RESIKO MENCEDERAI
DIRI, ORANG LAIN &
LINGKUNGAN
PERUBAHAN
PERSEPSI-SENSOR :
HALUSINASI
PERILAKU
KEKERASAN
ISOLASI SOSIAL :
MENARIK DIRI
TIDAK EFEKTIFNYA
PENATALAKSANAAN
REGIMEN
TERAPEUTIK
GANGGUAN KONSEP
DIRI : HARGA DIRI
RENDAH
TIDAK EFEKTIFNYA
KOPING KELUARGA
KETIDAKMAMPUAN
KELUARGA MERAWAT
ANGGOTA KELUARGA
TIDAK EFEKTIFNYA
KOPING INDIVIDU
KERUSAKAN
KOMUNIKASI VERBAL
MENURUNNYA
MOTIVASI PERAWATAN
MENURUNNYA
MOTIVASI PERAWATAN
GANGGUAN
PROSES
BERDUKA
DISFUNGSIONAL
Ruang
No. CM
TG
L
1
: ................................
NO
.
DX
2
PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAKRITERIA
TUJUAN
WATAN
EVALUASI
3
4
5
Resiko
TUM :
mencederai
Klien dapat
diri sendiri
melanjutkan
dan orang
hubungan peran
lain
sesuai dengan
berhubungan tanggung jawab.
dengan
TUK :
perilaku
1. Klien dapat
kekerasan.
membina
hubungan
saling percaya. 1.1. Klien mau
membalas salam.
1.2. Klien mau
menjabat tangan.
1.3. Klien mau
menyebutkan
nama.
: .................................
INTERVENSI
RASIONAL
2. Klien dapat
mengidentifika
si penyebab
perilaku
kekerasan.
2.1.Klien dapat
2.1.1. Beri kesempatan
mengungkap kan
untuk mengung
perasaannya.
kapkan perasaan nya.
2.2.Klien dapat
2.1.2. Bantu klien untuk
mengungkap kan
mengung kapkan
penyebab
penyebab jengkel/
perasaan
kesal.
jengkel/kesal (dari
diri sendiri, dari
lingkungan/ orang
lain).
3. Klien dapat
mengidentifika
si tanda-tanda
perilaku
kekerasan.
3.1.Klien dapat
mengungkap kan
perasaan saat
marah/jengkel
3.2.Klien dapat
menyimpulkan
tanda-tanda
jengkel/kesal yang
dialami.
4. Klien dapat
mengidentifika
si perilaku
kekerasan yang
biasa
dilakukan.
4.1.Klien dapat
mengungkap kan
perilaku
kekerasan yang
biasa dilakukan.
4.2.Klien dapat
bermain peran
dengan perilaku
kekerasan yang
biasa dilakukan.
4.3.Klien dapat
mengetahui cara
yang biasa dapat
menyesuaikan
atau tidak.
5. Klien dapat
mengidentifika
si akibat
perilaku
kekerasan.
5.1.Klien dapat
menjelaskan
akibat dari cara
yang digunakan
klien.
6.1.Klien dapat
melakukan cara
berespon terhadap
kemarahan secara
konstruktif.
terhadap
kemarahan.
7.1.Klien dapat
mendemonstrasik
an cara
mengontrol
perilaku
kekerasan
Fisik tarik nafas
dalam, olah
raga menyiram
tanaman.
Verbal
mengatakan
nya secara
langsung
dengan tidak
menyakiti.
Spiritual
sembah yang,
berdoa atau
ibadah klien.
keberhasilan klien
menstimulasi cara
tersebut.
7.1.5. Anjurkan klien untuk
menggunakan cara
yang telah dipelajari
saat jengkel/ marah.
8.1.1. Identifikasi
kemampuan keluarga
merawat klien dari
sikap apa yang telah
dilakukan keluarga
terhadap klien selama
ini.
8.1.2. Jelaskan peran serta
keluarga dalam
merawat klien.
marah.
8.1.4. Bantu keluarga
mendemonstrasikan
cara merawat klien.
9.1.Klien dapat
menyebutkan
obat-obat yang
diminum dan
kegunaannya
(jenis dosis dan
efek).
9.2.Klien dapat
minum obat
sesuai program
pengobatan.
menghindari komplikasi.
9.2.3. Anjurkan klien
melaporkan pada
perawat/dokter jika
merasakan efek yang
tidak menyenangkan.
9.2.4. Beri pujian jika klien
minum obat dengan
benar.
Diagnosa Medis :
Ruang
No. CM
TG
L
1
: ................................
NO
.
DX
2
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Perilaku
kekerasan
berhubungan
dengan harga
diri rendah.
PERENCANAAN
INTERVENSI
RASIONAL
Hubungan saling
percaya merupakan
dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi
selanjutnya.
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
4
TUM :
Klien dapat
berhubungan
dengan orang
lain secara
optimal.
TUK 1 :
Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya.
nama panggilan
yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemu an.
e. Jujur dan menepati
janji.
f. Tunjuk kan sikap
empati dan meneri
ma klien apa adanya.
g. Beri perhatian pada
klien dan perhati kan
kebutu han dasar
klien.
TUK 2 :
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif
yang dimiliki.
2.1.Klien mengidentifikasi
2.1.1. Diskusi kemampuan
kemampuan dan aspek positif
dan aspek positif yang
yang dimiliki :
dimiliki klien.
- Kemampuan yang dimiliki
klien.
- Aspek positif keluarga.
- Aspek positif lingkungan yang
dimiliki klien.
2.1.2. Setiap bertemu klien
hindarkan dari
memberi nilai negatif.
2.1.3. Utamakan memberikan
Diskusikan tingkat
kemampuan klien
seperti menilai
realitas, kontrol diri
atau integritas ego
diperlukan sebagai
dasar asuhan
keperawatan nya
Reinforcement positif
akan meningkatkan
harga diri.
TUK 5 :
Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
kondisi sakit dan
kemampuannya.
Reinforcement positif
akan meningkatkan
harga diri.
Memberikan
kesempatan untuk
tetap melakukan
kegiatan yang biasa
dilakukan.
TUK 6 :
Klien dapat
memanfaatkan
sistem
pendukung yang
ada.
Mendorong keluarga
untuk mampu merawat
klien mandiri di
rumah.
Support sistem
keluarga akan sangat
berpengaruh dalam
mempercepat proses
penyembuhan klien.
Meningkatkan peran
serta keluargadalam
merawat klien di
rumah.
Ruang
No. CM
TG
L
1
: ................................
NO
.
DX
2
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Resiko
mencederai
diri sendiri
dan orang
lain
berhubungan
dengan
halusinasi
dengar.
PERENCANAAN
KRITERIA
TUJUAN
EVALUASI
4
5
Tujuan Umum
(TUM) :
Klien tidak
mencederai orang
lain.
Tujuan Khusus
(TUK) :
1. Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya.
1.1.Ekspresi wajah
bersahabat
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, atau berjabat
tangan mau
menyebutkan nama,
mau menjawab
salam, klien mau
duduk
: .................................
INTERVENSI
RASIONAL
bersampingan
dengan perawat,
mau mengutarakan
masalah yang
dihadapi.
2. Klien dapat
mengenali
halusinasinya.
2.1.Klien dapat
menyebutkan
waktu, isi frekuensi
timbulnya
halusinasinya.
2.2.Klien dapat
mengungkapkan
perasaan terhadap
halusinasinya.
memandang ke kiri/ke
depan seolah-olah ada
teman bicara.
2.1.3. Bantu klien mengenai
halusinasi nya :
a. Jika menemukan klien
yang sedang
berhalusinasi, tanyakan
apakah ada suara yang
didengar.
b. Jika klienb menjawab
ada kelanjutan apa yang
dikatakan
c. Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya (dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh / menghaki
mi)
d. Katakan bahwa klien
lain juga ada seperti
klien.
e. Katakan bahwa perawat
akan membantunya
2.1.4. Diskusikan dengan klien
a. Sugesti yang
menimbulkan tidak
menimbulkan halusina si
b. Waktu dan frekuensi
intervensi.
Mengenal halusinasi
memungkinkan klien
untuk
menghindarkan
faktor pencetus
timbulnya halusinasi.
Dengan mengetahui
waktu isi dan
frekuensi munculnya
halusinasi
mempermu dah
3.1.Klien dapat
menyebutkan
tindakan yang
biasanya dilakukan
untuk mengendali
kan halusinasinya
3.2.Klien dapat
menyebutkan cara
baru
3.3.Klien dapat
memilih cara
mengatasi
halusinasi seperti
yang telah
didiskusikan
dengan klien
tindakan
keperawatan yang
akan dilakukan
perawat.
Untuk
mengidentifikasi
pengaruh halusinasi
pasien
Memberikan
alternatif pilihan bagi
klien untuk
mengontrol
halusinasi.
bercakap-cakap untuk
mengatakan halusina si
yang terdeng ar.
c. Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari agar
halusina si tidak sampai
muncul.
d. Meminta
keluarga/teman/perawat
menyapa jika tampak
bicara sendiri.
3.1.4. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
kan halusi nasi secara
bertahap.
Memotivasi dapat
meningkatkan
kegiatan klien untuk
mencoba memilih
salah satu cara
mengendalikan
halusinasi dan dapat
meningkatkan harga
diri klien.
Memberi kesempatan
kepada klien untuk
mencoba cara yang
sudah dipilih.
Stimulasi persepsi
dapat mengurangi
perubahan
interprestasi realitas
klien akibat
halusinasi.
4. Klien dapat
dukungan dari
keluarga dalam
mengontrol
halusinasinya.
4.1.Klien dapat
membina hubungan
saling percaya
dengan perawat.
4.2.Keluarga dapat
menyebutkan
pengertian, tanda
dan tindakan untuk
mengendali kan
halusinasi.
Untuk mendapatkan
bantuan keluarga
mengontrol
halusinasi.
Untuk mengetahui
pengetahuan
keluarga dan
meningkat kan
kemampuan
pengetahuan tentang
halusinasi.
5. Klien
memanfaatkan
obat dengan baik.
Dengan
menyebutkan dosis,
frekuensi dan
manfaat obat.
manfaat obat,
diharapkan klien
melaksana kan
program pengobatan.
Menilai kemampuan
klien dalam
pengobatan nya
sendiri.
Dengan mengetahui
efek samping obat
klien akan tahu apa
yang harus dilakukan
setelah minum obat.
Program pengobatan
dapat berjalan sesuai
rencana.
Dengan menegtahui
prinsip penggunaan
obat, maka
kemandirian klien
untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap.
Ruang
No. CM
TG
L
1
NO
.
DX
2
: ................................
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Perubahan
persepsi
sensori
halusinasi
berhubungan
menarik diri.
PERENCANAAN
KRITERIA
TUJUAN
EVALUASI
4
5
Tujuan Umum (TUM) :
Klien dapat berinteraksi
dengan orang lain
sehingga tidak terjadi
halusinasi
Tujuan Khusus (TUK) :
1. Klien dapat membina
hubungan saling
percaya.
1.1.Ekspresi wajah
bersahabat
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, atau berjabat
tangan, mau
menyebutkan nama,
mau menjawab
salam, klien mau
: .................................
INTERVENSI
RASIONAL
duduk
bersampingan
dengan perawat,
mau mengutarakan
masalah yang
dihadapi.
2. Klien dapat
2.1.Klien dapat
menyebutkan penyebab
menyebutkan
menarik diri.
penyebab menarik
diri yang berasal
dari :
a. Diri sendiri
b. Orang lain
c. Lingkungan
Dengan faktor
resipitasi yang
dialami klien.
nya.
3. Klien dapat
3.1.Klien dapat
menyebutkan
menyebutkan
keuntungan
keuntungan
berhubungan dengan
berhubungan
orang lain dan kerugian
dengan orang lain.
tidak berhubungan
dengan orang lain.
4. Klien dapat
melaksanakan
hubungan sosial secara
bertahap
3.2.Klien dapat
menyebutkan
kerugian
berhubungan
dengan orang lain.
4.1.Klien dapat
mendemonstrasikan
hubungan sosial
secara bertahap
antara lain :
KP
k-p-k
k-p-kel
K-P-Klp
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain.
3.2.3. Diskusikan bersama
klien tentang kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain.
3.2.4. Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
pengungkapan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
4.1.1. Kaji Kemampuan klien
membina hubungan
dengan orang lain.
4.1.2. Dorong dan bantu klien
untuk berhubungan
dengan orang lain
melalui tahap :
K-P
K-P-P Lain
K-P-P Lain K
Lain
K-P-Kel/Klo/ Masy
4.1.3. Beri reinforcement
terhadap keberhasilan
yang telah dicapai.
5.1.Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya setelah
berhubungan
dengan orang lain
untuk :
a. Diri sendiri
b. Orang lain
6. Klien dapat
6.1.Keluarga dapat
memberdayakan sistem
a. Menjelaskan
Keterlibatan keluarga
sangat mendukung
pendukung atau
keluarga mampu
mengembangkan
kemampuan klien
untuk berhubungan
perasaan nya.
:
b. Menjelaskan cara
a. Salam, perkenalan diri
merawat klien
b. Sampaikan tujuan
menarik diri.
c. Buat kontrak
c. Mendemonstrasik
d. Eksplorasi perasaan
an cara
keluarga.
perawatan klien
6.1.2. Diskusikan dengan
menarik diri.
anggota keluarga tentang
d. Berpartisipasi
:
dalam perawatan
a. Perilaku menarik diri
klien menarik
b. Penyebab perilaku
diri.
menarik diri
c. Akibat yang akan terjadi
jika perilaku menarik
diri tidak ditanggapi.
d. Cara keluarga
menghadapi klien
menarik diri.
6.1.3. Dorong anggota,
keluarga untuk
memberikan dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan
orang lain.
6.1.4. Anjurkan anggota
keluarga secara rutin dan
bergantian menjenguk
klien minimal satu
minggu sekali.
6.1.5. Beri reinforcement etos
hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga.
terhadap proses
perubahan perilaku
klien.
Ruang
No. CM
TG
L
1
: ................................
NO
.
DX
2
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Isolasi sosial
menarik diri
berhubungan
dengan harga
diri rendah.
PERENCANAAN
KRITERIA
TUJUAN
EVALUASI
4
5
: .................................
INTERVENSI
RASIONAL
TUM :
Klien dapat berhubungan
dengan orang lain secara
optimal.
TUK 1 :
Klien dapat membina
hubungan saling percaya.
1.1.Ekspresi wajah
bersahabat
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, mau berjabat
tangan, mau
menyebutkan nama,
mau menjawab
salam, klien mau
duduk
bersampingan
dengan perawat,
mau mengutarakan
masalah yang
dihadapi.
TUK 2 :
Klien dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
yang dimiliki.
2.1.Klien
mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki :
a. Kemampuan
yang dimiliki
klien.
b. Aspek positif
keluarga
c. Aspek positif
lingkungan yang
dimiliki klien.
Diskusikan tingkat
kemampuan klien
seperti menilai
realitas, kontrol diri
atau integritas ego
diperlukan sebagai
dasar asuhan
keperawatan.
Reinforcement
positif akan
meningkatkan harga
diri klien.
Pujian yang realistik
tidak menyebabkan
klien melakukan
kegiatan hanya
karena ingin
mendapatkan pujian.
Keterbukaan dan
pengertian tentang
kemampuan yang
dimiliki adalah
persaratan untuk
berubah.
Pengertian tentang
kemampuan yang
dimiliki diri
memotivasi untuk
tetap
mempertahankan
penggunaannya.
TUK 3 :
Klien dapat menilai
kemampuan yang
digunakan
3.1.1. Diskusikan
dengan klien
kemampuan yang masih
dapat digunakan selama
sakit.
TUK 4 :
Klien dapat (menetapkan)
merencanakan kegiatan
yang sesuai dengan
kemampuan yang
dimiliki.
4.1.1. Rencanakan
Klien adalah individu
bersama klien aktifitas
yang bertanggung
yang dapat dilakukan
jawab terhadap
setiap hari sesuai
dirinya sendiri.
kemampu an :
a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan bantuan
sebagian
c. Kegiatan yang
membutuhkan bantuan
total
4.1.2. Tingkatkan
kegiatan yang sesuai
dengan toleransi kondisi
klien.
4.1.3. Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien lakukan
Klien perlu bertindak
secara realitas dalam
kehidupan nya
Contoh peran yang
dilihat klien akan
memotivasi klien
untuk melaksana kan
kegiatan
TUK 5 :
Klien dapat melakukan
kegiatan sesuai kondisi
Rumah sakit dan
kemampuannya.
Memberikan
kesempatan kepada
klien mandiri di
rumah
Reinforcement
positif akan
meningkat kan harga
diri.
Memberikan
kesempatan kepada
klien untuk tetap
melakukan kegiatan
yang baik.
Ruang
No. CM
TG
L
1
: ................................
NO
.
DX
2
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Penatalaksan
aan regimen
terapeutik
inefektif
berhubungan
dengan
koping
keluarga
inefektif
ketidakmamp
uan.
PERENCANAAN
KRITERIA
TUJUAN
EVALUASI
4
5
: .................................
INTERVENSI
RASIONAL
TUM :
Keluarga dapat merawat
klien yang mengalami
gangguan jiwa sehingga
penatalaksanaan regimen
terapeutik efektif.
TUK :
1. Keluarga dapat
mengenal penyebab
yang dapat
menyebabkan klien
kambuh.
1.1.Keluarga dapat
mengidentifikasi
masalah yang
menjadi pencetus
klien kambuh, yang
dipengaruhi oleh
Hubungan saling
percaya merupakan
dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi
selanjutnya. Hal ini
perlu dibina dahulu
sikap keluarga,
masyarakat dan
klien sendiri.
Antisipasi keluarga
dalam mencegah kita
untuk kambuh sangat
diperlukan dalam
semua situasi.
2. Keluarga dapat
mengambil keputusan
dalam melakukan
perawatan terhadap
klien.
2.1.Keluarga
mengambil
keputusan yang
tepat dalam
merawat klien.
Dapat
menyebabkan
akibat bila klien
tidak dirawat
dengan tepat.
Kesadaran keluarga
terhadap tanggung
jawabnya untuk
merawat klien
membantu
keberhasilan
perawatan klien.
Keputusan keluarga
merupakan hal penting
dalam perawatan
klien.
Meningkatkan peran
serta dan memotivasi
keluarga dalam
memanfaatkan faslitas
yang terdekat.
Pemanfaatan fasilitas
kesehatan akan
meningkatkan
kesehatan klien dan
keluarga.
3.1.Keluarga dapat
menyebutkan cara
merawat klien di
rumah.
4. Keluarga dapat
memodifikasi
lingkungan yang
terapeutik dalam
merawat klien.
4.1.Kelurga dapat
menyediakan
lingkungan yang
dapat terapeutik
dalam mendukung
proses keperawatan
klien.
Untuk mengingatkan
kemandirian keluarga
dalam menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada dilingkungan
nya
mengalami kambuh.
4.1.2. Diskusikan dengan
keluarga tentang
pentingnya pemanfaatan
fasilitas tersebut serta
tahu prosedur yang harus
dilakukan oleh keluarga.
4.1.3. Anjurkan pada keluarga
sebagai alternatif
pemecahan masalah bila
klien kambuh untuk
memanfaatkan fasilitas
yang ada di dekat rumah.
5. Keluarga dapat
memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada di
masyarakat untuk
merawat kesehatan
klien.
5.1.Keluarga dapat
mengunjungi
fasilitas kesehatan
yang ada di
masyarakat dalam
mengoptimalkan
perawatan klien di
rumah seperti :
Ruang
No. CM
: ................................
NO. TGL
1
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
3
Kerusakan
komunikasi
berhubungan dengan
waham
: .................................
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan klien : beri salam terapeutik
(panggil nama klien), sebutkan mana perawat, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang
jelas (topik yang akan dibicarakan, waktu dan tempat).
1.2. Jangan membantah dan mendukung waham klien :
- Katakan perawat menerima keyakinan klien : Saya keyakinan
anda disertai ekspresi menerima.
- Katakan perawat tidak mendukung : Sukar bagi saya untuk
mempercayainya disertai ragu tapi empati.
- Tidak membicarakan isi waham klien.
1.3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung :
2.1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realitas.
2.2. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realitas (hati-hati terlihat diskusi tentang
waham).
2.3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas
sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini.
2.4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan
bahwa klien penting.
NO. Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Resiko tinggi
terhadap cidera b.d
peningkatan
mobilitas fisik.
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat menjalin dan
mempertahankan hubungan saling
percaya.
Kerusakan
komuniasi bd.
Waham
Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan komunikasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya
waham.
Tingkatkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
dan memerlukan waktu dan tenaga (aktifitas dapat
dipilih bersama kilen, jika mungkin buat jadwal).
Atur situasi agar klien mempunyi waktu untuk
menggunakan wahamnya.
Resiko mencederai
diri bunuh diri
Data Penunjang :
Fisiologis :
Anoreksia
Penurunan berat
badan
Kurang berenergi
Lebih banyak tidur
Emosional :
Inkompeten
Terjebak
Tidak berdaya
Tidak ada :
kemujuran,
keberuntungan
atau kemurahan
hari dari Tuhan
Perasaan kosong
atau hampa
Perasaan
kehilangan
Kurang
mempunyai arti
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya.
Kriteria evaluasi :
a. Menjawab salam
b. Kontak mata
c. Menerima perawat
d. Berjabat tangan
masalah dan
kemampuan
pengambilan
keputusan
Berpikiran kaku
(ya atau tidak sama
sekali)
Penurunan
kemampuan untuk
mengingat masa
lalu
Penampakan
Individu :
Pasif, kurang
motivasi
keterlibatan dalam
perawatan.
Penurunan otak
Kurang
mempunyai
ambisi, inisiatif
dan minat
Penurunan
pengungkapan
Kontak mata buruk
memalingkan
wajah dari
pembicara
Patah semangat
yang dianutnya)
5.2. Kaji sistem pendukung
keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktifitas
keagamaan, kepercayaan agama)
5.3. Lakukan rujukan selesai
indikasi (misal konseling pemuka agama)
Menghela nafas
Menarik diri dari
lingkungan
5. Klien menggunakan dukungan sosial
a. Sumber tersedia (keluarga,
lingkungan dan masyarakat).
b. Keyakinan makin meningkat.
Gangguan konsep
diri : harga diri
rendah b.d.
ketidakberdayaan
Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan cara pengambilan
keputusan yang efektif untuk
menggerakkan situasi kehidupan yang
akan datang.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan
terapeutik dengan perawat.
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
A. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
B. PROSES TERJADI MASALAH
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :
227). Menurut Townsend (1998 : 189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupuan tidak
langsung. Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998 : 352) bahwa harga
diri rendah merupakan keadan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif
mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat
kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun
kronis atau menahun.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 200; perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan.
c. Perasaan tidak mampu.
d. Rasa bersalah.
e. Sikap negatif pada diri sendiri.
f. Sikap pesimis pada kehidupan.
g. Keluhan sakit fisik.
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i. Menolak kemampuan diri sendiri.
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
k. Perasaan cemas dan takut.
l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.
m. Ketidakmampuan menentukan tujuan.
Data Obyektif :
a. Produktifitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif pada orang lain.
d. Penyalahgunaan zat.
e. Menarik diri dari hubungan sosial.
f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah.
3. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C.
1998 : 366). Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah
keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat
karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif
merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang
dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, individu yang
mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan ketidakmampuan dalam
menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah tuntutan hidup serta peran
yang dihadapi. Adanya koping individu tidak efektif sering ditujukan dengan perilaku
(Carpenito, L.J, 1998 : 83); Townsend, M.C, 1998 : 313) sebagai berikut :
a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau menerima
bantuan.
b. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan.
c. Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran.
Data Obyektif :
a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat.
b. Peningkatan ketergantungan.
c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan
sendiri.
d. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku.
e. Perilaku distruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain.
f. Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi.
g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar.
h. Penyalahgunaan obat terlarang.
4. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes
RI, 1998 : 336). Isolasi sosial menarik diri sering ditujukan dengan perilaku antara lain
:
Data Subyektif
a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan.
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
Data Obyektif
a. Kurang spontan ketika diajak bicara.
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.
1.
Masalah
Keperawatan
Masalah utama :
gangguan konsep diri :
harga diri rendah
2.
Mk : Penyebab tidak
efektifnya koping
individu
No
3.
Mk : Akibat isolasi
sosial menarik diri
Data Subyektif
Data Obyektif
Mengungkapkan ingin
diakui jati dirinya.
Mengungkapkan tidak ada
lagi yang peduli.
Mengungkapkan tidak bisa
apa-apa.
Mengungkapkan dirinya
tidak berguna.
Mengkritik diri sendiri.
Perasaan tidak mampu.
Mengungkapkan
ketidakmampuan dan
meminta bantuan orang
lain.
Mengungkapkan malu dan
tidak bisa ketika diajak
melakukan sesuatu.
Mengungkapkan tidak
berdaya dan tidak ingin
hidup lagi.
Tampak ketergantungan
terhadap orang lain
Tampak sedih dan tidak
melakukan aktivitas yang
seharusnya dapat
dilakukan
Wajah tampak murung
Mengungkapkan enggan
bicara dengan orang lain
Klien mengatakan malu
bertemu dan berhadapan
dengan orang lain.
D. POHON MASALAH
Isolasi social menarik diri
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu.
F. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan
Isolasi social menarik diri dengan harga diri rendah.
1. Tujuan umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
2. Tujuan khusus dan intervensi
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi :
a) Ekspresi wajah klien bersahabat.
b) Menunjukkan rasa tenang dan ada kontak mata.
c) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama.
d) Mau menjawan salam dan mau duduk berdampingan dengan perawat.
e) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
therapeutic :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian pada klien dna perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.
b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
1) Kriteria evaluasi :
Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien :
a) Kemampuan yang dimiliki klien.
b) Aspek positif keluarga.
c) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.
2) Intervensi
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional :
Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, control
diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.
b) Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif.
Rasional :
Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
c) Usahakan memberin pujian yang realistic.
Rasional :
Pujian yang realistic tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya
karena ingin mendapatkan pujian.
c. TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
1) Kriteria evaluasi
Klien menilai kriteria yang dapat digunakan.
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam
sakit.
Rasional :
Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah
prasarat untuk berubah.
b) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan penggunaannya.
Rasional :
Pengertian tentang kemampuan yang masih dimiliki klien memotivasi
untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
d. TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang dimiliki
1) Kriteria evaluasi
Klien membuat rencana kegiatan harian.
2) Intervensi
a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan
sebagaian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
Rasional :
Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
Rasional :
Klien perlu bertindak secara realistic dalam kehidupannya.
c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.
Rasional :
Contoh perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.
e. TUK V : Klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh dilakukan.
1) Kriteria evaluasi
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi skit dan kemampuannya.
2) Intervensi
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
Rasional :
Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan
motivasi dan harga diri klien.
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
Rasional :
Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
Rasional :
Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.
f. TUK VI : Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.
1) Kriteria evaluasi
Klien memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.
2) Intervensi
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu Siti selama kita bercakap-cakap ?, Senang
Terimakasih !.
b. Evaluasi Obyektif
Tolong ibu Siti ceritakan lagi kemampuan dan kegiatan yang sering ibu lakukan ?
........ Bagus, terus bagaimana tanggapan keluarga terhadap kemampuan dan
kegiatan yang ibu lakukan ?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah Bu Siti, nanti ibu ingat-ingat lagi ya, kemampuan ibu yang lain dan
belum sempat ibu ceritakan kepada saya ?, besok bisa kita bicara lagi.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bicarakan kembali kegiatan/kemampuan yang dapat Ibu
Siti lakukan di Rumah Sakut dan Rumah ?.
2) Tempat
Tempatnya mau dimana Bu ?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?. Bagaimana kalau 15 menit ?
Setuju !.
Sampai bertemu lagi besok ya, Bu Siti .
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu Siti setelah dapat membuat jadwal kegiatan di rumah ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat dilakukan di
rumah ?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari yang dapat dilakukan di
rumah ?.
d. Kontrak
1) Topik
Nah, bagaimana besok kita bercakap-cakap tentang perlunya dukungan
keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras, setuju !, atau mungkin bu Siti
mau kita di tempat yang laim ?.
3) Waktu
Kita mau bercakap-cakap berapa, bagaimana kalau 10 menit ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang system pendukung yang
bu Siti miliki ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali system pendukung yang ibu miliki di rumah, satu persatu
ya !.
c. Rencana Tindak Lanjut
Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasehat keluarga ya Bu ! jangan
lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap lagi, tentang obat-obatan yang
ibu Siti minum setiap hari.
2) Tempat
Sebaiknya kita bercakap-cakap di mana bu ?, di warung makan, o.....bisa!.
3) Waktu
Mau berapa lama Bu ?. Lima belas menit, boleh sampai ketemu lagi bu !
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : halusinasin
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau
persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau
suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S. 1995:421). Menurut Maramis
(1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa ada rangsang apapun dari panca indera,
dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh
psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik. Sedangkan menurut pendapat lain
halusinasi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami perubahan dalam jumlah dan
pola dari stimulus yang mendekat yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau
eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan
berespon terhadap stimulus (Townsend, M.C, 1998:156).
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsi yang terjadi tanpa adanya
stimulus sensori eksternal yang meliputi (penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran
(Boyd, M.A & Nirhath, M.A, 1998:303 ; Rawlins, R.P, Heacock, P.E, 1998;198). Menurut
Carpetino, L.J (1998:363) Perubahan persepsi sensori halusianasi merupakan keadaan
dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan
dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang dating. Sedangkan menurut pendapat
lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal, yang dibedakan dari distrorsi atau ilusu yang merupakan kekeliruan persepsi
terhadap stimulus yang nyata dan pasien menganggap halusinasi sebagau suatu yang nyata
(Kusuma, W, 1997:284)
2. Tanda dan Gejala
Klien dengan halusinasi sring menunjukkan adanya (Carpetino, L.J. 1998:363;
Townsend, M.C, 1998:156; Stuart, G.W dan Sundeen, S.J 1998:328-329) :
Data subjektif :
a. Tidak mampu mengenal, orang dan tempat.
b. Tidak mampu memecahkan masalah.
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat
bayangan).
d. Mengeluh cemas dan kuatir.
Data objektif :
a. Mudah tersinggung.
b. Apatis dan cenderung menarik diri (controlling).
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola konumikasi, kadang berhenti bicara
seolah-olah mendengar sesuatu.
d. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.
e. Menyeringai dan tertawa tidak sesuai.
f. Gerakan mata yang cepat.
No
1.
2.
3.
Masalah
Keperawatan
Masalah utama :
gangguan persepsi
sensori halusinasi
MK : penyebab isolasi
sosial : menarik diri
MK : Akibat resiko
mencederai diri sendiri
dan orang lain
Data Subyektif
Data Obyektif
Klien mengungkapkan
takut.
Klien mengungkapkan apa
yang dilihat dan didengar
mengancam dan
membuatnya takut.
D. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri,
Orang lain dan lingkungan
Masalah Utama
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan
interaksi selanjutnya.
b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga.
Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
c) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :
- Pengertian halusinasi
- Gejala halusinasi yang dialami klien.
- Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
- Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah, misalnya :
beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian
bersama.
- Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Rasional :
Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan menambah
pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga yang mempunyai
masalah halusinasi.
e. TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek
samping obat.
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi
serta manfaat minum obat.
Rasional :
Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien
melaksanakan program pengobatan.
b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
Rasional :
Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.
c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek
samping obat yang dirasakan.
Rasional :
Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus
dilakukan setelah minum obat.
d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
Rasional :
Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar
obat, benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya).
Rasional :
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan mas Joko setelah berbincang-bincang tentang suara yang
mas dengar ?.
b. Evaluasi Obyektif
Jadi suara yang mas dengar adalah ............, muncul saat........., dan yang mas
lakukan saat suara-suara tersebut muncul..............
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang suara-suara lain yang didengar, jangan
lupa kalau suara-suara itu muncul lagi beritahu perawat biar dibantu ya !
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suarasuara tersebut ?, Setuju !.
2) Tempat
Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercaka-cakap, mungkin Mas Joko
punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol ?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?. 10 menit atau 15 menit. Sampai
jumpa besok ya, Mas!.
Jika suara sering muncul malam hari, yang dapat Mas Joko lakukan adalah minum
obat tepat waktu, tepat obat, dan tepat dosis, misalnya jam 17.30 WIB sehingga Mas
Joko akan terbangun pada jam 05.00 pagi.
Kalau Mas Joko suka olahraga, untuk menghindari suara muncul kembali Mas Joko
dapat mengikuti olahraga dengan teman-temannya, tentunya kalau sore hari.
Bagaimana, mudahkan ?, Mas Joko dapat pilih sesuai dengan kondisi dan keadaan !
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suarasuara yang muncul ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali cara yang dapat Mas Joko lakukan untuk
menghindari/memutus suara-suara yang muncul suara-suara tersebut !.
Bagus ..........lagi.
c. Rencana Tindak Lanjut
Kalau suara-suara itu muncul lagi coba dipraktekan yang Mas Joko, siapa tahu
dapat membantu !
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok keluarga Mas Joko menjenguk, kita bercakap-cakap
lagi bersama-sama keluarga tentang halusinasi yang Mas Joko alami ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu saja biar lebih leluasa ?
3) Waktu
Mas Joko ingin berapa lama kita akan bercakap-cakap besok ?. o....... 15
menit.
Apa akibatnya jika halusinasi tidak diatasi ?, orang tersebut dapat beresiko orang
tersebut akan melakukan kekerasan yang arahnya diri sendiri, orang lain atau
lingkungan.
Maka jangan heran kalau Bapak pernah melihat orang gila tiba-tiba melempar pakai
batu atau tiba-tiba merusak tanaman yang ada didekatnya.
Nah untuk menghindari hal tersebut, ada cara agar halusinasi tidak muncul, yaitu
tidak membiarkan Joko sendirian melamun, beri Mas Joko kegiatan untuk mengisi
waktu luangnya, ajak Mas Joko nonton televisi bersama, jalan-jalan atau kegiatan
pengajian dan gotong royong, Bagaimana ? Bapak sudah paham.
Bila belum jelas pak Mahmud dapat bertanya ?
.......... ya jangan lupa minum obat secara tepat dan teratur serta antar mas Joko
kontrol atau pergi RSJ sangat membantu agar mas Joko terhindar dari halusinasi.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang pengertian dan cara
mengendalikan suara-suara yang didengar Mas Joko ?
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali pengertian halusinasi dan cara-cara yang dapat keluarga
lakukan agar Mas Joko dapat menghindari/memutus suara-suara yang muncul
suara-suara tersebut ! : Bagus....lagi.
c. Rencana Tindak Lanjut
Tolong ya Pak, Mas Joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu muncul lagi,
caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi !
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang manfaat dan efek
samping obat yang Mas Joko minum ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?.
menghilangkan efek samping yang tidak megenakkan tadi, makanya obat ini harus
diminum bersamaan dengan obat CPZ dan HPD tadi.
:bagaimana masih ada yang belum jelas ?. Jangan lupa kalau obat ini hampir habis
segera control kembali ya !.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan manfaat obat
yang mas Joko minum setiap hari ?
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Joko, dan ambilkan yang namanya
HPD........Dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian !. Bagus......diingatingat ya !.
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !. O. Ya
kalau ada yang berlum jelas bisa Mas Joko tanyakan kembali pada waktu lain.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi dengan topik yang
lain ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras saja ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?.
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
A. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial : Menarik diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Menurut Townsend, M.C (1998:152). Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian
yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan
mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKS RI (1998:117) penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, naik perhatian maupun niatnya
terhadap lingkungan sosial yang secara langsung dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, L.J, (1998:38). Menurut Rawlins,
R.P & Heacock, (1998:423). Isolasi sosial menarik diri merupakan usaha untuk
menghindar dari interaksi dan hubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan
hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan, berprestasi
atau selalu dalam kegagalan.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Townsend, M.C, (1998:152-153) dan Carpenito, L.J (1998:382) Isolasi
menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan.
b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki.
Data objektif :
a. Tampak menyendiri dalam ruangan.
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri.
c. Tidak melakukan kontak mata.
d. Tampak sedih afek datar.
e. Posisi meringkuk ditempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu.
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan
usianya.
g. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain.
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal.
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi.
j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan diwajahnya.
3. Penyebab
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh kurangnya rasa percaya kepada
orang lain, perasaan panik regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, perkembangan
ego yang lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C, 1998:152). Menurut Stuart, G.W
& Sundeen, S.J (1998:345) Isolasi sosial disebabkan oleh konsep diri rendah.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan
Sundeen, 1998:227). Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak
langsung. Pendapat senada diunkapkan oleh Carpenito, L.J (1989:352) bahwa harga diri
rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif
mengenai diri atau kemampuan diri.
Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
Data subjektif :
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan.
c. Perasaan tidak mampu.
d. Rasa bersalah.
e. Sikap negatif pada diri sendiri.
f. Sikap pesimis pada kehidupan.
g. Keluhan sakit fisik.
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i. Menolak kemampuan diri sendiri.
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
k. Perasaan cemas dan takut.
l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.
m. Mengungkapkan kegagalan pribadi.
n. Ketidakmampuan menentukan tujuan.
Data objektif :
a. Produktifitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif pada orang lain.
d. Penyalahgunaan zat.
e. Menarik diri dari hubungan sosial.
f. Ekspresi wajah mau dan rasa bersalah.
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
4. Akibat
Perilaku sosial menarik diri beresiko terjadinya perubahan persepsi sensori
halusinasi (Townsend, M.C, 1998156). Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah
persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan realita, kenyataan seperti melihat bayangan, atau mendengarkan
suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, S.B, 1995:119) halusinasi adalah
penerapan tanpa adanya rangsangan apapun dari panca indera, dimana orang tersebut
sadar dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psiotik, gangguang
fungsional, organik atau histerik.
Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya
stimulus sensori eksternal yang meliputi line perasaan (penglihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi
pendengaran (Boyd, M.A, & Nihart, M.A, 1998:303: Rawlins, R.P & Heacock, P.E,
1998:198). Menurut Carpenito, L.J (1998:363). Perubahan persepsi sensori halusinasi
merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami
suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang datang. Sedangkan
menurut pendapat lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi
tanpa adanya stimulus eksternal, yang dibedakan dari distorsi atau ilusi yang merupakan
kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien yang menganggap halusinasi
sebagai suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997:284).
Menurut Carpetino, L.J (1998:363); Townsend, M.C (1998:156) dan Stuart, G,W
& Sundeen, S.J (1998:328-329) perubahan persepsi sensori sering ditandai dengan adanya
:
Data subjektif :
a. Tidak mamu mengenal waktu, orang dan tempat.
b. Tidak mampu memecahkan masalah.
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat
bayangan)
d. Mengeluh cemas dan khawatir.
Data objektif :
a. Apatis dan cenderung menarik diri (controlling).
b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti bicara
seolah-olah mendengar sesuatu.
c. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.
d. Menyeringai dan tertawa tidak sesuai.
e. Gerakan mata yang cepat.
f. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah.
g. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
kompleks).
2.
3.
Masalah
Keperawatan
Masalah utama : Isolasi
sosial : menarik diri
MK : penyebab
gangguan konsep diri :
harga diri rendah
MK : Akibat perubahan
persepsi sendiri
halusinasi
Data Subyektif
Data Obyektif
Mengungkapkan ingin
diakui jati dirinya
Mengungkapkan tidak ada
lagi yang peduli
Mengungkapkan tidak bisa
apa-apa
Mengungkapkan dirinya
tidak berguna
Mengkritik diri sendiri
Perasaan tidak mampu
Klien mengatakan melihat
atau mendengar sesuatu
Klien tidak mampu
mengenal tempat, waktu,
orang
D. POHON MASALAH
Resiko perubahan persepsi
Sensori : halusinasi
Masalah Utama
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri
sendiri orang lain dan lingkungan.
2) Intervensi
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau tidak mau bergaul.
c) Diskusikan bersama dengan klien tentang perilaku menarik diri, tandatanda serta penyebab yang muncul.
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan
penyebab menarik diri.
Rasional :
Dengan diketahui penyebab menarik diri dapat dihubungkan dengan faktor
prisipitasi yang dialami oleh klien.
c. TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain.
b) Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
2) Intervensi
a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
b) Beri pengetahuan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
c) Diskusikan bersama dengan klien keuntungan berhubungan dengan orang
lain.
d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Rasional :
Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa membina
hubungan sehat dengan orang lain.
a) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
c) Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidka berhubungan dengan
orang lain.
d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional :
Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi
untuk berinteraksi.
d. TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan secara bertahap.
1) Kriteria evaluasi
Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K P, K P
K, K P Keluarga, K P P Kelompok.
2) Intervensi
a) Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain.
b) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
G. DAFTAR PUSTAKA
Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nuersing Cotemporary Practice, Edisi 9th,
Lippincott Raven Publisrs, Philadelphis.
Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
DEPKES RI, (1989) Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed 1, DEPKES RI, Jakarta.
Johnson, B.S. (1995). Psyciatric-Mental Health Nursing Adaption and Growth, Edisi 2th,
Lippincott-Raven Publisrs, Philadelphia.
Kusuma, W, (1997). Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Ed I,
Profesional Books, Jakarta.
Keliat, B.A, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed I, EGC Jakarta.
Maramis, W.f, (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press,
Surabaya.
Rawlins, R.P & Heacock, PE, (1998). Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi 1,
the C.V Mosby Company, Toronto.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri
(terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Nah sekarang diantara mereka, apakah ada sesuatu yang mas Widi tidak suka, yang
sering membuat jengkel misalnya ?, o .......begitu, mengapa mas Widi sangat tidak
menyukainya ? ........... sering memarahi mas Widi ?.
Apa yang dilakukan mas Widi supaya dekat dengan orang lain ?. Bagus !.
Sekarang apa yang menyebabkan mas Widi senang menyendiri dan tidak mau
ngobrol dengan orang lain ?, Apakah ada orang yang mengejek atau menghina ?.
Atau mungkin tidak ada teman yang sebaya dengan mas Widi ?. Sehingga enggan
keluar rumah ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan mas Widi setelah kita berbincang-bincang tentang penyebab
menyendiri/tidak mau bergaul ?.
b. Evaluasi Obyektif
Jadi yang membuat mas Widi menyendiri tadi apa saja ? tolong ceritakan kembali
! ........yanch bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang menyebabkan enggan bergaul dengan
orang lain yang lain dan esok ceritakan kepada saya ya !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suarasuara tersebut ?, Setuju !.
2) Tempat
Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercaka-cakap, mungkin Mas Widi
punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol ?
3) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?. 10 menit. Sampai jumpa besok
ya, Mas!.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang keuntungan bergaul
dengan orang lain dan kerugian tidak bergaul ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali keuntungan bergaul !. Bagus.......lagi, kalau
kerugiannya........?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Nah karena mas Widi sudah tahu keuntungan bergaul maka harus dipraktikan
ya !. nanti pak Iwan bantu, bagaimana, bersedia ?.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita mulai belajar berkenalan dengan teman lain ?.
2) Tempat
Dimana kita belajar berkenalan ?. O......diruang tamu baiklah.
3) Waktu
Mas Widi ingin berapa lama kita belajar berkenalan ?. O......15 menit baiklah
!.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah berlatih berkenalan ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba ulangi lagi cara berkenalan yang sudah kita pelajari tadi !. Bagus !.
c. Rencana Tindak Lanjut
Tolong mas Joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu muncul lagi, caranya
dengan yang sudah saya jelaskan tadi !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang cara berkenalan dengan
orang lain ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?.
2. Kerja
Nah, mas Widi ingat apa yang akan kita lakukan sekarang ?......ya berkenalan.
Sekarang mas Widi berkenalan dengan teman yang lain,
silahkan !. ......ya
bagus !.
Berkenalan dengan teman sudah, bagaimana kalau sekarang mas Widi berkenalan
dengan pak Mantri yang sedang duduk di ruang perawatan itu ?, nggak apa-apa, saya
temani.
Ya, bagus, bagaimana perasaannya sekarang. Masih takut berkenalan dengan orang
lain ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah berkenalan dengan teman dan perawat lain ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali siapa nama teman mas Widi tadi ? seterus pak Mantri
tadi siapa namanya ? ........... Bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa nanti berkenalan dengan teman-teman lain !. Dan ngobrol dengan
yang lain biar tidak jenuh dan banyak melamun.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau keluarga menengok, kita bercakap-cakap lagi tentang
perlunya bergaul dengan orang lain ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap di teras saja ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 10 menit saja ?. Sampai jumpa !.
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
A. MASALAH UTAMA
Masalah utama : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
yang merupakan respon dari kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995). Menurut Harper, et al. (1992)
dalam Boyd & Nihart (1998) perilaku kekerasan adalah tindakan fisik karena dorongan
yang kuat dapat menyebabkan orang lain atau obyek lain (barang-barang rumah tangga)
dalam rangka untuk menyampaikan pesan, dimana perilaku menganggap perilakunya
benar dan tidak menimbulkan korban.
Individu melakukan kekerasan akibat frustasi yang dirasakan sebagai pemicu dan
individu tidak mau berpikir serta mengungkapkan secara verbal, sehingga
mendemonstrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins &
Heacock, 1998). Menurut Schulz & Videbeck (1994) dan Sives (1998) dikatakan sebagai
setiap pasien mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan merusak orang lain
sebagai setiap mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan merusak orang lain
sebagai akibat proses internal pasien dan perasan ramah.
2. Tanda dan Gejala
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya (Boyd & Nihart,
1998) antara lain :
Data subyektif :
a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam.
b. Klien mengungkapkan perasaan tidak bergunba.
c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel.
d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa tercekik,
dada terasa sekal dan bingung.
e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya.
Data objektif :
a. Muka merah.
b. Mata molotot.
c. Rahang dan bibir mengatup.
d. Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal.
e. Tampak mondar mandir.
f. Tampak bicara sendiri dan ketakutan.
g. Tampak berbicara dengan suara tinggi.
h. Tekanan darah meningkat.
i. Frekuensi denyut jantung meningkat.
j. Nafas pendek.
3. Penyebab
Perilaku kekesaran sering disebabkan oleh karena kurangnya percaya pada orang
lain, perasaan panik reaksi kemarahan, waham sukar berinteraksi dimasa lampau,
perkembangan ego yang lemah serta depresi rasa takut (Townsend, M.C, 1998:150).
Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S.J (!998:315) perilaku kekerasaan disebabkan oleh
gangguan konsep diri harga diri rendah.
Gangguan konsep diri harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan
Sundeen, 1998:227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan
evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung
maupun tidak langsung. Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998:352)
bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
Data subjektif :
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Rasa bersalah.
d. Sikap negatif pada diri sendiri.
e. Sikap pesimis pada kehidupan.
f. Keluhan sakit fisik.
g. Menolak kemampuan diri sendiri.
h. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
i. Perasaan cemas dan takut.
j. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.
k. Mengungkapkan kegagalan pribadi.
l. Ketidakmampuan menentukan tujuan.
Data objektif :
a. Produktifitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Menarik diri dari hubungan sosial.
d. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.
e. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
4. Akibat
Menurut Townsend, M.C, (1998:156). Perilaku kekerasan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan, baik diri sendiri maupun orang lain.
Seseorang dapat beresiko mengalami perilaku kekerasan pada dan orang lain dapat
menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam.
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas khawatir.
Data objektif :
a. Wajah tegang merah.
b. Mondar mandir.
c. Mata melotot, rahang mengatup.
d. Tangan mengepal.
e.
f.
g.
h.
2.
3.
Masalah
Keperawatan
Masalah utama :
perilaku kekerasan
MK : penyebab
gangguan konsep diri :
harga diri rendah
MK : Akibat resiko
mencederai diri sendiri
dan orang lain
Data Subyektif
Data Obyektif
Mengungkapkan ingin
diakui jati dirinya
Mengungkapkan tidak ada
lagi yang peduli
Mengungkapkan tidak bisa
apa-apa
Mengungkapkan dirinya
tidak berguna
Mengkritik diri sendiri
Perasaan tidak mampu
Klien mengungkapkan
cemas dan khawatir
Klien mengungkapkan apa
yang dilihat dan didengar
mengancam dan
membuatnya takut
D. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri
Orang lain & lingkungan
Masalah Utama
Perilaku kekerasan
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
F. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan.
1. Tujuan umum
Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab.
2. Tujuan khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien mau membalas salam.
b) Klien mau berjabat tangan.
c) Klien mau menyebutkan nama.
d) Klien mau kontak mata.
e) Klien mau mengetahui nama perawat.
f) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak.
2) Intervensi
a) Beri salam dan panggil nama klien.
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan.
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi.
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e) Beri rasa aman dan sikap empati.
f) Lakukan kontak singkat tapi sering.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan landasarn utama untuk hubungan
selanjutnya.
b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari
diri sendiri, lingkungan dan orang lain).
2) Intervensi
a) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
b) Bantu klien untuk mengungkap perasaannya.
Rasional :
Dengan memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya membantu
mengurangi stres dan penyebab perasaan jengkel dapat diketahui.
c. TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasaan.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel.
b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami.
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel.
Rasional :
Untuk mengetahui hal-hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel.
b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
Rasional :
Untuk mengetahui tanda-tanda klien saat jengkel / marah.
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat jengkel/marah yang
dialami.
Rasional :
Menarik kesimpulan bersama klien supaya mengetahui secara garis besar
tanda-tanda marah/jengkel.
d. TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasaan yang biasa
dilakukan.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan.
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan
masalah atau tidak.
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasaan yang biasa
dilakukan klien.
Rasional :
Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
b) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
Rasional :
Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dengan
bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
c) Bicarakan dengan klien apakan dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai ?
Rasional :
Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan
masalah.
e. TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara yang dilakukan klien.
2) Intervensi
a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien.
Rasional :
Membantu klien menilai perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cata yang dilakukan oleh klien.
Rasional :
Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien merubah
perilaku destruktif yang dilakukan menjadi perilaku konstruktif.
c) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat ?
Rasional :
Agar klien mengetahui cara lain yang lebih konstruktif.
Rasional :
Pujian dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien.
e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia
sedang kesal atau jengkel.
Rasional :
Agar klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia sedang kesal
atau jengkel.
h. TUK VII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
kekerasan.
1) Kriteria evaluasi
a) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien yang
berprilaku kekerasan.
b) Keluarga klien merasa puas dalam merawat klien.
2) Intervensi
a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang
telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
Rasional :
Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan
keluarga untuk melakukan penilaian terhadap perilaku kekerasan.
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien.
Rasional :
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien sehingga
keluarga terlibat dalam perawatan kliem.
c) Jelaskan cara-cara merawat klien.
- Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.
- Sikap tenang bicara tenang dan jelas.
- Membantu klien mengenal penyebab marah.
Rasional :
Agar dapat merawat klien dengan perilaku kekerasam klien.
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
Rasional :
Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang
dilihat oleh keluarga secara langsung.
e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
demonstrasi.
Rasional :
Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.
i. TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program
pengobatan).
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dapat menyebutkan obat obatan yang diminum dan
kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek)
b) Klien dapat minum obat sesuai dengan program pengobatan.
2) Intervensi
a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien dan keluarga.
Rasional :
Klien dapat mengetahui nama-nama obat yang diminum oleh klien.
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang perasaan saat marah dan
yang bisa dilakukan saat marah dan akibatnya ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat marah !.
Bagus.......lagi, kalau akibatnya apa......?.
c. Rencana Tindak Lanjut
Nah karena mas Arif sudah tahu tindakan yang telah dilakukan maukah mas Arif
belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat ?. nanti suster ajari, bagaimana,
bersedia ?.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan rasa marah yang
sehat ?.
2) Tempat
Dimana kita belajar marah yang sehat ?. O......diruang tamu baiklah.
3) Waktu
Mas Arif ingin berapa lama kita belajar marah yang sehat ?. O......15 menit
baiklah !.
Suster sudah jelaskan empat cara marah yang sehat, ada yang belum jelas ?. Nanti
mas Arif bisa coba memilih salah satu cara untuk dipraktekkan. O...... mau yang
menarik nafas dalam !, baiklah ayo kita mulai, coba ikuti suster, tarik nafas melalui
hidung, ya bagus, tahan sebentar dan keluarkan / tiup melalui mulut, ulangi sampai 5
kali. Nah kalau sudah merasa lega bisa mas Arif lanjutkan dengan olah raga,
membersihkan rumah atau kegiatan lain.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah berlatih cara marah yang sehat ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba ulangi lagi cara menarik nafas yang dalam yang sudah kita pelajari tadi !.
Bagus !.
c. Rencana Tindak Lanjut
Tolong mas, nanti dicoba lagi cara yang sudah suster ajarkan dan jangan lupa
ikuti kegiatan di ruangan ya !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau keluarga datang kita bercakap-cakap cara marah yang
sehat ?.
2) Tempat
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu ?, Setuju !
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 30 menit saja ?.
menarik nafas dalam dapat mengurangi rasa marah dan dapat menenangkan perasaan
klien, Bagaimana pak sudah jelas, atau masih ada yang akan ditanyakan ?.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah tahu cara merawat mas Arif ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali berapa cara yang dapat dilakukan saat marah ? Terus
apa lagi ?............ Bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa besok kalau mas Arif sudah pulang dan seperti akan marah-marah
tolong ingatkan cara-cara yang sudah diajarkan tadi ya !.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau besok keluarga menengok lagi, kita akan bercakap-cakap
lagi tentang cara minum obat dan manfaatnya bagi mas Arif ?.
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di tempat ini lagi ya ?.
3) Waktu
Mau berapa lama ?. Bagaimana kalau 30 menit saja ?. Sampai jumpa !.
Tapi mas Arif jangan kuatir, ada penangkalnya, makanya diberikan obat yang putih
agak besar ini. Ini namanya Triheksipenidile atau THP, fungsinya obat ini menetralkan
atau menghilangkan efek samping yang tidak mengenakan tadi, makanya obat ini
harus diminum bersamaan dengan obat CPZ dan HPD tadi.
Bagaimana masih ada yang belum jelas ?. Jangan lupa kalau obat ini hampir habis
segera kontrol kembali ya !.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan manfaat obat
yang mas Arif minum setiap hari ?.
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Arif, dan ambilkan yang namanya
HPD ........dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian !>
c. Rencana Tindak Lanjut
Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !. O, ya
kalau ada yang belum jelas bisa mas Arif tanyakan kembali pada waktu lain .
Dan tolong ya pak nanti kalau sudah pulang diingatkan saat minum obat dan saat
kontrol kembali, jangan lupa diawasi mas Arif minum obat.
d. Kontrak
1) Topik
Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi tentang masalah mas
Arif yang lain ?.
2) Tempat
Kita bercakap-cakap di teras saja ya ?.
3) Waktu
Mas Arif ingin berapa lama kita bercakap-cakap ?, O.....20 menit,
Baiklah !.