diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kritis
dosen pengampu Santy Sanusi, S.Kep, Ners, M.Kep
Disusun oleh:
Kelompok 7
2020
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan
1. Anatomi Sistem Persarafan
Saraf manusia terdiri dari sel saraf yang disebut neuron dan sel gilial. Neuron
berfungsi mengantarkan impuls (rangsangan) dari luar tubuh melalui pancaindra
menuju otak. Sel gilial merupakan pemberi nutrisi pada neuron.
Setiap neuron terdiri atas tiga bagian, yaitu sel saraf, dendrit, dan akson. Neuron
bergabung membentuk jaringan saraf. Ujung denrit dan ujung akson akan
menghubungkan jaringan antar saraf. Berdasarkan fungsinya ada tiga jenis sel saraf,
yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf penghubung.
a. Potensial Aksi
Potensial aksi sesungguhnya tejadi di seluruh membran sel, hal ini didasarkan
oleh adanya perbedaan konsentrasi ion natrium dan kalium antara intra-seluler dan
ekstra-seluler. Perbedaan gradien konsentrasi ion tersebut dipertahankan oleh
adanya suatu enzim pada membran sel yang disebut dengan enzim Na-K ATPase
atau dalam istilah lainnya disebut pompa Na-K. Pompa Na- K ini bekerja dengan
cara mentranfer tiga ion Natrium keluar sel serta 2 ion Kalium ke dalam sel.
Gradien konsentrasi ini menyebabkan adanya potensial positif di luar membran sel
dan potensial negatif di dalam sel. Perbedaan potensial membran ini disebut
sebagai Resting Membrane Potential. Sitoplasma sel memiliki potensial listrik
sebesar -60 hingga -80 mV diabandingkan dengan cairan ekstraseluler.
Ketika suatu saluran ion tertentu terbuka maka akan terjadi perpindahan ion
menuruni gradien konsentrasinya. Potensial aksi merupakan suatu perubahan yang
cepat pada membran sel saraf akibat terbukanya saluran ion Natrium dan terjadi
influks Natrium menuruni gradien konsentrasinya. Akibatnya meningkatnya jumlah
Natrium di dalam sel, sedangkan jumlah Kalium tetap maka terjadi perubahan
potensial listrik membran dimana potensial listrik intraseluler menjadi lebih
positif dibandingkan ektraseluler. Setelah terjadi depolarisasi maka resting
membrane potential akan dikembalikan lagi melalui suatu proses yang disebut
dengan repolarisasi. Pada proses ini saluran Natrium yang tadi terbuka akan
menutup dan diikuti dengan terbukanya saluran Kalium. Kalium akan berpindah
keluar sel menuruni gradien konsentrasinya dan mengembalikan potensial membran
dalam sel menjadi negatif.
b. Perubahan-perubahan potensial
1. Polarisasi
Muatan-muatan dipisahkan di kedua sisi membran sehingga membran memiliki
potensial. Tiap kali potensial membran bernilai selain 0 milivolt (mV), dalam
arah positif ataupun negatif, membran dikatakan berada dalam keadaan
polarisasi. Ingatlah bahwa besar potensial berbanding lurus dengan jumlah
muatan positif dan negatif yang dipisahkan oleh membran dan bahwa tanda
potensial (+ atau -) selalu menunjukkan adanya kelebihan muatan positif (+)
atau negatif (-) di bagian dalam membran. Di sel saraf umumnya, pada potensial
istirahat, membran terpolarisasi pada -70 mV.
2. Depolarisasi. Membran menjadi kurang terpolarisasi; bagian dalam membran
menjadi kurang negatif dibanding pada potensial istirahat, dengan nilai potensial
mendekati 0 mV (contohnya, perubahan dari -70 menjadi -60 mV); lebih sedikit
muatan yang dipisahkan ketimbang saat potensial istirahat. Istilah ini juga
merujuk pada bagian dalam membran yang bahkan menjadi positif seperti pada
potensial aksi (jenis utama sinyal listrik) ketika potensial membran berbalik
dengan sendirinya (misalnya, menjadi +30 mV).
3. Repolarisasi. Membran kembali ke potensial istirahat setelah terdepolarisasi.
4. Hiperpolarisasi. Membran menjadi lebih terpolarisasi; bagian dalam membran
menjadi lebih negatif dibanding pada potensial istirahat, dengan nilai potensial
menjauhi 0 mV (misalnya, perubahan dari -70 menjadi -80 mV); lebih banyak
muatan yang dipisahkan ketimbang saat potensial istirahat.
B. Pengertian Paralitik
Paralitik juga dikenal dengan nama lain yaitu agen penghambat neuromuskuler
(neuromuscular blocking agent), obat ini digunakan untuk mencegah kontraksi otot.
Neuromuskuler akan memblokir obat atau agen yang disebut antagonis kompetitif dan
mereka akan mengikat asetilkolin reseptor tetapi tidak mengaktifkannya. Dengan
mengambil situs reseptor ini akan mencegah neurotransmiter asetilkolin mengaktifkan
situs reseptor itu dan akan menghasilkann ketidakmampuan otot untuk berkontraksi.
Obat paralitik ini hanya digunakan ketika semua cara lain untuk mengelola pasien
sudah dilakukan, namun tidak ditemukan hasil yang baik
1. Depolarisasi dan obat-obatan yang akan mengikat reseptor asetilkolin yang awalnya
aktif menjadi menjadi terikat dan mencegah aktivasi
Obat yang digunakan disebut succinylcholin atau sering disebut sux bekerja
short acting permulaan sekitar 60 detik dan kemudian menjadi 4-5 menit kita akan
menemukan pasien bernafas kembali seteah sekitar 10-12 menit ini sebenarnya obat
untuk intubasi karena seranganya sangat cepat dalam waktu yang relatif
singkat.Obat ini adalah agen depolarisasi ada beberapa efek samping yang
menyertainya berpotensi menimbulkan efek yang mengancam jiwa terutam pada
pasien tertentu.
Hal yang harus diperhatikan adalah akan adanya peningktan kalium serum
pada pasien dan akan menjadi hasil dari kontraksi otot sistemik dari aktivitasi
awalnya menukar natrium diluar sel dan kalium di dalam sel dan otot sistemik.
Kontraksi akhirnya menyebabkan banyak kalium yang meninggalkan sel dan
apabila dibiarkan akan terjadinya kebocoran ke pembuluh darah. Berpotensi
menjadi masalah pada pasien yang mengalami luka bakar. Cedera tulang belakang
dan truma dengan skla berat dan akan mengakibatkan hiperkalamia alasannya akan
meningkatkan regulasi reseptor asetilkolin dan ini reseptor juga akan diaktifkan
dengan menyedot kolin. Dapat juga menyebabkan aritmia
2. Nondepolarisasi mereka akan mengikat lagi ke reseptor asetilkolin tetapi
sebenernya tidak dan mereka terus mencegah aktivitasi oleh asetilkolin tubuh kita
sendiri. Membahas mengenai nondepolarisasi akan membahas mengenai dua agen
yaitu amino dan steroid yang lainnya disebut benzylisoquinoline ium
(benzos).Yang pertama dibahas adalah:
a. Rocuronium (zem) memiliki onset sekitar 1-3 menit tetapi memiliki durasi
yang sangat lama 30 menit tergantung dosis hingga 90 menit karena onsetnya
yang cukup cepat biasanya menjadi dorongan IV dan dosis biasanya 0.6-0,9
miligram per kilogram per jam
b. Amino steroid (vecuronium) memiliki permulaan sedang 3-4 menit dengan
durasi sekitar 35-45 menit menjadi dorongan IV ( 1 miligram per kilogram)
atau sebagai infus terus menerus dan dosis bolus (0.05-0,1 miligram per
kilogram per jam)
c. Benzos yang dibahas adalah atracurium obat ini memiliki media timbul lagi
sekitar 3-4 menit memiliki durasi sekitar 35-45 menit pilihan obat terbaik
untuk pasien yang menderita penyakit hati atau ginjal. Satu hal penting tentang
obat ini adalah dapat menyebabkan pelepasan histamin, terkadang takikardia
dan kemerahan tetapi bukan karena reaksi anafilaksis dsb
d. Kista atracurium (NIM X) menit pilihan obat terbaik untuk pasien yang
menderita penyakit hati atau ginjal karena itu akan terjadi lagi dimetabolisme
dalam plasma sehingga suhu dan ph akan berperan dalam metabolisme karena
pelepasan histamin sangan tinggi dan berfungsi sebagai pengganti yang bagus.
Paling umum yang digunakan infus terus menerus memiliki awitan yang lama
dari 5-7 menit memiliki durasi sekitar 35-45 menit kami dapat memberikan ini
sebagai a bolu dosisinya 0,15 miligram dan untuk dosis infus continue biasanya
0,15-2,2 miligram per kilogram per jam.
e. Pancuronium (pavulon) sekarang obat ini adalah steroid imino yang memiliki
serangan sedang dari 2-4 menit tapi durasinya lumayan lama sekitar 60-120
menit mempunyai efek vago titik yang dapat mengangu stimulasi vagal dan
dapat menyebabkan takikardia. Memberikan ini sebagai a bolu dosisinya
berkisar dari titik nol 4-0,1 miligram per kilogram dan untuk dosis infus
continueberkisar 0,6 sampai 0,1 miligram per kilogramper jam.
Dapat disimpulkan dari vidio paralitik part 2 ini adalah ketika terjadi
penyumbtan neomuskular banyak obat yang dapat digunakan dengan cara kerja yang
berbeda pula seperti obat atracurium, pancuronium dsb.
F. Pembalikan Blockade saraf- otak
1. Pembalikan pelemes otot despolarisasi
Pelermasan otot depolarisasi tidak dimetabolismme oleh
asetikolinesterase melainkan akan tifusi dari tautan neuromuscular dan
dihidrolisis dalam plasma dan hati oleh enzim yang lain yaitu
pseudokolinesterase. Proses ini sangat cepat,karena tidak ada agen khusus untuk
membalikkan blockade aden depolarisasi yang tersedia.
2. Pembalikan pelemas otot non-depolarisasi
Pembalikan blockade pelemas otot ini tergantung pada
redistribusi,metabolisme graduall dan ekskresi pelemas otot dari tubuh atau
pemberian agen khusus untuk membalikan pasien, missal inhibitor kolinesterase
yang menghambat aktivitas enzim asetikolinesterase yaitu neostigme melisulfat
(frostigmin),inhibisi ini meningkatkan jumlah asetikolin pada tautan
neuromuscular junction dan dapat bersaing dengan agen nondepolarisasi.
Prostigim merupakan antikolinrsterase yang dapat mencegah hydrogen
dan dapat menimbulkan akumulasi asetikolin.obat ini mengalami metabolisme
terutama oleh kolinesterase serum dan bentuk obat utuh sebagian besar
diekskresi melalui ginjal.prostigim mempunyai efek nikotik,muskarinik dan
merupakan stimulant otot langsung. Efek muskarinik antara lain menyebabkan
bradikardi,hiperperistaltik dan spasme saluran cerna.pembentukan secret jalan
nafas dan kelenjar air liur,bronkospasme,berkeringat,miosis dan kontraksi vesika
urinary.
Cara mengarasi masalah yang timbul dalam pemberian obat ini dengan
pemberian atropine sulfat dosis 0, 5 mg bertahap hingga 5 mg.biasanya
diberikan bersama-sama prostigim dengan dosis 1-1,5 mg.
DAFTAR PUSTAKA