DISUSUN OLEH:
YUSMIATI PADAKA
PO5303212200170
KELAS : A
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi " tepat pada
waktunya. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain adalah untuk memenuhi
salah satu dari sekian kewajiban pada mata kuliah “Keperawatan Jiwa "serta merupakan bentuk
tanggung jawab langsung penulis pada tugas yang diberikan. Pada kesempatan ini, penulis juga
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikian pengantar
yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar bawasannya penulis hanyalah seorang
manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca Akhirnya penulis hanya bisa berharap,
bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan
sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, ataupun
seluruhnya. Amiin ya Rabbal ‘alamin. Wassalalam,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULU
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3. PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. . DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan.
Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).Halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar
suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).Halusinasi yang
paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran mencapai lebih kurang 70%, sedangkan
halusinasi penglihatan menduduki peringkat kedua dengan rata-rata 20%. Sementara jenis
halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan, kinesthetic, dan
cenesthetic hanya meliputi 10%,(Muhith, 2015).Menurut Videbeck (2008) dalam Yosep (2009)
tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak berbicara ataupun
tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien menganggap ada
yang berbicara dengannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar gangguan sensori persepsi halusinas
2. . Apa yang dimaksud dengan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi
C. TUJUAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca
indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Ada lima jenis halusinasi
yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan. Halusinasi pendengaran
merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien,kemudian
halusinasi penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan
perabaan.
Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah, selain
itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien
halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernahmmengalami
kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
b.Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau
tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar
masyarakat.
3.Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan
pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
Data Obyektif
10). Muntah
11). Menggaruk-garuk permukaan kulit
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal didalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala gangguan sensori persepsi halusinasi dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut
a. Dari pengamatan saya sejak tadi, bapak/ibu tampakseperti bercakap-cakap sendiri apa
yang sedang bapak/ibu dengar/lihat?
b . Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
Tanda dan gejala halusinasi yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai berikut:
2. Diagnosis Keperawatan
Langkah kedua dalam asuhan keperawatan adalah menetapkan diagnosis keperawatan
yang dirumuskan berdasarkan tAnda dan gejala gangguan sensori persepsi : halusinasi yang
ditemukan.Data hasil observasi dan wawancara dilanjutkan dengan menetapkan diagnosis
keperawatan. Bagan dibawah ini merupakan contoh: Analisa data dan rumusan masalah
6.2 Analisa Data
• Mengarahkan telinga ke
posisi tertentu.
• Menutup telinga
Data Subjektif :
•Mendengar suara-suara atau
kegaduhan
Berdasarkan hasil pengkajian pasien menunjukkan tAnda dan gejala gangguan sensori persepsi :
halusinasi, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah:
Berikut ditampilkan contoh bagan pohon masalah, tentunya Anda diharapkan dapat menntukan
pengelompokkan masalah sehingga dapat ditentukan penyebab, masalah utama dan efek dari
masalah utama. Gambar dibawah ini merupakan contoh pohon masalah untuk gangguan
sensori persepsi halusinasi :
Pohon Masalah
Efek / AkibatRisiko perilaku kekerasan
Masalah utama
Penyebab Isolasi sosial
Gambar 6.1
Gangguan sendiri
Persepsi : Halusinasi
3. Tindakan Keperawatan.
Setelah menetapkan diagnose keperawatan lakukanlah tindakan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi. Tindakan keperawatan harus ditujukan juga
untuk keluarga karena keluarga memegang peranan penting didalam merawat pasien dirumah
setelah pasien pulang dari rumah sakit.. Saat melakukan asuhan keperawatan baik di
Puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum
menemui pasien. Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah,, perawan
menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat menemui
pasien untuk melakukan pengkajian, mengevaluasi dan melatih satu cara lagi untuk mengatasi
masalah yang dialami pasien. Jika pasien telah mendapatkan terapi psikofarmaka (obat), maka
hal pertama yang harus dilatih perawat adalah pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah
perawat selesai melatih pasien, perawat menemui keluarga untuk melatih cara merawat
pasien. Selanjutnya perawat menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap
pasien dan tugas yang perlu keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien melatih kemampuan
mengatasi masalah yang telah diajarkan oleh perawat.
a. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi.
Tujuan: Pasien mampu:
1. Membina hubungan saling percaya
2) Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik
3) Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat
4) Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
5) Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas sehari-hari
Tindakan Keperawatan
1) Membina Hubungan Saling Percaya dengan cara:
(a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien dan
(b) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang perawat sukai,
serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien
(d) Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan
dikerjakan, dan tempat pelaksanaan asuhan keperawatan.
(e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
terapi
(f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
(g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
(b) Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan, respon dan
upaya yang sudah dilakukan pasien untuk menghilangkan atau mengontrol halusinasi.
Secara rinci tahapan melatih pasien mengontrol halusinasi dapat dilakukan sebagai berikut:
(a) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, 6(enam) benar minum obat,
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar, merapihkan
tempat tidur serta mencuci baju.
(b) Berikan contoh cara menghardik, 6(enam) benar minum obat, bercakapcakap dan
melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta
mencuci baju.
(c) Berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara menghardik, 6(enam) benar minum obat,
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar, merapihkan
tempat tidur serta mencuci baju yang dilakukan di hadapan Perawat .
(d) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
(e) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah melakukan tindakan keperawatan
untuk mengontrol halusinasi. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan
latihannya.
4).Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pasien
5).Menilai dan melaporkan keberhasilannnya merawat pasien
IMPLEMENTASI EVALUASI
Pasien
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca indera
tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Ada lima jenis halusinasi yaitu
pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan. Halusinasi pendengaran
merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien,kemudian
halusinasi penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan
perabaan. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang halusinasi Marilah kita belajar
mengenai proses terjadinya halusinasi. Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan
presipitasi,
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
Jiwa-
Komprehensif.pdf&ved=2ahUKEwiL6NfAx9T3AhUOzjgGHbk5BbUQFnoECAoQAQ&us
g=AOvVaw07Zm-XW-yXILhUkOlK-pp2