatkan fasilitas
yang ada di dekat rumah.
5. Keluarga dapat
memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada di
masyarakat untuk
merawat kesehatan
klien.

5.1.Keluarga dapat
mengunjungi
fasilitas kesehatan
yang ada di
masyarakat dalam
mengoptimalkan
perawatan klien di
rumah seperti :

5.1.1. Kaji pandangan keluarga


tentang keberadaan
puskesmas dalam
perawatan klien.
5.1.2. Dorongan keluarga
untuk memanfaatkan
puskesmas dalam
perawatan klien.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN


KERUSAKAN KOMUNIKASI BERHUBUNGAN DENGAN WAHAM
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : .................................

Diagnosa Medis : .................................

Ruang

No. CM

: ................................

NO. TGL
1

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Kerusakan
komunikasi
berhubungan dengan
waham

: .................................

PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


TUJUAN (UMUM DAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
KHUSUS)
4
5
Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan
komunikasi.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina
hubungan saling percaya.

1.1. Bina hubungan saling percaya dengan klien : beri salam terapeutik
(panggil nama klien), sebutkan mana perawat, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang
jelas (topik yang akan dibicarakan, waktu dan tempat).
1.2. Jangan membantah dan mendukung waham klien :
- Katakan perawat menerima keyakinan klien : Saya keyakinan
anda disertai ekspresi menerima.
- Katakan perawat tidak mendukung : Sukar bagi saya untuk
mempercayainya disertai ragu tapi empati.
- Tidak membicarakan isi waham klien.
1.3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung :

- Anda berada ditempat aman, kami akan menemani anda.


- Gunakan keterbukaan dan kejujuran.
- Jangan tinggalkan klien sendirian.
1.4. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari
dan perawatan diri.
2. Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan yang dimiliki.

2.1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realitas.
2.2. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realitas (hati-hati terlihat diskusi tentang
waham).
2.3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas
sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini.
2.4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan
bahwa klien penting.

3. Klien dapat mengidentifikasi


kebutuhan yang tidak
terpenuhi.

3.1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.


3.2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa takut, ansietas, marah).
3.3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
3.4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerulkan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama
klien, jika mungkin buat jadwal).
3.5. Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan


dengan realitas.

4.1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri,


realitas orang lain, realitas tempat dan realitas waktu).
4.2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

CONTOH RENCANA KEPERAWATAN


RUANG MPKP RUMAH SAKIT MARZUKI MAHDI BOGOR

NO. Tanggal

Diagnosa
Keperawatan
Resiko tinggi
terhadap cidera b.d
peningkatan
mobilitas fisik.

Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan (Umum dan Khusus)
Tindakan Keperawatan
Tujuan Umum :
Klien tidak akan mengalami cidera fisik
selama dirawat.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membawa hubungan saling
percaya.

2. Klien dapat mengendalikan aktifitas


motorik.

1.1. Kencikan diri pada pasien


1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengan benar dan tidak
menyangkal.
1.3. Bicara dengan tegas, jelas dan simpati.
1.4. Bersifat hangat dan bersahabat.
1.5. Temani klien saat agitasi muncul dan hiperaktifitasnya
meningkat.
2.1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang
dapat menurunkan aktifitas motorik.
2.2. Diskusikan dengan klien manfaat pemberian obat.
2.3. Ciptakan ruangan tenang dan tidak banyak rangsangan,
seperti musik yang lembut, penataan ruangan yang
tidak banyak peralatan.
2.4. Beri kegiatan yang dapat diselesaikan oleh klien, misal
mandi, makan dan lain-lain.
2.5. Beri reinforcement positif bila perkerjaan/kegiatan
dapat terselesaikan.
2.6. bersama klien membuat jadwal kegiatan/aktifitas fisik

untuk menyalurkan energinya, seperti menyapu,


mengepel, olah raga.
2.7. Beri reinforcement positif bila klien dapat
melakukan kegiatan tersebut.
2.8. Tetapkan batasn yang konstruktif terhadap tingkah laku
yang negatif.
2.9. Lakukan pendekatan yang konsisten oleh seluruh
anggota tim kesehatan.
2.10. Pertahankan komunikasi terbuka dan membagi
persepsi diantara anggota tim kesehatan.
2.11. Kuatkan perilaku pengendalian diri dan perilaku
positif lainnya.
3. Klien dapat mengungkapkan
perasaannya.

3.1. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan


perasaannya yang menyakitkan.
3.2. Beri kesempatan pada klien untuk mengutarakan
keinginannya, perasan dan pikiran dengan
menggunakan teknik komunikasi fokusing.
3.3. berikan respon empati dan menerima klien.
3.4. Bantu klien menurunkan tingkat kecemasannya.

4. Klien dapat menentukan cara


penyelesaian masalah (koping) yang
konstruktif.

4.1. Identifikasi bersama klien cara yang biasa digunakan


untuk mengatasi perasaan kesal, amrah atau sesuatu
yang tidak menyenangkan.
4.2. Diskusikan manfaat dari cara yang telah digunakan.
4.3. Diskusikan tentang alternatif cara untuk mengatasi
perasaan yang tidak menyenangkan.
4.4. Beri motivasi klien agar memilih cara penyelesaian
masalah yang tepat serta diskusikan kosekuensi dari
cara yang dipilih.
4.5. Anjurkan klien untuk mencoba cara tersebut

5. Klien mendapat dukungan keluarga

b.d. ensietas sedang

5.1. Diskusikan dengan keluarga tentang keadaan klien.


5.2. Bantu keluarga untuk memberikan asuhan yang tepat.
5.3. Bantu keluarga untuk merencakan kegiatan yang sesuai
dengan keadaan klien.

Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat menjalin dan
mempertahankan hubungan saling
percaya.

Jadilah pendengar yang hangat dan responsif.


beri waktu yang cukup pada klien untuk berespon.
Beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan
perasaannya.
Identifikasi pola perilaku klien atau pendekatan yang dapat
menimbulkan perasaan negatif.
Bersama klien menggali perilaku dan respons sehingga
dapat belajar dan berkembang.

2. Klien dapat mengenal ensietasnya

Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan


perasaannya.
Hubungkan perilaku klien dengan perasaannya.
Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap klien.
Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik
yang mengancam ke hal yang berkaitan dengan
konflik.
Gunakan konfrontasi positif.

3. Klien dapat memperluas kesadarannya


terhadap perkembangan ansietas.

Bantu klien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat


menimbulkan ansietas.
Bersama klien, meninjau kembali penilaian klien terhadap
stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan
konflik.
Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman

masa lalu klien yang relevan.


4. Klien dapat menggunakan mekanisme
koping yang adatif.

5. Klien dapat menggunakan teknik


relaksasi.

Kerusakan
komuniasi bd.
Waham

Gali cara klien mengurangi ansietas masa lalu.


Tunjukkan obat maladatif dan destruktif dari respons
koping yang digunakan.
Dorong klien untuk menggunakan respons koping adaftif
yang dimilikinya.
Bantu klien untuk menyusun kembali tujuan hidup
memodifikasi tujuan, menggunakan sumber dan
mencoba koping baru.
Latih kien menghadapi ansietas ringan.
Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya.
Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan
dukungan sosial dalam membantu klien menggunakan
koping adaptif yang baru.
Ajarkan teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri.
Dorong klien untuk menggunakan relaksasi dalam
menurunkan tingkat ansietas.

Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan komunikasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya

Bina hubungan saling percaya dengan klien beri salam


terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama
perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang
dibicarakan, waktu yang tepat).
Jarang membantah dan mendukung waham klien :
Katakan perawat menerima keyakinan klien saya

menerima keyakinan anda disertai ekspresi


menerima.
Katakan perawat tidak mendukung sukar bagi saya
untuk mempercayainya disertai ekspresi ragu tapi
empati.
Tidak membicarakan isi waham klien.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi
:
Anda berada di tempat aman, kami akan menemani
anda.
Gunakan keterbuaan dan kejujuran.
Jangan tinggalkan klien sendirian
Observasi apakah waham klien mengganggu aktifitas
sehari-hari dan perawatan diri.
2. Klien dapat mengidentifikasikan
kemampuan yang dimiliki.

Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang


realistis.
Diskusikan dengan klien, kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang realitas (hati-hati terlibat
diskusi tentang waham)
Tanyakan apa yang biasa dilakukan (kaitkan dengan
aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian
anjurkan untuk melakukannya saat ini.
Jika klien bicara tentang wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada perawat perlu
memperlihatkan bahwa klien penting.

3. Klien dapat mengidentifikasi


kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Observasi kebutuhan klien sehari-hari


Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik
selama dirumah maupun di Rumah Sakit (rasa takut,
ansietas, marah).
Hubungkan aktifitas yang dapat memenuhi dan timbulnya

waham.
Tingkatkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
dan memerlukan waktu dan tenaga (aktifitas dapat
dipilih bersama kilen, jika mungkin buat jadwal).
Atur situasi agar klien mempunyi waktu untuk
menggunakan wahamnya.

Resiko mencederai
diri bunuh diri

4. Klien dapat berhubungan dengan


realitas

berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri,


realitas orang lain, realitas tempat dan realitas waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktifitas kelompok orientasi
realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan
klien.

5. Klien dapat dukungan keluarga

Diskusikan keluarga tentang :


Gejala waham
Cara merawatnya
Lingkungan keluarga
Follow up obat
Anjurkan keluarga melakukan 5.1. dengan bantuan
perawat.

6. Klien dapat menggunakan obat dengan


benar

Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis,


frekuensi efek dan efek samping, akibat penghentian.
Diskusikan perasaan klien setelah makan obat.
Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) besar.

berhubungan dengan Tujuan Umum :


keputusasaan
Klien tidak mencederai diri/bunuh diri

Data Penunjang :
Fisiologis :
Anoreksia
Penurunan berat
badan
Kurang berenergi
Lebih banyak tidur

Emosional :
Inkompeten
Terjebak
Tidak berdaya
Tidak ada :
kemujuran,
keberuntungan
atau kemurahan
hari dari Tuhan
Perasaan kosong
atau hampa
Perasaan
kehilangan
Kurang
mempunyai arti

Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya.
Kriteria evaluasi :
a. Menjawab salam
b. Kontak mata
c. Menerima perawat
d. Berjabat tangan

2. Klien dapat mengekspresikan


perasaannya
a. Menceritakan penderitaan secara
terbuka dan konstruktif dengan
orang lain.

1.1. Kenalkan diri pada pasien.


1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
1.3. Bicara tegas, jelas dan jujur.
1.4. Bersifat hangat dan bersahabat.
1.5. Temani klien saat keinginan mencederai diri
meningkatkan.
1.6. Jauhkan klien dari benda-benda yang membahayakan
(seperti pisau, silet, gunting, tali, kaca dan lain-lain).
2.1. Dengarkan keluhan yang klien rasakan.
2.2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan
keraguan, ketakutan dan keprihatinan.
2.3. Beri dorongan pada klien untuk mengungkapkan
mengapa dan bagaimana harapan serta harapan adalah
hal penting dalam kehidupannya.
2.4. Beri klien waktu dan kesempatan untuk menceritakan
arti penderitaan, kematian dan sekarat.
2.5. Diberi dorongan pada klien untuk mengekspresikan
tentang mengapa harapan kita pasti akan dalam hal-hal
dimana harapan mempunyai kegagalan.

3.1. Bantu klien untuk memahami bahwa ia dapat


mengatasi aspek-aspek keputusan dan memisahkannya

dan tujuan dalam


hidup
Tidak bersemangat
dengan diri orang
lain
Tegang, merasa
tidak karuan
Kehilangan
penghargaan dari
peran dan
hubungan manusia
Kognitif :
Kehilangan
persepsi masa lalu,
sekarang dan masa
yang akan datang
Penyimpanan
persepsi dan
asosiasi pikir
Bingung
Pikiran bunuh diri
Tidak mampu
membuat rencana,
mengorganisasi
atau membuat
keputusan
Penurunan
kemampuan
memecahkan

dari aspek-aspek harapan.


3.2. Kajian dan kerahkan sumber-sumber internal individu
(autonomi, mandiri, rasional, pemikiran kognitif,
flesibilitas, spiritualitas)
3.3. Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan
(misal hubungan antar sesama keyakinan hal-hal untuk
diselesaikan.
3.4. Bantu klien mengembangkan tujuan-tujuan realistis
jangka panjang dan jangka pendek (beralih dari yang
sebenarnya kompleks dapat menggunakan poster untuk
menandakan jenis dan waktu bantu pencapaian tujuantujuan spesial.
3. Klien dapat meningkatkan harga diri
Kriteria Evluasi :
a. Mengenang dan meninjau kembali
kehidupan secara positif.
b. Mempertimbangkan nilai-nilai
dalam arti kehidupan
c. Mengekspresikan perasaan-perasaan
yang optimis tentang yang ada.

4.1. Ajarkan klien untuk


mengantisipasi pengalaman-pengalaman yang ada dia
senang melakukannya setiap hari (misal berjalan,
membaca buku favorit, menulis surat).
4.2. Bantu klien untuk
mengenali hal yang dicintai yang ia sayang dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain disamping
tentang kegagalan dalam kesehatan.
4.3.Beri dorongan pada klien untuk berbagi, keprihatinan
pada orang lain yang mempunyai satu masalah dan/atau
penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman
pahit positif dalam mengatasi masalah teratur dengan
koping dengan koping yang efektif.
5.1. Kaji dan kerahkan sumbersumber eksternal individu (orang-orang terdekat, tim
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama

masalah dan
kemampuan
pengambilan
keputusan
Berpikiran kaku
(ya atau tidak sama
sekali)
Penurunan
kemampuan untuk
mengingat masa
lalu
Penampakan
Individu :
Pasif, kurang
motivasi
keterlibatan dalam
perawatan.
Penurunan otak
Kurang
mempunyai
ambisi, inisiatif
dan minat
Penurunan
pengungkapan
Kontak mata buruk
memalingkan
wajah dari
pembicara
Patah semangat

yang dianutnya)
5.2. Kaji sistem pendukung
keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktifitas
keagamaan, kepercayaan agama)
5.3. Lakukan rujukan selesai
indikasi (misal konseling pemuka agama)

4. Klien Menggunakan koping yang


konstruktif.
a. Mengekspresikan perasaan tentang
hubungan yang positif dengan orang
terdekat.
b. Mengekspresikan percaya diri
dengan hasil yang diinginkan.
c. Mengekspresikan percaya diri
dengan diri dan orang lain.
d. Menetapkan tujuan-tujuan yang
realistis

Menghela nafas
Menarik diri dari
lingkungan
5. Klien menggunakan dukungan sosial
a. Sumber tersedia (keluarga,
lingkungan dan masyarakat).
b. Keyakinan makin meningkat.
Gangguan konsep
diri : harga diri
rendah b.d.
ketidakberdayaan

Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan cara pengambilan
keputusan yang efektif untuk
menggerakkan situasi kehidupan yang
akan datang.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan
terapeutik dengan perawat.

2. Klien dapat mengerti dan


mengekspresikan emosinya

1.1.Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa


adanya dan bersifat empati.
1.2.Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan
reaksi diri perawat sendiri (misalnya : rasa marah,
frustasi dan simpati)
1.3.Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan
yang sifatnya suportif.
1.4.Beri waktu untuk klien berespons
2.1.Tunjukkan respons emosional dan menerima klien.
2.2.Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka
eksplorasi, klarifikasi.
2.3.Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya.

2.4.Bantu klien mengidentifikasikan area-area situasi


kehidupannya yang tidak pernah dalam kemampuannya
yang untuk mengontrol. Dorong untuk menyatakan
secara verbal perasaan-perasaannya yang berhubungan
dengan ketidakmampuan.
2.5.Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa
memintanya dengan ketidakmampuan.
3. Klien dapat memodifikasi, pola
kognitif yang negatif.

3.1.Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa


memintanya untuk menyimpulkan.
3.2.Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk
menurunkan melalui interupsi atau substitusi.
3.3.Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang
positif.

4. Klien dapat meyakini tentang manfaat


mekanisme koping

4.1.Terima klien apa adanya dan jangan menentang


keyakinannya.
4.2.Kenaikan realitas nyeri yang berhubungan dengan
mekanisme koping klien, dengan tidak memfokuskan
pada rasa cemas, takut atau keluhan fisik lainnya.
4.3.Beri klien umpan balik tentang perilaku, stressor,
penilaian stressor dan sumber kopping.
4.4.Kuatkan ide-ide bahwa kesehatan fisik berhubungan
dengan kesehatan emosional.
4.5.(Pada saat yang tepat) beri batasan perilaku yang
maladaptif dengan cara yang mendukung

5. Klien dapat melakukan kegiatan yang


menarik dan aktifitas yang terjadwal.

5.1.Beri klien aktifitas yang bersifat mendukung dan


menguatkan perilaku sosial yang produktif.

5.2.Beri klien latihan fisik yang sesuai dengan bakatnya.


5.3.Bersama klien buat jadwal aktifitas yang dapat
dilakukan sehari-hari.
5.4.Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung
lainnya.
6. Klien dapat berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang
berkenaan dengan perawatan dirinya.

6.1.Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan


perawatannya yang ingin dicapai.
6.2.Motivasi klien untuk membuat jadwal aktifitas
perawatan dirinya.
6.3.Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang
ditentukan.
6.4.Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang
dibuat.
6.5.Beri pukian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau
penampilan yang bagus.
6.6.Memotivasi klien untuk mempertahankan
penampilan/kegiatan tersebut.

7. Klien dapat termotivasi untuk aktif


mencapai tujuan yang realistik.

7.1.Bantu klien untuk menetapkan tujuan-tujuan realistik.


Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan
masa lalu.
7.2.Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi
kehidupan yang dapat dikontrol.
7.3.Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh klien,
dorong untuk berpartisipasi dalam aktifitas-aktifitas
tersebut akan diberikan penguatan positif untuk
berpartisipasi dan pencapaiannya.

LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
A. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
B. PROSES TERJADI MASALAH
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :
227). Menurut Townsend (1998 : 189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupuan tidak
langsung. Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998 : 352) bahwa harga
diri rendah merupakan keadan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif
mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat
kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun
kronis atau menahun.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 200; perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan.
c. Perasaan tidak mampu.
d. Rasa bersalah.
e. Sikap negatif pada diri sendiri.
f. Sikap pesimis pada kehidupan.
g. Keluhan sakit fisik.
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i. Menolak kemampuan diri sendiri.
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
k. Perasaan cemas dan takut.
l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.
m. Ketidakmampuan menentukan tujuan.
Data Obyektif :
a. Produktifitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif pada orang lain.
d. Penyalahgunaan zat.
e. Menarik diri dari hubungan sosial.
f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah.

3. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C.
1998 : 366). Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah
keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat
karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif
merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang
dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, individu yang
mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam
menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah tuntutan hidup serta peran
yang dihadapi. Adanya koping individu tidak efektif sering ditujukan dengan perilaku
(Carpenito, L.J, 1998 : 83); Townsend, M.C, 1998 : 313) sebagai berikut :
a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau menerima
bantuan.
b. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan.
c. Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran.
Data Obyektif :
a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat.
b. Peningkatan ketergantungan.
c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan
sendiri.
d. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku.
e. Perilaku distruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain.
f. Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi.
g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar.
h. Penyalahgunaan obat terlarang.
4. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes
RI, 1998 : 336). Isolasi sosial menarik diri sering ditujukan dengan perilaku antara lain
:
Data Subyektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan.
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
Data Obyektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara.
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.

C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1.

Masalah
Keperawatan
Masalah utama :
gangguan konsep diri :
harga diri rendah

2.

Mk : Penyebab tidak
efektifnya koping
individu

No

3.

Mk : Akibat isolasi
sosial menarik diri

Data Subyektif

Data Obyektif

Mengungkapkan ingin
diakui jati dirinya.
Mengungkapkan tidak ada
lagi yang peduli.
Mengungkapkan tidak bisa
apa-apa.
Mengungkapkan dirinya
tidak berguna.
Mengkritik diri sendiri.
Perasaan tidak mampu.

Merusak diri sendiri


Merusak orang lain
Ekspresi malu
Menarik diri dari
hubungan sosial
Tampak mudah
tersinggung
Tidak mau makan dan
tidak tidur

Mengungkapkan
ketidakmampuan dan
meminta bantuan orang
lain.
Mengungkapkan malu dan
tidak bisa ketika diajak
melakukan sesuatu.
Mengungkapkan tidak
berdaya dan tidak ingin
hidup lagi.

Tampak ketergantungan
terhadap orang lain
Tampak sedih dan tidak
melakukan aktivitas yang
seharusnya dapat
dilakukan
Wajah tampak murung

Mengungkapkan enggan
bicara dengan orang lain
Klien mengatakan malu
bertemu dan berhadapan
dengan orang lain.

Ekspresi wajah kosong


tidak ada kontak mata
ketika diajak bicara
Suara pelan dan tidak jelas
Hanya memberi jawaban
singkat (ya/tidak)
Menghindar ketika
didekati

D. POHON MASALAH
Isolasi social menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Tidak efektifnya koping individu


Gambar Pohon masalah harga diri rendah
(Keliat, B.A : 18)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu.
F. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan
Isolasi social menarik diri dengan harga diri rendah.
1. Tujuan umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
2. Tujuan khusus dan intervensi
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi :
a) Ekspresi wajah klien bersahabat.
b) Menunjukkan rasa tenang dan ada kontak mata.
c) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama.
d) Mau menjawan salam dan mau duduk berdampingan dengan perawat.
e) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
therapeutic :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian pada klien dna perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.
b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
1) Kriteria evaluasi :
Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien :
a) Kemampuan yang dimiliki klien.
b) Aspek positif keluarga.
c) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.
2) Intervensi
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional :
Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, control
diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.
b) Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif.
Rasional :
Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
c) Usahakan memberin pujian yang realistic.
Rasional :
Pujian yang realistic tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya
karena ingin mendapatkan pujian.
c. TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

1) Kriteria evaluasi
Klien menilai kriteria yang dapat digunakan.
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam
sakit.
Rasional :
Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah
prasarat untuk berubah.
b) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan penggunaannya.
Rasional :
Pengertian tentang kemampuan yang masih dimiliki klien memotivasi
untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
d. TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang dimiliki
1) Kriteria evaluasi
Klien membuat rencana kegiatan harian.
2) Intervensi
a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan
sebagaian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
Rasional :
Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Rasional :
Klien perlu bertindak secara realistic dalam kehidupannya.
c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.
Rasional :
Contoh perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.
e. TUK V : Klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh dilakukan.
1) Kriteria evaluasi
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi skit dan kemampuannya.
2) Intervensi
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
Rasional :
Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan
motivasi dan harga diri klien.
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
Rasional :
Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
Rasional :
Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.
f. TUK VI : Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.
1) Kriteria evaluasi
Klien memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.
2) Intervensi

a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien


dengan harga diri rendah.
Rasional :
Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah.
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Rasional :
Support system keluarga akan sangat mempengaruhi dalam mempercepat
proses penyembuhan klien.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Rasional :
Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L.J (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Depkes Ri, (1989). Petunjuk Tehnik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan
Skizofrenia, Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta.
3. Keliat, B.A, (1994). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri, Cetakan Ii, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4. stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Edisi 3, EGC, Jakarta.
5. Town, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri
(terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pertemuan ke I (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna.
b. Klien menunjukkan ekspresi wajah malu.
c. Klien mengatakan tidak bisa ketika diminta melakukan sesuatu.
d. Klien tampak kurang bergairah.
e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Bu, saya Indah Suryani, saya mahasiswa Akper Dep Kes Magelang
yang sedang praktik di Rumah Sakit ini, Ibu bisa panggil saya Suster Indah atau
Suster Ani. Nama ibu siapa ? ....... o o o begitu, Ibu lebih senang dipanggil
siapa ?. o o o ibu Siti. saya akan menemani ibu kurang lebih 2 minggu, jadi
kalau ada yang mengganggu pikiran ibu, bisa bilang saya, siapa tahu saya bisa
bantu.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Ibu saat ini ? .......... o o o begitu. Coba ceritakan pada
saya, apa yang dirasakan di rumah, hingga dibawa ke RSJ ?
c. Kontrak
1) Topik
Maukah ibu Siti bercakap-cakao dengan kemampuan yang dimiliki serta hoby
yang sering dilakukan di rumah ?
2) Tempat
Ibu siti lebih suka bercakap-cakap dimana ?, o o o..... diteras, baiklah.
3) Waktu
Kita mau bercakap-cakap berapa lama ?, Bagaimana kalau 10 menit saja.
2. Kerja
Kegiatan apa saja yang sering ibu Siti lakukan di rumah ? .......memasak, mencuci
pakaian, bagus itu. Terus kegiatan apalagi yang bisa ibu lakukan?. Kalau tidak
salah ibu juga senang menyulam ya ?, wah bagus sekali !.
Bagaimana kalau ibu Siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki
?, terus .......... Palagi
Bagaimana dengan keluarga ibu Siti, apakah mereka menyenangi apa yang ibu
lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu ?.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu Siti selama kita bercakap-cakap ?, Senang
Terimakasih !.
b. Evaluasi Obyektif
Tolong ibu Siti ceritakan lagi kemampuan dan kegiatan yang sering ibu lakukan ?
........ Bagus, terus bagaimana tanggapan keluarga terhadap kemampuan dan
kegiatan yang ibu lakukan ?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah Bu Siti, nanti ibu ingat-ingat lagi ya, kemampuan ibu yang lain dan
belum sempat ibu ceritakan kepada saya ?, besok bisa kita bicara lagi.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bicarakan kembali kegiatan/kemampuan yang dapat Ibu
Siti lakukan di Rumah Sakut dan Rumah ?.
2) Tempat
Tempatnya mau dimana Bu ?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?. Bagaimana kalau 15 menit ?
Setuju !.
Sampai bertemu lagi besok ya, Bu Siti .

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pertemuan ke II (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien telah mengetahui / dapat mengenal beberapa kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Bu Siti ! Masih ingat saya ? .................. bagus !
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Ibu Siti sekarang ?.
........ O ...... ya bagaimana, apakah ada kemampuan lain yang belum ibu Siti
ceritakan kemarin ?
c. Kontrak
1) Topik
Apakah bu Siti masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang ?.
ya.......bagus.
2) Tempat
Kalau tidak salah, kemarin kita sudah sepakat akan bercakap-cakap di ruang
makan benar kan ?.
3) Waktu
Kita akan bercakap-cakap selama 15 menit, atau mungkin bu Siti ingin kita
bercapak-cakap lebih lama lagi ?.
2. Kerja
Kegiatan apa saja yang sering ibu Siti lakukan di rumah ? .......memasak, mencuci
pakaian, bagus itu. Terus kegiatan apalagi yang bisa ibu lakukan?. Kalau tidak
salah ibu juga senang menyulam ya ?, wah bagus sekali !.
Bagaimana kalau ibu Siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki
?, terus .......... Palagi
Bagaimana dengan keluarga ibu Siti, apakah mereka menyenangi apa yang ibu
lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu Siti setelah berhasil membuat jadwal kegiatan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dibuat tadi !. Bagus.

c. Rencana Tindak Lanjut


Ibu Siti mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ibu buat tadi !.
......nah nanti kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bersama-sama dengan
teman-teman yang lain ya !. Bagaimana kalau nanti siang ?.
d. Kontrak
1) Topik
Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang kegiatan yang dapat ibu lakukan di rumah. Bagaimana menurut ibu
Siti ?. Setuju.
2) Tempat
Ibu ingin kita bercakap-cakap dimana besok ?, .........oooo di taman,
baiklah.
3) Waktu
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap selama 10 menit ?.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pertemuan ke III (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah mampu mengenal dan menyusun jadwal kegiatan yang dapat
dilakukan di rumah sakit.
b. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah.
b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai dengan
kemampuan di rumah.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, bu Siti sedang apa ?
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Ibu Siti saat ini ?
Apakah ibu sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
kemarin ?. Bagus ibu telah dapat membantu membersihkan lingkungan.
Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah diberi tanda
semua !, nanti dikerjakan lagi ya bu !
c. Kontrak
1) Topik
Nah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang dapat ibu
lakukan di rumah ?.
2) Tempat
Kita mau bercakap-cakap dimana ?, Bagaimana kalau ditempat yang kemarin,
di taman, kan enak !
3) Waktu
Mau berapa lama ?, Bagaimana kalau 15 menit lagi.
2. Kerja
Kemarin ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, sekarang kita buat
jadwal kegiatan di rumah ya !. Ini kertas dan bolpointnya, jangan khawatir nanti saya
bantu, kalau kesulitan. Bagaimana kalau kita mulai ?.
Ibu mulai dari jam 05.00 WIB ? ............ ya, tidak apa-apa, bangun tidur .... terus ya
sholat shubuh, terus masak (sampai jam 20.00 WIB), bagus tapi jangan lupa minum
obatnya, ya bu !.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu Siti setelah dapat membuat jadwal kegiatan di rumah ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat dilakukan di
rumah ?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari yang dapat dilakukan di
rumah ?.
d. Kontrak
1) Topik
Nah, bagaimana besok kita bercakap-cakap tentang perlunya dukungan
keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras, setuju !, atau mungkin bu Siti
mau kita di tempat yang laim ?.
3) Waktu
Kita mau bercakap-cakap berapa, bagaimana kalau 10 menit ?.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pertemuan ke IV (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang dimiliki di rumah.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, bu !.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Ibu Siti hari ini, baik-baik saja ?. Syukurlah.
Masih ibu simpan jadwal kegiatan yang telah dibuat kemarin ?.
c. Kontrak
1) Topik
Hari ini akan kita bercakap-cakap tentang system pendukung yang dapat
membantu ibu Siti di rumah ?.
2) Tempat
Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di teras, ya ?.
3) Waktu
Kita bercakap-cakap mau berapa lama ?. 10 menit saja ya boleh !.
2. Kerja
Apakah ibu tahu artinya system pendukung ?, Baiklah akan saya jelaskan system
pendukung adalah hal-hal yang dapat membantu di rumah dalam mencapai
kesembuhan nantinya, misalnya : dana, keluarga, teman/tetangga yang mau menerima,
kegiatan bersama, dan tempat yang dapat ibu kunjungi saat obat habis.
Ibu di rumah tinggal dengan siapa saja ?.........terus siapa lagi ?. Apakah mereka
sayang dan memperhatikan kesehatan bu Siti ?.
Siapa selama ini yang mengingatkan ibu selama ini minum obat dan mengantarkan
control/periksa dokter ?. Wah bagus ! terus selama ini yang mencari nafkah dan
mencari biaya pengobatan untuk ibu, siapa ?/
Apakah punya teman atau tetangga yang dekat dengan ibu Siti ?. Kegiatan apa saja
yang ada di lingkungan bu Siti ?. Oooooo pengajian......Bagus itu, kalau kelopo ibuibu arisan ada tidak bu, oo begitu !. Selama ini bu Siti sudah berobat kemana saja,
apakah ada RS/RS yang paling dekat dengan rumah ibu ?.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang system pendukung yang
bu Siti miliki ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali system pendukung yang ibu miliki di rumah, satu persatu
ya !.
c. Rencana Tindak Lanjut
Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasehat keluarga ya Bu ! jangan
lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap lagi, tentang obat-obatan yang
ibu Siti minum setiap hari.
2) Tempat
Sebaiknya kita bercakap-cakap di mana bu ?, di warung makan, o.....bisa!.
3) Waktu
Mau berapa lama Bu ?. Lima belas menit, boleh sampai ketemu lagi bu !

LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : halusinasin
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau
persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau
suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S. 1995:421). Menurut Maramis
(1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa ada rangsang apapun dari panca indera,
dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh
psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik. Sedangkan menurut pendapat lain
halusinasi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami perubahan dalam jumlah dan
pola dari stimulus yang mendekat yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau
eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan
berespon terhadap stimulus (Townsend, M.C, 1998:156).
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsi yang terjadi tanpa adanya
stimulus sensori eksternal yang meliputi (penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran
(Boyd, M.A & Nirhath, M.A, 1998:303 ; Rawlins, R.P, Heacock, P.E, 1998;198). Menurut
Carpetino, L.J (1998:363) Perubahan persepsi sensori halusianasi merupakan keadaan
dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan
dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang dating. Sedangkan menurut pendapat
lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal, yang dibedakan dari distrorsi atau ilusu yang merupakan kekeliruan persepsi
terhadap stimulus yang nyata dan pasien menganggap halusinasi sebagau suatu yang nyata
(Kusuma, W, 1997:284)
2. Tanda dan Gejala
Klien dengan halusinasi sring menunjukkan adanya (Carpetino, L.J. 1998:363;
Townsend, M.C, 1998:156; Stuart, G.W dan Sundeen, S.J 1998:328-329) :
Data subjektif :
a. Tidak mampu mengenal, orang dan tempat.
b. Tidak mampu memecahkan masalah.
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat
bayangan).
d. Mengeluh cemas dan kuatir.
Data objektif :
a. Mudah tersinggung.
b. Apatis dan cenderung menarik diri (controlling).
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola konumikasi, kadang berhenti bicara
seolah-olah mendengar sesuatu.
d. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.
e. Menyeringai dan tertawa tidak sesuai.
f. Gerakan mata yang cepat.

g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah.


h. Kadang tampak ketakutan.
i. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
kompleks)
3. Penyebab
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss berat
yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri ( Townsend, M.C,
1998:156). Menurut Carpetino, L.J, (1998:381) isolasi sosial merupakan keadaan dimana
individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.
Sedangkan menurut Rawlins, R.P dan Heacock, P.E (1998:423) isolasi sosial menarik diri
merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu
merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir,
berperasaan. Berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan adanya perilaku (Carpentino, L.J
1998:382) :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan.
b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan konyak dengan situasi sosial.
c. Mengungkapkan perasaan tak berguna.
Data objektif :
a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama.
b. Tidak komunikatif
c. Kontak mata buruk
d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri.
e. Kurang aktivitas.
f. Wajah tampak murung dan sedih.
g. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain.
4. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 1998:27). Menurut Townsend, M.C suatu
keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri
dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam.
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir.
Data objektif :
a. Wajah tegang, merah.
b. Mondar-mandir.
c. Mata melotot rahang mengatup.
d. Tangan mengepal.
e. Keluar keringat banyak.
f. Mata merah.

C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

No
1.

2.

3.

Masalah
Keperawatan
Masalah utama :
gangguan persepsi
sensori halusinasi

MK : penyebab isolasi
sosial : menarik diri

MK : Akibat resiko
mencederai diri sendiri
dan orang lain

Data Subyektif

Data Obyektif

Klien mengatakan melihat


atau mendengar sesuatu.
Klien tidak mampu
mengenal tempat, waktu,
orang.

Tampak bicara dan ketawa


sendiri.
Mulut seperti bicara tapi
tidak keluar suara.
Berhenti bicara seolah
mendengar atau melihat
sesuatu. Gerakan mata
yang cepat.

Klien mengatakan merasa


kesepian.
Klien mengatakan tidak
dapat berhubungan sosial.
Klien mengatakan tidak
berguna.

Tidak tahan terhadap


kontak yang lama.
Tidak konsentrasi dan
pikiran mudah beralih saat
bicara.
Tidak ada kontak mata.
Ekspresi wajah murung,
sedih.
Tampak larut dalam
pikiran dan ingatannya
sendiri.
Kurang aktivitas.
Tidak komunikatif.

Klien mengungkapkan
takut.
Klien mengungkapkan apa
yang dilihat dan didengar
mengancam dan
membuatnya takut.

Wajah klien tampak


tegang, merah.
Mata merah dan melotot.
Rahang mengatup.
Tangan mengepal.
Mondar mandir.

D. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri,
Orang lain dan lingkungan

Masalah Utama

Perubahan persepsi sensori


Halusinasi pendengaran

Isolasi sosial menarik diri


Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan berhubungan dengan perubahan
persepsi sensori halusinasi pendengaran.
2. Perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri.
F. FOKUS INTERVENSI
Menurut Rasmun (2001:43-48) tujuan utama, tujuan khusus, dan rencana tindakan dari
diagnosa utama : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Tujuan khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan


interaksi selanjutnya.
b. TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi timbulnya
halusinasi.
b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
2) Intervensi
a) Adakan sering dan singkat secara bertahap.
Rasional :
Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya
juga dapat memutuskan halusinasinya.
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya. Bicara
dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah
ada teman bicara.
Rasional :
Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat
dalam melakukan intervensi.
c) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :
- Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada
suara yang di dengar.
- Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.
- Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun
perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa
menuduh/menghakimi).
- Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia.
- Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
Rasional :
Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari faktor
timbulnya halusinasi.
d) Diskusikan dengan klien tentang :
- Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam
atau jika sendiri, jengkel, sedih)
Rasional :
Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya halusinasi
mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat.
e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
Rasional :
Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.
c. TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya.
b) Klien dapat menyebutkan cara baru.
c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah
didiskusikan dengan klien.

d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan


halusinasi.
e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.
2) Intervensi
a) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan lain-lain)
Rasional :
Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut.
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian.
Rasional :
Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi :
- Katakan : Saya tidak mau dengar kau pada saat halusinasi muncul.
- Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga yang
lain untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
- Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
- Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri.
Rasional :
Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.
d) Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk memutus
halusinasi secara bertahap, misalnya dengan :
- Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca al-Quran.
- Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.
- Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat (pengajian, gotong royong).
- Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih muda).
- Mencari teman untuk ngobrol.
Rasional :
Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba
memilih salah satu cara untuk mengendalikan halusinasi dan dapat
meningkatkan harga diri klien.
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
Rasional :
Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih.
f) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi
realita dan stimulasi persepsi.
Rasional :
Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi realitas akibat
halusinasi.
d. TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
1) Kriteria evaluasi
a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan unutk
mengendalikan halusinasi.
2) Intervensi
a) Membina hubungan saling percaya dengan menyebutkan nama,
tujuan pertemuan dengan sopan dan ramah.

Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan
interaksi selanjutnya.
b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga.
Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
c) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :
- Pengertian halusinasi
- Gejala halusinasi yang dialami klien.
- Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
- Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah, misalnya :
beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian
bersama.
- Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Rasional :
Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan menambah
pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga yang mempunyai
masalah halusinasi.
e. TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek
samping obat.
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi
serta manfaat minum obat.
Rasional :
Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien
melaksanakan program pengobatan.
b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
Rasional :
Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.
c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek
samping obat yang dirasakan.
Rasional :
Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus
dilakukan setelah minum obat.
d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
Rasional :
Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar
obat, benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya).
Rasional :

Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien


untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.
G. DAFTAR PUSTAKA
Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nuersing cotemporary Practice, Edisi 9th,
Lippincott Raven Publisrs, Philadelphis.
Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Johnson, B.S. (1995). Psyciatric-Mental Health Nursing Adaption and Growt, Edisi 2th,
Lippincott-Raven Publisrs, Philadelphia.
Kusuma, W, (1997). Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Ed I,
Profesional Books, Jakarta.
Keliat, B.A, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed I, EGC Jakarta.
Maramis, W.f, (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press,
Surabaya.
Rasmun, (2001), Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan
Keluarga, Ed I, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Rawlins, R.P & Heacock, PE, (1998). Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi 1,
the C.V Mosby Company, Toronto.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri
(terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Contoh SP (Strategi Pelaksanaan Halusinasi)


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pertemuan ke I (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a Klien tampak bicara dan tertawa sendiri.
b. Klien mondar mandir.
c. Klien merasa mendengarkan suara laki-laki yang menyuruh memukul.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi. Mas, sedang apa ?. Kenalkan nama saya Bapak Budi Sisroyo,
mas bisa panggil saya Bapak atau mas Budi saja. Mas namanya siapa ? .......o o
o Joko Prisanto, senang dipanggil siapa ?. Mas Joko atau mas Yanto. Ooooo
begitu baiklah mas Aynto, saya akan menemani ibu kurang lebih 2 minggu ke
depan, nanti bisa cerita masalah yang dialami mas Joko.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan mas Joko saat ini ?....o o o kalau saya lihat mas Joko
tampak bicara, berbicara sama siapa ?
c. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap suara yang mas Joko dengar dan orang
yang mengajak bicara ?.
2) Tempat
Dimana kita akan berbincang-bincang Mas ?, o o o.... di ruang makan,
baiklah.
3) Waktu
Kita akan bercakap-cakap berapa menit ?. 15 menit !, ya baiklah.
2. Kerja
yeah sekarang kita sudah duduk santai, tolong ceritakan suara-suara yang Mas Joko
dengar tadi, oooooooo begitu, lalu !. Jadi Mas mendengar suara orang yang
mengajak berbicara dan menyuruh memukul orang. menurut Mas suara tersebut
suara siapa, apakah mengenalnya?, ooooooo seperti suara laki-laki.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan mas Joko setelah berbincang-bincang tentang suara yang
mas dengar ?.
b. Evaluasi Obyektif
Jadi suara yang mas dengar adalah ............, muncul saat........., dan yang mas
lakukan saat suara-suara tersebut muncul..............
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang suara-suara lain yang didengar, jangan
lupa kalau suara-suara itu muncul lagi beritahu perawat biar dibantu ya !
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suarasuara tersebut ?, Setuju !.
2) Tempat
Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercaka-cakap, mungkin Mas Joko
punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol ?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?. 10 menit atau 15 menit. Sampai
jumpa besok ya, Mas!.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pertemuan ke II (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.
b. Klien dapat mengenal halusinasinya.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Joko ?, Masih ingat nama saya ? Bagus !
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ? apakah ada suara-suara yang didengar
dan belum diceritakan kemarin ?
c. Kontrak
1) Topik
Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang cara
mengendalikan halusinasi yang Mas Joko alami ?, Bagaimana setuju ?
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di ruang makan saja ya !
3) Waktu
Mas Joko mau berapa lama kita bercaka-cakap ?. 15 menit, baiklah.
2. Kerja
Kemarin Mas Joko sudah menceritakan tindakan yang dilakukan ketika suara-suara
tersebut muncul. Masih ingat?. Bagaimana apakah dapat mengurangi /
menghilangkan suara-suara yang Mas Joko dengar ? ooooo.......begitu !
Kalau Mas Joko mau saya akan memberitahu cara-cara lain yang dapat dilakukan
ketika suara-suara tersebut muncul ?. Bagaimana ! Oke yang pertama dengan
menghardik suara-suara tersebut, caranya dengan mengatakan saya benci kamu,
pergi......pergi !, lalau tarik nafas dalam-dalam tahan sebentar dan keluarkan pelanpelan melalui mulut, maka Mas Joko akan rilex dan santai kembali. Mari saya ajari,
tirukan saya ya !, Pertama katakan saya benci kamu pergi......pergi!, kemudian
tarik nafas dan keluarkan, begitu, Bagus mudah kan ?
Cara yang kedua dengan melakukan kegiatan yang dapat memutus/menghilangkan
suara-suara itu, misalnya dnegan mengambil air wudhu, sholat atau membaca AlQuran, membersihkan rumah atau alat-alat rumah tangga, apabila suara-suara tersebut
muncul siang atau sore hari.
Cara ketiga adalah mencari teman untuk diajak ngobrol sehingga suara-suara tersebut
dapat dialihkan, tetapi cara ini tidak dapat dilakukan apabila suara-suara itu muncul
malam hari.

Jika suara sering muncul malam hari, yang dapat Mas Joko lakukan adalah minum
obat tepat waktu, tepat obat, dan tepat dosis, misalnya jam 17.30 WIB sehingga Mas
Joko akan terbangun pada jam 05.00 pagi.
Kalau Mas Joko suka olahraga, untuk menghindari suara muncul kembali Mas Joko
dapat mengikuti olahraga dengan teman-temannya, tentunya kalau sore hari.
Bagaimana, mudahkan ?, Mas Joko dapat pilih sesuai dengan kondisi dan keadaan !
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suarasuara yang muncul ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali cara yang dapat Mas Joko lakukan untuk
menghindari/memutus suara-suara yang muncul suara-suara tersebut !.
Bagus ..........lagi.
c. Rencana Tindak Lanjut
Kalau suara-suara itu muncul lagi coba dipraktekan yang Mas Joko, siapa tahu
dapat membantu !
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok keluarga Mas Joko menjenguk, kita bercakap-cakap
lagi bersama-sama keluarga tentang halusinasi yang Mas Joko alami ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu saja biar lebih leluasa ?
3) Waktu
Mas Joko ingin berapa lama kita akan bercakap-cakap besok ?. o....... 15
menit.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pertemuan ke III (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien sudah mengetahui cara-cara yang dapat digunakan untuk memutus
atau menghilangkan halusinasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.
3. Tujuan Khusus
Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi halusinasinya.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Pak ?, Kenalkan saya Bapak Budi yang merawat Mas Joko di
sini, syaa bisa panggil Bapak siapa ?........ o.......ya Pak Mahmud.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ? apakah Mas Joko masih ingat cara-cara
yang kemarin saya ajarkan ?. Apakah Bapak/Ibu mengetahi pengertian
halusinasi, gejala halusinasi dan cara mengatasi halusinasi ?
c. Kontrak
1) Topik
Pagi hari ini kebetulan Bapak Mahmud menengok Mas Joko, kita akan
bercakap-cakap tentang pengertian halusinasi dan cara-cara yang harus
dilakukan agar Mas Joko terhindar dari halusinasi ?
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di ruang perawatan saja biar lebih santai ?
3) Waktu
Berapa lama kita bercaka-cakap ? bagaimana kalau 30 menit ?.
2. Kerja
Tolong Mas Joko ceritakan tentang suara-suara didengar pada Pak Mahmud, agar
beliau tahu dan dapat membantu kalau di rumah nanti muncul lagi. Jadi begini, ya
Pak, mas Joko ini kalau dalam kedokteran mengalami halusinasi.
Nah apa halusinasi itu?, Halusinasi adalah kesalahan dalam mengartikan rangsangan
dari luar yang sebenarnya tidak ada, misalnya mendengar suara yang mengajak bicara
atau menyuruh melakukan sesuatu padahal tidak ada yang mengajak bicara, seperti
yang dialami mas Joko ini.
Bagaimana cara mengenali orang yang mengalami halusinasi ?. Bapak Mahmud
akan menjumpai orang tersebut tampak termenung, kemudian bicara sendiri atau
tertawa sendiri, tidak jarang orang tersebut tampak gelisah, mondar-mandir bingung
dan ketakutan karena suara yang mengancam, atau memuluk orang lain jika suara itu
tidak menyuruh untuk memukul. Bagaimana sudah jelas ?

Apa akibatnya jika halusinasi tidak diatasi ?, orang tersebut dapat beresiko orang
tersebut akan melakukan kekerasan yang arahnya diri sendiri, orang lain atau
lingkungan.
Maka jangan heran kalau Bapak pernah melihat orang gila tiba-tiba melempar pakai
batu atau tiba-tiba merusak tanaman yang ada didekatnya.
Nah untuk menghindari hal tersebut, ada cara agar halusinasi tidak muncul, yaitu
tidak membiarkan Joko sendirian melamun, beri Mas Joko kegiatan untuk mengisi
waktu luangnya, ajak Mas Joko nonton televisi bersama, jalan-jalan atau kegiatan
pengajian dan gotong royong, Bagaimana ? Bapak sudah paham.
Bila belum jelas pak Mahmud dapat bertanya ?
.......... ya jangan lupa minum obat secara tepat dan teratur serta antar mas Joko
kontrol atau pergi RSJ sangat membantu agar mas Joko terhindar dari halusinasi.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang pengertian dan cara
mengendalikan suara-suara yang didengar Mas Joko ?
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali pengertian halusinasi dan cara-cara yang dapat keluarga
lakukan agar Mas Joko dapat menghindari/memutus suara-suara yang muncul
suara-suara tersebut ! : Bagus....lagi.
c. Rencana Tindak Lanjut
Tolong ya Pak, Mas Joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu muncul lagi,
caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi !
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang manfaat dan efek
samping obat yang Mas Joko minum ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pertemuan ke IV (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien dan keluarga sudah mengenal pengertian gejala halusinasi.
b. Klien dan keluarga sudah mengetahui cara menghindari munculnya
kembali suara-suara
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Joko ?, Masih ingat nama saya ? Bagus !.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ?, baik-baik saja kan, ada yang ingin
disampaikan ?
c. Kontrak
1) Topik
Kita akan berbicara tentang jenis obat, manfaat obat, efek samping obat serta
cara pemakaiannya, Bagaimana mas Joko bersedia ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman saja, biar lebih santai?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercaka-cakap ? Bagaimana kalau 15 menit ?.
2. Kerja
Berapa jenis obat yang diminum Mas Joko tadi pagi ?. ya ..... bagus.
Jadi begini ya Mas Joko, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini obatnya saya
bawakan.
Saya jelaskan satu persatu ya ?. yang warnanya oranye ini namanya CPZ atau
chlorponazin, gunanya untuk mempermudah Mas Joko tidur sehingga dapat istirahat,
minumnya 2 x sehari pagi hari dan sore hari, pagi jam 07.00 dan sore jam 17.30
WIB. Efek sampingnya badan menjadi lemas, keluar ludah terus menerus.
Nah, yang ini, namanya HPD atau haloperidole, karena Mas Joko dapat yang 5 mg,
maka warnanya jambon atau pink, cara dan waktu minumnya sama dengan CPZ, 2x
sehari. Gunanya obat ini untuk menghilangkan suara-suara yang mas Joko dengar,
selain dapat juga membuat mas Joko lebih rileks, santai dan dapat mengontrol emosi,
efek sampingnya badan menjadi kaku, terutama tangan dan kaki, mulut kering dan
dada berdebar-debar dan tremor/ndedek dalam istilah jawa.
Tapi mas Joko jangan kuatir, ada penangkalnya, maka diberikan obat yang putih agak
besar ini. Ini namanya Triheksipenidile atau THP, fungsinya obat ini menetralkan atau

menghilangkan efek samping yang tidak megenakkan tadi, makanya obat ini harus
diminum bersamaan dengan obat CPZ dan HPD tadi.
:bagaimana masih ada yang belum jelas ?. Jangan lupa kalau obat ini hampir habis
segera control kembali ya !.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan manfaat obat
yang mas Joko minum setiap hari ?
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Joko, dan ambilkan yang namanya
HPD........Dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian !. Bagus......diingatingat ya !.
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !. O. Ya
kalau ada yang berlum jelas bisa Mas Joko tanyakan kembali pada waktu lain.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi dengan topik yang
lain ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras saja ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?.

LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial : Menarik diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Menurut Townsend, M.C (1998:152). Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian
yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan
mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKS RI (1998:117) penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, naik perhatian maupun niatnya
terhadap lingkungan sosial yang secara langsung dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, L.J, (1998:38). Menurut Rawlins,
R.P & Heacock, (1998:423). Isolasi sosial menarik diri merupakan usaha untuk
menghindar dari interaksi dan hubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan
hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan, berprestasi
atau selalu dalam kegagalan.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Townsend, M.C, (1998:152-153) dan Carpenito, L.J (1998:382) Isolasi
menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan.
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki.
Data objektif :
a. Tampak menyendiri dalam ruangan.
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri.
c. Tidak melakukan kontak mata.
d. Tampak sedih afek datar.
e. Posisi meringkuk ditempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu.
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan
usianya.
g. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain.
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal.
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi.
j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan diwajahnya.
3. Penyebab
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh kurangnya rasa percaya kepada
orang lain, perasaan panik regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, perkembangan
ego yang lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C, 1998:152). Menurut Stuart, G.W
& Sundeen, S.J (1998:345) Isolasi sosial disebabkan oleh konsep diri rendah.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan

Sundeen, 1998:227). Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak
langsung. Pendapat senada diunkapkan oleh Carpenito, L.J (1989:352) bahwa harga diri
rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif
mengenai diri atau kemampuan diri.
Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
Data subjektif :
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan.
c. Perasaan tidak mampu.
d. Rasa bersalah.
e. Sikap negatif pada diri sendiri.
f. Sikap pesimis pada kehidupan.
g. Keluhan sakit fisik.
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i. Menolak kemampuan diri sendiri.
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
k. Perasaan cemas dan takut.
l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.
m. Mengungkapkan kegagalan pribadi.
n. Ketidakmampuan menentukan tujuan.
Data objektif :
a. Produktifitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif pada orang lain.
d. Penyalahgunaan zat.
e. Menarik diri dari hubungan sosial.
f. Ekspresi wajah mau dan rasa bersalah.
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
4. Akibat
Perilaku sosial menarik diri beresiko terjadinya perubahan persepsi sensori
halusinasi (Townsend, M.C, 1998156). Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah
persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan realita, kenyataan seperti melihat bayangan, atau mendengarkan
suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, S.B, 1995:119) halusinasi adalah
penerapan tanpa adanya rangsangan apapun dari panca indera, dimana orang tersebut
sadar dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psiotik, gangguang
fungsional, organik atau histerik.
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya
stimulus sensori eksternal yang meliputi line perasaan (penglihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi
pendengaran (Boyd, M.A, & Nihart, M.A, 1998:303: Rawlins, R.P & Heacock, P.E,
1998:198). Menurut Carpenito, L.J (1998:363). Perubahan persepsi sensori halusinasi
merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami
suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang datang. Sedangkan
menurut pendapat lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi
tanpa adanya stimulus eksternal, yang dibedakan dari distorsi atau ilusi yang merupakan

kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien yang menganggap halusinasi
sebagai suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997:284).
Menurut Carpetino, L.J (1998:363); Townsend, M.C (1998:156) dan Stuart, G,W
& Sundeen, S.J (1998:328-329) perubahan persepsi sensori sering ditandai dengan adanya
:
Data subjektif :
a. Tidak mamu mengenal waktu, orang dan tempat.
b. Tidak mampu memecahkan masalah.
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat
bayangan)
d. Mengeluh cemas dan khawatir.
Data objektif :
a. Apatis dan cenderung menarik diri (controlling).
b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti bicara
seolah-olah mendengar sesuatu.
c. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.
d. Menyeringai dan tertawa tidak sesuai.
e. Gerakan mata yang cepat.
f. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah.
g. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
kompleks).

C. MASALAH DAN DATA YANG HARUS DIKAJI


No
1.

2.

3.

Masalah
Keperawatan
Masalah utama : Isolasi
sosial : menarik diri

MK : penyebab
gangguan konsep diri :
harga diri rendah

MK : Akibat perubahan
persepsi sendiri
halusinasi

Data Subyektif

Data Obyektif

Klien mengatakan merasa


kesepian
Klien mengatakan tidak
dapat berhubungan sosial
Klien mengatakan tidak
berguna

Tidak tahan terhadap


kontak yang lama
Tidak konsentrasi dan
pikiran mudah beralih saat
bicara
Tidak ada kontak mata
Ekspresi wajah murung,
sedih
Tampak larut dalam
pikiran dan ingatannya
sendiri
Kurang aktivitas
Tidak komunikatif

Mengungkapkan ingin
diakui jati dirinya
Mengungkapkan tidak ada
lagi yang peduli
Mengungkapkan tidak bisa
apa-apa
Mengungkapkan dirinya
tidak berguna
Mengkritik diri sendiri
Perasaan tidak mampu
Klien mengatakan melihat
atau mendengar sesuatu
Klien tidak mampu
mengenal tempat, waktu,
orang

Merusak diri sendiri


Merusak orang lain
Ekspresi malu
Menarik diri dari
hubungan sosial
Tidak mau makan dan
tidak tidur

Tampak bicara dan ketawa


sendiri
Mulut seperti bicara tapi
tidak keluar suara
Berhenti bicara seolah
mendengar atau melihat
sesuatu
Gerakan mata yang cepat

D. POHON MASALAH
Resiko perubahan persepsi
Sensori : halusinasi

Masalah Utama

Isolasi diri : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri.
2. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan gangguang konsep diri : harga diri
rendah.
F. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan : resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan
isolasi sosial menarik diri.
1. Tujuan umum
Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Tujuan khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
h) Jelaskan tujuan pertemuan.
i) Jujur dan menepati janji.
j) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
k) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan
interaksi selanjutnya.
b. TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
1) Kriteria evaluasi :

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri
sendiri orang lain dan lingkungan.
2) Intervensi
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau tidak mau bergaul.
c) Diskusikan bersama dengan klien tentang perilaku menarik diri, tandatanda serta penyebab yang muncul.
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan
penyebab menarik diri.
Rasional :
Dengan diketahui penyebab menarik diri dapat dihubungkan dengan faktor
prisipitasi yang dialami oleh klien.
c. TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain.
b) Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
2) Intervensi
a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
b) Beri pengetahuan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
c) Diskusikan bersama dengan klien keuntungan berhubungan dengan orang
lain.
d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Rasional :
Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa membina
hubungan sehat dengan orang lain.
a) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
c) Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidka berhubungan dengan
orang lain.
d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional :
Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi
untuk berinteraksi.
d. TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan secara bertahap.
1) Kriteria evaluasi
Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K P, K P
K, K P Keluarga, K P P Kelompok.
2) Intervensi
a) Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain.
b) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain

melalui tahap : K P, K P P lain, K P P lain K lain, K P keluarga


/ kelompok / masyarakat.
c) Beri reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai.
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
e) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu.
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan diruangan.
g) Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan.
e. TUK V : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain.
1) Kriteria evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain untuk diri sendiri dan orang lain.
2) Intervensi
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain.
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain.
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien dalam
mengungkapkan perasaan bermanfaat berhubungan dengan orang lain.
f. TUK VI : Klien dapat memperdayakan system pendukung atau keluarga
mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan
orang lain.
1) Kriteria evaluasi
Keluarga dapat :
a) Menjelaskan perasaannya.
b) Menjelaskan cara merawat klien menarik diri.
c) Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri.
d) Berparitisipasi dalam perawatan klien menarik diri.
2) Intervensi
a) Bila hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Ucapkan salam dan perkenalkan diri.
- Sampaikan tujuan pertemuan.
- Buat kontrak waktu.
- Eksplorasi perasaan keluarga.
b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri.
- Penyebab perilaku menarik diri.
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri untuk diatasi.
- Cara keluarga mengatasi perilaku menarik diri.
c) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu.
e) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
Rasional :
Keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap proses perbaikan
perilaku klien.

G. DAFTAR PUSTAKA
Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nuersing Cotemporary Practice, Edisi 9th,
Lippincott Raven Publisrs, Philadelphis.
Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
DEPKES RI, (1989) Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed 1, DEPKES RI, Jakarta.
Johnson, B.S. (1995). Psyciatric-Mental Health Nursing Adaption and Growth, Edisi 2th,
Lippincott-Raven Publisrs, Philadelphia.
Kusuma, W, (1997). Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Ed I,
Profesional Books, Jakarta.
Keliat, B.A, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed I, EGC Jakarta.
Maramis, W.f, (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press,
Surabaya.
Rawlins, R.P & Heacock, PE, (1998). Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi 1,
the C.V Mosby Company, Toronto.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri
(terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Contoh SP (Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial : Menarik Diri)


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pertemuan ke I (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a Klien menyendiri.
b. Klien menghindar dari kontak mata.
c. Klien tidak dapat mempertahankan komunikasi lama.
d. Klien tampak merenung di pojok ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi. Mas, sedang apa ?. Kenalkan nama saya Iwan Setiawan, mas
bisa panggil saya Bapak atau mas Iwan saja. Mas namanya siapa ? .......o o o
Sigit Eko Widiyanto, senang dipanggil siapa ?. Mas Sigit atau mas Eko.
Ooooo begitu baiklah mas Widi, saya akan menemani mas Widi selama 2
minggu kedepan, nanti bisa cerita masalah yang dialami mas Widi.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan mas Widi saat ini ?....o o o kalau saya lihat mas Widi
tampak duduk sendiri ada apa sebenarnya ?.
c. Kontrak
1) Topik
Maukah mas Widi bercakap-cakap tentang kejadian di rumah dan yang
menyebabkan mas Widi hanya diam menyendiri, mau kan ?.
2) Tempat
Dimana kita akan berbincang-bincang Mas ?, Bagaimana kalau di taman?,
mau !.
3) Waktu
Kita akan bercakap-cakap berapa menit ?. 5 menit saja, ya !.
2. Kerja
yeach sekarang coba mas Widi ceritakan di rumah tinggal siapa ?. terus siapa
lagi .........bagus. Diantara mereka siapa yang paling dekat dengan mas Widi ?.
Mas Widi tadi mengatakan lebih dekat dengan ibu dan kakak, mengapa. Apa ada
sesuatu yang membuat mas Widi senang ?.

Nah sekarang diantara mereka, apakah ada sesuatu yang mas Widi tidak suka, yang
sering membuat jengkel misalnya ?, o .......begitu, mengapa mas Widi sangat tidak
menyukainya ? ........... sering memarahi mas Widi ?.
Apa yang dilakukan mas Widi supaya dekat dengan orang lain ?. Bagus !.
Sekarang apa yang menyebabkan mas Widi senang menyendiri dan tidak mau
ngobrol dengan orang lain ?, Apakah ada orang yang mengejek atau menghina ?.
Atau mungkin tidak ada teman yang sebaya dengan mas Widi ?. Sehingga enggan
keluar rumah ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan mas Widi setelah kita berbincang-bincang tentang penyebab
menyendiri/tidak mau bergaul ?.
b. Evaluasi Obyektif
Jadi yang membuat mas Widi menyendiri tadi apa saja ? tolong ceritakan kembali
! ........yanch bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang menyebabkan enggan bergaul dengan
orang lain yang lain dan esok ceritakan kepada saya ya !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suarasuara tersebut ?, Setuju !.
2) Tempat
Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercaka-cakap, mungkin Mas Widi
punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol ?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?. 10 menit. Sampai jumpa besok
ya, Mas!.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pertemuan ke II (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.
b. Klien dapat mengenal penyebab menarik diri.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas widioko ?, Masih ingat nama saya ? Bagus !
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ? apakah ada penyebab menyendiri yang
lain dan belum diceritakan kemarin ?.
c. Kontrak
1) Topik
Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain serta kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain ?
2) Tempat
Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di taman ya !
3) Waktu
Mas Widi mau berapa lama kita bercaka-cakap ?. 10 menit, baiklah.
2. Kerja
Kemarin Mas Widi sudah menceritakan penyebab menyendiri, sekarang menurut mas
Widi apa keutungan berhubungan dengan orang lain ?, ya ........ bagus, terus apa lagi
?. Kalau kerugian tidak berhubungan dengan orang lain ?. .........tidak tahu ya
tidak apa-apa.
Jadi begini, banyak manfaat yang dapat diambil jika kita mau bergaul atau
berhubungan dengan orang lain, misalnya jadi banyak teman, dapat mengisi waktu
dan terhindar dari kesepian. Dengan bergaul kita juga jadi tambah ilmu dan
wawasan.
Nah, jika kita tidak mau bergaul atau hanya menyendiri di kamar, kita jadi banyak
melamun dan akhirnya tidak punya teman untuk dimintai bantuan jika punya
masalah.
Bagaimana sudah mengerti keuntungan dan kerugian bergaul ?.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang keuntungan bergaul
dengan orang lain dan kerugian tidak bergaul ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali keuntungan bergaul !. Bagus.......lagi, kalau
kerugiannya........?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Nah karena mas Widi sudah tahu keuntungan bergaul maka harus dipraktikan
ya !. nanti pak Iwan bantu, bagaimana, bersedia ?.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita mulai belajar berkenalan dengan teman lain ?.
2) Tempat
Dimana kita belajar berkenalan ?. O......diruang tamu baiklah.
3) Waktu
Mas Widi ingin berapa lama kita belajar berkenalan ?. O......15 menit baiklah
!.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pertemuan ke III (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien sudah mengetahui berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan antara klien
dengan perawat.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, mas Widi !.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?.
c. Kontrak
1) Topik
Pagi hari ini kita akan berlatih cara berkenalan yang baik, kan mas ?.
2) Tempat
Sesuai kesepakatan kemarin kita akan berlatih di ruang tamu kan, mas ?.
3) Waktu
Berapa lama kita bercaka-cakap ? bagaimana kalau 15 menit ?.
2. Kerja
Menurut mas Widi, bagaimana cara kita berkenalan dengan orang lain ?.
Yach bagus, apakah perlu kita berdiri dan berjabat tangan ? terus apa yang kita
sampaikan saat berkenalan ?.
Bagus !. Jadi kita sedang berkenalan, untuk menambah kehangatan dan keakraban
kita perlu berjabat tangan dan berdiri, sedangkan seperti yang mas Widi sebutkan, kita
bisa menyampaikan nama, alamat, hoci dan lain-lain !.
Nah kita sekarang telah tahu cara berkenalan yang baik, bagaimana kalau kita
coba ?. Anggap mas Widi belum kenal saya, dan saya belum kenal mas Widi oke !.
kita mulai, ayo kita beridiri !.
Aku ajari dulu, ya !. Kenalkan nama saya Iwan Setiawan, biasa dipanggil Iwan,
rumah saya Kalinegoro, Magelang dan hobby saya memancing dan membaca !.
Kalau anda siapa, saya bisa panggil.......rumahnya dimana ? siapa tahu saya bisa
mampir suatu saat , apa hoby anda ? .......wah bagus sekali.
Nah sekarang gantian mas berkenalan dengan saya ? ......... terus !. Bagus sekali,
nanti dicoba pada temannya, ya !.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah berlatih berkenalan ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba ulangi lagi cara berkenalan yang sudah kita pelajari tadi !. Bagus !.
c. Rencana Tindak Lanjut
Tolong mas Joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu muncul lagi, caranya
dengan yang sudah saya jelaskan tadi !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang cara berkenalan dengan
orang lain ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Isolasi Sosial Menarik Diri
Pertemuan ke IV (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengetahui cara berkenalan yang baik.
b. Klien dapat mempraktekkan perkenalan diri dengan perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengembangkan hubungan secara bertahap dengan klien lain dan
perawat lain dengan benar.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Widi ?.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?, baik-baik saja kan, ada yang ingin
disampaikan ?.
c. Kontrak
1) Topik
Kita akan memperhatikan cara berkenalan yang sudah kita pelajari kemarin,
Bagaimana mas Widi bersedia ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang makan saja, biar lebih
santai?.
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercaka-cakap ? Bagaimana kalau 15 menit ?.

2. Kerja
Nah, mas Widi ingat apa yang akan kita lakukan sekarang ?......ya berkenalan.
Sekarang mas Widi berkenalan dengan teman yang lain,
silahkan !. ......ya
bagus !.
Berkenalan dengan teman sudah, bagaimana kalau sekarang mas Widi berkenalan
dengan pak Mantri yang sedang duduk di ruang perawatan itu ?, nggak apa-apa, saya
temani.
Ya, bagus, bagaimana perasaannya sekarang. Masih takut berkenalan dengan orang
lain ?.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah berkenalan dengan teman dan perawat lain ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali siapa nama teman mas Widi tadi ? seterus pak Mantri
tadi siapa namanya ? ........... Bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa nanti berkenalan dengan teman-teman lain !. Dan ngobrol dengan
yang lain biar tidak jenuh dan banyak melamun.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau keluarga menengok, kita bercakap-cakap lagi tentang
perlunya bergaul dengan orang lain ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap di teras saja ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?. Sampai jumpa !.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Isolasi Sosial Menarik Diri
Pertemuan ke V (lima)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien sudah dapat berkenalan dengan klien lain dan perawat lain.
b. Klien mau berkomunikasi secara verbal dan non verbal selama kurang lebih
5 menit..
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengungkapkannya setelah berkenalan dan ngobrol dengan orang lain.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Widi ?. Baik-baik saja kan ?.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaannya Mas Widi saat ini ?, apakah sudah berhubungan dengan
teman yang lain ?.
c. Kontrak
1) Topik
Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang
perasaan mas Widi setelah berhubungan dengan teman yang lain ?.
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di ruang makan saja !.
3) Waktu
Mas Widi mau berapa lam kita bercakap-cakap ?. 5 menit, baiklah.
2. Kerja
Kemarin mas Widi sudah berkenalan dengan teman lain, perawat lain, sekarang
bagaimana perasaannya ?. Tolong ceritakan pada saya !.
Senang, terus apa lagi ?.
Nah kalau begitu, ada manfaatnya kan berhubungan dengan orang lain. Makanya
jangan diam saja, cari teman yang banyak dan jangan lupa rutin minum obat, agar rasa
malu yang mas Widi alami dapat hilang (tidak muncul lagi).
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah mengungkapkan perasaan berkenalan dengan
yang lain ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba kembali utarakan perasaannya setelah berkenalan dengan orang lain !.
Bagus ........... apa lagi.

c. Rencana Tindak Lanjut


Jangan lupa nanti berkenalan dengan teman-teman lain !. Dan ngobrol dengan
yang lain biar tidak jenuh dan banyak melamun.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau keluarga menengok, kita bercakap-cakap lagi bersama
keluarga mas Widi yang dulu suka menyendiri di kamar ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau besok keluarga datang, kita bercakap-cakap di ruang tamu
saja biar lebih leluasa ?.
3) Waktu
Mas Widi ingin berapa lama kita bercakap-cakap besok ?, o.........20 menit,
baiklah !.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pertemuan ke VI (enam)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien sudah mengetahui cara berkenalan dan manfaat bergaul dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengatasi menarik diri.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Pak !. Kenalkan Bapak yang merawat mas Widi disini, saya bisa
dipanggil Bapak siapa ? .......o o ya Pak Jaya.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?, .........apakah mas Widi mengenal
bapak ini siapa ?. Apakah Bapak sudah tahu mengapa mas Widi senang
menyendiri di kamar ?.
c. Kontrak
1) Topik
Pagi ini kebetulan Pak Jaya menengok mas Widi, kita akan bercakap-cakap
tentang pengertian, penyebab menarik diri, akibat menarik diri dan cara
mengatasinya, bagaimana pak, bersedia ?.
2) Tempat
Bagaimana kalai kita berbincang-bincang di ruang tamu biar lebih santai ?.
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercaka-cakapnya ? 30 menit ?.
2. Kerja
Tolong bapak ceritakan apa yang dilakukan Mas Widi di rumah ?. terus apalagi ?
.......bagus. Apa yang dilakukan keluarga mas Widi mau keluar dari kamar dan
bergaul dengan teman-temannya ?. Jadi begini, ya pak mas Widi ini masih malu
dalam istilah kedokteran mempunyai perilaku menarik diri, artinya mas Widi
mempunyai kebiasaan menyendiri di kamar, malas melakukan aktivitas (mandi), tidak
mau bicara dan banyak melamun. Apa benar mas Widi mempunyai perilaku seperti
itu Pak ?.
Orang yang mempunyai perilaku demikian biasanya disebabkan, karena perasaan
malu atau takut diejek atau dihina orang lain. Kemudian bila perilaku ini tidak
diatasi, maka dapat menimbulkan perilaku yang lain tampak ketakutan, tertawa atau
bicara sendiri dan kadang-kadang justru menyerang orang lain.
Bagaimana agar mas Widi ini tidak menyendiri lagi dan terjadi seperti hal tadi.
Maka keluarga harus menemani mas Widi, mengajak mas Widi bergaul dengan

tetangga, mengajak nonton televisi, makan bersama, berjalan-jalan. Jangan lupa


awasi ketika mas Widi minum obat dan libatkan mas Widi dalam pekerjaan rumah,
seperti membersihkan rumah atau alat-alat rumah tangga.
Bagaimana pak sudah paham atau mungkin ada yang mau ditanyakan ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya pak setelah kita berbincang-bincang tentang pengertian,
penyebab, akibat dan cara mengatasi perilaku menarik diri ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali ! pengertian, penyebab, akibat dan cara yang dapat
dilakukan agar mas Widi tidak mengalami menarik diri ?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Tolong ya pak mas Widi dibantu untuk mengembangkan hubungan dengan orang
lain (teman dan tetangga).
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok pak Jaya menengok lagi kita bercakap-cakap tentang
manfaat dan efek samping obat yang mas Widi minum ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang perawatan saja ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 15 menit saja ?.

LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA
Masalah utama : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
yang merupakan respon dari kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995). Menurut Harper, et al. (1992)
dalam Boyd & Nihart (1998) perilaku kekerasan adalah tindakan fisik karena dorongan
yang kuat dapat menyebabkan orang lain atau obyek lain (barang-barang rumah tangga)
dalam rangka untuk menyampaikan pesan, dimana perilaku menganggap perilakunya
benar dan tidak menimbulkan korban.
Individu melakukan kekerasan akibat frustasi yang dirasakan sebagai pemicu dan
individu tidak mau berpikir serta mengungkapkan secara verbal, sehingga
mendemonstrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins &
Heacock, 1998). Menurut Schulz & Videbeck (1994) dan Sives (1998) dikatakan sebagai
setiap pasien mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan merusak orang lain
sebagai setiap mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan merusak orang lain
sebagai akibat proses internal pasien dan perasan ramah.
2. Tanda dan Gejala
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya (Boyd & Nihart,
1998) antara lain :
Data subyektif :
a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam.
b. Klien mengungkapkan perasaan tidak bergunba.
c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel.
d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa tercekik,
dada terasa sekal dan bingung.
e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya.
Data objektif :
a. Muka merah.
b. Mata molotot.
c. Rahang dan bibir mengatup.
d. Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal.
e. Tampak mondar mandir.
f. Tampak bicara sendiri dan ketakutan.
g. Tampak berbicara dengan suara tinggi.
h. Tekanan darah meningkat.
i. Frekuensi denyut jantung meningkat.

j. Nafas pendek.
3. Penyebab
Perilaku kekesaran sering disebabkan oleh karena kurangnya percaya pada orang
lain, perasaan panik reaksi kemarahan, waham sukar berinteraksi dimasa lampau,
perkembangan ego yang lemah serta depresi rasa takut (Townsend, M.C, 1998:150).
Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S.J (!998:315) perilaku kekerasaan disebabkan oleh
gangguan konsep diri harga diri rendah.
Gangguan konsep diri harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan
Sundeen, 1998:227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan
evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung
maupun tidak langsung. Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998:352)
bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
Data subjektif :
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Rasa bersalah.
d. Sikap negatif pada diri sendiri.
e. Sikap pesimis pada kehidupan.
f. Keluhan sakit fisik.
g. Menolak kemampuan diri sendiri.
h. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
i. Perasaan cemas dan takut.
j. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.
k. Mengungkapkan kegagalan pribadi.
l. Ketidakmampuan menentukan tujuan.
Data objektif :
a. Produktifitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Menarik diri dari hubungan sosial.
d. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.
e. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
4. Akibat
Menurut Townsend, M.C, (1998:156). Perilaku kekerasan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan, baik diri sendiri maupun orang lain.
Seseorang dapat beresiko mengalami perilaku kekerasan pada dan orang lain dapat
menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam.
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas khawatir.
Data objektif :
a. Wajah tegang merah.
b. Mondar mandir.
c. Mata melotot, rahang mengatup.
d. Tangan mengepal.

e.
f.
g.
h.

Keluar keringat banyak.


Mata merah.
Tatapan mata tajam.
Muka merah.

C. MASALAH DAN DATA YANG HARUS DIKAJI


No
1.

2.

3.

Masalah
Keperawatan
Masalah utama :
perilaku kekerasan

MK : penyebab
gangguan konsep diri :
harga diri rendah

MK : Akibat resiko
mencederai diri sendiri
dan orang lain

Data Subyektif

Data Obyektif

Klien mengatakan telah


merusak alat-lat rumah
tangga dan memukul
orang lain

Tampak cemas dan


khawatir
Wajah tampak tegang
Mondar-mandir
Merasa diremehkan orang
lain

Mengungkapkan ingin
diakui jati dirinya
Mengungkapkan tidak ada
lagi yang peduli
Mengungkapkan tidak bisa
apa-apa
Mengungkapkan dirinya
tidak berguna
Mengkritik diri sendiri
Perasaan tidak mampu

Merusak diri sendiri


Merusak orang lain
Ekspresi malu
Menarik diri dari
hubungan sosial
Tampak mudah
tersinggung
Tidak mau makan dan
tidak mau tidur

Klien mengungkapkan
cemas dan khawatir
Klien mengungkapkan apa
yang dilihat dan didengar
mengancam dan
membuatnya takut

Wajak klien tampak tegang


Mata merah dan melotot
Rahang mengatup
Tangan mengepal
Mondar mandir

D. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri
Orang lain & lingkungan

Masalah Utama

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
F. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan.
1. Tujuan umum
Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab.
2. Tujuan khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien mau membalas salam.
b) Klien mau berjabat tangan.
c) Klien mau menyebutkan nama.
d) Klien mau kontak mata.
e) Klien mau mengetahui nama perawat.
f) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak.
2) Intervensi
a) Beri salam dan panggil nama klien.
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan.
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi.
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e) Beri rasa aman dan sikap empati.
f) Lakukan kontak singkat tapi sering.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan landasarn utama untuk hubungan
selanjutnya.
b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari
diri sendiri, lingkungan dan orang lain).
2) Intervensi
a) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
b) Bantu klien untuk mengungkap perasaannya.
Rasional :
Dengan memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya membantu
mengurangi stres dan penyebab perasaan jengkel dapat diketahui.
c. TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasaan.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel.
b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami.
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel.
Rasional :
Untuk mengetahui hal-hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel.
b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

Rasional :
Untuk mengetahui tanda-tanda klien saat jengkel / marah.
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat jengkel/marah yang
dialami.
Rasional :
Menarik kesimpulan bersama klien supaya mengetahui secara garis besar
tanda-tanda marah/jengkel.
d. TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasaan yang biasa
dilakukan.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan.
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan
masalah atau tidak.
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasaan yang biasa
dilakukan klien.
Rasional :
Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
b) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
Rasional :
Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dengan
bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
c) Bicarakan dengan klien apakan dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai ?
Rasional :
Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan
masalah.
e. TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara yang dilakukan klien.
2) Intervensi
a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien.
Rasional :
Membantu klien menilai perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cata yang dilakukan oleh klien.
Rasional :
Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien merubah
perilaku destruktif yang dilakukan menjadi perilaku konstruktif.
c) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat ?
Rasional :
Agar klien mengetahui cara lain yang lebih konstruktif.

f. TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons


terhadap kemarahan secara konstruktif.
1) Kriteria evaluasi
Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.
2) Intervensi
a) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat ?
Rasional :
Dengan mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons terhadap
kemarahan dapat membantu klien menemukan cara yang baik untuk
mengurangi kejengkelannya sehingga klien tidak stres lagi.
b) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat.
Rasional :
Reinforcement positif dapat memotivasi dan meningkatkan harga dirinya.
c) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
- Secara fisik : tarik nafas jika sedang marah/jengkel, memukul
benda/kasur atau olah raga atau pekerjaan yang menguras tenaga.
- Secara verbal : bahwa anda sedang kesal, tersinggung/jengkel (saya
kesal anda berkata seperti itu; saya marah karena mama tidak memenuhi
keinginan saya).
- Secara sosial : Lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat,
latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
- Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa/ibadah lain :
meminta kepada Tuhan untuk diberi kesabaran mengadu kepada Tuhan
kekerasan/kejengkelan.
Rasional :
Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain sesuai dengan
kemampuan klien.
g. TUK VI : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
1) Kriteria evaluasi
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
- Fisik : tarik, olah raga dan menyiram tanaman.
- Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
- Spiritual : sembahyang, berdoa/ibadah yang lain.
2) Intervensi
a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien.
Rasional :
Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respons perilaku
kekerasan secara tepat.
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.
Rasional :
Membantu klien membuat keputusan untuk memilih cara yang akan
digunakan dengan melihat manfaatnya.
c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play)
Rasional :
Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif.
d) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi
cara tersebut.

Rasional :
Pujian dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien.
e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia
sedang kesal atau jengkel.
Rasional :
Agar klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia sedang kesal
atau jengkel.
h. TUK VII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
kekerasan.
1) Kriteria evaluasi
a) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien yang
berprilaku kekerasan.
b) Keluarga klien merasa puas dalam merawat klien.
2) Intervensi
a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang
telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
Rasional :
Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan
keluarga untuk melakukan penilaian terhadap perilaku kekerasan.
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien.
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien sehingga
keluarga terlibat dalam perawatan kliem.
c) Jelaskan cara-cara merawat klien.
- Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.
- Sikap tenang bicara tenang dan jelas.
- Membantu klien mengenal penyebab marah.
Rasional :
Agar dapat merawat klien dengan perilaku kekerasam klien.
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
Rasional :
Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang
dilihat oleh keluarga secara langsung.
e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi.
Rasional :
Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.
i. TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program
pengobatan).
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dapat menyebutkan obat obatan yang diminum dan
kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek)
b) Klien dapat minum obat sesuai dengan program pengobatan.
2) Intervensi
a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien dan keluarga.
Rasional :
Klien dapat mengetahui nama-nama obat yang diminum oleh klien.
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat

tanpa izin dokter.


Rasional :
Klien dan keluarga dapat mengetahui obat yang dikonsumsi oleh klien.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke II (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.
b. Klien dapat mengenal penyebab marah.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan dengan perilaku kekerasan.
3. Tujuan Khusus
a Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan.
b. Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan.
c. Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Arif ?, Masih ingat nama saya ?
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ? apakah ada penyebab marah yang lain
dan belum diceritakan kemarin ?.
c. Kontrak
1) Topik
Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang
perasaan mas Arif rasakan saat marah, yang bisa dilakukan saat marah dan
akibat dari tindakan yang telah dilakukan?.
2) Tempat
Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di taman ya ! Atau
mungkin mas Arif ingin tempat lain ?.
3) Waktu
Mas Arif mau berapa lama kita bercaka-cakap ?. 15 menit, baiklah.
2. Kerja
Kemarin Mas Arif sudah menceritakan penyebab marah, Nah ceritakan apa yang
dirasakan mas Arif saat marah/saat memukul ibu !, saat mas Arif marah apakah ada
perasaan tegang, kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar mandir ?. atau
mungkin ada hal lain yang dirasakan ?.
Apakah mas Arif pernah melakukan tindakan lain selain memukul ibu saat marah ?,
misalnya membanting piring memcahkan kaca, atau mungkin merusak
tanaman ! ........memecahkan kaca !. terus apakah setelah melakukan tindakan tadi
(memukul ibu dan memecahkan kaca) masalah yang dialami selesai, apakah diberikan
motor oleh orang tua mas Arif ?.
Apakah mas Arif akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ? ..........ya
tangan jadi sakit, jendela rusak.........terus apalagi ? ...........dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit jiwa !.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang perasaan saat marah dan
yang bisa dilakukan saat marah dan akibatnya ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat marah !.
Bagus.......lagi, kalau akibatnya apa......?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Nah karena mas Arif sudah tahu tindakan yang telah dilakukan maukah mas Arif
belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat ?. nanti suster ajari, bagaimana,
bersedia ?.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan rasa marah yang
sehat ?.
2) Tempat
Dimana kita belajar marah yang sehat ?. O......diruang tamu baiklah.
3) Waktu
Mas Arif ingin berapa lama kita belajar marah yang sehat ?. O......15 menit
baiklah !.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke III (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan yang dilakukan saat
marah, klien tenang dan kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri.
3. Tujuan Khusus
a. Memilih cara marah yang konstruktif.
b. Mendemonstrasikan sat cara marah yang konstruktif.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, mas Arif !.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?.
c. Kontrak
1) Topik
Pagi hari ini kita akan berlatih cara mengungkapkan marah yang sehat, benar
kan mas ?.
2) Tempat
Sesuai kesepakatan kemarin kita akan berlatih di ruang tamu kan, mas ?.
3) Waktu
Berapa lama kita bercaka-cakap ? bagaimana kalau 15 menit ?.
2. Kerja
Menurut mas Arif, bagaimana cara mengungkapkan marah yang benar, tentunya tidak
merugikan / membahayakan orang lain ?........ya terus, bagus !. Nah sekarang akan
suster ajarkan satu persatu cara marah yang sehat, langsung suster jelaskan !.
Yang pertama kita bisa ceritakan kepada orang lain yang membuat kita kesal atau
marah, misalnya dengan mengatakan : saya marah dengan kamu !, maka hati kita
akan sedikit lega.
Yang kedua dengan menarik nafas dalam saat marah / jengkel sehingga menjari
rileks.
Yang ketiga dengan mengambil air rudhu lalu sholat atau berdoa agar diberi
kesabaran, tujuannya agar kita menjadi lebih tenang.
Yang keempat dengan mengalihkan rasa marah/jengkel kita dengan aktivitas,
misalnya dengan olah raga, membersihkan rumah, membersihkan alat-alat rumah
tangga seperti mencuci piring. Sehingga energi kita menjadi berkurang dan dapat
mengurangi ketegangan.

Suster sudah jelaskan empat cara marah yang sehat, ada yang belum jelas ?. Nanti
mas Arif bisa coba memilih salah satu cara untuk dipraktekkan. O...... mau yang
menarik nafas dalam !, baiklah ayo kita mulai, coba ikuti suster, tarik nafas melalui
hidung, ya bagus, tahan sebentar dan keluarkan / tiup melalui mulut, ulangi sampai 5
kali. Nah kalau sudah merasa lega bisa mas Arif lanjutkan dengan olah raga,
membersihkan rumah atau kegiatan lain.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah berlatih cara marah yang sehat ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba ulangi lagi cara menarik nafas yang dalam yang sudah kita pelajari tadi !.
Bagus !.
c. Rencana Tindak Lanjut
Tolong mas, nanti dicoba lagi cara yang sudah suster ajarkan dan jangan lupa
ikuti kegiatan di ruangan ya !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau keluarga datang kita bercakap-cakap cara marah yang
sehat ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 30 menit saja ?.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Perilaku kekerasan
Pertemuan ke IV (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat.
b. Klien dapat mempraktekkan cara marah yang sehat.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Arif ?. Ini keluarganya ya ?.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?, baik-baik saja kan, ada yang ingin
disampaikan ?. O......saya adalah suster Dani yang merawat mas Arif, Bapak
namanya siapa ?. Pak Eko. Ada hubungan apa dengan mas Arif ?, oooooo ayah,
naiklah, kebetulan !.
c. Kontrak
1) Topik
Pada kesempatan ini kita akan berbincang-bincang cara tentang merawat mas
Arif di rumah, Bagaimana pak Eko bersedia ?
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu saja, biar lebih santai?.
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercaka-cakap ? Bagaimana kalau 30 menit ?.
2. Kerja
Nah, tolong ceritakan apa yang membuat mas Arif dibawa ke RSJ ?. Terus apa
yang dilakukan keluarga saat mas Arif modar mandir dan marah-marah ? .......terus
apa lagi pak ?.
Apa yang diceritakan tadi tidak salah, akan tetapi ada cara lain yang lebih menolong
agar mas Arif tidak melakukan tindakan mencederai orang lain dan merusak kaca
lagi.
Begini pak, ada beberapa cara yang dapat disarankan agar dilakukan mas Arif,
misalnya dengan olah raga, membaca al-Quram, sholat, membersihkan kamar mandi,
membersihkan rumah, memukul bantal/kasur, membantu orang tua bekerja.
Masih ada cara lain yang lebih mudah, misalnya dengan melatih klien bersikap
terbuka, juga penting untuk klien yang sedang marah, melakukan relaksasi dengan

menarik nafas dalam dapat mengurangi rasa marah dan dapat menenangkan perasaan
klien, Bagaimana pak sudah jelas, atau masih ada yang akan ditanyakan ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah tahu cara merawat mas Arif ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali berapa cara yang dapat dilakukan saat marah ? Terus
apa lagi ?............ Bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa besok kalau mas Arif sudah pulang dan seperti akan marah-marah
tolong ingatkan cara-cara yang sudah diajarkan tadi ya !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok keluarga menengok lagi, kita akan bercakap-cakap
lagi tentang cara minum obat dan manfaatnya bagi mas Arif ?.
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di tempat ini lagi ya ?.
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 30 menit saja ?. Sampai jumpa !.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke V (lima)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat.
b. Klien dapat mempraktekkan cara merawat pasien yang sedang marahmarah.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan).
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Mas Arif dan Pak Eko ?. Baik-baik saja kan ?.
b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?, apakah sudah lebih rileks ?.
c. Kontrak
1) Topik
Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang cara
penggunaan obat yang dan manfaatnya bagi mas Arif ?.
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di ruang tamu saja !.
3) Waktu
Mas Arif mau berapa lama kita bercakap-cakap ?. 30 menit ?. Baiklah !.
2. Kerja
Berapa jenis obat yang diminum mas Arif tadi pagi ?. Ya......bagus.
Jadi begini ya mas Arif, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini obatnya saya
bawakan.
Saya jelaskan satu persatu ya ?. Yang warnanya oranye ini namanya CPZ atau
chlorponazin, gunanya untuk mempermudah mas Arif tidur sehingga dapat istirahat,
minumnya 2 x sehari pagi hari dan sore hari, pagi jam 07.00 dan sore jam 17.30
WIB. Efek sampingnya badan menjadi lemas, keluar ludah terus menerus.
Nahm yang ini namanya PHD atau haloperidole, karena mas Arif dapat yang 5 mg,
maka warnanya jambon atau pink, cara dan waktunya minum sama dengan CPZ, 2 x
sehari . Gunanya obat ini untuk menenangkan mas Arif sehingga dapat mengontrol
perilakunya saat marah, sehingga lebih rileks, santai dan dapat mengontrol emosi, efek
sampingnya badan menjadi kaku, terutama tangan dan kaki, mulut kering dan dada
berdebar-debar dan tremor/ndredek dalam istilah jawa.

Tapi mas Arif jangan kuatir, ada penangkalnya, makanya diberikan obat yang putih
agak besar ini. Ini namanya Triheksipenidile atau THP, fungsinya obat ini menetralkan
atau menghilangkan efek samping yang tidak mengenakan tadi, makanya obat ini
harus diminum bersamaan dengan obat CPZ dan HPD tadi.
Bagaimana masih ada yang belum jelas ?. Jangan lupa kalau obat ini hampir habis
segera kontrol kembali ya !.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan manfaat obat
yang mas Arif minum setiap hari ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Arif, dan ambilkan yang namanya
HPD ........dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian !>
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !. O, ya
kalau ada yang belum jelas bisa mas Arif tanyakan kembali pada waktu lain .
Dan tolong ya pak nanti kalau sudah pulang diingatkan saat minum obat dan saat
kontrol kembali, jangan lupa diawasi mas Arif minum obat.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi tentang masalah mas
Arif yang lain ?.
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di teras saja ya ?.
3) Waktu
Mas Arif ingin berapa lama kita bercakap-cakap ?, O.....20 menit,
Baiklah !.

Anda mungkin juga menyukai