Anda di halaman 1dari 54

CASE ANALYSIS METHOD (CAM)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M 28 THN DENGAN HALUSINASI


diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II
dosen pengampu Siti Ulfah Rifa’atul Fitri, S.Kep., Ners., MNS

disusun Oleh:
Penyaji Kelompok 3
Femi Tri Astuti (302017033)
Reina Febrianty Sukma (302017060)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
Jl. K. H. Ahmad Dahlan No. 6 Bandung Telp. 022-7305269
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Halusinasi”
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar makalah ini dapat di perbaiki
sebagaimana mestinya.
Akhir kata saya berharap semoga makalah mengenai Halusinasi ini berguna
dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I. TINJAUAN TEORI

A. Definisi Halusinasi
Menurut Yosep (2007) Persepsi adalah kesadaran akan suatu rangsangan
yang dimengerti. Jadi persepsi adalah sensasi ditambah dengan pengertian, yang di
dapat dari proses interaksi dan asosiasi macam-macam rangsang yang masuk atau
dengan perkataan lain dapat disebutkan sebagai pengalaman tentang benda-benda
dan kejadian-kejadian yang ada pada saat itu.
Menurut Yosep (2011)., Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori
seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang sering adalah
halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or sound), penglihatan
(Visualseeing persons or things), penciuman (Olfactory-smelling odors),
pengecapan (Gustatory-experiencing tastes)
Menurut Damaiyanti (2008) Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan
jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan dan penghidu. Klien merasakan
stimulus yang betulnya tidak ada.
Menurut Nanda-1 (2012) Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah / pola
stimulus yang datang disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau
distorsi terhadap stimulus tersebut

B. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Yosep (2007: 79), jenis halusinasi di bagi menjadi 8 yaitu :
1) Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau
kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut di tujukan pada penderita
sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan berdebat dengan suara-suara
tersebut. Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, bahkan
mungkin datang dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa menyenangkan,
menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau

1
2

bahkan yang menakutkan dan kadang-kadang mendesak/ memerintah untuk


berbuat sesuatu seperti membunuh dan merusak.
2) Halusinasi penglihatan (visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya
sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut
akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
3) Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan
tidak enak, melambungkan rasa bersalah pada penderita.Bau dilambangkan
sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
4) Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih jarang
dari halusinasi gustatorik.
5) Halusinasi raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat, yang bergerak di
bawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
6) Halusinasi seksual/ halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenia dengan
waham kebesaran terutama mengenai organ-organ.
7) Halusinasi kinestetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota
badannya yang bergerak-gerak, misalnya “phantom phenomenon” atau tungkai
yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia
dalam keadaan toksik tertentu akibat pemakaian obat tertentu.
8) Halusinasi visceral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.

C. Tahapan Halusinasi
Menurut Yosep & Titin (2014) tahapan halusinasi terbagi kepada beberapa
stage sebagai berikut:
1. Stage I : sleep disorder (fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi)
3

Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut


diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit
karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba,
dihianati kekasih, masalah di kampus, PHK di tempat kerja, penyakit, utang, nilai
di kampus, drop out dsb. Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan
support system kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur
berlangsung terus menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien menganggap
lamunan-lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.

2. Stage II : Comforting moderate level of anxiety ( Halusinasi secara umum ia


terima sebagai sesuatu yang alami)
Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanyaperasaan cemas,
kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan pemikiran pada
timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya
dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan
klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
3. Stage III : condemning severe level of anxiety ( secara umum halusinasi sering
mendatangi klien)
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias.
Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga
jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik diri dari
orang lain dengan intensitas waktu yang lama
4. Stage IV : controlling severe level of anxiety ( fungsi sensori menjadi tidak
relevan dengan kenyataan)
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal yang datang.
Klein dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai
fase gangguan psychotic.
5. Stage V : conquering panic level of anxiety ( klien mengalami gangguan dalam
menilai lingkungannya.
Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila klien tidka dapat menuruti ancaman atau
perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama
minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak dapat mendapatkan komunikasi
terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
4

D. Rentang Respons Neurobiologi Halusinasi


Menurut Sutejo Ns (2018) Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi
sensori, sehingga halusinasi merupakan gangguan dari respons neuorobiologi.
Oleh karenanya, secara keseluruhan, rentang respons halusinasi mengikuti kaidah
rentang respons neuorobiologi.
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran
logis, persepsi akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok,
dam terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Sementara itu, respons
maladaptif meliputi adanya waham, halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku
tidak terorganisasi, dan isolasi sosial: menarik diri. Berikut adalah gambaran
rentang respons neorobiologi.

E. Tanda dan Gejala


Menurut Videback (2010), halusinasi dibagi menjadi 6 tipe (dalam Yosep,
2011) yaitu :
Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif
Halusinasi 1. Mendengar suara 1. Mengarahkan telinga
pendengaran menyuruh melakukan pada sumber suara
(Auditory-hearning
voices or sounds) sesuatu yang berbahaya 2. Bicara atau
2. Mendengar suara atau tertawa
bunyi sendiri
3. Marah-marah
tanpa sebab
5

Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif


3. Mendengar suara yang 4. Menutup telinga
mengajak bercakap- 5. Mulut komat kamit
cakap 6. Ada gerakan tangan
4. Mendengar
seseorang yang
sudah meninggal
5. Mendengar suara yang
mengancam diri klien
atau orang lain atau
suara lain yang
membahayakan.

Halusinasi penglihatan 1. Melihat orang yang 1. Tatapan mata


(Visualseeing persons sudah meninggal, pada tempat
or melihat makhluk tertentu
things) tertentu, melihat 2. Menujuk kearah
bayangan, hantu atau tertentu
sesuatu yang 3. Ketakutan pada objek
menakutkan, cahaya yang dilihat.
2. Monster yang
memasuki perawat.

Halusinasi penghidu 1. Mencium sesuatu Ekspresi wajah sepewrti


(Olfactory-smelling seperti bau mayat, mencium bau sesuatu
dengan gerakan cuping
odors) darah, bayi, feses, atau hidung, mengarahkan
bau masakan, parfum hidung pada tempat
tertentu.
yang menyengat
2. Klien sering
mengatakan mencium
bau sesuatu
3. Tipe halusinasi ini
sering menyertai klien
demensia, kejang atau
penyakit
serebrovaskuler.
6

Halusinasi peraba 1. Klien mengatakan ada 1. Mengusap,


(Tactile-feeling bodily sesuatu yang menggaruk-garuk,
sensations) menggerayangi tubuh meraba-raba
seperti tangan, permukaan kulit
binatang kecil, 2. Terlihat
makhluk halus. mengerakgerakan
2. Merasakan sesuatu badan seperti
dipermukaan kulit, merasakan sesuatu
merasakan sangat
panas atau dingin, rabaan
merasakan tersengat
aliran listrik
Halusinasi pengecap 1. Klien seperti sedang 1. Seperti mengecap
(Gustatoryexperiencing merasakan makanan sesuatu
tastes) tertentu, rasa tertentu 2. Gerakan mengunyah
atau mengunyah 3. Meludah atau muntah
sesuatu

Cenesthetic & Klien melaporkan bahwa Klien menatap tubuhnya


fungsi tubuhnya tidak sendiri dan terlihat
Kinestetic
dapat terdeteksi misalnya
hallucinations merasakan sesuatu yang
tidak adanya denyutan di
otak, atau sensasi aneh tentang tubuhnya.
pembentukan urine dalam
tubuhnya, perasaan
tubuhnya melayang di atas
bumi.

F. Faktor Penyebab Halusinasi


Proses terjadinya halusinasi pada klien akan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stres adaptasi Stuart (2013) yang meliputi stresor dari faktor predisposisi
dan presipitasi.
1. Predisposisi:

a. Faktor Perkembangan
7

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan


kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan Iebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi (unwanted
Child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu lat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylcholin dan dopamin.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian Iemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien Iebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini. (Yosep & Titin, 2014).
2. Faktor Presipitasi
Perilaku, Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, danbingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata
dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, (1993) mencoba memecahkan
masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai
makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu:
a. Dimensi Fisik
8

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan


yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi lntelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien.
d. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri
yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. lsi halusinasi dijadikan sistem kontrol
oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam
melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses
interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e. Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk menyucikan diri. lrama sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur Iarut
malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya. la sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki,
9

menyalahkan lingkungan dan orang Iain yang menyebabkan takdirnya memburuk


(Yosep & Titin, 2014).

G. Patomekanisme Halusinasi
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang menderita
halusinasi akan menganggap sumber dari halusinasinya berasal dari lingkungannya
atau stimulus eksternal (Yosep, 2011). Pada fase awal masalah itu menimbulkan
peningkatkan kecemasan yang terus dan sistem pendukung yang kurang akan
menghambat atau membuat persepsi untuk membedakan antara apa yang
dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun.
Meningkatnya pada fase comforting, klien mengalami emosi yang berlanjut
seperti cemas, kesepian, perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol bila
kecemasan dapat diatur. Pada fase ini klien cenderung merasa nyaman dengan
halusinasinya. Pada fase condermning klien mulai menarik diri. Pada fase
controlling klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berhenti. Pada fase
conquering klien lama kelamaan sensorinya terganggu, klien merasa terancam
dengan halusinasinya terutama bila tidak menuruti perintahnya.

sensasi tanpa stimulus membuat pasien


Faktor lingkungan
menganggap sumber dari halusinasinya berasal dari
lingkungannya atau stimulus eksternal

Kelainan transmisisi neurotransmitter peningkatkan kecemasan yang terus dan sistem pendukung
(Trauma dopamin ) di bagian -bagian yang kurang akan menghambat atau membuat persepsi untuk
otak membedakan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan
sendiri menurun .

peningkatan kadar dopamin klien mengalami emosi yang berlanjut seperti cemas ,
pada daerah mesolimbik kesepian , perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol
bila kecemasan dapat diatur .

merasa nyaman dengan


menstimulus neuro dopaminergik
halusinasinya
menuju sistem limbik (Untuk mengatur
perilaku dan emosi ) terganggu

Klien mulai menarik diri . Pada fase controlling


klien dapat merasakan kesepian bila
kelainan transmisi halusinasinya berhenti .
dopamin

klien lama kelamaan sensorinya terganggu , klien


merasa terancam dengan halusinasinya terutama bila
tidak menuruti perintahnya .
Muncul gejala positif

Gangguan persepsi Sensori


10

H. Terapi Modalitas Penatalaksanaan Halusinasi


1. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati & Hartono
(2010) adalah sebagai berikut :
1) Anti Psikotik
a) Jenis : Clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP)
b) Mekanisme kerja : Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak sebagai
penenang, penurun aktifitas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif
untuk mengatasi : delusi, halusinasi, ilusi, dan gangguan proses berfikir.
c) Efek samping :
I. Gejala ekstrapiramidal seperti berjalan menyeret kaki, postur
condong kedepan, banyak keluar air liur, wajah seperti topeng, sakit
kepala, dan kejang
II. Gastrointestinal seperti mulut kering, anoreksia, mual, muntah,
berat badan bertambah.

III. Sering berkemih, retensi urine, hipertensi, anemia, dan dermatitis

2) Anti Ansietas
a) Jenis : Atarax, Diazepam (chlordiazepoxide)
b) Mekanisme kerja : Meredakan ansietas atau ketegangan yang berhubungan
dengan situasi tertentu.
c) Efek samping :
I. Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor, letih,
depresi, sakit kepala, ansietas, insomnia, bicara tidak jelas
II. Anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, kemerahan, dan
gatalgatal.
3) Anti Depresan
a) Jenis : Elavil, asendin, anafranil, norpamin, sinequan, tofranil, ludiomil,
pamelor, vivactil, surmontil.
b) Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang
c) Efek samping :
11

I. Tremor, gerakan tersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing, ansietas,


lemas, dan insomnia
II. Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, kram abdomen,
diare, hepatitis, ikterus
III. Retensi urine, perubahan libido, disfungsi erelsi.

4) Anti Manik
a) Jenis : Lithoid, klonopin, lamictal
b) Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan mengurangi
sensitivitas reseptor dopamin
c) Efek samping : Sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori, suara
tidak jelas, otot lemas, hilang koordinasi.

5) Anti Parkinson
a) Jenis : Levodova, trihexipenidyl (THP)
b) Mekanisme kerja : Meningkatkan reseptor dopamine untuk mengatasi
gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik, menurunkan
ansietas, iritabilitas.
c) Efek samping : Sakit kepala, mual, muntah, dan hipotensi.

2. Terapi Non-Farmakologi
Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu klien agar mampu
mengontrol halusinasi perawat dapat mendiskusikan empat cara mengontrol
halusinasi pada klien. Keempat cara tersebut meliputi: a. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan
halusinasinya. Kalau ini bisa dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri
dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun
dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam
halusinasinya.Tahapan tindakan meliputi:
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi.

2) Memperagakan cara menghardik.

3) Meminta pasien memperagakan ulang.


12

4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.

5) Bercakap-cakap dengan orang lain.

6) Melakukan aktivitas yang terjadwal.

7) Menggunakan obat secara teratur.

b. Melatih Bercakap-cakap dengan Orang Lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-Cakap dengan


oran lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang Iain maka terjadi distraksi;
fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan
denga orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol
halusinasi adalah dengan bercakapcakap dengan orang lain.

c. Melatih klien Beraktivitas Secara Terjadwal


Libatkan klien dalam terapi modalitas, untuk mengurangi risiko halusinasi
muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan membimbing klien membuat
jadwal yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, klien tidak akan
mengalami banyak waktu luang yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu
klien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya
dengan Cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh
hari dalam seminggu. Tahapan intervensinya sebagai berikut:
1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien.
3) Melatih pasien melakukan aktivitas.
4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih. Upayakan klien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur
malam, tujuh hari dalam seminggu.
5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.
d. Melibatkan Keluarga dalam Tindakan
Di antara penyebab kambuh yang paling sering adalah faktor keluarga dan
klien itu sendiri. Keluarga adalah support system terdekat den 24 jam bersamasama
dengan klien. Keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan membuat
klien mandiri dan patuh mengikuti program pengobatan. Salah satu tugas perawat
13

adalah melatih keluarga agar mampu merawat klien gangguan jiwa di rumah.
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, informasi yang
perlu disampaikan kepada keluarga meliputi:
1. Pengertian halusinasi.

2. Jenis halusinasi yang dialami oleh pasien.

3. Tanda dan gejala halusinasi.

4. Proses terjadinya halusinasi.

5. Cara merawat pasien halusinasi.

6. Cara berkomunikasi.

7. Pengaruh pengobatan dan tata cara pemberian obat.


8. Pemberian aktivitas kepada pasien.

9. Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau.

10. Pengaruh stigma masyarakat terhadap kesembuhan klien (Yosep & Titin,
2014).

I. Aspek Legal Etik Pada Kasus


Menurut Pendapat Kelompok :
Prinsip etik Definisi Contoh
Benefience Keinginan untuk Kasus :
melakukan kebaikan Keluarga
dan bisa di mengatakan sangat
deskripsikan sebagai mendukung apapun
suatu bentuk amalan bentuk pengobatan
demi kesembuhan
Ny.M.

Peran perawat :
Perawat membantu
pasien dan keluarga
dengan
membuat
pasien dan keluarga
merasa aman dan
nyaman
selama
pengobatan
berlangsung
14

Autonomy Klien dan keluarga Kasus:


memiliki hak Ny. M
membuat keputusan mengaku
dalam keperawatan tidak perlu mencari
solusi permasalah
yang sedang
di hadapi.

Peran perawat :
Perawat memberikan
penjelesan tindakan
kepada
pasien
sebelum melakukan
tindakan, dan pasien
bisa memilih
tindakan apa yang

dilakukan dalam
perencanaan
keperawatan.
Fidelity Loyalitas/ kesetian kepada Kasus :
klien dan Contoh kasus (klien
tugas perawat pernah meminta
untuk menelpon
keluarganya diakhir
pekan dan perawat
menjanjikan kepada
klien hal tersebut dan
perawat
menepatinya.
15

Justice Perawatan yanguntuk


adil Kasus :
dan setara semuanya Ny. M (usia 28 tahun,
sudah menikah) di
bawa ke RSUD poli jiwa
oleh suami dan keluarga
untuk melakukan
pemeriksaan rutin, selain
itu 1 minggu sebelum
masuk
RSUD

Peran Perawat :
Memberikan
pelayanan dan fasilitas
yang sesuai dengan kelas
perawatan yang diminta
oleh pasien.

Veracity Jujur pada saat berhadapan Kasus :


dengan Ny. M mengatakan
pasien sedih dan cemas
karena teringat
anaknya di rumah dan
ingin segera
pulang ke rumah.

Peran Perawat :
16

Menjawab
pertanyaab pasien
sesuai dengan fakta
Confidelity Data yang dimiliki pasien Kasus :
hanya diketahui 1. Ny.M tampak
oleh perawat dan sering berbicara
petugas kesehatan terkait sendiri dan tidak
jelas pada setiap
waktu dengan
durasi sekitar 15
menit.
2. Satu minggu
sebelum masuk
RSUD, Ny. M
tampak sering
melamun sembari
berbicara sendiri
dengan mulut
komat kamit
3. Ny.M mudah
teralihkan
4. Ny. M Nampak
selalu mondar
mandir tidak jelas
di dalam ruangan
dan kadang
tampak mulutnya
berkomat kamit
sendiri
5. Sejak 2 tahun yang
lalu, Ny.M
terdiagnosa
Skizofrenia.
6. kontak mata
mudah beralih
7. tampak sedikit
cemas
8. cara berbicara
cepat dan
kadang
melambat, ketika
berbicara
9. Ny.M tampak
kooperatif
17

namun berubah
menjadi kurang
kooperatif.
10. Ketika diajak
berdiskusi Ny.M
bertele-tele untuk
menyampaikan
pendapatnya.

Peran Perawat :
Memberitahukan data
pasien kepada pasien,
keluarga dan perawat
yang lain serta
teaga kesehatan
medis
yang lain

J. Efek Samping Obat


Nama Obat Indikasi Efek Samping

Haloperidol 3x15  Mengatasi gejala  Disfungsi


psikosis pada ereksi.
mg
gangguan mental,  Gangguan
seperti skizofenia. siklus
 Mengatasi gejala menstruasi.
sindrom Tourette.  Keinginan
 Mengatasi untuk terus
gangguan perilaku, bergerak
seperti gelisah atau (akathisia).
perilaku agresif.  Gangguan pada
gerakan otot
(distonia).
 Gerakan tidak
terkendali pada
lidah, wajah,
dan bibir.
 Berat badan
bertambah.
 Otot kaku.
 Gejala
seperti penyakit
Parkinson.
 Sakit kepala.
18

 Sulit tidur.
 Lemas.

Chlorpromaz 1x½  Mengatasi gejala  Gejala


psikosis extrapiramidal,
in 100m
 Menangani mual, seperti tremor d
g muntah, dan an bicara pelo.
cegukan  Efek
antikolinergik,
seperti mulut
kering dan
penglihatan
kabur.
 Hilang nafsu
makan.
 Cemas.
 Depresi.
 Gangguan
menstruasi.
 Disfungsi
ereksi.
 Kejang.
 Tubuh mudah
lelah.
 Berat badan
naik.
 Sulit tidur.
 Sakit kepala.
 Pusing.
 Pembengkakan
otak.
 Hipotensi
ortostatik.
 Jantung
berdebar.
 Dispepsia.

Trihexilfenid 3x1 Trihexyphenidyl adalah  Kering pada mulut


il
obat untuk mengobati  Bola mata
gejala penyakit Parkinson membesar atau
atau gerakan lainnya yang pandangan kabur
tidak bisa dikendalikan,  Lelah atau pusing
yang disebabkan oleh efek  Sulit buang air kecil
samping dari obat psikiatri atau sembelit
tertentu (antipsikotik  Gugup atau cemas
19

seperti  Gangguan pada


chlorpromazine/haloperido perut
l). Obat ini membantu  Keringat berkurang
menurunkan rasa kaku
pada otot, keringat
berlebih, dan produksi
saliva, serta membantu
meningkatkan kemampuan
berjalan pada penderita
Parkinson.

Trihexyphenidyl termasuk
dalam kelas obat
antiklonergik yang bekerja
dengan menghalangi zat
alami tertentu
(acetylcholine). Obat ini
tidak dapat membantu
masalah pergerakan di luar
kontrol yang disebabkan
oleh tardive dyskinesia,
dan malah dapat
memperburuk kondisi ini.
BAB II. PEMBAHASAN KASUS
A. Kasus
Ny. M (usia 28 tahun, sudah menikah) di bawa ke RSUD poli jiwa
oleh suami dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan rutin, selain itu 1
minggu sebelum masuk RSUD, Ny. M tampak sering melamun sembari
berbicara sendiri dengan mulut komat kamit, sudah 1 bulan, Ny. M menolak
minum obat karena merasa sudah tidak sakit. Sejak 2 tahun yang lalu, Ny.M
terdiagnosa Skizofrenia. Hasil pemeriksaan saat itu dokter memutuskan Ny,M
untuk dilakukan rawat inap di RS pada tgl 13 November 2017 pukul 15.30
WIB.
Kemudian perawat ruangan melakukan pengkajian pada Ny. M pada
tgl 14 November 2017 pukul 08.00. Hasil pengkajian di dapatkan bahwa
Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada setiap waktu
dengan durasi sekitar 15 menit, namun Ny.M masih mampu memenuhi
kebutuhan ADL nya secara mandiri, Ny. M mengaku sering mendengar
bisikan dan mengajaknya berbicara, kontak mata mudah beralih, tampak
sedikit cemas, cara berbicara cepat dan kadang melambat, ketika berbicara
Ny.M tampak kooperatif namun berubah menjadi kurang kooperatif. Ketika
diajak berdiskusi Ny.M bertele-tele untuk menyampaikan pendapatnya, tidak
ada gerakan yang berlebih.
Menurut keluarganya, Ny.M mengalami perubahan pada
perilakukanya setelah Ny.M pulang bekerja sebagai TKW di Taiwan pada
usia 25 tahun karena mendapatkan prilaku kekerasan fisik oleh majikannya.
Dan kejadian semakin parah ketika anak kandungnya meninggal dunia karena
sakit. Selain itu, Ny.M sebelumnya pernah mengalami masalah yang sama (7
tahun yang lalu) setelah kematian ayahnya sebelum Ny.M menikah. Saat itu
Ny.M melakukan pengobatan alternatif ke pak ustad dengan diberikan air doa
hingga saat ini karena tidak ada perubahan akhirnya keluarga mebawanya ke
medis. Ny.M tidak memiliki riwayatmenggunakan NAPZA dan Psikotropika,

20
21

serta tidak mengalami masalah penyakit fisik yg mengganggu kesehatan dan


aktifitasnya.

Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan


jiwa pola asuh yang diterapkan juga tidak bersifat otoriter tidak ada perilaku
kekerasan yang dilakukan juga. Keluarga mengatakan sangat mendukung
apapun bentuk pengobatan demi kesembuhan Ny.M.
Hasil pengkajian fisik, TD: 100/80, n: 78kali/menit, RR: 18 kali/menit
, suhu 37’C. Ny. M tidak mengeluh adanya nyeri. Pengkajian Resiko jatuh
EDMONSON < 90 (rendah). Skring nutrisi Dewasa (MST) tidak ada.
Saat pengkajian konsentrasi Ny.M mudah teralihkan, kemapuan
mengingat baik. Ny. M mengatakan sedih dan cemas karena teringat anaknya
di rumah dan ingin segera pulang ke rumah. Ny. M Nampak selalu mondar
mandir tidak jelas di dalam ruangan dan kadang tampak mulutnya berkomat
kamit sendiri. Proses interaksi dengan lingkungan baik, Ny.M tidak
menunjukan tindakan menarik diri.
Ny. M mengaku tidak perlu mencari solusi permasalah yang sedang di
hadapi. Ny. M juga mengaku sering merasa kesal dan tiba –tiba marah. ketika
pengkajian Ny.M sering menggambarkan kekesalannya dengan menyalahkan
suaminya.
22

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN


JIWA

STIKES AISYIYAH BANDUNG

RUANG RAWAT TANGGAL DIRAWAT :


13/NOV/17

1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. M (L/P ) Tanggal Pengkajian : 14/Nov/17 (08.00)
Umur : 28 Tahun RM No. : 009857345
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Status Marital : Menikah
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Tn.D
Umur : 40 tahun
Hubungan dengan klien : Suami

2. ALASAN MASUK
1. Keluhan Utama :
Saat dikaji Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada setiap
waktu dengan durasi sekitar 15 menit, Ny. M mengaku sering mendengar bisikan
dan mengajaknya berbicara, kontak mata mudah beralih, tampak sedikit cemas,
cara berbicara cepat dan kadang melambat, ketika berbicara Ny.M tampak
kooperatif namun berubah menjadi kurang kooperatif. Ketika diajak berdiskusi
Ny.M bertele-tele untuk menyampaikan pendapatnya, tidak ada gerakan yang
berlebih. Ny.M mudah teralihkan, kemapuan mengingat baik. Ny. M mengatakan
sedih dan cemas karena teringat anaknya di rumah dan ingin segera pulang ke
rumah. Ny. M Nampak selalu mondar mandir tidak jelas di dalam ruangan dan
kadang tampak mulutnya berkomat kamit sendiri. Proses interaksi dengan
23

lingkungan baik, Ny.M tidak menunjukan tindakan menarik diri. Ny.M sering
menggambarkan kekesalannya dengan menyalahkan suaminya.

SMRS :

Satu minggu sebelum masuk RSUD, Ny. M tampak sering melamun sembari
berbicara sendiri dengan mulut komat kamit, sudah 1 bulan, Ny. M menolak
minum obat karena merasa sudah tidak sakit.


a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Tidak Ya

(tahun: - )

b. Pengobatan sebelumnya


Berhasil kurang berhasil tidak

berhasil
Alasannya : sudah 1 bulan, Ny. M menolak minum obat karena merasa
sudah tidak sakit.
3. Faktor predisposis dan presipitasi
a. Predisposisi
Neurobiologis Psikologis Sosial Budaya

Sejak 2 tahun yang lalu, Dan kejadian semakin


Ny.M parah ketika anak
Kandungnya
terdiagnosa
meninggal dunia
Skizofrenia. karena sakit.
Selain itu, Ny.M
sebelumnya pernah
mengalami masalah
yang sama (7 tahun
yang lalu) setelah
kematian ayahnya
sebelum Ny.M
menikah

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah


24

b. Presipitasi
Biologis Psikologis Social Budaya,
(traumatic) Agama

Ny.M tidak memiliki


riwayat menggunakan
NAPZA dan
Psikotropika, serta tidak
mengalami
masalah penyakit fisik
yg mengganggu
kesehatan dan
aktifitasnya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa

 Ada √ Tidak ada


Jika ada (siapa)/ Hub. dengan keluarga : Tidak Terkaji
Gejala : Tidak Terkaji
Riwayat Pengobatan : Tidak Terkaji
Masalah keperawatan : Tidak Terkaji

Genogram (minimal tiga generasi) Klien, orang tua, nenek / kakek : Tidak
Terkaji

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:


a. Kehilangan : kejadian semakin parah ketika anak kandungnya meninggal
dunia karena sakit. Selain itu, Ny.M sebelumnya pernah mengalami
masalah yang sama setelah kematian ayahnya sebelum Ny.M menikah.
b. Kegagalan : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah

6. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Tanda Vital:
TD: 100/80 mmHg
25

Nadi: 78kali/menit,
RR: 18 kali/menit
suhu 37’C.
b. Atopometrik : BB .......... Kg, TB: ....... cm (Tidak Terkaji)
c. Keluhan Fisik ada / tidak : Tidak Ada
d. EDMONSON < 90 (rendah)
e. Skring nutrisi Dewasa (MST) : Tidak Ada Masalah Keperawatan:
Tidak Ada

7. Psikososial
a. Konsep diri
1) Gambaran diri
Tidak terkaji, tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
2) Identitas diri
Ny. M, usia 28 tahun, seorang istri.
3) Peran
Status marital sudah menikah dengan 1 anak yang sudah meninggal dunia.
4) Ideal diri
Ny. M mengaku tidak perlu mencari solusi permasalah yang sedang di
hadapi.
5) Harga diri
Tidak Terkaji , namun harus dikaji pandangan orang lain mengenai klien.
Masalah Keperawatan : Ganguan Ideal Diri

b. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti : Tidak Terkaji
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: Proses interaksi
dengan lingkungan baik, Ny.M tidak menunjukan tindakan menarik diri.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Gangguan

c. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Tidak Terkaji
2) Kegiatan ibadah : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji.


26

8. Pengkajian Status Mental (Berilah tanda √ pada kolom yang sesuai)


a. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian
tidak sesuai

Berpakaian tidak Sesuai


seperti biasanya

Jelaskan: Ny.M masih mampu memenuhi kebutuhan ADL nya secara mandiri

Masalah Keperawatan: Tidak Ada Gangguan

b. Pembicaraan
√ Cepat Gelisah Apatis

Keras Inkoheren tidak mampu


memulai
pembicaraan

√ Lambat Membisu Sesuai

Jelaskan : cara berbicara cepat dan kadang melambat

Masalah Keperawatan :

c. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah

√ Agitasi Apatis Grimasen

Tremor Kompulsif Sesuai

Jelaskan : Ny. M Nampak selalu mondar mandir tidak jelas di dalam


ruangan dan kadang tampak mulutnya berkomat kamit sendiri

Masalah Keperawatan : Halusinasi Auditori

d. Suasana hati:
√ Sedih Ketakutan Putus asa
27

√ Khawatir Gembira Sesuai


berlebihan

Jelaskan : Objeknya yang ditakuti belum jelas

Masalah Keperawatan : Halusinasi Auditori

e. Afek / Sikap
Datar Tumpul Labil Sesuai Tidak
Sesuai

Jelaskan : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

f. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Tidak kooperatif mudah
tersinggung

Kontak mata Defensive Curiga


kurang

Seduktif Berhati-hati Kooperatif

Jelaskan : kontak mata mudah beralih


Masalah Keperawatan : -

g. Persepsi
√ Auditori (suara) Taktil Ilusi
(sentuhan)
Visual Gustatori Sesuai
(penglihatan) (pengecapan)
Olfakori
(penciuman)
Jelaskan : Ny. M mengaku sering mendengar bisikan dan mengajaknya
berbicara. Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada
setiap waktu dengan durasi sekitar 15 menit. Ny. M tampak sering
melamun sembari berbicara sendiri dengan mulut komat kamit.
28

Masalah Keperawatan : Halusinasi Auditori

h. Proses berfikir

Sirkumtansial √ Tangensial Kehilangan Inkoheresn


asosiasi

Flight of idea Blocking Perseverasi Neologisme

Irelevansi Verbigerasi Word salad Sesuai

Jelaskan : Ketika diajak berdiskusi Ny.M bertele-tele untuk menyampaikan


pendapatnya

Masalah keperawatan : Waham

i. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokon
dria

Defersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham: Sesuai

Aga Somat Kebesaran Curiga


ma ik
Nih Siar piker Sisip pikir Kontrol
ilist pikir
ik

Jelaskan : Tidak Terkaji

Masalah keperawatan : Tidak Terkaji

j. Tingkat kesadaran
Mudah beralih tidak mampu
berkonsentrasi

tidak mampu berhitung mampu berkonsentrasi


sederhana

Jelaskan : Tidak Terkaji


29

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

k. Memori
Gangguan daya ingat
Jangka Panjang jangka pendek

saat ini Konfabulasi Sesuai

Jelaskan : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung


√ Mudah beralih  Tidak mampu  Tidak mampu Mampu
konsentrasi berhitung berkonsentrasi
sederhana

Jelaskan : ketika berbicara Ny.M tampak kooperatif


namun berubah menjadi kurang kooperatif Masalah
keperawatan : Halusinasi

m. Kemampuan penilaian
 Gangguan ringan  Gangguan bermakna
 Tidak ada gangguan 
Jelaskan : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

n. Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang √ Menyalahkan hal hal diluar diderita
dirinya
 Memahami sakit yang di deritanya
Jelaskan : Ny.M sering menggambarkan kekesalannya dengan
menyalahkan suaminya.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

9. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan
 Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi
30

b. BAB/BAK
 Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi

c. Mandi
 Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi

d. Berpakaian/Berhias
 Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi

e. Istirahat tidur
 Tidur siang lama: Tidak Terkaji s/d Tidak Terkaji
 Tidur malam lama: Tidak Terkaji s/d Tidak Terkaji
 Kegiatan sebelum dan sesudah tidur
Jelaskan : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

f. Penggunaan obat
 Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi

g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan √ Ya  Tidak lanjut

Perawatan √ Ya  Tidak pendukung

Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi

h. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan √ Ya  Tidak
Makan

Menjaga √ Ya  Tidak kerapihan rumah

Mencuci √ Ya  Tidak pakaian


31

Pengaturan √ Ya  Tidak keuangan

Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi

i. Kegiatan di luar rumah


Belanja √ Ya  Tidak

Transportasi √ Ya  Tidak

Lain lain √ Ya  Tidak

Jelaskan : Halusinasi

Masalah keperawatan : Halusinasi

10. Mekanisme koping

Adaptif Maladaptif
 Berbicara dengan orang lain  Minum alqohol
 Mampu menyelesaikan  Reaksi lambat/berlebihan
masalah

 Tekhnik relaksasi  Bekerja berlebihan


 Aktifitas Konstruktif √ Menghindar
 Olah raga  Mencederai diri
 Lainnya  Lainnya
.............................................. ...........................................
Jelaskan : Ny. M mengaku tidak perlu mencari solusi permasalah yang
sedang di hadapi.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

11. Masalah psikososial dan lingkungan

 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Tidak Terkaji


√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Proses interaksi
dengan lingkungan baik, Ny.M tidak menunjukan tindakan menarik diri.
 Masalah dengan pendidikan, spesifik : Tidak Terkaji
 Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Tidak Terkaji
 Masalah dengan perumahan, spesifik : Tidak Terkaji
 Masalah dengan ekonomi, spesifik : Tidak Terkaji
32

Masalah Keperawatan : Tidak Ada


Masalah

12. Pengetahuan kurang tentang


 Penyakit jiwa  Sistem pendukung
 Faktor presipitasi  Penyakit fisik
 Koping  Obat obatan
 Lainnya:
...............................................
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

13. Aspek medik

Diagnosis Medik : Schizofrenia

Terapi Modalitas (farmako dan Non-farmako) : Tidak Terkaji

14. Daftar masalah keperawatan


a. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
b. Harga Diri Rendah
c. Gangguan Ideal Diri
d. Waham
e. Isolasi Sosial
A. Analisa Data
Data Etiologi Masalah

DS: Faktor lingkungan Gangguan Persepsi


 Ny. M mengaku sering Sensori

mendengar bisikan dan
Kelainan transmisisi
mengajaknya berbicara
neurotransmitter (Trauma
 Ny. M mengaku tidak
perlu mencari solusi dopamin) di bagian-bagian otak
permasalah yang
sedang di hadapi. Ny. M ↓
juga mengaku sering
peningkatan kadar dopamin
merasa kesal dan tiba –
tiba marah. pada daerah mesolimbik


33

 Ny. M mengatakan menstimulus neuro

sedih dan cemas karena teringat dopaminergik menuju sistem


anaknya di rumah dan limbik (Untuk mengatur

ingin segera pulang ke rumah. perilaku dan emosi) terganggu

DO: ↓
 Ny.M tampak sering berbicara
kelainan transmisi dopamin
sendiri dan tidak jelas pada
setiap waktu dengan durasi ↓

sekitar 15 menit. muncul gejala positif


 Satu minggu sebelum masuk ↓
RSUD, Ny. M tampak sering
sensasi tanpa stimulus membuat
melamun sembari
pasien
berbicara sendiri dengan
menganggap sumber dari
mulut komat kamit
halusinasinya berasal dari
 Ny.M mudah
teralihkan lingkungannya atau stimulus
eksternal
 Ny. M Nampak selalu mondar

mandir tidak jelas di dalam
ruangan dan kadang tampak peningkatkan kecemasan yang
mulutnya berkomat kamit terus dan sistem pendukung
sendiri yang kurang akan menghambat

 Sejak 2 tahun yang lalu, Ny.M atau membuat persepsi untuk

terdiagnosa Skizofrenia. membedakan antara apa yang


dipikirkan dengan perasaan
 kontak mata mudah
sendiri menurun.
 beralih

 tampak sedikit cemas
 cara berbicara cepat dan klien mengalami emosi yang
kadang melambat, ketika berlanjut seperti cemas,
berbicara kesepian, perasaan berdosa dan
sensorinya dapat dikontrol bila
 Ny.M tampak
kooperatif namun kecemasan dapat diatur.

merasa nyaman dengan


halusinasinya


34

berubah menjadi kurang klien mulai menarik diri. Pada


kooperatif. fase controlling klien dapat

 Ketika diajak merasakan kesepian bila

berdiskusi Ny.M bertele- halusinasinya berhenti.

tele untuk menyampaikan ↓


pendapatnya.
klien lama kelamaan sensorinya
terganggu, klien merasa
terancam dengan halusinasinya
terutama bila tidak menuruti
perintahnya.

Gangguan Persepsi Sensori

Daftar diagnosa keperawatan


a. Halusinasi Auditori
35

Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Perencanaan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional


Gangguan Pasien Setelah 4 pertemuan SP1 1. untuk
persepsi mampu: pasien mampu : 1. Bantu pasien mengenal mengetahui isi,
Sensori  Mengenali  menyebutkan Isi, waktu, halusinasi: a. Isi waktu, frekuensi,
halusinasi frekuensi, situasi (Apa yang sering didengar situasi pencetus
yang di pencetus, perasaan ?) dari halusinasi
alaminya  memperagakan cara b. Waktu pada
 Mengontrol dalam mengontrol (Kapan bisikkan itu datang klien
halusinasinya halusinasi ?) 2. Menurut Nugroho
c. Frekuensi (2013) dalam jurnal
 Mengikuti Pengaruh menghardik
program (Berapa kali bisikkan itu terhadap penurunan
pengobatan tingkat halusinasi
datang dalam satu hari ?)
secara optimal dengan pada pasien
skizofrenia
36

Diagnosa Perencanaan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional


d. situasi pencetus (Saat semarang
apa halusinasi itu bahwa menghardik
pasien halusinasi
muncul ?) dengar dengan
e. perasaan saat terjadi schizofrenia dapat
menurunkan
halusinasi
halusinasi,
(Bagaimana perasaan saat karena pada saat
halusinasi muncul ?) pasien menutup
telinga maka pasien
2. Latih mengontrol halusinasi akan menjadi lebih
dengan cara: menghardik. fokus dan
berkonsentrasi pada
Tahapan tindakan berupa:
halusinasinya
a. Jelaskan cara menghardik sehingga
memungkinkan
b. peragakan cara menghardik
beberapa zat kimia di
c. minta pasien memperagakan otak seperti
ulang dopamin pada
37

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
d. pantau penerapan cara ini, neurottansmitter tidak
beri penguatan perilaku berlebihan.
pasien
e. masukan dalam jadwal
kegiatan pasien

Setelah 4 pertemuan SP2 1. Untuk mengetahui terapi


pasien mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu yang telah
 Menyebutkan kegiatan (SP1) diberikan sudah
yang sudah dilakukan 2. Tanyakan program dilakukan dan

 Menyebutkan manfaat pengobatan diterapkan dalam


dari program 3. Jelaskan pentingnya kehidupan sehari-hari.
pengobatan
penggunaan obat pada pasien 2. Untuk mengetahui
dengan halusinasi apakah pasien telah

4. Jelaskan akibat bila tidak menerima pengobatan.


rutin melakukan pengobatan 3. Sebelum obat habis
sesuai program sarankan pasien untuk
kontrol.
38

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
5. Jelaskan akibat bila putus 4. Jika tidak rutin
obat melakukan pengobatan
6. Jelaskan cara mendapatkan maka halusinasi akan
obat/ berobat muncul kembali.
7. Jelaskan pengobatan dengan 5. Halusinasi akan muncul
prinsip 5B kembali.
8. Latih pasien minum obat 6. Pengobatan akan

9. Masukan dalam jadwal berjalan sesuai rencana.


kegiatan pasien 7. Dengan mengetahui
prinsip maka
kemandirian klien
tentang pengobatan
dapat ditingkatkan secara
bertahap.
8. Untuk melatih
kemandirian pasien
secara bertahap.
39

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
9. Agar pengobatan dapat
berjalan dengan baik.

Setelah 4 pertemuan SP3 1. Untuk mengetahui terapi


pasien mampu : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu yang telah diberikan
 menyebutkan kegiatan (SP1 dan 2) sudah dilakukan dan
yang sudah dilakukan 2. latih berbicara/ bercakap diterapkan dalam

 memperagakan cara dengan orang lain saat kehidupan sehari-hari.


bercakap-cakap dengan halusinasi muncul 2. Ketika pasien
orang lain
3. masukan dalam jadwal bercakapcakap dengan
kegiatan pasien orang Iain maka terjadi
distraksi; fokus perhatian
pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan
yang dilakukan denga
orang lain tersebut
40

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
3. Agar pengobatan dapat
berjalan dengan baik.

Setelah …. SP4 1. Untuk mengetahui terapi


pertemuan pasien 1. Evaluasi kegiatan yang lalu yang telah diberikan
mampu : (SP1, 2 & 3) sudah dilakukan dan
 Menyebutkan kegiatan 2. Latih kegiatan agar halusinasi diterapkan dalam
yang sudah dilakukan tidak muncul, dengan tahapan: kehidupan sehari-hari.

 Membuat jadwal - jelaskan pentingnya aktivitas 2. untuk mengurangi


kegiatan sehari-hari dan halusinasi datang
teratur untuk mengatasi kembali maka klien
memperagakanya
halusinasi disibukan dengan
membuat jadwal yang
- diskusikan aktivitas yang
teratur.
biasa dilakukan oleh pasien
41

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
- latih pasien melakukan 3. Agar pasien merasa
aktivitas susun jadwal dirinya dihargai oleh
orang lain dan membuat
sehari-hari sesuai dengan kepercayaan diri klien
aktivitas yang telah dilatih meningkat
(mulai bangun pagi –tidur
malam)
3. Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, berikan
reinforcement terhadap
perilaku pasien yang positif

Keluarga Setelah 4 SP1 1. untuk mengetahui


mampu: seberapa jauh keluarga
pertemuan, keluarga 1. Identifikasi masalah
Merawat mampu memehami mengenai
pasien di keluarga dalam merawat
menjelaskan
rumah dan pasien halusanasi
tentang halusinasi
menjadi
2. Jelaskan tentang 2. agar keluarga
system
halusinasi, berupa: mengetahui tentang
halusinasi, cara
42

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
pendukung a. pengertian halusinasi merawat pasien
yang efektif halusinasi (cara
b. jenis halusinasi yang di
untuk pasien
alami pasien berkomunikasi
c. tanda & gejala halusinasi pemberian obat &
d. cara merawat pasien pemberian aktivitas
halusinasi (cara kepada pasien)
berkomunikasi pemberian 3. untuk memudahkan
obat & pemberian aktivitas pasien jika halusinasi
kepada pasien) muncul seperti

3. Sumber-sumber pelayanan membawa klien ke

kesehatan yang bisa dijangkau puskesmas atau rumah

4. Bermain peran cara merawat sakit


terdekat
5. Rencana tindak lanjut keluarga,
jadwal keluarga untuk merawat 4. untuk mengetahui
pasien sejauh mana keluarga
dapat menerapkan
43

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
pengobatan yang
telah diberikan
dirumah sakit dan di
aplikasikan saat
dirumah.
5. Keluarga harus terus
mendukung segala
aktivitas yang pasien
telah kerjakan
seperti mencuci baju
sendiri, mandi

sendiri, menyapu
dan lain-lain.
Berikan pasien
tanggung jawab
dirumah agar
kemandirian dan
44

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
harga diri pasien
meningkat.

Setelah 4 pertemuan SP2 1. Untuk mengetahui terapi


pasien mampu :  Evaluasi kegiatan yang lalu yang telah diberikan
 Menyelesaikan kegiatan (SP1) . sudah dilakukan dan
yang sudah dilakukan  Latih keluarga merawat pasien diterapkan dalam

 memperagkan seperti latihan menghardik kehidupan sehari-hari.


cara merawat halusinasi. 2. Agar aktivitas yang telah
pasien
 RTL keluarga/ jadwal keluarga diterima pasien dapat
untuk merawat pasien dilakukan dirumah
secara mandiri ataupun
bantuan oleh keluarga
3. Keluarga harus terus
mendukung segala
aktivitas yang pasien
telah kerjakan seperti
mencuci baju sendiri,
45

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
mandi sendiri, menyapu
dan lain-lain. Berikan
pasien tanggung jawab
dirumah agar
kemandirian dan harga
diri pasien meningkat.

Setelah …. SP3 1. Untuk mengetahui terapi


pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang lalu yang telah diberikan
mampu : (SP2) sudah dilakukan dan
 Menyebutkan kegiatan  Latih keluarga merawat pasien diterapkan dalam
yang sudah dilakukan  RTL keluarga/ jadwal keluarga kehidupan sehari-hari.
untuk merawat pasien 2. Agar aktivitas yang telah
 memperagkan cara
merawat pasien serta diterima pasien dapat
mampu membuat RTL dilakukan dirumah
secara mandiri ataupun
bantuan oleh keluarga
46

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
3. Keluarga harus terus
mendukung segala
aktivitas yang pasien
telah kerjakan seperti
mencuci baju sendiri,
mandi sendiri, menyapu
dan lain-lain. Berikan
pasien tanggung jawab
dirumah agar
kemandirian dan harga
diri pasien meningkat.

Setelah …. SP4 1. Untuk mengetahui


kemampuan keluarga
pertemuan pasien 1. Evaluasi kemampuan keluarga
untuk memberikan terapi
mampu : 2. Evaluasi kemampuan pasien yang telah diberikan
 Menyebutkan kegiatan 3. RTL keluarga: Follow Up dan sudah dilakukan.
yang sudah dilakukan rujukan
47

Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
 Melaksanakan Follow 2. Untuk mengetahui apakah
Up rujukan selama terapi yang
berikan berpengaruh
terhadap pasien atau
sebaliknya
3. Untuk mengetahui
keluarga mengenai
gangguan halusinasi dan
beritahu keluarga jika
klien mengalami
tandatanda dan gejala
yang sama maka minta
keluarga untuk membawa
klien ke rumah sakit jiwa
atau rumah sakit terdekat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Dimana halusinsi itu
sendiri terbagi menjadi halusinasi pendengaran, penglihatan ,penciuman,
perabaan dan pengecapan dan Ny M merupakan salah satu bukti nyata yang
mengalami halusinasi pendengaran dan dapat disimpulkan bahwa :

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny. M penulis menyimpulkan


bahwa:

1. Hasil pengkajian pada Ny M didapatkan data subjektif klien Ny. M


mengaku sering mendengar bisikan dan mengajaknya berbicara, Ny. M
mengaku tidak perlu mencari solusi permasalah yang sedang di hadapi.
Ny. M juga mengaku sering merasa kesal dan tiba –tiba marah, Ny. M
mengatakan sedih dan cemas karena teringat anaknya di rumah dan ingin
segera pulang ke rumah. Data objektif Ny.M tampak sering berbicara
sendiri dan tidak jelas pada setiap waktu dengan durasi sekitar 15 menit,
Satu minggu sebelum masuk RSUD, Ny. M tampak sering melamun
sembari berbicara sendiri dengan mulut komat kamit, Ny.M mudah
teralihkan, Ny. M Nampak selalu mondar mandir tidak jelas di dalam
ruangan dan kadang tampak mulutnya berkomat kamit sendiri, Sejak 2
tahun yang lalu, Ny.M terdiagnosa Skizofrenia, kontak mata mudah
beralih, tampak sedikit cemas, cara berbicara cepat dan kadang melambat,
ketika berbicara, Ny.M tampak kooperatif namun berubah menjadi kurang
kooperatif. Ketika diajak berdiskusi Ny.M bertele-tele untuk
menyampaikan pendapatnya.
2. Masalah keperawatan yang didapat dari hasil pengkajian adalah
Halusinasi, Harga Diri Rendah, waham, isolasi sosial

48
49

3. Intervensi keperawatan dari masalah Halusinasi pendengaran adalah bina


hubungan saling percaya dengan klien, identifikasi penyebab halusinasi,
identifikasi tanda-tanda halusinasi, identifikasi perilaku yang biasa
dilakukan, identifikasi akibat halusinasi, ajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik, berbincang- bincang dengan orang lain,
membuat jadwal dan melakukan kegiatan yang disukai dan minum obat
secara teratur dengan 5 prinsip benar. Intervensi dari masalah menarik diri
adalah identifikasi penyebab menarik diri, membantu klien menilai
keuntungan berinteraksi dengan orang lain, menilai kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain dan
4. mengajari berkenalan dengan orang lain secara bertahap. Sedangkan
intervensi dari masalah harga diri rendah adalah identifikasi dari aspek
positif yang dimiliki klien, bantu klien menilai kemampuan yg masih
dapat digunakan, bantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan klien, latih pasien kegiatan yang dipilih sesuai
kemampuan.
5. Untuk mengatasi masalah halusinasi pendengaran penulis
mengidentifikasi penyebab halusinasi, tanda-tanda halusinasi,
mengidentifikasi tindakan yang bisa dilakukan, mengidentifikasi akibat
halusinasi, mengajarkan menghardik, berbincang-bincang dengan orang
laen, melakukan kegiatan yang disukai dan minum obat secara teratur.
Untuk masalah menarik diri penulis mengajarkan klien berkenalan dengan
orang lain secara bertahap. Untuk masalah harga diri rendah penulis
mengidentifikasikemampuan dan aspek positif yang dimiliki, membantu
klien kemampuan yang masih bisa dilakukan selama dirumah sakit,
melatih klien aktifitas yang bisa dilakukan dirumah sakit yaitu seperti
menyapu dan menata tempat tidur.
6. Evaluasi yang diperoleh untuk dagnosa yang pertama yaitu halusinasi
pendengaran adalah dengan melihat implementasi yang dilakukan serta
memperhatikan respon objektif dan subjektif yang muncul didapatkan
klien sudah mampu mempraktekan secara menghardik,
berbincangbincang dengan orang lain, melakukan kegiatan yang disukai
dan minum obat secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, K. &. (2013). . Pengaruh menghardik terhadap penurunan tingkat


halusinasi dengar pada pasien skizofrenia di RSJD
DR. Aminogondohutomo Semarang. Karya Ilmiah.
Damaiyanti, M. (2008). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
International, N. (2012). Nursing Diagnosis. Definition & Classifications.
Kusumawati F & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Rawlin, R. a. (1993). Clinical Manual of Psychiatic Nursing. ST. Louis. Mosby
Year Book.
Stuart, G. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed 5. Jakarta: EGC.
Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa, Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan
Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Videbeck, S. (. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa edisi 4. Bandung: PT. Refika Aditama.
Yosep, I. S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance mental healyh
nursing. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai