Anda di halaman 1dari 10

ROLE PLAY DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK) DBD

DI BANGSAL ANGGREK RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

Kasus:
Pasien dengan diagnosa DBD hari ke 3 dirawat dengan keluhan badan panas mendadak
tinggi yang terus-menerus, siang dan juga malam disertai dengan perdarahan di hidung. Hasil
pemeriksaan didapatkan kesadaran compos mentis, Nadi: 80 x/menit, Respirasi: 24 x/menit,
Suhu: 37,8 ºC, dan trombosit: 98.000 µl. Hari ke-3 panas, timbul bintik-bintik merah di kulit
yang tidak terasa gatal pada tangan dan kaki. Kami merasa sudah memberikan perawatan pada
pasien ini semaksimal mungkin akan tetapi pasien ini tidak menunjukkan perbaikan. Karena
belum menemukan titik temu tentang perawatan yang terbaik untuk pasien, maka kami
menampilkan kasus pasien ini pada diskusi refleksi kasus ini. Kami berharap mendapat
masukan dari semua pihak agar dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hasil yang maksimal.

Dialog:
Hanif (Fasilitator) : Assalamu’alaikum wr.wb. terimakasih pada rekan-rekan yang sudah
hadir pada pertemuan pagi hari ini. Pada kesempatan kali ini kita akan
melakukan kegiatan rutin yaitu Diskusi Refleksi Kasus pada pasien Ny.
B dengan masalah DBD (Demam Berdarah Dengue). Kegiatan ini akan
berlangsung kurang lebih selama 60 menit, apakah rekan-rekan
bersedia?
Semua Peserta : Bersedia mbk
Hanif (Fasilitator) : Baiklah sebelum kita memulai diskusi kita pagi hari ini, marilah kita
membaca Basmallah bersama-sama.
Semua Peserta : Bismillahirohmanirohim
Hanif (Fasilitator) : Sebelumnya saya akan membacakan tata tertib/syarat diskusi kali ini,
yaitu meliputi:
1. Selama pelaksanaan diskusi ini semua peserta dimohon untuk
memberikan perhatian penuh dan berkontribusi aktif.
2. Peserta dimohon tidak membicarakan topik diluar diskusi.
3. Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi setara
(equal), jadi tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat
memojokkan peserta lainnya.
4. Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian
penuh.
5. Setelah fasilitator memberikan kesempatan untuk berbicara dimohon
peserta untuk memberikan pendapatnya terkait kasus yang ada.
Kemudian pada kesempatan kali ini, diskusi akan disampaikan oleh
Mbak Mamiri selama kurang lebih 15 menit. Waktu dan tempat saya
persilahkan.
Mamiri (Penyaji) : Assalamu’alaikum wr.wb. Terimakasih atas kesempatan yang telah
diberikan. Langsung saja, pada kesempata kali ini kita akan membahas
mengenai kasus DBD pada Ny. B yang sudah dirawat selama 3 hari.
Seperti yang kita ketahui DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus, disebarkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan sampai saat ini belum
ditemukan vaksin pencegah dan pengobatannya. Nah, langsung saja kita
ke kasusnya. Pasien mengalami panas mendadak tinggi yang terus
menerus, siang dan juga malam disertai dengan perdarahan di hidung.
Hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran compos mentis, Nadi: 80
x/menit, Respirasi: 24 x/menit, Suhu: 37,8 ºC, dan trombosit: 98.000 µl.
Hari ke-3 panas, timbul bintik-bintik merah di kulit yang tidak terasa
gatal pada tangan dan kaki. Diagnosa keperawatan yang diambil yaitu
Hipertermi dan Defisit Volume Cairan. Tindakan yang sudah kita
lakukan yaitu:
1. Melakukan pemeriksaan Lab, selama dirawat hasil trombosit
menurun perlahan dan kurang dari 150.000 yang dikenal dengan
trombositopenia. Hasil trombosit terakhir 98.000 µl.
2. Melakukan uji Rumple Leed Test / torniquet test
3. Memberikan infus RL untuk mencegah dehidrasi
4. Memberikan vitamin dan zat besi penambah darah
5. Memberikan obat penurun panas
6. Memeriksa dan memantau tanda-tanda vital
Namun, kami merasa dalam melakukan asuhan keperawatan ini masih
belum berhasil dan kurang maksimal. Kami meminta saran serta
masukan dari rekan-rekan untuk menangani masalah tersebut dengan
tepat. Mungkin cukup sekian yang dapat saya sampaikan, waktu saya
kembalikan ke fasilitator.
Hanif (Fasilitator) : Baik Mbak Mamiri terimakasih atas pemaparannya. Bagaimana rekan
rekan apakah ada yang ingin di diskusikan?
Handoyo (Peserta) : (mengangkat tangan)
Hanif (Fasilitator) : Ya silahkan, langsung saja mas Handoyo.
Handoyo (Peserta) : Oke baik, terimakasih. Sebelumnya saya juga sudah pernah menemui
kasus yang hampir sama seperti ini. Pada pasien dengan kondisi seperti
ini disarankan untuk memperbanyak cairan. Cairan sangat penting untuk
membuang racun dari tubuh. Cairan tidak hanya bisa didapat dari air
putih tetapi juga bisa jus tebu, air berelektrolit seperti air kelapa, jus
lemon atau jeruk segar, maupun jus lainnya.
Atik (Peserta) : Saya juga mau menambahkan, cairan juga bisa didapat dari jus jambu
biji karena buah jambu biji juga memiliki kandungan vitamin C yang
sangat tinggi. Vitamin C dalam tubuh akan memicu pembentukan
platelet atau trombosit darah baru. Karena pasien demam berdarah
sebaiknya makan makanan atau minuman yang mudah dicerna,
sebaiknya jambu biji dijadikan jus yang lembut terlebih dahulu.
Kandungan airnya juga baik untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Hanif (Fasilitator) : Oke baik, apakah ada masukan dan saran lagi untuk kasus ini?
Eris (Peserta) : (Mengangkat tangan)
Hanif (Fasilitator) : Ya silahkan Mas Eris.
Eris (Peserta) : Saya mau menambahkan terkait diet makanan untuk penderita DBD
yaitu bisa diberikan Diet Tahap I setelah fase akut teratasi dan dipastikan
tidak ada pendarahan gastrointestinal. Pasien diberikan makanan saring
setiap tiga jam dan tetap diberikan makanan parenteral untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan energi. Diet Tahap II dapat diberikan setelah suhu
badan stabil. Makanan diberikan dengan porsi kecil dan konsistensi
lunak. Diet tahap III dapat diberikan setelah suhu badan stabil dan
hepato-slenomegalia telah hilang. Konsistensi makanan yang diberikan
lunak atau biasa tergantung toleransi pasien, tetapi kandungan serat tetap
terbatas. Mungkin cukup itu, terimakasih.
Mamiri (Penyaji) : (Mengangkat tangan) Saya mau menanggapi pernyataan Mas Eris
terkait diet makanan. Apakah ada syarat diet yang dianjurkan untuk
pasien?
Hanif (Fasilitator) : Oke, bagaimana mas Eris atau mungkin dari rekan-rekan lain ada yang
ingin memberi masukan atau mengklarifikasi?
Dhea (Peserta) : (Mengangkat tangan) Ya tentu ada untuk syarat dietnya. Syaratnya
seperti:
1. Makanan yang mudah dicerna, porsi kecil.
2. Energy dan protein tinggi/cukup sesuai dengan kemampuan pasien
untuk menerimanya.
3. Makanan dengan rendah lemak yaitu 10-15% dari kebutuhan energi
total yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Mungkin cukup itu masukan dari saya, terimakasih.
Yusuf (Peserta) : (Mengangkat tangan) Saya mau menambahkan untuk syarat diet yang
lain, diantaranya:
1. Rendah serat terutama serat tidak larut air. Pemberian serat
ditingkatkan secara bertahap.
2. Cukup cairan/tinggi dan vitamin, terutama vitamin C untuk
meningkatkan faktor pembekuan.
3. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis maupun kimia (disesuaikan dengan daya
terima perorangan)
4. Makanan parenteral selalu diberikan pada fase akut, baik total,
maupun suplemen.
5. Bila terlihat tanda-tanda pendarahn saluran pencernaan penderita
dipuasakan.
Cukup itu tambahan dari saya, terimakasih.
Hanif (Fasilitator) : Baik, ada lagi saran, masukan, atau klarifikasi. Silahkan.
Yuyun (Peserta) : (Mengangkat tangan) Saya mau bertanya terlebih dahulu kepada mbk
Mamiri. Apakah sudah dilakukan kunjungan ke rumah pasien mbk?
Mamiri (Penyaji) : Belum mbak Yuyun. Kami belum melakukan kunjungan ke rumah
pasien.
Yuyun (Peserta) : Oke, kalau belum, menurut saya pada pasien dengan kondisi seperti ini
mungkin bisa dilakukan modifikasi lingkungan rumah, karena faktor
lingkungan juga tidak kalah penting untuk diperhatikan yaitu misalnya
dengan:
1. Membersihkan bak mandi seminggu sekali
2. Menggunakan kelambu pada tempat tidur dan memasang jaring
nyamuk pada ventilasi.
3. Jangan menumpuk atau menggantung baju terlalu lama
4. Melakukan fogging untuk memberantas nyamuk.
Mungkin cukup tambahan dari saya, terimakasih.
Galuh (Peserta) : (Mengangkat tangan) Mbak saya setuju dengan pendapat mbak Yuyun,
dan saya juga mau menambahkan sedikit terkait dengan pernyataan
mbak Yuyun. Mungkin dengan memperhatikan program pemerintah
yang di sebut dengan gerakan 3M juga tidak kalah penting untuk
modifikasi lingkungan rumah. Gerakan 3M meliputi:
1. Menutup, bermakna menutup rapat tempat penampungan air untuk
membatasi nyamuk bertelur
2. Menguras, berarti secara rutin mengganti tempat-tempat air seperti
bak mandi, vas bunga, kolam ikan, untuk membatasi nyamuk
berkembang biak; dan
3. Menimbun, dalam arti menimbun atau mengubur kaleng atau wadah-
wadah kosong yang menjadi sumber penyebaran nyamuk penyebab
DBD agar nyamuk tidak menemukan tempat untuk bertelur.
Hanif (Fasilitator) : Baik, masukan dan saran yang bagus. Apakah ada yang ingin di
diskusikan lagi rekan-rekan?
Semua Peserta : Cukup mbak.
Hanif (Fasilitator) : Baik kalau tidak ada, saya kira cukup untuk diskusi kita kali ini.
Alhamdulillah diskusi berjalan dengan lancar dan untuk kesimpulan
diskusi kita hari ini untuk rencana tindak lanjut nya yaitu kita akan
mengajarkan pasien dan keluarga tentang diet makanan pada pasien,
memonitor kebutuhan cairan pasien agar tidak terjadi dehidrasi, cairan
tidak hanya didapat dari air putih saja tetapi juga bisa jus buah atau air
berelektrolit serta memodifikasi lingkungan rumah dengan syarat-syarat
yang sudah disampaikan untuk mencegah terjadinya kekambuhan lagi.
Harapan nya nanti ketika pasien sudah kita beri penjelasan dan sembuh/
sudah bisa pulang pasien bisa menerapkan sendiri di rumah termasuk
menjaga kebersihan lingkungan. Saya selaku faslitator mengucapkan
terimakasih kepada Kepala Ruang Bangsal Anggrek beserta semua staf
yang telah meluangkan waktu pada kegiatan DRK ini. Saya berharap
kegiatan ini dapat terus berlangsung dan bisa menjadi tambahan
pengetahuan bagi kita semua. Saya mohon maaf apabila dalam
memandu kegiatan ini adatutur kata yang kur ang berkenan. Sampai
bertemu satu bulan kedepan pada DRK selanjutnya, mohon berkenan
kembali untuk presensi sebagai kelengkapan dokumentasi kegiatan kita
hari ini. Marilah kita tutup diskusi hari ini dengan bacaan hamdalah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK) DBD
DI BANGSAL ANGGREK RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

A. Latar Belakang
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) digunakan sebagai metode pembelajaran yang
dapat menuntun perawat dan bidan dalam suatu kelompok diskusi baik di rumah sakit
maupun puskesmas untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman klinik yang didasarkan
atas standar yang telah ditetapkan. Dalam pembahasan DRK kali ini yakni terkait
penyakit DBD.

Kasus:
Pasien dengan diagnosa DBD hari ke 3 dirawat dengan keluhan badan panas
mendadak tinggi yang terus-menerus, siang dan juga malam disertai dengan perdarahan
di hidung. Hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran compos mentis, Nadi: 80 x/menit,
Respirasi: 24 x/menit, Suhu: 37,8 ºC, dan trombosit: 98.000 µl. Hari ke-3 panas, timbul
bintik-bintik merah di kulit yang tidak terasa gatal pada tangan dan kaki. Kami merasa
sudah memberikan perawatan pada pasien ini semaksimal mungkin akan tetapi pasien
ini tidak menunjukkan perbaikan. Karena belum menemukan titik temu tentang
perawatan yang terbaik untuk pasien, maka kami menampilkan kasus pasien ini pada
diskusi refleksi kasus ini. Kami berharap mendapat masukan dari semua pihak agar
dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan hasil yang maksimal.
B. Tujuan
1. Mengembangkan profesionalitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Salah satu alternatif untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan yang telah ditetapkan.
C. Manfaat
1. Meningkatkan aktualisasi perawat.
2. Membangkitkan motivasi belajar perawat.
3. Belajar untuk menghargai kerjasama tim kesehatan.
4. Memberikan kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa merasa
tertekan.
5. Memberikan masukan kepada pimpinan untuk:
a. Peningkatan SDM perawat (pelatihan, pendidikan berkelanjutan)
b. Penyempurnaan SOP dan SAK
c. Pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan diskusi refleksi kasus dilakukan pada:
1. Hari/tanggal : Jum’at, 8 Maret 2019
2. Waktu : 09.00 – 10.30 WIB
3. Tempat : Nurse Station Bangsal Anggrek RS ‘Aisyiyah Yogyakarta
4. Peserta
a. Handoyo (KaRu)
b. Eris Permana
c. Syafrudin Yusuf
d. Dhea Rama Dhayanti
e. Galuh Dwi Ratna Timur
f. Atik Apriyani
g. Amalia Yuyun Pratmasari
5. Penyaji
a. Mamiri Febri Utami
6. Fasilitator
a. Hanif Prasetyaningtyas
7. Pelaksanaan
Diskusi refleksi kasus dibuka oleh fasilitator yaitu Hanif Prasetyaningtyas.
Kemudian dilanjutkan dengan penyajian materi oleh Mamiri Febri Utami dengan
tema “Asuhan Keperawatan pada Pasien DBD”. Alokasi waktu yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan ini adalah 90 menit, dengan perincian sebagai berikut:
a. Pembukaan : 5 menit
b. Penyajian : 15 menit
c. Tanya jawab/diskusi : 30 menit
d. Penutup/kesimpulan : 10 menit
E. Hasil Diskusi
Hasil penyajian telah memberikan beberapa masukan dan pertanyaan dari
peserta, antara lain:
1. Handoyo
Memberikan tanggapan pada pasien dengan kondisi DBD disarankan untuk
memperbanyak cairan. Minum cukup air, penting untuk membuang racun dari tubuh.
Cairan tidak hanya bisa didapat dari air putih tetapi juga jus tebu, air berelektrolit
seperti air kelapa, jus lemon atau jeruk segar, atau jus lainnya.
2. Atik Apriyani
Memberikan tambahan, yaitu dengan jus jambu biji karena buah jambu biji juga
memiliki kandungan vitamin C yang sangat tinggi. Vitamin C dalam tubuh Anda
bertanggung jawab untuk memicu pembentukan platelet atau trombosit darah baru.
Karena pasien demam berdarah sebaiknya makan makanan atau minuman yang
mudah dicerna, sebaiknya jambu biji dijadikan jus yang lembut. Kandungan airnya
juga baik untuk mencegah dehidrasi.
3. Eris Permana
Menambahkan saran terkait diet makanan untuk penderita DBD yaitu dengan Diet
Tahap I yang dapat diberikan setelah fase akut teratasi dan dipastikan tidak ada
pendarahan gastrointestinal. Pasien diberikan makanan saring setiap tiga jam dan
tetap diberikan makanan parenteral untuk memenuhi kebutuhan cairan dan energi.
Diet Tahap II dapat diberikan setelah suhu badan stabil. Makanan diberikan dengan
porsi kecil dan konsistensi lunak. Diet tahap III dapat diberikan setelah suhu badan
stabil dan hepato-slenomegalia telah hilang. Konsistensi makanan yang diberikan
lunak atau biasa tergantung toleransi pasien, tetapi kandungan serat tetap terbatas.
4. Dhea Rama Dhayanti
Memberi masukan syarat diet yang dianjurkan penderita DBD, meliputi:
a. Makanan yang mudah dicerna, porsi kecil.
b. Energy dan protein tinggi/cukup sesuai dengan kemampuan pasien untuk
menerimanya.
c. Makanan dengan rendah lemak yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Syafrudin Yusuf
Menambahkan syarat diet lain untuk penderita DBD, yaitu:
a. Rendah serat terutama serat tidak larut air. Pemberian serat ditingkatkan secara
bertahap.
b. Cukup cairan/tinggi dan vitamin, terutama vitamin C untuk meningkatkan
faktor pembekuan.
c. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis,
mekanis maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan)
d. Makanan parenteral selalu diberikan pada fase akut, baik total, maupun
suplemen.
e. Bila terlihat tanda-tanda pendarahn saluran pencernaan penderita dipuasakan.
6. Amalia Yuyun Pratmasari
Berpendapat untuk modifikasi lingkungan rumah, karena faktor lingkungan juga
tidak kalah penting untuk diperhatikan yaitu dengan:
a. Membersihkan bak mandi seminggu sekali
b. Menggunakan kelambu pada tempat tidur dan memasang jaring nyamuk pada
ventilasi.
c. Jangan menumpuk atau menggantung baju terlalu lama
d. Melakukan fogging untuk memberantas nyamuk.
7. Galuh Dwi Ratna Timur
Menambahkan tentang program pemerintah yaitu gerakan 3M yang meliputi:
a. Menutup, bermakna menutup rapat tempat penampungan air untuk membatasi
nyamuk bertelur
b. Menguras, berarti secara rutin mengganti tempat-tempat air seperti bak mandi,
vas bunga, kolam ikan, untuk membatasi nyamuk berkembang biak; dan
c. Menimbun, dalam arti menimbun atau mengubur kaleng atau wadah-wadah
kosong yang menjadi sumber penyebaran nyamuk penyebab DBD agar nyamuk
tidak menemukan tempat untuk bertelur
F. Kesimpulan
Diskusi Refleksi Kasus telah berjalan dengan baik dan semua peserta aktif
untuk memberikan saran/ tanggapan. Kemudian untuk rencana tindak lanjut nya yaitu
kita akan mengajarkan pasien dan keluarga tentang diet makanan pada penderita DBD,
memonitor kebutuhan cairan pasien agar tidak terjadi dehidrasi, cairan tidak hanya bisa
didapat dari air putih saja tetapi juga jus buah atau air berelektrolit dan memodifikasi
lingkungan rumah dengan syarat-syarat yang sudah disampaikan agar mencegah
kekambuhan lagi. Harapan nya nanti ketika pasien sudah kita beri penjelasan dan
sembuh/sudah bisa pulang pasien bisa menerapkan sendiri di rumah termasuk menjaga
kebersihan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai