Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

I (63 TAHUN)

DENGAN DIAGNOSA ILEUS OBSTRUKSI PARSIAL

DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas CBL Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu :

Riandi Alfin, M. Kep

disusun oleh

Femi Tri Astuti

302017033

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Ileus adalah suatu kondisi hipomotilitas (kelumpuhan) saluran gastrointestinal tanpa
disertai adanya obstruksi mekanik pada intestinal. Obstruksi usus sumbatan total atau
parsial yang mencegah aliran normal melalui saluran pencernaan.
Ileus obstruktif adalah hambatan pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik misalnya oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan didalam lumen usus.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus
yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut. Sedangkan Ileus paralitik atau
adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/ tidak mampu melakukan
kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan neurogenik atau
hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain:
1. Sepsis
2. Obat-obatan (misal: opioid, antacid, coumarin, amitriptyline,
chlorpromazine).
3. Gangguan elektrolit dan metabolic (misal: hipokalemia,
hipomagnesemia, hipernatremia, anemia, atau hiposmolalitas).
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Trauma (misal: patah tulang iga, cidera spina).
7. Bilier dan ginjal kolik
8. Cidera kepala dan prosedur bedah saraf
9. Inflamasi intraabdomen dan peritonitis
10. Hematoma dan retroperitoneal
C. Tanda dan Gejala
1. Kram perut
2. Perut kembung
3. Sembelit / diare
4. Perut bengkak
5. Mual dan Muntah
6. Hilang nafsu makan
7. Sulit buang angin
D. Klasifikasi
1. Mekanis (ileus obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata
atau kronis akibat karsinoma yang melingari. Misal, intusepsi, tumor
polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,
perlengketan, hernia, dan abses.
2. Neurogenik/fungsional (Ileus paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis
dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi
sepanjang usus. Misal, amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin
seperti DM, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson.
E. Patofisiologi
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus
yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang
menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah
berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh
karena obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan
sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman.Gangguan vaskularisasi
menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos dari tubuh
karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus
yang mengalami strangulasi.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan
atau ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum
merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila
terlalu tegang. Tanda dan gejala obstruksi usus halus atau usus besar
tergantung kompetensi valvula bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup, timbul
refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgent toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
2. Rontgent abdomen dalam posisi terlentang: mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia)
3. Pemeriksaan sinar X: untuk menunjukkan kuantitas abnormal dari gas
atau cairan dalam usus
4. Pemeriksaan laboratorium (misal, pemeriksaan elektrolit dan jumlah
darah lengkap) akan menunjukkan gambaran dehidrasi dan kehilangan
volume plasma dan kemungkinan infeksi
5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan
diagnosa obstruksi usus.
G. Penatalaksanaan medis
1. Perawatan
Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan
peregangan dan muntah dengan kompresi, memperbaiki peritonitis
dan syok, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
2. Farmakologi
Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu mengobati atau
mencegah infeksi dalam perut, obat analgesic untuk mengurangi rasa
nyeri.
3. Tindakan bedah
a) Kolostomi
Prosedur untuk membuat stoma (pembukaan) antara usus dan
dinding perut. Ini mungkin dilakukan sebelum memiliki
operasi untuk menghapus usus yang tersumbat. Kolostomi
dapat digunakan untuk menghilangkan udara atau cairan dari
usus. Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi
perawatan sebelum operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar
dari stoma ke dalam kantong tertutup. Tinja mungkin berair,
tergantung pada bagian mana dari usus besar digunakan untuk
kolostomi tersebut. Stoma mungkin ditutup beberapa hari
setelah operasi usus setelah sembuh.
b) Stent
Stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas
daerah usus yang tersumbat. Dengan menyisipkan stent ke
dalam usus menggunakan ruang lingkup (tabung, panjang
ditekuk tipis). Stent dapat membuka usus untuk membiarkan
udara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga untuk
membantu mengurangi gejala sebelum operasi.
H. Penatalaksanaan Praoperatif, operatif dan pasca operatif
1. Praoperatif
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaanoptimum tercapai
barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.
2. Operatif
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ
vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila: Strangulasi, Obstruksi lengkap, Hernia inkarserata,
Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
3. Pasca operatif
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalam keadaan paralitik.

Anda mungkin juga menyukai