Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS JURNAL

“Effect of Brain Gym Exercise on Self-Esteem, Quality of Life and Symptoms


among Schizophrenic Patients”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa


Dosen Pengampu : Endang Nurul Syafitri, S.Kep., Ns., MSN

Disusun Oleh :
Kelompok 2 (Kelas B)
1. Eki Firmansyah (20160105)
2. Gusti Ayu Saraswati (20160106)
3. Heti Nuraini (20160025)
4. Hokpitasari Sumartiani (20160062)
5. I Gusti Ayu Agung Natariani (20160014)
6. I Kadek Adi Putra (20160108)
7. Ika Riyan Anggraini (20160110)
8. Jumratul Islam (20160111)
9. Kevin Richard Pratama (20160070)
10. M. Wawan Izmi (20160019)
11. Marlex Johanes Tuhumury (20160071)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkiraan jumlah penderita gangguan jiwa di dunia adalah sekitar 450
juta jiwa termasuk skizofrenia (WHO, 2017). Secara global, gangguan mental
merupakan kontributor beban penyakit (DALYs) ke 5 di dunia. Selain itu, jika
dilihat dari YLDs (tahun hilang akibat kesakitan atau kecacatan), gangguan
mental merupakan kuntributor terbesar. Di Asia Tenggara prevalensi gangguan
mental yaitu sebesar 4,6%, sedangkan di Indonesia 4,5% (Info Datin, 2018).
Menurut perhitungan beban penyakit pada tahun 2017, beberapa jenis
gangguan jiwa yang diprediksi dialami oleh penduduk di Indonesia
diantaranya adalah gangguan depresi, cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan
perilaku dll. Pada tahun 2017, skizofrenia merupakan gangguan mental
peringkat 3 di Indonesia berdasarkan beban penyakit. Di Indonesia, jumlah
penderita skizofrenia yaitu 6,7% yang mana dari jumlah ini penderita yang
tinggal di pedesaan sebanyak 7,0% daripada perkotaan sebanyak 6,4% (Info
Datin, 2018).
Skizofrenia adalah masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang
paling banyak menimbulkan beban personal dan ekonomi. Skizofrenia diderita
kurang lebih 1% populas dunia. Jika spektrum skizofrenia dimasukkan dalam
perkiraan prevalensi, maka jumlah individu penderita menjadi sekitar 5%.
Kejadian skizofrenia pada pria lebih besar dibandingkan pada wanita. Derajat
keparahan skizofrenia lebih tingi pada negara maju dibandingkan negara yang
sedang berkembang. Skizofrenia adalah gangguan mental umum yang secara
spesifik memengaruhi kognisi dan sering kali menyebabkan masalah perilaku
dan emosional kronis bersama dengan gangguan proses berpikir. Orang dengan
skizofrenia menunjukkan emosi negatif dan positif. (Michal Hrdlicka and Iva
Dudova, 2014).
Skizofrenia paling umum terjadi di masyarakat dan merupakan penyakit
mental psikosis yang parah dan ditandai dengan delusi dan halusinasi yang
merupakan gejala positif dari gangguan ini dan Gejala negatif seperti pengaruh
datar, kemiskinan berbicara, kurangnya motivasi dan penarikan sosial. Ada
gangguan kognitif menjadikannya salah satu penyebab utama kecacatan pada
kelompok usia 15-44 tahun. Skizofrenia saat ini adalah salah satu tantangan
kesehatan masyarakat yang utama. (Michal Hrdlicka and Iva Dudova, 2014).
Brain gym atau senam otak merupakan rangkaian latihan pembelajaran
kognitif yang bagus untuk segala usia. Brain gym membantu meningkatkan
harga diri, meningkatkan kinerja yang berkaitan dengan fungsi kognitif,
memperbaiki gejala negatif, depresi dan amarah pada pasien skizofrenia. Oleh
karena itu, kelompok tertarik untuk menganalisa jurnal terkait keefektivan
brain gym terhadap harga diri, kualitas hidup, dan gejala pada pasien
skizofrenia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan analisa jurnal yang berkaitan dengan
asuhan keperawatan pada jiwa tentang “Effect of Brain Gym Exercise on
Self-Esteem, Quality of Life, and Symptoms among Schizophrenic
Patients”.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menganalisa kesesuaian penulis jurnal dengan
latar belakang pendidikan.
b. Mahasiswa mampu menganalisa tempat, waktu, dan tujuan
penelitian.
c. Mahasiswa mampu menganalisa metode, populasi, sampel, dan
teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, proses
pengambilan data yang digunakan serta hasil penelitian.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan korelasi antara isi jurnal dengan
teori yang ada serta dengan realitas klinis.
e. Mahasiswa mampu menganalisa kekurangan dan kelebihan jurnal
dalam penerapan jurnal di klinik dengan melakukan analisa SWOT.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan implikasi keperawatan dari isi
jurnal.
g. Mahasiswa mampu menentukan manfaat dari jurnal.
BAB II
JURNAL YANG DIAMBIL (ASLI)
BAB III
PEMBAHASAN (ANALISIS)

A. Nama Peneliti
Penelitian dalam jurnal ini dilakukan oleh 2 orang yaitu Kshirabdhi
Tanaya yang merupakan seorang dosen jenjang pendidikan magister dan K.
Jayakrishnan yang merupakan seorang asisten profesor di SUM Nursing
College, Siksha O Anusandhan University, Bhubaneswar, Odhisa, India.
Analisa: Peneliti ini sudah dilakukan oleh orang yang ahli dibidang yang
mewakili institusi pendidikan. Peneliti berlatar belakang pendidikan seorang
perawat kesehatan jiwa dari Siksha O Anusandhan University. Dalam ilmu
kesehatan diharapkan dosen keperawatan melakukan penelitian untuk
pembaharuan dalam ilmu kesehatan sehingga dapat diterapkan dalam merawat
pasien. Selain itu, penulisan nama peneliti pada jurnal ini sudah memenuhi
kriteria penulisan yaitu penulis mencantumkan nama lengkap peneliti tetapi
tidak dengan gelar, namun penulis menjelaskannya dalam bentuk nama
institusi asal penulis. Seperti yang dijelaskan dari referensi dari Emzir (2010)
yang mengatakan bahwa penulisan nama yang baik adalah tanpa menuliskan
gelar dan nama ditulis lengkap. Akan tetapi, dalam jurnal ini peneliti tidak
mencantumkan kontak korespondensi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di bangsal psikiatri dari S. C. B. Medical College &
Hospital, Cuttack.
Analisa: Penelitian ini sudah dapat dikategorikan baik dari segi pemilihan
lokasi penelitian, hal ini karena peneliti melakukan penelitian ditempat
yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian. Seperti yang
dijelaskan dalam teori Sugiyono (2016), menyatakan bahwa penentuan
tempat penelitian menjadi tempat objek dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan. Keterangan tempat penelitian dalam jurnal membantu pembaca
mengetahui dimana penelitian dilakukan. Akan tetapi, pada jurnal ini
hanya mencantumkan tempat penelitiannya saja, tidak mencantumkan
waktu penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu dalam memberikan intervensi senam otak dilakukan selama 20
menit dari pukul 09.00 hingga 09.20.
Analisa :
Pada jurnal ini, waktu pengumpulan data tidak dicantumkan. Dalam
penulisan jurnal, waktu penelitian juga penting untuk dicantumkan agar
pembaca mengetahui secara jelas lama penelitian ini dilakukan. Akan
tetapi, penulis mencantumkan waktu dilakukannya terapi yaitu selama 20
menit dari pukul 09.00 hingga pukul 09.20. Mencantumkan waktu lama
hingga jam terapi dilakukan sangat baik untuk hasil yang maksimal dalam
penerapannya di klinik.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat harga diri, kualitas
hidup, dan gejala pada pasien dengan skizofrenia, menilai pengaruh senam otak
terhadap harga diri, kualitas hidup dan gejala pada psien dengan skizofrenia,
serta menilai hubungan antara harga diri, kualitas hidup, dan gejala dengan
variabel demografis yang dipilih pada pasien dengan skizofrenia.
Analisa: Tujuan penelitian dalam jurnal sudah sesuai dengan judul yang
dicantumkan dan sudah sesuai dengan permasalahan yang dipaparkan di latar
belakang yaitu untuk menilai keefektifan terapi. Peneliti juga sudah
menyampaikan tujuan yang lebih spesifik atau dengan kata lain tujuan
khususnya sehingga pada tujuan yang dituliskan apabila dibaca secara
sekilas tanpa membaca isinya, pembaca dapat mengetahui sasaran dari
tujuan penelitian ini dilakukan kepada siapa dan dengan tujuan apa.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah ekperimental dengan desain
penelitian pre-eksperimen one grup pre test-post test design.
Analisa:
Jenis penelitian yang diambil pada penelitian ini sudah sesuai dengan teori
yaitu dengan penelitian eksperimen. Menurut teori definisi penelitian
eksperimen adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan memberikan
intervensi pada responden penelitian kemudian mengukur efek dari
intervensi yang telah diberikan (Dharma, 2011). Desain yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu pre-eksperimen one grup pre test-post test
design, pada penelitian ini tidak menggunakan kelompok pembanding dan
perbedaan yang signifikan secara statistik didapat dari skor pre test dan
skor post test (Dharma, 2011).
Melalui jenis penelitian ini akan didapatkan pengaruh senam otak terhadap
harga diri, kualitas hidup, dan gejala pada pasien skizofrenia. Pada
penelitian ini sudah sesuai dengan pengertian penelitian eksperimen yaitu
bahwa peneliti terlebih dahulu mengukur tingkat harga diri, kualitas hidup,
dan gejala pada responden, kemudian memberikan terapi senam otak
kepada responden, setelah itu peneliti melakukan pengukuran tingkat
harga diri, kualitas hidup, dan gejala kembali. Keefektifan terapi pada
penelitian ini dinilai dari pre test dan post test intervensi dengan
menggunakan Skala Rosenberg untuk menilai harga diri, Skala
WHOOQOL-BREF untuk menilai kualitas hidup & Skala PANSS untuk
menilai gejala pasien skizofrenia.
2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sample, dan Instrumen
Penelitian
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang sedang
dirawat di bangsal psikiatrik di SBC Medical College & Hospital,
Cuttack.
Analisa:
Populasi pada penelitian ini sudah sesuai dengan judul penelitian dan
tujuan penelitian, yaitu pada pasien dengan skizofrenia. Menurut teori
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2016). Jadi, pada populasi penelitian ini sudah sesuai
dengan teori dan sudah memenuhi kriteria tersebut.

b. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


1) Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 responden pasien
skizofrenia yang diambil berdasarkan kriteria inklusi pasien
pskiatri yang didiagnosis sebagai skizofrenia setidaknya selama 6
bulan, penderita skizofrenia yang mampu melakukan gerak tubuh
& kooperatif, pasien skizofrenia yang dapat memahami bahasa
inggris dan hindia, dan pasien yang tidak sedang sakit fisik.
Analisa:
Sampel dalam penelitian ini sudah mencantumkan jumlah
responden. Selain itu, sampel yang di tentukan dalam penelitian
ini sudah sesuai dengan judul dan tujuan penelitian. Sampel
merupakan bagian dari populasi terjangkau dimana peneliti
langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan atau
pengukuran (Dharma, 2011). Pada penelitian ini, peneliti juga
sudah menentukan kriteria insklusi untuk menentukan sampel
penelitian dengan tujuan agar sampel bersifat homogen dan untuk
mengurangi bias data. Akan tetapi, pada jurnal ini tidak
mencantumkan kriteria eksklusi seperti jika pasien tidak mengiuti
intervensi sampai selesai yang mana hal tersebut dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Menurut Dharma (2011), sampel
dalam penelitian eksperimen harus bersifat homogen, sehingga
peneliti harus membuat kriteria inklusi dan eksklusi.
2) Teknik Pengamilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik total sampling enumeration.
Analisa :
Pada jurnal ini sudah mencantumkan teknik pengambilan sampel
saat penelitian. Akan tetapi, peneliti tidak menjelaskan secara
jelas bagaimana proses pengambilan sampel. Total sampling
enumeration sampling adalah jenis teknik purposive sampling
dimana peneliti memilih untuk meneliti seluruh populasi yang
memiliki seperangkat karakteristik tertentu. Dalam pengambilan
sampel, saat menggunakan sampel pencacahan total,
kemungkinan besar unit ini adalah orang (Bellinger, 2015).
c. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah skala harga diri Rosenberg skala ini
digunakan untuk menilai harga diri. Selain itu skala WHOQOL-BREF
digunakan untuk menilai kualitas hidup dan skala PANSS digunakan
untuk menilai gejala di antara peserta skizofrenia. Senam senam otak
diberikan selama 15 hari selama 20 menit. Waktu yang diberikan pada
pasien saat berolah raga adalah pukul 09.00 - 09.20.
Analisa :
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur atau menilai suatu kejadian atau fenomena (Dharma, 2011).
Pada jurnal ini, instrumen pengambilan data sudah dicantumkan.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini sudah sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu untuk mengukur tingkat harga diri, kualitas
hidup, dan gejala pada pasien skizofrenia. Akan tetapi, pada jurnal ini
tidak mencantumkan SOP tindakan senam otak. Walaupun demikian,
SOP senam otak dapat dapat ditemukan dibeberapa buku atau artikel
lain. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hilda (2009);
Guyton & Hall (2007) dalam Herwidaputri (2015) dimana salah satu
instrumen remediasi kognitif yaitu senam otak (brain gym) merupakan
salah satu metode gerak dan latih otak, yang berguna meningkatkan
fungsi kognitif. Metode ini mengaktifkan dua belah otak dan
memadukan fungsi semua bagian otak untuk meningkatkan
kemampuan kognitif. Senam otak (brain gym) berfungsi untuk
merangsang perkembangan seluruh bagian otak secara sinergis.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan senam otak
(brain gym), gerakan-gerakan ringan dengan permainan olah tangan
dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak.
Gerakan yang menghasilkan stimulus itukah yang dapat meningkatkan
kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, presepsi,
memori, pemecahan masalah, dan kreatifitas), Penelitian Caron, dkk.
(2007) dalam Herwidaputri (2015) menyatakan bahwa kualitas hidup
penderita dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan,
intervensi, treatment, atau terapi yang dilakukan. Remediasi kognitif
mampu memperbaiki memori, perhatian, konsentrasi, kemampuan
pemecahan masalah dan aspek pemrosesan informasi lain. Remediasi
kognitif dapat meningkatkan keberhasilan latihan ketrampilan sosial,
kemandirian, dan vokasional, sehingga rehabilitasi akan mampu
memberikan tingkat reintegrasi komunitas yang baik (Lieberman, et
al, 2005 dalam Herwidaputri, 2015) . Remediasi kognitif merupakan
penatalaksanaan nonfarmakologi untuk defisit neurokognitif pada
penderita skizofrenia.
E. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian tentang variable harga diri yang ditemukan dalam
penelitian ini, mayoritas 68,89% sampel ternyata memiliki harga diri yang
rendah, selain itu juga ditemukan hasil penelitian tentang variable kualitas
hidup saat ini menunjukkan bahwa pada pretest 60% memiliki kualitas hidup
fisik sedang, 51,11% memiliki kualitas hidup psikologis rendah, 82,22%
memiliki kualitas hidup sosial rendah dan 66,67% memiliki kualitas
lingkungan hidup rendah. Dan pada hasil penelitian tentang variable gejala
menunjukkan kan bahwa dalam pra tes, mayoritas,64,44% sampel penderita
skizofrenia mengalami gejala sedang, namun pada post test mayoritas 91,11%
sampel mengalami gejala ringan, yang menunjukkan keefektifan senam otak
dalam mengurangi gejala. Dalam analisis, ada perbedaan yang signifikan
secara statistik antara skor pre test & post test harga diri, kualitas hidup &
gejala pada nilai p <0,00001. Asosiasi chi square menunjukkan, tingkat harga
diri signifikan secara statistik dengan riwayat keluarga & kualitas hidup
signifikan secara statistik dengan pendapatan bulanan keluarga pada nilai P
<0,01 dan gejala signifikan secara statistik dengan status pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, lama diagnosis pada nilai p (<0,01), (0,01),
(<0,01), (0,04). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa senam otak
berpengaruh positif dalam meningkatkan harga diri, kualitas hidup dan
mengurangi gejala pada penderita skizofrenia.
Analisa :
Hasil penelitian pada penelitian ini sudah ditampilkan oleh peneliti dengan
jelas dan mudah dimengerti. Penulisan dari hasil penelitian ini sudah
memenuhi kriteria penulisan hasil dalam sebuah penelitian yaitu
mencantumkan data demografi dan presentase sampelnya. Dalam penelitian
ini, peneliti tidak hanya menampilkan sampel dan presentasinya, tetapi peneliti
juga mencantumkan teknik analisa data yang digunakan, hasil pengukuran serta
nilai p-value. Pada penelitian ini peneliti tidak menemukan jenis penelitian
serupa sebelumnya yang langsung pada kategori responden serupa untuk
dibandingkan dengan temuan penelitian saat ini, namun ada penelitian lain
yang memiliki pendapat yang hampir sama terkait pemberian senam otak pada
penderita skizofrenia yang di kemukakan oleh Herwidaputri (2015) yaitu
Analisis statistik menunjukkan bahwa sampel yang diteliti mengalami
peningkatan skor fungsi kognitif yang signifikan setelah diberi perlakuan
(p=0,014) yang dapat disimpulkan terdapat pengaruh senam otak yang
bermakna terhadap peningkatan fungsi kognitif penderita skizorenia.

F. Korelasi antara isi dengan teori


Korelasi antar jurnal dengan teori sudah sesuai. Dalam jurnal ini sudah
dilakukan perbandingan dengan hasil penelitian sebelumnya tentang
skizofernia. Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang ditandai oleh
pikiran yang tidak koheren, perilaku aneh, ucapan aneh, dan halusinasi, seperti
mendengar suara. Skizofrenia dapat diobati. Perawatan dengan obat-obatan dan
dukungan psikososial efektif. Fasilitasi hidup yang dibantu, perumahan yang
didukung dan pekerjaan yang didukung adalah strategi manajemen yang efektif
untuk orang dengan skizofrenia (WHO, 2019).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan selain menggunakan terapi obat
juga bisa menggunakan terapi senam otak (Brain gym). Senam otak (brain
gym) merupakan salah satu metode gerak dan latih otak, yang berguna
meningkatkan fungsi kognitif. Metode ini mengaktifkan dua belah otak dan
memadukan fungsi semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan
kognitif. Senam otak (brain gym) berfungsi untuk merangsang perkembangan
seluruh bagian otak secara sinergis(Hilda, 2009; Guyton & Hall, 2007).
Gerakan – gerakan dalam senam otak (brain gym) digunakan oleh para
murid di Educational Kinesiology Foundation, California, USA (2006), untuk
meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan
otak. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan senam otak
(brain gym), gerakan-gerakan ringan dengan permainan olah tangan dan kaki 5
dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang
menghasilkan stimulus itukah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif
(kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, presepsi, memori, pemecahan masalah,
dan kreatifitas), selain itu kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan spiritual
sebaiknya digiatkan agar dapat memberikan ketenangan (Depkes RI, 2008).
Dalam penelitian (Anindya Herwidaputri, 2013), menyebutkan bahwa
Skizofrenia merupakan gangguan mental berat yang mengakibatkan berbagai
gangguan fungsi pada penderita, termasuk gangguan fungsi kognitif, yang
meliputi gangguan perhatian, bahasa, memori, visuospasial, dan fungsi
eksekutif. Semakin besar disfungsi kognitif, semakin kecil kemungkinan
seorang pasien skizofrenia mendapatkan pekerjaan atau memainkan pesan
sosialnya. Remidiasi kognitif mampu memperbaiki memori, perhatian,
konsentrasi, kemampuan pemecahan masalah, dan aspek pemrosesan lain,
sehingga kemungkinan keberhasilan latihan ketrampilan sosial, kemandirian,
dan vokasional akan lebih baik, sehingga rahabilitasi akan mampu memberikan
tingkat integrasi komunitas yang lebih baik. Salah satu caranya adalah dengan
Brain Gym. Metode ini mengaktifkan dua belah otak dan memadukan fungsi
semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Dengan hasil
penelitian Analisis statistik menunjukkan bahwa sampel yang diteliti
mengalami peningkatan skor fungsi kognitif yang signifikan setelah diberi
perlakuan (p=0,014). Yang berarti n terdapat pengaruh senam otak yang
bermakna terhadap peningkatan fungsi kognitif penderita skizorenia di
komunitas. (Anindya Herwidaputri, 2013)

G. Korelasi antara isi dengan realita klinis


Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang memiliki karakteristik
khusus. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ
III), menjelaskan definisi skizofrenia sebagai gangguan jiwa yang ditandai
dengan distorsi khas dan fundamental dalam pikiran dan presepsi yang disertai
dengan adanya afek yang tumpul atau tidak wajar. Penerapan brain gym pada
jurnal efektif dalam meningkatkan harga diri, kualitas hidup & mengurangi
gejala pada pasien skizofrenia. Senam otak merupakan kegiatan terstruktur dan
fungsional yang mengaktifkan tiga dimensi otak. Kegiatan structural dan
fungsional merupakan cara memelihara otak seseorang secara neurologis.
Pemeliharaan otak secara structural dapat dengan cara mengalirkan darah,
oksigen , dan energy yang cukup ke otak. Sedangkan cara fungsional gerakan-
gerakan sederhana yang dirancang pada senam otak merangsang pusat-pusat
otak Markam, S. (2005).
Hartono, (2015) pada hasil penelitiannya mengatakan terapi aktifitas
kelompok dengan brain gym pada pasien skizofenia menunjukkan perubahan
perilaku subjek yang semula pasif menjadi aktif dan ketrampilan subjek dalam
mengekspresikan perasaan yang menyenangkan. Hal tersebut menunjukkan
penerapan brain gym diklinis sejalan dengan penelitian ini yang mengatakan
bahwa senam otak berpengaruh positif dalam meningkatkan harga diri, kualitas
hidup dan mengurangi gejala pada penderita skizofrenia.
Gerakan-gerakan brain gym digunakan oleh para murid di Educational
Kinesiology Foundation, California, USA (2006) untuk meningkatkan
kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak Dennison,
(2006). Guyton & hall, (2014), brain gym berfungsi merangsang
perkembangan seluruh otak secara sinergis.

H. Analisis SWOT penerapan jurnal di klinik


1. Strength (Kekuatan)
Kekuatan penerapan jurnal ini diklinik adalah tindakan ini mudah
diterapkan/aplikasikan, dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang,
dapat dilakukan oleh perawat dan keluarga, murah, tidak membutuhkan alat,
tidak memiliki efek samping dan efektif dalam meningkatkan harga diri,
kualitas hidup & mengurangi gejala pada pasien skizofrenia sehingga bisa
dimasukan dalam prosedur operasional standar rawat inap.
2. Weaknes (Kelemahan)
Kelemahan pada jurnal ini yaitu tidak mencantumkan SOP tindakan, tidak
dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa dengan gangguan keterbatasan
gerak, tidak koperatif, sedang sakit fisik dan tidak mencantumkan kontra
indikasi dari intervensi ini.
3. Oppurtunity (Peluang)
Peluang penerepan jurnal ini tinggi karena mudah dilakukan dan
diaplikasikan serta terapi ini efektif untuk meningkatkan harga diri, kualitas
hidup, dan menurunkan gejala pada pasien skizofrenia. Brain Gym juga
membantu dalam hal mutakhir dalam meningkatkan keterampilan
komunikasi, membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik dan
bahkan memberikan dorongan saat Anda menghadapi penolakan atau
kekecewaan. Brain Gym adalah gabungan aktivitas yang dirancang untuk
meningkatkan kemampuan mental seperti daya ingat, konsentrasi, dan
pemahaman membaca
4. Threated (Ancaman)
Ancaman pada jurnal ini jika diterapkan di klinik yaitu perawat perlu
memperhatikan kondisi pasien setiap sebelum terapi yang bersifat individual
seperti kekambuhan pada pasien, rasa malas serta perasaan jenuh yang
timbul. Oleh karena itu, perawat diharapkan harus mampu membuat terapi
menjadi menarik dan memikat minat dari pasien untuk turut serta sampai
akhir tindakan. Selain itu, perawat juga dapat melakukan pendekatan kepada
pasien, menggunakan teknik edukasi dan komunikasi yang baik sehingga
pasien percaya, berminat, dan mau mengikuti terapi dengan baik hingga
akhir.

I. Implikasi Keperawatan
a. Implikasi Terhadap Pelayanan Keperawatan
Implikasi penelitian ini terhadap pelayanan keperawatan adalah
penelitian ini telah membuktikan bahwa latihan senam otak berpengaruh
positif dalam meningkatkan harga diri, kualitas hidup dan mengurangi
gejala pada penderita skizofrenia. Untuk itu, senam otak bisa dilakukan
secara rutin agar bisa melakukan gerakan-gerakan dalam senam otak
secara mandiri dan berkelanjutan. Pelaksanaan senam otak bisa lebih
menyenangkan kalau dilaksanakan secara berkelompok walaupun tidak
menutup kemungkinan untuk dilaksanakan secara individu.
b. Implikasi Terhadap Keilmuan Keperawatan
Penelitian ini membuktikan bahwa senam otak pada pasien
skizofrenia yang memiliki harga diri yang rendah dan kualitas hidup yang
rendah bisa meningkat setelah diberikan senam otak hingga harga diri
tinggi dan kualitas hidup sedang. Dan gejala juga berkurang, disimpulkan
senam otak efektif dalam meningkatkan harga diri dan kualitas hidup serta
mengurangi gejala.. Hal ini karena gerakan-gerakan dalam senam otak
adalah merelaksasikan. Untuk itu gerakan ini selain melatih kemampuan
gerak, juga mengurangi kecemasan dengan memberikan kenyamanan.
Sesuai dengan teori Comfort, senam otak dapat memberikan kenyamanan
fisik, psikologis sehingga bisa membantu agar cepat sembuh. Selain itu
bisa memberikan peluang bagi ilmu keperawatan untuk semakin
mendalami tentang senam otak dan mengembangkannya dalam
keperawatan anak.
c. Implikasi Terhadap Pendidikan Profesi Keperawatan
Bagi profesi keperawatan karena mahasiswa keperawatan dapat
memperoleh keterampilan senam otak dan dapat mengajarkan pasien atau
anggota keluarga tentang prosedur ini dengan menerapkan dalam praktik
klinis untuk mengurangi gejala dan meningkatkan harga diri.

J. Manfaat Jurnal
1. Bagi Perawat
Bagi profesi keperawatan dapat memperoleh keterampilan dan
pengetahuan tentang terapi senam otak dan dapat di aplikasikan dalam
praktik klinis untuk mengajarkan pada pasien atau keluarga pasien dengan
skizofernia untuk mengurangigejala dan meningkatkan harga diri.
2. Bagi Institusi (RS)
Dapat menjadi pertimbangan untuk memberikan tindakan keperawatan
dengan memberikan terapi senam otak pada pasien mengalami skizofernia.
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan terapi senam otak pada pasien
dengan skizofernia dengan baik dan benar sehingga bermanfaat dan pasien
mendapat hasil yang maksimal.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Skizofrenia adalah gangguan mental umum yang secara spesifik
memengaruhi kognisi dan sering kali menyebabkan masalah perilaku dan
emosional kronis bersama dengan gangguan proses berpikir. Senam Otak
terdiri dari gerakan tubuh yang sangat mudah yang telah dirancang untuk
membujuk dua belahan otak agar bekerja dalam sinkronisasi.
Temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa pasien skizofrenia
memiliki harga diri yang rendah dan kualitas hidup yang rendah yang
meningkat setelah diberikan senam otak hingga harga diri tinggi dan kualitas
hidup sedang. Dan gejala juga berkurang, setelah intervensi. Sehingga
disimpulkan senam otak efektif dalam meningkatkan harga diri dan kualitas
hidup serta mengurangi gejala. Manfaat bagi profesi keperawatan karena
mahasiswa keperawatan dapat memperoleh keterampilan senam otak dan dapat
mengajarkan pasien atau anggota keluarga tentang prosedur ini dengan
menerapkan dalam praktik klinis untuk mengurangi gejala dan meningkatkan
harga diri.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan hasil dalam jurnal tersebut dapat diterapkan senam otak
sebagai tindakan untuk mengetahui tingkat harga diri, kualitas hidup &
gejala pada pasien skizofrenia. Karena perawat dapat memperoleh
keterampilan senam otak dan dapat mengajarkan pasien atau anggota
keluarga tentang prosedur ini dengan menerapkan dalam praktik klinis
untuk mengurangi gejala dan meningkatkan harga diri pasien.
2. Bagi Institusi
Diharapkan untuk setiap institusi menerapkan jurnal tersebut guna
untuk meningkatkan harga diri, kualitas hidup dan gejala pada pasien
skizofrenia agar tujuan untuk mengetahui tingkat harga diri, kualitas hidup
& gejala pada pasien skizofrenia
LAMPIRAN SOP BRAIN GYM
NO. TINDAKAN
Tahap Pre Interaksi
1 Kesiapan diri sebelum terapi, observasi catatan perkembangan klien
2 Persiapkan alat seperti kursi, 1 gelas air putih, dan spidol
3 Persiapan pasien seperti menggunakan pakaian yang longgar atau tidak
ketat
Tahap Orientasi
4 Memberikan salam
5 Memperkenalkan diri
6 Membina hubungan saling percaya
7 Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan, lama tindakan, persetujuan,
memberikan kesempatan klien bertanya sebelum melakukan tindakan
Tahap Kerja
8 Duduk di kursi dengan rileks, tegak (tidak bersandar), dan kaki menapak
di lantai dan tidak menggantung.
9 Minum air (Drinking Water)
Meminum air putih 1 gelas (250 cc).
10 Memijat Saklar Otak (Brain
Buttons)
Cara melakukan gerakan ini adalah
letakkan satu tangan di atas pusar,
dengan ibu jari dan jari-jari tangan
lain meraba kedua lekukan di antara
rusuk tepat di bawah tulang
selangka dan kira-kira 2-3 cm kiri
kanan dari tulang dada. Pijat daerah
ini selama 30 detik sampai 1 menit,
sambil melirik mata dari kiri ke
kanan dan sebaliknya.
11 Gerakan Silang (Cross Crawl)
Cara melakukan gerakkan ini adalah
menggerakkan tangan kanan
bersamaan dengan kaki kiri dan
kaki kiri dengan tangan kanan
secara bergantian. Lakukan gerakan
selama 2 – 3 menit.

12 Melakukan kiat rileks (Hook-


Ups)
Cara melakukan gerakan ini adalah
kaki kiri disilangkan di atas kaki
kanan. Tangan dijulurkan ke depan
dan disilangkan dengan posisi
tangan kiri di atas tangan kanan dan
jempol ke arah bawah. Lalu tangan
diputar kebawah dan ditarik sampai
di depan dada sehingga jempol
kearah atas. Lakukan selama 1
menit.
13 Earth Buttons (Tombol Bumi)
Cara melakukan gerakan ini adalah
ujung jari satu tangan menyentuh
bawah bibir, ujung lainnya di
pinggir atas tulang kemaluan (15
cm di bawah pusar). Pasien diminta
membayangkan garis lurus di depan
mata dari bawah ke atas. Arahkan
pandangan mata mengikuti garis
tersebut dari bawah ke atas sambil
bernapas perlahan.
14 Balance Buttons (Tombol
Imbang)
Cara melakukan gerakan ini adalah
pasien menyentuh tombol imbang
yang terdapat dibelakang telinga,
pada sebuah lekukan di batas
rambut antara tengkorak dan
tengkuk (4 – 5 cm ke kiri dan ke
kanan dari garis tengah tulang
belakang). Sementara tangan
satunya menyentuh pusar selama 30
detik, lalu ganti dengan tangan yang
satunya lagi. Dagu relaks dan
kepala dalam posisi normal
menghadap ke depan.
15 Space Buttons (Tombol Angkasa)
Cara melakukan gerakan ini adalah
letakan satu tangan di atas bibir di
garis tengah depan, yang lain di
garis tengah belakang pada tulang
ekor atau lebih ke atas agar aman
dan sopan selama 1 menit.
Bernapaslah pelan-pelan seolah-
olah mengalirkan energi ke bagian
atas tulang punggung.
16 The Thinking Cap (Pasang
Telinga)
Cara melakukan gerakan ini adalah
dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk, pijat secara lembut daun
telinga sambil menariknya keluar,
mulai dari ujung atas, menurun
sepanjang lengkungan dan berakhir
di cuping. Ulangi gerakan ini
sebanyak 3 kali.
17 The Gravitational Glider
(Luncuran Gravitasi)
Cara melakukan gerakan adalah
dengan berdiri atau duduk yang
nyaman kemudian
pasienmenyilangkan kaki
dipergelangannya dan
merentangkan tangan depan, lalu
meluncurkannya ke daerah kaki.
18 The Energetic Yawn (Menguap
Berenergi)
Cara melakukan gerakan ini adalah
menguap baik jika dibarengi dengan
menyentuh tempat-tempat tegang di
rahang yang dapat menolong
menyimbangkan tulang tengkorak
dan menghilangkan ketegangan di
kepala atau rahang. Pasien
dianjurkan menguap dengan
bersuara untuk melemaskan otot-
otot tersebut sebanyak 3 – 6 kali.
Tahap Terminasi
19 Evaluasi respon terhadap terapi baik secara subjektif maupun objektif

20 Membuat kontrak selanjutnya


21 Mengakhiri kontrak dengan pasien
22 Dokumentasikan hasil kegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Anindya Herwidaputri. (2013). Efektifitas Senam Otak Terhadap Fungsi Kognitif


Penderita Skizofrenia di Komunitas.
Bellinger, E.G., and Sigee, D.C. (2015). Freshwater Algae: Identification,
Enumeration, and Use as Bioindicator. India: Willey Blackwell.
Dennison, P. E., and Dennison, G.E. (2006). Brain Gym. Jakarta: PT. Grasindo.
Dharma, Kusuma Kelana (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta, Trans
InfoMedia
Guyton, A. C., Hall, J. E., (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta: EGC, 1022.
Hartono, H. (2015). Effect of Group Activities Therapy on the Improvement of
Basic Social Skills in Schizophrenia Patients in Rsjd Dr. Rm.
Soedjarwadi Central Java. Empathy, 3(2).
Herwidaputri. (2015). The Effectivity of Brain Gym for Cognitive Function in
People with Schizophrenia in Community, Yogyakarta, FKU 15 UMY
440.
Info Datin. (2018). Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia.
Markam, S. (2005). Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta: Grasindo.
Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III
dan DSM-V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta:PT Nuh Jaya.
Michal Hrdlicka and Iva Dudova. (2015). Atypical Antipsychotics in the
treatment of early-onset schizophrenia. Department of Child Psychiatry,
Charles University Second Faculty of Medicine and University Hospital
Motol, Prague, Czech. Republic.Neuropsychiatric Disease and
Treatment 2015:11 907–913.
Sugiyono, (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
WHO. (2019). Schizophrenia. https:// www.who.int/news-room/fact-sheets/
detail/schizophrenia.

Anda mungkin juga menyukai