Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN JIWA II
SCENARIO 2
( Dosen Tutor: Ns. Sasteri Yuliyanti, S.Kep, M.Kep)

Disusun oleh :

Kelompok I

1. Ayudia Arisma (1709MK689)


2. Baiq Subli Nurlaili (1709MK690)
3. Diana Pebrianti (1709MK691)
4. Dian Susilawati (1709MK692)
5. Harniwati (1709MK693)
6. Irma Sri Wahyuni (1709MK695)
7. Lia Asli Lotim Sridaya (1709MK696)
8. Mardiana (1709MK699)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKes) HAMZAR LOMBOK TIMUR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

SCENARIO 2

Klien Tn. H datang dengan keluhan mendengar suara-suara mengancam,


bicara sendiri, marah tanpa sebab, menutup telinga, mulut komat-kamit. Klien
mencoba melawan sensory abnormal yang datang, klien merasa terancam dengan
datangnya suara terutama bila tidak dapat menuruti perintah dari halusinasiny.
Sebelumnya ia sering merasakan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna dan
hilangnya aktivitas ibadah. Menurut pengkajian awal masa lalu klien, ia
merupakan anak yang tidak dikehendaki kelahirannya akibat gagal KB. Perawat
mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi yang di alami oleh
klien.
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

STEP 1 : CLARYFYING UNFAMILIAR TERMS

Klarifikasi istilah yang belum diketahui dalam kasus dan mencari istilah yang
belum diketahui.

1. Komat kamit 6. Kehampaan


2. Sensori 7. Rutinitas
3. Abnormal 8. Halusinasi
4. Frekuensi 9. Mengancam
5. Kehendak

MAKNA KATA

1. Komat kamit
 (KBBI) bibir bergerak-gerak
 (KBBI) gerak-gerak bibir atau mulut tanpa mengeluarkan suara
2. Sensori
 Stimulus atau rangsangan
 Sumber baik dari luar atau dalam yang dibawa dengan organ sensori
(panca indera)
 Berhubungan dengan atau mengenai sensasi
3. Abnormal (KBBI)
 Tidak sesuai dengan keadaan yang biasa
 Mempunyai kelainan atau tidak normal
 Hal yang tidak wajar
4. Frekuensi
 Ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam satuan detik dengan
satuan Hz
 Jumlah getaran gelombang suara per detik
 Jumlah kejadian suatu proses periodic dalam satuan waktu symbol (V)
 Menjelaskan kekerapan dan tindakan yang berulang
5. Kehendak
 Kemauan keinginan dan harapan yang keras
 Keinginan akan memiliki
6. Kehampaan
 Sebuah susana dimana hati manusia kosong dari perasaan bahagia
 Sebuah rasa kekecewaan
7. Rutinitas
 Kegiatan yang selaludilakukansetiaphari
 Aktivitasataukebiasaan yang dilakukansetiaphari
8. Halusinasi
 (KBBI) Pengalaman indera tanpa adanya perangsang pada alat indera
yang bersangkutan
 Munculnya persepsi setelah melihat, mendengar, menyentuh, merasakan,
atau mencium sesuatu yang benar-benar tidak ada.
 (KD) Kesan kejiwaan yang tidak ada rangsangan nyata
9. Mengancam
 Memberikan tanda atau peringatan atau mengenai kemungkinan
malapetaka yang bakal terjadi
 Menyatakan maksud atau niat atau rencana untuk melakukan sesuatu
yang merugikan pihak lain.

STEP 2 : PROBLEM DEFINITION

Mendefiniskan masalah berdasarkan kasus dari berbagai pandangan terhadap


skenario dengan bentuk pertanyaan.

1. Apa yang menyebabkan Tn.H berhalusinasi?


2. Kenapa kehampaan hidup menyebabkan munculnya halusinasi?
3. Bagaimana anak yang tidak di kehendaki kelahirannya akibat gagal kb bias
menyebabkan terjadinya halusinasi?
4. Kenapa perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi dalam kasus
halusinasi pada Tn.H?
5. Bagaimana bentuk sensori abnormal yang datang pada Tn.H?
STEP 3 :BRAINSTORMING

Mendiskusikan masalah yang telah teridentifikasi dalam step 2 dengan jawaban


singkat dari pertanyaan pada step 2 berdasarkan pengetahuan dasar mahasiswa
tanpa referensi.

1. -Dilihat dari konteks karena dia merasakan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna dan hilangnya aktivitas ibadah dan juga dilihat dari pengkajiannya
dia merupakan anak yang tidak di kehendaki akibat gagal KB.
-Karena klien merasa terancam dengan datangnya suara yang tidak benar-
benar ada.
2. Semakin orang merasa kosong sehingga menyebabkan khayalan dan persepsi
sempit.
3. –Karena pola asuh anak yang berbeda sehingga merasa diskriminasi di dalam
keluarga dan dapat menimbulkan kehampaan
-Karena merasa perhatian dan kasih sayang yang kurang dari orang tua
sehingga anak cenderung menutup diri.
4. –Waktu agar bisa di wanti” saat terjadinya halusinsi (kapan px. biasanya
merasa berhalusinasi), dan seberapa parah atau mengancamnya. Sebagai
tindak lanjut intervensi yang akan dilakukan,
5. –Bentuknya yaitu suara-suara mengancam,
STEP 4 : ANALYZING THE PROBLEM

Analisis masalah, review step 2 dan 3 dengan diskusi interaktif membuat peta
konsep yang berisi kesimpulan keseluruhan.

- Kehampaan hidup
- Rutinitas tidak bermakna
- Hilangnya aktivitas ibadah
- Anak yang tidak di ingingkan

Halusinasi

- mendengar suara-suara yang mengancam


- bicara sendiri
- marah tanpa sebab
- -menutup telinga
- -mulut komat kamit
- -merasa terancam

STEP 5: FORMULATING LEARNING ISSUES

Merumuskan learning objective berdasarkan kesepakatan kelompok dengan


persetujuan dosen tutor.

1. Untuk mengetahui definisi halusinasi


2. Untuk mengetahui tanda dan gejala halusinasi
3. Untuk mengetahui proses terjadinya masalah
4. Untuk mengetahui rentang respon halusinasi
5. Untuk mengetahui jenis-jenis halusinasi
6. Untuk mengetahui pohon masalah halusinasi
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan halusinasi (pengkajian, diagnose,
intervensi, evaluasi)
8. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap halusinasi
STEP 6 : (SELF STUDY) BELAJAR MANDIRI

Self study, mahasiswa belajar mandiri dengan mencari sumber berdasarkan tujuan
belajar yang sudah disepakati kelompok

STEP 7 : REPORTING

Hasil Reporting berdasarkan Lerning Objective :

A. Deinisi halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemapuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (fikiran) dan eksternal (dunia luar) klien memberi
persepsi atatu pendapat tentang lingkungan tanpa adanya objek atau
rangsangan yang nyata sebagai contoh klien melihat pada yang tidak ada yg
dilihat. (farida dan yudi 2012)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa
suara, pengliatan, pengecapan, perabaan, dan penciuman.( direja 2011)
Halusinasi adalah perubahan sensori dimana pasien merasakan sensasi
yang tidak ada berupa suara, pengliatan, pengecapan, dan perabaan.
(damayanti 2012)
Halusinasi adalah gangguan persesi sensori suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca
indra.( Menurut yusuf, fitria sari, nihayati 2015)
B. Tanda dan gejala halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran
Data objektif : Bicara atau ketawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga.
Data subjektif : Mendengarkan suara atau kegaduhan, mendengarkan
suara yang mengajak bercakap-cakap, mendengarkan
suara yang menyuruh melakuakn sesuatu yang
berbahaya.
2. Halusinasi Penglihatan
Data objektif : menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada sesuatu
yang tidak jelas.
Data subjektif : melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster. ( Direja 2011)
3. Halusinasi pengecapan
 Meludahkan makanan
 Menolak makan dan minum obat
4. Halusinasi penciuman
 Mengkerutkan hidung seperti menghirup udara yang tidak enak
 Mencium bau tubuh
 Menghirup bau udara ketika berjalan ke arah orang lain.
 Berespon terhadap bau dengan panik
5. Halusinasi perabaan
 Menampar diri sendiri seakan-akan sedang memadamkan api
 Melompat-lompat dilantai seperti menghindari sesuatu yang
menakutkan
6. Halusinasi sinetik
 Memverbalisasi terhadap proses tubuh
 Menolak menyelesaikan tugas yang menggunakan bagian yang
diyakini tidak berfungsi. (Stuart, 2009 dikutip dalam Satrio, 2015)

Menurut yudi hartono 2012 : 109

 Bicara, senyum dan tertawa sendiri


 Mengatakan mendengar suara
 Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
 Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan mistis
 Tidak dapat memusatkan konsentrasi
 Pembicaraan kacau terkadang tidak masuk akal
 Sikap curiga dan bermusuhan
 Menarik diri, menghindar dari orang lain
 Sulit msembuat keputusan
 Ketakutan
 Mudah tersinggung
 Menyalahkan diri sendiri/orang lain
 Tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri
 Muka merah kadang pucat
 Ekspresi wajah tegang
 Tekanan darah meningkat
 Nadi cepat
 Banyak keringat
C. Proses terjadinya masalah
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
 Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku
psikotik.
 Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
 Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada
anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi
otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien.Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. (stuart
dan sudeen 2009)
d. Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol
emosi dan keharmonisan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi dan hilang percaya diri.(Yosep
2010)
2. Faktor presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.(stuart, 2010)
d. Penyalah gunaan obat (jurnal)
Dekstrometorfan (DMP) pada dasarnya termasuk dalam
golongan antitusif (menekan batuk) untuk mengobati batuk kering
yang tidak produktif (tidak menghasilkan dahak). DMP bekerja
pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dengan berikatan pada reseptor
sigma-1 yang ada pada medula dan terlibat dalam pengaturan
refleks batuk. Selain itu, DMP juga bersifat sebagai antagonis
reseptor NDMA (N-Methyl D-Aspartate) yang ada dalam SSP,
sehingga pada dosis tinggi efeknya akan menyerupai Ketamin yang
juga merupakan antagonis NDMA. Antagonis terhadap NDMA
dapat menimbulkan efek euforia dan halusinasi. Itulah sebabnya
obat batuk tersebut berpotensi sering disalahgunakan oleh mereka
yang tidak bertanggung jawab.
Dalam sebuah jurnal yang berjudul “Profil Penyalahgunaan
Obat DEKSTROMETORFAN Pada Masyarakat Di Kecamatan
Tombariri Timur Kabupaten Minahasan” yang diteliti oleh Meriam
Brigitha Roringpandey, Adeanne C. Wullur dan Gayatri
Citraningtyas. Dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan
bahwa : Penyalahgunaan obat dekstrometorfan yang digunakan
oleh masyarakat khususnya di kalangan pemuda yang ada di
kecamatan Tombariri Timur kabupaten Minahasan dapat dilihat
dari hasil penelitian rekaman dan notulensi, sumber obat yang
didapat berasal dari petugas kesehatan setempat, tujuan
penyalahgunaan untuk coba-coba dan menghilangkan stress. Dalam
satu hari obat dekstrometorfan dapat dikonsumsi beberapa puluh
butir dan sering dikombinasikan dengan minuman beralkohol yang
bertujuan untuk mempercepat efek yang diinginkan seperti
meningkatkan kepercayaan diri, merasa senang, tidak memiliki
beban, dan pikiran melayang-layang.
D. Rentang Respon
Menurut yudi hartono 2012 : 107

Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-kadang  Waham


 Persepsi akurat proses pikir  Halusinasi
 Emosi konsisten terganggu (distorsi  Sulit berespons
dengan pikiran  Perilaku
pengalaman  Ilusi disorganisasi
 Perilaku sesuai  Menarik diri  Isolasi sosial
 Hubungan sosial  Reaksi emosi >/<
harmonis  Perilaku tidak biasa

E. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut farida dan yudi 2012
1. Halusinasi Pendengaran / Audiotorik (70%)
Karakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama suara orang.
Biasanya klien mendengarkan suara orang yang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal.
2. Halusinasi Penglihatan / Visual (20%)
Karakteristik ditandai dengan stimulus visual dalam bentuk kilatan
cahaya, gambaran, geometrik, gambar kartun dan panorama yang
komplek. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidung / Alfaktari
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau
menjijikan seperti darah, urin, feses. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang, dan demensia.
4. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit. Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Contohnya rasa tersetrum listrik
yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa darah, urin,
feses.
6. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti rasa aliran
darah vena atau arteri, pencernaan makanan, pembentukkan urin.
7. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan pergerakan sementara berdiri
tanpa bergerak.

F. Pohon Masalah
Menurut yosep 2010

Efec
resiko perilaku kekerasa (diri
sendiri, oranglain, dan lingkungan
verbal )

core
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
problem

Isolasi sosial : menarik diri


Causa

G. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Keluhan utama/ alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik / biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan dan aspek medik (yosep 2010)

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui adalah:


a. Jenis halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira
70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah
halusinasi dengar atau suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10%
halusinasi penghidu, pengecap, perabaan, senestik dan kinestik.
Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan mengevaluasi perilaku
pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami oleh
pasien.
b. Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata
apabila halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa
bentuk bayangan yang dilihat oleh pasien, bila jenis halusinasinya
adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi
penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau
merasakan apa dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
c. Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien.Hal ini dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya.Dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
pencegahan terjadinya halusinasi. Informasi ini penting untuk
mengidentifikasi pencetus
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan
atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan
kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat
juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
2. DIAGNOSA
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perubahan sensori perseptual : halusinasi
b. perubahan sensori perseptuan : halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
3. INTERVENSI
 Pasien
Sumber dari buku NIC edisi 6 : 2016
1) BHSP
2) Monitor dan atur tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan
3) Catat prilaku klien yang menimbulkan halusinasi
4) Dorong klien untuk mengekspresikan prasaannya
5) Hentikan atau kurangi obat yang menyebabkan halusinasi
 Keluarga
Tujuan
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik dirumah
sakit maupun dirumah
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
pasien
Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2) Berikan penkes tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan genjala, proses terjadinya
halusinasi serta ajarkan cara merawat pasien halusinasi
3) Berikan kesempatan pada keluarga cara merawat pasien langsung
didepan pasien
4) Buat perencanaan pulang pasien dan keluarga
4. EVALUASI
Menurut dermawan dan rusdi 2013
1) Tujuan tercapai apabila pasien menunjukan perbaikan atau kemajuan
sesuai dengan keriteria yang telah ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagian apabila tujuan tersebut tidak tercapai secara
maksimal
3) Tujuan tidak tercapai apabila pasien tidak menunjukan kemajuan atau
perubahan sama sekali bahkan timbul masalah baru.

Menurut nurhalimah 2016


 Pasien
1) Pasien mampu mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
2) Pasien mampu menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang
dialami
3) Pasien mampu menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi
4) Pasien mampu menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi yang
pertama menghardik halusinisi, mematuhi program pengobatan,
bercakap dengan orang lain disekitarnya bila tibmbul halusinasi,
menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur sampai tidur lagi
selama 7 hari dan melaksanakan jadwal tersebut secara mandiri.
 Keluarga
1) Keluarga mampu menjelaskan halusinasi yang dialami oleh
pasien
2) Keluarga mampu menjelaskan cara marawat pasien halusinasi
melalui 4 cara mengontrol halusinasi
3) Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi
4) Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah pasien
5) Keluarga mampu menilai dan melaporkan keberhasilannya
merawat pasien.

H. Pandangan Islam Terhadap Halusinasi


QS. An nisa ayat 119
Artinya :“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh
mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka
benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka
(mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya".
Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain
Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata”.

QS. al mu’minun 97-98


Artinya : “Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari
bisikan-bisikan syaitan”. Dan aku berlindung (pula) kepada
Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku".
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti mukhripah, iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Refika


Aditama:Samarinda

Mustofa ali. (2010). Asuhan Keperawatan Psikiatri Berbasis Klinik. Mataram :


Mataram

Nurhalimah, Ns S.Kep, M.Kep. Sp.Kep.J.( 2016). Modul Bahan Ajar Cetak


Keperawatan Jiwa.pusdik SDM Kesehtan : Jakarta Selatan

Roringpandey, C. Wullur, Citraningtyas. (2013). Profil penyalahgunaan obat


dekstrometorfan pada masyarakat di kecamatan Tombariri Timur kabupaten
Minahasa. Pharmacon jurnal ilmiah Farmasi, 2 No.4. 2302-2493

Yusuf Ah, dkk. (2015). Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Salemba Medika : Jakarta
Selatan

Anda mungkin juga menyukai