Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah berespons terhadap rangsangan yang tidak nyata. (Budi Anna
Keliat,2011). Halusinasi yaitu gangguan persepsi(proses penyerapan) pada panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar pada pasien dalam keadaan sadar. (Allison
Hibbert,2008) Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012)
Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola dan
jumlah stimulasi yang diprakarsai secara internal atau eksternal disekitar dengan
pengurangan, berlebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus. Dari
beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien yang salah
melalui panca indra terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi di mana pasien mendengar suara,
terutama suara-suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu (Pardede, Keliat, & Wardana, 2013).

B. JENIS, RENTANG RESPON, FASE, KOMPONEN


Jenis-Jenis Halusinasi
- Halusinasi akustik : persepsi suara, biasanya pembicaraan
- Halusinasi visual : persepsi penglihatan ,berupa bayangan orang atau tak
berbentuk ,seperti kilatan cahaya
- Halusinasi gustatorik : persepsi pengecapan (biasanya yang tidak enak)
- Halusinasi olfaktorik : persepsi bau,seperti bau karetter bakar,bau busuk.
- Halusinasi taktil : persepsi rasa disentuh, adanya sesuatu yang merayap.
Fase–Fase Halusinasi
- Conforting : ansietas sedang, hal. Menyenangkan
- Condemnine :ansietas berat, hal. Menjijikan
- Controlling : ansietas berat , pengalaman sensori menjadi berkuasa
- Conquering : panic ,umumnya melebur dalam halusinasinya
Rentang respon Halusinasi
- Rentang Respon neuro biologis
- Respons adatif
- Respons maladatif
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala:
- Bicara, senyum dan tertawa sendiri
- Menarik diri dan menghindar dari orang lain
- Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
- Tidak dapat memusatkan perhatian
- Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),takut
- Ekspresi muka tegang,mudah tersinggung
1. DATA SUBJEKTIF
- Klien mengatakan ia memang sering melihat bayangan putih dan menyuruhnya untuk
jangan nakal tetapi tidak mengalami halusinasi
- Klien mengatakan mengetahui tanda dan gejala halusinasi
- Klien mengatakan memahami cara mengardik
- klien mengatakan dulu pernah diajari cara menghardik
- Mendengar suara-suara atau kegaduhan
- Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
- Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
- Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster
- Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
- Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
- Merasa takut atau senang dengan halusinanya
- Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi
2. DATA OBYEKTIF
- Klien tampak senyum-senyum sendiri ketika diajak berkomuinikasi
- Klien mampu menyebutkan pengertian dan tanda gejala halusinasi
- Klien masih asik dengan dunianya sendiri
- klien mampu menyebutkan cara menghardik
- Bicara atau tertawa sendiri
- Marah-marah tanpa sebab
- Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
- Menutup telinga
- Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
- Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
- Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
- Menutup hidung
- Sering meludah
- Muntah
- Menggaruk-garuk permukaan kulit
3. PENYEBAB
1. PREDISPOSISI
a. Biologis
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Faktor
biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari
neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya
gangguan adalah perilaku maladaptif klien.
b. Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.Menjadi korban, pelaku maupun saksi
dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar
atau overprotektif .Meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian, moralitas,
pengalaman masa lalu,koping dan keterampilan komunikasi secara verbal .
c. Sosial budaya
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi
rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia
perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan
yang rendah serta pernah mengalami kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
2. PRESIPITASI
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya riwayat
kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering
tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat, Faktor presipitasi sebagai
suatu stimulus yang dipersepsikan oleh individu apakah dipersepsikan sebagai suatu
kesempatan, tantangan, ancaman/tuntutan. Stressor presipitasi bisa berupa stimulus
internal maupun eksternal yang mengancam individu
4. POHON MASALAH / PATHWAY

Effect Resiko Tinggi Prilaku Kekerasan

Core problem Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

5. FOKUS PENGKAJIAN
Pada tahap ini ada beberapa yang perlu dieksplorasi baik pada klien yang berkenaan
dengan kasus halusinasi yang meliputi :
- Identitas klien
- Keluhan utama
a. Faktor predisposisi
b. Faktor presipitasi
c. Aspek fisik
d. Aspek psikososial
e. Konsep diri
f. Status mental
g. Mekanisme koping
h. Aspek medik

6. DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA


- Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
- Risiko Perilaku Kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal).
- Gangguan isolasi sosial: menarik diri
- Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah
7. FOKUS INTERVENSI
1. TINDAKAN KEPERAWATAN MANDIRI
a) Membantu klien mengenali halusinasi.
b) Melatih klien mengontrol halusinasi.
2. TINDAKAN KEPERAWATAN KOLABORATIF
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b) Menjelaskan tentang halusinasi: pengertian, tanda dan gejala, penyebab terjadinya
halusinasi, dan akibat jika halusinasi tidak diatasi.
c) Membantu keluarga mengambil keputusan merawat pasien
d) Melatih keluarga cara merawat halusinasi
e) Membimbing keluarga merawat halusinasi
f) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
pasien mengatasi halusinasi
g) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
fasilitas pelayanan kesehatan
h) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
Keperawatan Rencana tindakan pada keluarga (dalam Wijayati, 2019) adalah
- Diskusikan masalah yang dihadap keluarga dalam merawat pasien
- Berikan penjelasan meliputi: pengertian halusinasi, proses terjadinya halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi.
- Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
menghardik, minum obat, bercakap- cakap, melakukan aktivitas.
- Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah terjadinya halusinasi.
- Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan
- Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow up
anggota keluarga dengan halusinasi.
Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa gangguan persepsi
sensori halusinasi meliputi pemberian tindakan keperawatan berupa terapi (Zelika,
2015) yaitu
- Bantu klien mengenal halusinasinya meliputi isi, waktu terjadi halusinasi, isi,
frekuensi, perasaan saat terjadi halusinasi respon klien terhadap halusinasi
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
- Meminum obat secara teratur.
- Melatih bercakap-cakap dengan orang lain,
- Menyusunkegiatan terjadwal dan dengan aktifitas

8. DAFTAR PUSTAKA
1. Evangelou, A., Ignatiou, A., Antoniou, C., Kalanidou, S., Chatzimatthaiou, S.,
Shianiou, G., ... & Pitsouli, C. (2019). Unpredictable effects of the genetic
background of transgenic lines in physiological quantitative traits. G3: Genes,
Genomes, Genetics, 9(11), 3877- 3890.
2. Ng, P. Y., Brigitte Patricia Ribet, A., & Pavlos, N. J. (2019). Membrane
trafficking in osteoclasts and implications for osteoporosis. Biochemical Society
Transactions, 47(2), 639-650. 10.1042/BST20180445
3. Pardede, J. A. (2013). Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Skizofrenia Di Kecamatan Medan Helvetia. Academi Edu.
4. Muhith, A. (2015). Pendidikan keperawatan jiwa: Teori dan aplikasi. Penerbit
Andi
5. Damaiyanti dan Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
6. Keliat B, dkk. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.
7. Keliat, Budu Anna. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC,
Jakarta
8. Keliat, B.A dan Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC.
9. Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI. 10. Husein, A. N., & Arifin, S. Gambaran Distribusi Penderita
Gangguan Jiwa Di Wilayah Banjarmasin Dan Banjarbaru Tahun 2011. Berkala
Kedokteran, 9(2), 199-209. http://dx.doi.org/10.20527/jbk.v9i2.950

Anda mungkin juga menyukai