disusun Oleh:
Penyaji Kelompok 3
Femi Tri Astuti (302017033)
Reina Febrianty Sukma (302017060)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Halusinasi”
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar makalah ini dapat di perbaiki
sebagaimana mestinya.
Akhir kata saya berharap semoga makalah mengenai Halusinasi ini berguna
dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I. TINJAUAN TEORI
A. Definisi Halusinasi
Menurut Yosep (2007) Persepsi adalah kesadaran akan suatu rangsangan
yang dimengerti. Jadi persepsi adalah sensasi ditambah dengan pengertian, yang di
dapat dari proses interaksi dan asosiasi macam-macam rangsang yang masuk atau
dengan perkataan lain dapat disebutkan sebagai pengalaman tentang benda-benda
dan kejadian-kejadian yang ada pada saat itu.
Menurut Yosep (2011)., Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori
seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang sering adalah
halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or sound), penglihatan
(Visualseeing persons or things), penciuman (Olfactory-smelling odors),
pengecapan (Gustatory-experiencing tastes)
Menurut Damaiyanti (2008) Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan
jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan dan penghidu. Klien merasakan
stimulus yang betulnya tidak ada.
Menurut Nanda-1 (2012) Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah / pola
stimulus yang datang disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau
distorsi terhadap stimulus tersebut
B. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Yosep (2007: 79), jenis halusinasi di bagi menjadi 8 yaitu :
1) Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau
kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut di tujukan pada penderita
sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan berdebat dengan suara-suara
tersebut. Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, bahkan
mungkin datang dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa menyenangkan,
menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau
1
2
C. Tahapan Halusinasi
Menurut Yosep & Titin (2014) tahapan halusinasi terbagi kepada beberapa
stage sebagai berikut:
1. Stage I : sleep disorder (fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi)
3
a. Faktor Perkembangan
7
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi lntelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien.
d. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri
yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. lsi halusinasi dijadikan sistem kontrol
oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam
melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses
interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e. Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk menyucikan diri. lrama sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur Iarut
malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya. la sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki,
9
G. Patomekanisme Halusinasi
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang menderita
halusinasi akan menganggap sumber dari halusinasinya berasal dari lingkungannya
atau stimulus eksternal (Yosep, 2011). Pada fase awal masalah itu menimbulkan
peningkatkan kecemasan yang terus dan sistem pendukung yang kurang akan
menghambat atau membuat persepsi untuk membedakan antara apa yang
dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun.
Meningkatnya pada fase comforting, klien mengalami emosi yang berlanjut
seperti cemas, kesepian, perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol bila
kecemasan dapat diatur. Pada fase ini klien cenderung merasa nyaman dengan
halusinasinya. Pada fase condermning klien mulai menarik diri. Pada fase
controlling klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berhenti. Pada fase
conquering klien lama kelamaan sensorinya terganggu, klien merasa terancam
dengan halusinasinya terutama bila tidak menuruti perintahnya.
Kelainan transmisisi neurotransmitter peningkatkan kecemasan yang terus dan sistem pendukung
(Trauma dopamin ) di bagian -bagian yang kurang akan menghambat atau membuat persepsi untuk
otak membedakan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan
sendiri menurun .
peningkatan kadar dopamin klien mengalami emosi yang berlanjut seperti cemas ,
pada daerah mesolimbik kesepian , perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol
bila kecemasan dapat diatur .
2) Anti Ansietas
a) Jenis : Atarax, Diazepam (chlordiazepoxide)
b) Mekanisme kerja : Meredakan ansietas atau ketegangan yang berhubungan
dengan situasi tertentu.
c) Efek samping :
I. Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor, letih,
depresi, sakit kepala, ansietas, insomnia, bicara tidak jelas
II. Anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, kemerahan, dan
gatalgatal.
3) Anti Depresan
a) Jenis : Elavil, asendin, anafranil, norpamin, sinequan, tofranil, ludiomil,
pamelor, vivactil, surmontil.
b) Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang
c) Efek samping :
11
4) Anti Manik
a) Jenis : Lithoid, klonopin, lamictal
b) Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan mengurangi
sensitivitas reseptor dopamin
c) Efek samping : Sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori, suara
tidak jelas, otot lemas, hilang koordinasi.
5) Anti Parkinson
a) Jenis : Levodova, trihexipenidyl (THP)
b) Mekanisme kerja : Meningkatkan reseptor dopamine untuk mengatasi
gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik, menurunkan
ansietas, iritabilitas.
c) Efek samping : Sakit kepala, mual, muntah, dan hipotensi.
2. Terapi Non-Farmakologi
Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu klien agar mampu
mengontrol halusinasi perawat dapat mendiskusikan empat cara mengontrol
halusinasi pada klien. Keempat cara tersebut meliputi: a. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan
halusinasinya. Kalau ini bisa dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri
dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun
dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam
halusinasinya.Tahapan tindakan meliputi:
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi.
adalah melatih keluarga agar mampu merawat klien gangguan jiwa di rumah.
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, informasi yang
perlu disampaikan kepada keluarga meliputi:
1. Pengertian halusinasi.
6. Cara berkomunikasi.
10. Pengaruh stigma masyarakat terhadap kesembuhan klien (Yosep & Titin,
2014).
Peran perawat :
Perawat membantu
pasien dan keluarga
dengan
membuat
pasien dan keluarga
merasa aman dan
nyaman
selama
pengobatan
berlangsung
14
Peran perawat :
Perawat memberikan
penjelesan tindakan
kepada
pasien
sebelum melakukan
tindakan, dan pasien
bisa memilih
tindakan apa yang
dilakukan dalam
perencanaan
keperawatan.
Fidelity Loyalitas/ kesetian kepada Kasus :
klien dan Contoh kasus (klien
tugas perawat pernah meminta
untuk menelpon
keluarganya diakhir
pekan dan perawat
menjanjikan kepada
klien hal tersebut dan
perawat
menepatinya.
15
Peran Perawat :
Memberikan
pelayanan dan fasilitas
yang sesuai dengan kelas
perawatan yang diminta
oleh pasien.
Peran Perawat :
16
Menjawab
pertanyaab pasien
sesuai dengan fakta
Confidelity Data yang dimiliki pasien Kasus :
hanya diketahui 1. Ny.M tampak
oleh perawat dan sering berbicara
petugas kesehatan terkait sendiri dan tidak
jelas pada setiap
waktu dengan
durasi sekitar 15
menit.
2. Satu minggu
sebelum masuk
RSUD, Ny. M
tampak sering
melamun sembari
berbicara sendiri
dengan mulut
komat kamit
3. Ny.M mudah
teralihkan
4. Ny. M Nampak
selalu mondar
mandir tidak jelas
di dalam ruangan
dan kadang
tampak mulutnya
berkomat kamit
sendiri
5. Sejak 2 tahun yang
lalu, Ny.M
terdiagnosa
Skizofrenia.
6. kontak mata
mudah beralih
7. tampak sedikit
cemas
8. cara berbicara
cepat dan
kadang
melambat, ketika
berbicara
9. Ny.M tampak
kooperatif
17
namun berubah
menjadi kurang
kooperatif.
10. Ketika diajak
berdiskusi Ny.M
bertele-tele untuk
menyampaikan
pendapatnya.
Peran Perawat :
Memberitahukan data
pasien kepada pasien,
keluarga dan perawat
yang lain serta
teaga kesehatan
medis
yang lain
Sulit tidur.
Lemas.
Trihexyphenidyl termasuk
dalam kelas obat
antiklonergik yang bekerja
dengan menghalangi zat
alami tertentu
(acetylcholine). Obat ini
tidak dapat membantu
masalah pergerakan di luar
kontrol yang disebabkan
oleh tardive dyskinesia,
dan malah dapat
memperburuk kondisi ini.
BAB II. PEMBAHASAN KASUS
A. Kasus
Ny. M (usia 28 tahun, sudah menikah) di bawa ke RSUD poli jiwa
oleh suami dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan rutin, selain itu 1
minggu sebelum masuk RSUD, Ny. M tampak sering melamun sembari
berbicara sendiri dengan mulut komat kamit, sudah 1 bulan, Ny. M menolak
minum obat karena merasa sudah tidak sakit. Sejak 2 tahun yang lalu, Ny.M
terdiagnosa Skizofrenia. Hasil pemeriksaan saat itu dokter memutuskan Ny,M
untuk dilakukan rawat inap di RS pada tgl 13 November 2017 pukul 15.30
WIB.
Kemudian perawat ruangan melakukan pengkajian pada Ny. M pada
tgl 14 November 2017 pukul 08.00. Hasil pengkajian di dapatkan bahwa
Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada setiap waktu
dengan durasi sekitar 15 menit, namun Ny.M masih mampu memenuhi
kebutuhan ADL nya secara mandiri, Ny. M mengaku sering mendengar
bisikan dan mengajaknya berbicara, kontak mata mudah beralih, tampak
sedikit cemas, cara berbicara cepat dan kadang melambat, ketika berbicara
Ny.M tampak kooperatif namun berubah menjadi kurang kooperatif. Ketika
diajak berdiskusi Ny.M bertele-tele untuk menyampaikan pendapatnya, tidak
ada gerakan yang berlebih.
Menurut keluarganya, Ny.M mengalami perubahan pada
perilakukanya setelah Ny.M pulang bekerja sebagai TKW di Taiwan pada
usia 25 tahun karena mendapatkan prilaku kekerasan fisik oleh majikannya.
Dan kejadian semakin parah ketika anak kandungnya meninggal dunia karena
sakit. Selain itu, Ny.M sebelumnya pernah mengalami masalah yang sama (7
tahun yang lalu) setelah kematian ayahnya sebelum Ny.M menikah. Saat itu
Ny.M melakukan pengobatan alternatif ke pak ustad dengan diberikan air doa
hingga saat ini karena tidak ada perubahan akhirnya keluarga mebawanya ke
medis. Ny.M tidak memiliki riwayatmenggunakan NAPZA dan Psikotropika,
20
21
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. M (L/P ) Tanggal Pengkajian : 14/Nov/17 (08.00)
Umur : 28 Tahun RM No. : 009857345
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Status Marital : Menikah
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Tn.D
Umur : 40 tahun
Hubungan dengan klien : Suami
2. ALASAN MASUK
1. Keluhan Utama :
Saat dikaji Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada setiap
waktu dengan durasi sekitar 15 menit, Ny. M mengaku sering mendengar bisikan
dan mengajaknya berbicara, kontak mata mudah beralih, tampak sedikit cemas,
cara berbicara cepat dan kadang melambat, ketika berbicara Ny.M tampak
kooperatif namun berubah menjadi kurang kooperatif. Ketika diajak berdiskusi
Ny.M bertele-tele untuk menyampaikan pendapatnya, tidak ada gerakan yang
berlebih. Ny.M mudah teralihkan, kemapuan mengingat baik. Ny. M mengatakan
sedih dan cemas karena teringat anaknya di rumah dan ingin segera pulang ke
rumah. Ny. M Nampak selalu mondar mandir tidak jelas di dalam ruangan dan
kadang tampak mulutnya berkomat kamit sendiri. Proses interaksi dengan
23
lingkungan baik, Ny.M tidak menunjukan tindakan menarik diri. Ny.M sering
menggambarkan kekesalannya dengan menyalahkan suaminya.
SMRS :
Satu minggu sebelum masuk RSUD, Ny. M tampak sering melamun sembari
berbicara sendiri dengan mulut komat kamit, sudah 1 bulan, Ny. M menolak
minum obat karena merasa sudah tidak sakit.
√
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Tidak Ya
(tahun: - )
b. Pengobatan sebelumnya
√
Berhasil kurang berhasil tidak
berhasil
Alasannya : sudah 1 bulan, Ny. M menolak minum obat karena merasa
sudah tidak sakit.
3. Faktor predisposis dan presipitasi
a. Predisposisi
Neurobiologis Psikologis Sosial Budaya
b. Presipitasi
Biologis Psikologis Social Budaya,
(traumatic) Agama
Genogram (minimal tiga generasi) Klien, orang tua, nenek / kakek : Tidak
Terkaji
6. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Tanda Vital:
TD: 100/80 mmHg
25
Nadi: 78kali/menit,
RR: 18 kali/menit
suhu 37’C.
b. Atopometrik : BB .......... Kg, TB: ....... cm (Tidak Terkaji)
c. Keluhan Fisik ada / tidak : Tidak Ada
d. EDMONSON < 90 (rendah)
e. Skring nutrisi Dewasa (MST) : Tidak Ada Masalah Keperawatan:
Tidak Ada
7. Psikososial
a. Konsep diri
1) Gambaran diri
Tidak terkaji, tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
2) Identitas diri
Ny. M, usia 28 tahun, seorang istri.
3) Peran
Status marital sudah menikah dengan 1 anak yang sudah meninggal dunia.
4) Ideal diri
Ny. M mengaku tidak perlu mencari solusi permasalah yang sedang di
hadapi.
5) Harga diri
Tidak Terkaji , namun harus dikaji pandangan orang lain mengenai klien.
Masalah Keperawatan : Ganguan Ideal Diri
b. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti : Tidak Terkaji
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: Proses interaksi
dengan lingkungan baik, Ny.M tidak menunjukan tindakan menarik diri.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak Terkaji
c. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Tidak Terkaji
2) Kegiatan ibadah : Tidak Terkaji
Jelaskan: Ny.M masih mampu memenuhi kebutuhan ADL nya secara mandiri
b. Pembicaraan
√ Cepat Gelisah Apatis
Masalah Keperawatan :
c. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah
d. Suasana hati:
√ Sedih Ketakutan Putus asa
27
e. Afek / Sikap
Datar Tumpul Labil Sesuai Tidak
Sesuai
g. Persepsi
√ Auditori (suara) Taktil Ilusi
(sentuhan)
Visual Gustatori Sesuai
(penglihatan) (pengecapan)
Olfakori
(penciuman)
Jelaskan : Ny. M mengaku sering mendengar bisikan dan mengajaknya
berbicara. Ny.M tampak sering berbicara sendiri dan tidak jelas pada
setiap waktu dengan durasi sekitar 15 menit. Ny. M tampak sering
melamun sembari berbicara sendiri dengan mulut komat kamit.
28
h. Proses berfikir
i. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokon
dria
Waham: Sesuai
j. Tingkat kesadaran
Mudah beralih tidak mampu
berkonsentrasi
k. Memori
Gangguan daya ingat
Jangka Panjang jangka pendek
m. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Tidak ada gangguan
Jelaskan : Tidak Terkaji
a. Makan
Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi
30
b. BAB/BAK
Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi
c. Mandi
Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi
d. Berpakaian/Berhias
Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi
e. Istirahat tidur
Tidur siang lama: Tidak Terkaji s/d Tidak Terkaji
Tidur malam lama: Tidak Terkaji s/d Tidak Terkaji
Kegiatan sebelum dan sesudah tidur
Jelaskan : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji
f. Penggunaan obat
Bantuan minimal √ Bantuan Total
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi
g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan √ Ya Tidak lanjut
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi
Jelaskan : Halusinasi
Masalah Keperawatan : Halusinasi
Transportasi √ Ya Tidak
Jelaskan : Halusinasi
Adaptif Maladaptif
Berbicara dengan orang lain Minum alqohol
Mampu menyelesaikan Reaksi lambat/berlebihan
masalah
↓
33
DO: ↓
Ny.M tampak sering berbicara
kelainan transmisi dopamin
sendiri dan tidak jelas pada
setiap waktu dengan durasi ↓
↓
34
Diagnosa Perencanaan
Diagnosa Perencanaan
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
d. pantau penerapan cara ini, neurottansmitter tidak
beri penguatan perilaku berlebihan.
pasien
e. masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
5. Jelaskan akibat bila putus 4. Jika tidak rutin
obat melakukan pengobatan
6. Jelaskan cara mendapatkan maka halusinasi akan
obat/ berobat muncul kembali.
7. Jelaskan pengobatan dengan 5. Halusinasi akan muncul
prinsip 5B kembali.
8. Latih pasien minum obat 6. Pengobatan akan
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
9. Agar pengobatan dapat
berjalan dengan baik.
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
3. Agar pengobatan dapat
berjalan dengan baik.
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
- latih pasien melakukan 3. Agar pasien merasa
aktivitas susun jadwal dirinya dihargai oleh
orang lain dan membuat
sehari-hari sesuai dengan kepercayaan diri klien
aktivitas yang telah dilatih meningkat
(mulai bangun pagi –tidur
malam)
3. Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, berikan
reinforcement terhadap
perilaku pasien yang positif
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
pendukung a. pengertian halusinasi merawat pasien
yang efektif halusinasi (cara
b. jenis halusinasi yang di
untuk pasien
alami pasien berkomunikasi
c. tanda & gejala halusinasi pemberian obat &
d. cara merawat pasien pemberian aktivitas
halusinasi (cara kepada pasien)
berkomunikasi pemberian 3. untuk memudahkan
obat & pemberian aktivitas pasien jika halusinasi
kepada pasien) muncul seperti
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
pengobatan yang
telah diberikan
dirumah sakit dan di
aplikasikan saat
dirumah.
5. Keluarga harus terus
mendukung segala
aktivitas yang pasien
telah kerjakan
seperti mencuci baju
sendiri, mandi
sendiri, menyapu
dan lain-lain.
Berikan pasien
tanggung jawab
dirumah agar
kemandirian dan
44
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
harga diri pasien
meningkat.
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
mandi sendiri, menyapu
dan lain-lain. Berikan
pasien tanggung jawab
dirumah agar
kemandirian dan harga
diri pasien meningkat.
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
3. Keluarga harus terus
mendukung segala
aktivitas yang pasien
telah kerjakan seperti
mencuci baju sendiri,
mandi sendiri, menyapu
dan lain-lain. Berikan
pasien tanggung jawab
dirumah agar
kemandirian dan harga
diri pasien meningkat.
Diagnosa Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Melaksanakan Follow 2. Untuk mengetahui apakah
Up rujukan selama terapi yang
berikan berpengaruh
terhadap pasien atau
sebaliknya
3. Untuk mengetahui
keluarga mengenai
gangguan halusinasi dan
beritahu keluarga jika
klien mengalami
tandatanda dan gejala
yang sama maka minta
keluarga untuk membawa
klien ke rumah sakit jiwa
atau rumah sakit terdekat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Dimana halusinsi itu
sendiri terbagi menjadi halusinasi pendengaran, penglihatan ,penciuman,
perabaan dan pengecapan dan Ny M merupakan salah satu bukti nyata yang
mengalami halusinasi pendengaran dan dapat disimpulkan bahwa :
48
49