Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KASUS KORUPSI DI LINGKUNGAN KAMPUS

Nama anggota kelompok I


1. Bernadete Yana Mone
2. Ghiacinta Gloria Bengs
3. Herlin Wanda
4. Marniati Erni Giok
5. Melkianus Bulu
6. Yusmiati Padaka

Kelas : A /II

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


PRODI KEPERAWATAN WAIKABUBAK
TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “ Kasus
Korupsi Di Sekitar Kampus “ tepat waktu.
Kami mengucapkan Terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
PBAK yang telah mempercayai kami dalam menyelesaikan makalah ini dan juga
kepada semua pihak yang sudah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang dapat membangun kami
kedepannya.

Waikabubak, 18 November 2021

TINDAKAN KORUPSI DI LINGKUNGAN KAMPUS

1. Titip presensi dan bolos kuliah perilaku tersebut termasuk dalam tindak korupsi, lho. Hal
ini bisa mengindikasikan bahwa mahasiswa yang malas Biasanya, tujuan perilaku ini untuk
menghindari dosen yang tidak mereka sukai.
2. Menyontek lembar jawaban teman

menyontek saat ujian berlangsung adalah perilaku koruptif, Berbagai alasan biasa dipakai,
seperti kurang persiapan atau materi tidak terduga yang tiba-tiba muncul di lembar ujian.

3.Mengcopy paste Tugas Teman

Plagiarisme merupakan kegiatan mencatut karya orang lain tanpa mencantumkan sumber
tulisan dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas dengan cepat. Kegiatan ini sudah dianggap
lumrah oleh sebagian orang,Jika dibiarkan, hal tersebut akan menjadi kebiasaan yang
koruptif.
4.Menggunakan uang kuliah untuk kepentingan pribadi

Dengan menipu orang tua agar segera membayarkan uang kuliah lebih padahl mau di
gunakan untuk kepentingan lain merupakan tinda korupsi.

KAMPANYE ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN KAMPUS


Korupsi yang telah terjadi secara meluas, sistemik, dan kolutif telah merugikan keuangan
Negara, perekonomian nasional, dan menghambat pembangunan nasional, sehingga dalam
upaya pemberantasan korupsi yang efektif dan efisien diperlukan kerja sama erat antara
seluruh elemen masyarakat.

KPK sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 30 Tahun
2002 dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK sangat
membutuhkan kerja sama dan bantuan institusi lain maupun bantuan dari berbagai pihak.
Sesuai UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi:

"Bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi dapat menyusun jaringan kerja (networking) yang
kuat dan memperlakukan institusi yang telah ada sebagai "counterpartner" yang kondusif
sehingga pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif, khususnya
pada penyelenggara lembaga nasional."

Peran lembaga pendidikan atau dunia universitas sangat strategis dalam upaya percepatan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Sejak berdirinya 11 tahun yang lalu, KPK telah
melakukan kerja sama dalam bentuk Nota Kesepahaman/ Memorandum of Understanding
(MoU) dengan 82 (delapan puluh dua) Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia.
Sebagai salah satu implementasi kerjasama, diantaranya melalui peran aktif 34 Perguruan
Tinggi dalam kegiatan perekaman persidangan tipikor dalam rangka pengawasan dan
mendorong transparansi peradilan di 33 Propinsi di Indonesia. Selain itu, beberapa Fakultas
Hukum di Indonesia telah melakukan kajian terkait tindak pidana korupsi maupun
eksaminasi/bedah kasus terhadap putusan peradilan dan secara mandiri membangun Pusat
Studi yang mengusung isu fokus anti Korupsi.

Selain itu, kerjasama KPK - Perguruan Tinggi dalam bidang pencegahan korupsi antara lain
melalui Pendidikan Anti-korupsi/kurikulum anti-korupsi, penelitian, sosialisasi dan partner
kampanye antikorupsi. Sedangkan dalam bidang Penindakan, kerjasama dengan perguruan
tinggi dalam hal pemberian keterangan ahli di persidangan dan narasumber dalam hal
pelatihan Penyelidik/Penyidik/Penuntut Umum.

Berbagai kegiatan pencegahan korupsi juga secara aktif dilakukan oleh Perguruan Tinggi,
misalnya kampanye, sosialisasi, pendidikan anti korupsi dan kegiatan lainnnya yang terus
menerus menginisiasi, mendorong, meningkatkan gerakan anti Korupsi yang lebih masif.

Perguruan Tinggi sebagai mitra strategis dalam pemberantasan korupsi juga melaksanakan
kegiatan mengkonsolidasikan berbagai pihak yang memiliki kepedulian yang sama untuk
bersama memerangi Korupsi. Pada tahun 2005, Badan Kerjasama (BKS) Fakultas Hukum
Perguruan Tinggi Negeri Se-Indonesia menyelenggarakan Anti-Corruption Summit (ACS) di
Universitas Gajah Mada yang didedikasikan sebagai sarana inisiasi peran kampus dalam
agenda pemberantasan korupsi. Salah satu rekomendasi penting sebagai hasil dari forum ini
adalah mendorong kampus untuk mendirikan pusat kajian yang berfokus pada isu anti
Korupsi dan mengembangkan model-model pendidikan anti korupsi di Perguruan Tinggi

Dalam rentang waktu 2005 hingga sekarang, telah berdiri beberapa pusat Kajian di berbagai
Universitas baik di tingkatan Universitas maupun Fakultas hukum, namun sampai saat ini
belum ada pertemuan lanjutan dari ACS tahun 2005. Pertemuan ini sangat dibutuhkan untuk
mengidentifikasi peran yang sudah dilakukan kampus peserta ACS maupun kampus-kampus
lain di Indonesia, sekaligus menjajaki sinergitas dan peningkatan potensi kerjasama antar
pusat Kajian tersebut. Dengan diadakannya pertemuan tesebut, maka diharapkan terjadinya
konsolidasi upaya pemberantasan Korupsi berbasis kampus.
Berbagai fakta menunjukkan betapa signifikan kontribusi yang diberikan kampus dalam
mengawal amanat reformasi selama ini. Dan dengan sumber daya manusia yang dimiliki,
diyakini kampus tidak hanya mampu merumuskan problem korupsi yang menjadi masalah
bangsa selama ini, namun juga mampu memberikan alternatif solusi guna percepatan
pemberantasan beserta strategi intervensinya.

Dengan bekal besarnya antusiasme peserta ACS 2005, untuk tahun 2016 ini KPK dan Pusat
Kajian Anti Korupsi UGM (PUKAT UGM) berkomitmen untuk melaksanakan konsolidasi
lanjutan dari hasil yang sudah dicapai di tahun 2005 tersebut. Adapun tujuan dari kegiatan ini
yaitu:

Memperkuat peran perguruan tinggi dalam pemberantasan korupsi sekaligus meningkatkan


sinergi antara Perguruan Tinggi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Memperkuat peranan perguruan tinggi dalam menciptakan lingkungan kampus yang bebas
dari korupsi

Berbagi pengalaman inisiasi, pembentukan dan pengembangan pusat Kajian anti Korupsi di
masing-masing perguruan tinggi

Merumuskan rencana kerjasama pencegahan korupsi antar Pusat Kajian anti korupsi lintas
Perguruan Tinggi.
KESIMPULAN

Korupsi merupakan fenomena sosial yang hingga kini masih belum dapat diberantas oleh

manusia secara maksimal. Korupsi tumbuh seiring dengan berkembangnya peradaban


manusia. Tidak hanya di negeri kita tercinta, korupsi juga tumbuh subur di belahan dunia
yang lain, bahkan di Negara yang dikatakan paling maju sekalipun Di mata Internasional,
bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia, citra buruk akibat korupsi
menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan
dengan negara lain dan kehilangan kepercayaan pihak lain.

DAFTAR PUSTAKA
Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing.
Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia .Bandung :
Penerbit Sinar Baru.
Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia . Jakarta : GhaliaIndonesia
SUMBER: http://kumpulanmakalah-cncnets.blogspot.com/2012/02/makalah-
korupsi.html

Anda mungkin juga menyukai