Disusun Oleh :
Kelompok 2 (Kelas B)
1. Eki Firmansyah (20160105)
2. Gusti Ayu Saraswati (20160106)
3. Heti Nuraini (20160025)
4. Hokpitasari Sumartiani (20160062)
5. I Gusti Ayu Agung Natariani (20160014)
6. I Kadek Adi Putra (20160108)
7. Ika Riyan Anggraini (20160110)
8. Jumratul Islam (20160111)
9. Kevin Richard Pratama (20160070)
10. M. Wawan Izmi (20160019)
11. Marlex Johanes Tuhumury (20160071)
A. Latar Belakang
Perkiraan jumlah penderita gangguan jiwa di dunia adalah sekitar 450
juta jiwa termasuk skizofrenia (WHO, 2017). Secara global, gangguan mental
merupakan kontributor beban penyakit (DALYs) ke 5 di dunia. Selain itu, jika
dilihat dari YLDs (tahun hilang akibat kesakitan atau kecacatan), gangguan
mental merupakan kuntributor terbesar. Di Asia Tenggara prevalensi gangguan
mental yaitu sebesar 4,6%, sedangkan di Indonesia 4,5% (Info Datin, 2018).
Menurut perhitungan beban penyakit pada tahun 2017, beberapa jenis
gangguan jiwa yang diprediksi dialami oleh penduduk di Indonesia
diantaranya adalah gangguan depresi, cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan
perilaku dll. Pada tahun 2017, skizofrenia merupakan gangguan mental
peringkat 3 di Indonesia berdasarkan beban penyakit. Di Indonesia, jumlah
penderita skizofrenia yaitu 6,7% yang mana dari jumlah ini penderita yang
tinggal di pedesaan sebanyak 7,0% daripada perkotaan sebanyak 6,4% (Info
Datin, 2018).
Skizofrenia adalah masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang
paling banyak menimbulkan beban personal dan ekonomi. Skizofrenia diderita
kurang lebih 1% populas dunia. Jika spektrum skizofrenia dimasukkan dalam
perkiraan prevalensi, maka jumlah individu penderita menjadi sekitar 5%.
Kejadian skizofrenia pada pria lebih besar dibandingkan pada wanita. Derajat
keparahan skizofrenia lebih tingi pada negara maju dibandingkan negara yang
sedang berkembang. Skizofrenia adalah gangguan mental umum yang secara
spesifik memengaruhi kognisi dan sering kali menyebabkan masalah perilaku
dan emosional kronis bersama dengan gangguan proses berpikir. Orang dengan
skizofrenia menunjukkan emosi negatif dan positif. (Michal Hrdlicka and Iva
Dudova, 2014).
Skizofrenia paling umum terjadi di masyarakat dan merupakan penyakit
mental psikosis yang parah dan ditandai dengan delusi dan halusinasi yang
merupakan gejala positif dari gangguan ini dan Gejala negatif seperti pengaruh
datar, kemiskinan berbicara, kurangnya motivasi dan penarikan sosial. Ada
gangguan kognitif menjadikannya salah satu penyebab utama kecacatan pada
kelompok usia 15-44 tahun. Skizofrenia saat ini adalah salah satu tantangan
kesehatan masyarakat yang utama. (Michal Hrdlicka and Iva Dudova, 2014).
Brain gym atau senam otak merupakan rangkaian latihan pembelajaran
kognitif yang bagus untuk segala usia. Brain gym membantu meningkatkan
harga diri, meningkatkan kinerja yang berkaitan dengan fungsi kognitif,
memperbaiki gejala negatif, depresi dan amarah pada pasien skizofrenia. Oleh
karena itu, kelompok tertarik untuk menganalisa jurnal terkait keefektivan
brain gym terhadap harga diri, kualitas hidup, dan gejala pada pasien
skizofrenia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan analisa jurnal yang berkaitan dengan
asuhan keperawatan pada jiwa tentang “Effect of Brain Gym Exercise on
Self-Esteem, Quality of Life, and Symptoms among Schizophrenic
Patients”.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menganalisa kesesuaian penulis jurnal dengan
latar belakang pendidikan.
b. Mahasiswa mampu menganalisa tempat, waktu, dan tujuan
penelitian.
c. Mahasiswa mampu menganalisa metode, populasi, sampel, dan
teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, proses
pengambilan data yang digunakan serta hasil penelitian.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan korelasi antara isi jurnal dengan
teori yang ada serta dengan realitas klinis.
e. Mahasiswa mampu menganalisa kekurangan dan kelebihan jurnal
dalam penerapan jurnal di klinik dengan melakukan analisa SWOT.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan implikasi keperawatan dari isi
jurnal.
g. Mahasiswa mampu menentukan manfaat dari jurnal.
BAB II
JURNAL YANG DIAMBIL (ASLI)
BAB III
PEMBAHASAN (ANALISIS)
A. Nama Peneliti
Penelitian dalam jurnal ini dilakukan oleh 2 orang yaitu Kshirabdhi
Tanaya yang merupakan seorang dosen jenjang pendidikan magister dan K.
Jayakrishnan yang merupakan seorang asisten profesor di SUM Nursing
College, Siksha O Anusandhan University, Bhubaneswar, Odhisa, India.
Analisa: Peneliti ini sudah dilakukan oleh orang yang ahli dibidang yang
mewakili institusi pendidikan. Peneliti berlatar belakang pendidikan seorang
perawat kesehatan jiwa dari Siksha O Anusandhan University. Dalam ilmu
kesehatan diharapkan dosen keperawatan melakukan penelitian untuk
pembaharuan dalam ilmu kesehatan sehingga dapat diterapkan dalam merawat
pasien. Selain itu, penulisan nama peneliti pada jurnal ini sudah memenuhi
kriteria penulisan yaitu penulis mencantumkan nama lengkap peneliti tetapi
tidak dengan gelar, namun penulis menjelaskannya dalam bentuk nama
institusi asal penulis. Seperti yang dijelaskan dari referensi dari Emzir (2010)
yang mengatakan bahwa penulisan nama yang baik adalah tanpa menuliskan
gelar dan nama ditulis lengkap. Akan tetapi, dalam jurnal ini peneliti tidak
mencantumkan kontak korespondensi.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat harga diri, kualitas
hidup, dan gejala pada pasien dengan skizofrenia, menilai pengaruh senam otak
terhadap harga diri, kualitas hidup dan gejala pada psien dengan skizofrenia,
serta menilai hubungan antara harga diri, kualitas hidup, dan gejala dengan
variabel demografis yang dipilih pada pasien dengan skizofrenia.
Analisa: Tujuan penelitian dalam jurnal sudah sesuai dengan judul yang
dicantumkan dan sudah sesuai dengan permasalahan yang dipaparkan di latar
belakang yaitu untuk menilai keefektifan terapi. Peneliti juga sudah
menyampaikan tujuan yang lebih spesifik atau dengan kata lain tujuan
khususnya sehingga pada tujuan yang dituliskan apabila dibaca secara
sekilas tanpa membaca isinya, pembaca dapat mengetahui sasaran dari
tujuan penelitian ini dilakukan kepada siapa dan dengan tujuan apa.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah ekperimental dengan desain
penelitian pre-eksperimen one grup pre test-post test design.
Analisa:
Jenis penelitian yang diambil pada penelitian ini sudah sesuai dengan teori
yaitu dengan penelitian eksperimen. Menurut teori definisi penelitian
eksperimen adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan memberikan
intervensi pada responden penelitian kemudian mengukur efek dari
intervensi yang telah diberikan (Dharma, 2011). Desain yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu pre-eksperimen one grup pre test-post test
design, pada penelitian ini tidak menggunakan kelompok pembanding dan
perbedaan yang signifikan secara statistik didapat dari skor pre test dan
skor post test (Dharma, 2011).
Melalui jenis penelitian ini akan didapatkan pengaruh senam otak terhadap
harga diri, kualitas hidup, dan gejala pada pasien skizofrenia. Pada
penelitian ini sudah sesuai dengan pengertian penelitian eksperimen yaitu
bahwa peneliti terlebih dahulu mengukur tingkat harga diri, kualitas hidup,
dan gejala pada responden, kemudian memberikan terapi senam otak
kepada responden, setelah itu peneliti melakukan pengukuran tingkat
harga diri, kualitas hidup, dan gejala kembali. Keefektifan terapi pada
penelitian ini dinilai dari pre test dan post test intervensi dengan
menggunakan Skala Rosenberg untuk menilai harga diri, Skala
WHOOQOL-BREF untuk menilai kualitas hidup & Skala PANSS untuk
menilai gejala pasien skizofrenia.
2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sample, dan Instrumen
Penelitian
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang sedang
dirawat di bangsal psikiatrik di SBC Medical College & Hospital,
Cuttack.
Analisa:
Populasi pada penelitian ini sudah sesuai dengan judul penelitian dan
tujuan penelitian, yaitu pada pasien dengan skizofrenia. Menurut teori
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2016). Jadi, pada populasi penelitian ini sudah sesuai
dengan teori dan sudah memenuhi kriteria tersebut.
I. Implikasi Keperawatan
a. Implikasi Terhadap Pelayanan Keperawatan
Implikasi penelitian ini terhadap pelayanan keperawatan adalah
penelitian ini telah membuktikan bahwa latihan senam otak berpengaruh
positif dalam meningkatkan harga diri, kualitas hidup dan mengurangi
gejala pada penderita skizofrenia. Untuk itu, senam otak bisa dilakukan
secara rutin agar bisa melakukan gerakan-gerakan dalam senam otak
secara mandiri dan berkelanjutan. Pelaksanaan senam otak bisa lebih
menyenangkan kalau dilaksanakan secara berkelompok walaupun tidak
menutup kemungkinan untuk dilaksanakan secara individu.
b. Implikasi Terhadap Keilmuan Keperawatan
Penelitian ini membuktikan bahwa senam otak pada pasien
skizofrenia yang memiliki harga diri yang rendah dan kualitas hidup yang
rendah bisa meningkat setelah diberikan senam otak hingga harga diri
tinggi dan kualitas hidup sedang. Dan gejala juga berkurang, disimpulkan
senam otak efektif dalam meningkatkan harga diri dan kualitas hidup serta
mengurangi gejala.. Hal ini karena gerakan-gerakan dalam senam otak
adalah merelaksasikan. Untuk itu gerakan ini selain melatih kemampuan
gerak, juga mengurangi kecemasan dengan memberikan kenyamanan.
Sesuai dengan teori Comfort, senam otak dapat memberikan kenyamanan
fisik, psikologis sehingga bisa membantu agar cepat sembuh. Selain itu
bisa memberikan peluang bagi ilmu keperawatan untuk semakin
mendalami tentang senam otak dan mengembangkannya dalam
keperawatan anak.
c. Implikasi Terhadap Pendidikan Profesi Keperawatan
Bagi profesi keperawatan karena mahasiswa keperawatan dapat
memperoleh keterampilan senam otak dan dapat mengajarkan pasien atau
anggota keluarga tentang prosedur ini dengan menerapkan dalam praktik
klinis untuk mengurangi gejala dan meningkatkan harga diri.
J. Manfaat Jurnal
1. Bagi Perawat
Bagi profesi keperawatan dapat memperoleh keterampilan dan
pengetahuan tentang terapi senam otak dan dapat di aplikasikan dalam
praktik klinis untuk mengajarkan pada pasien atau keluarga pasien dengan
skizofernia untuk mengurangigejala dan meningkatkan harga diri.
2. Bagi Institusi (RS)
Dapat menjadi pertimbangan untuk memberikan tindakan keperawatan
dengan memberikan terapi senam otak pada pasien mengalami skizofernia.
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan terapi senam otak pada pasien
dengan skizofernia dengan baik dan benar sehingga bermanfaat dan pasien
mendapat hasil yang maksimal.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Skizofrenia adalah gangguan mental umum yang secara spesifik
memengaruhi kognisi dan sering kali menyebabkan masalah perilaku dan
emosional kronis bersama dengan gangguan proses berpikir. Senam Otak
terdiri dari gerakan tubuh yang sangat mudah yang telah dirancang untuk
membujuk dua belahan otak agar bekerja dalam sinkronisasi.
Temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa pasien skizofrenia
memiliki harga diri yang rendah dan kualitas hidup yang rendah yang
meningkat setelah diberikan senam otak hingga harga diri tinggi dan kualitas
hidup sedang. Dan gejala juga berkurang, setelah intervensi. Sehingga
disimpulkan senam otak efektif dalam meningkatkan harga diri dan kualitas
hidup serta mengurangi gejala. Manfaat bagi profesi keperawatan karena
mahasiswa keperawatan dapat memperoleh keterampilan senam otak dan dapat
mengajarkan pasien atau anggota keluarga tentang prosedur ini dengan
menerapkan dalam praktik klinis untuk mengurangi gejala dan meningkatkan
harga diri.
B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan hasil dalam jurnal tersebut dapat diterapkan senam otak
sebagai tindakan untuk mengetahui tingkat harga diri, kualitas hidup &
gejala pada pasien skizofrenia. Karena perawat dapat memperoleh
keterampilan senam otak dan dapat mengajarkan pasien atau anggota
keluarga tentang prosedur ini dengan menerapkan dalam praktik klinis
untuk mengurangi gejala dan meningkatkan harga diri pasien.
2. Bagi Institusi
Diharapkan untuk setiap institusi menerapkan jurnal tersebut guna
untuk meningkatkan harga diri, kualitas hidup dan gejala pada pasien
skizofrenia agar tujuan untuk mengetahui tingkat harga diri, kualitas hidup
& gejala pada pasien skizofrenia
LAMPIRAN SOP BRAIN GYM
NO. TINDAKAN
Tahap Pre Interaksi
1 Kesiapan diri sebelum terapi, observasi catatan perkembangan klien
2 Persiapkan alat seperti kursi, 1 gelas air putih, dan spidol
3 Persiapan pasien seperti menggunakan pakaian yang longgar atau tidak
ketat
Tahap Orientasi
4 Memberikan salam
5 Memperkenalkan diri
6 Membina hubungan saling percaya
7 Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan, lama tindakan, persetujuan,
memberikan kesempatan klien bertanya sebelum melakukan tindakan
Tahap Kerja
8 Duduk di kursi dengan rileks, tegak (tidak bersandar), dan kaki menapak
di lantai dan tidak menggantung.
9 Minum air (Drinking Water)
Meminum air putih 1 gelas (250 cc).
10 Memijat Saklar Otak (Brain
Buttons)
Cara melakukan gerakan ini adalah
letakkan satu tangan di atas pusar,
dengan ibu jari dan jari-jari tangan
lain meraba kedua lekukan di antara
rusuk tepat di bawah tulang
selangka dan kira-kira 2-3 cm kiri
kanan dari tulang dada. Pijat daerah
ini selama 30 detik sampai 1 menit,
sambil melirik mata dari kiri ke
kanan dan sebaliknya.
11 Gerakan Silang (Cross Crawl)
Cara melakukan gerakkan ini adalah
menggerakkan tangan kanan
bersamaan dengan kaki kiri dan
kaki kiri dengan tangan kanan
secara bergantian. Lakukan gerakan
selama 2 – 3 menit.