Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

S DENGAN
GANGGUAN POLA TIDUR DI WISMA (G) BPSTW UNIT BUDHI
LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

Disusun Oleh:

TRI HARDIANSYAH
1810206062

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
PENGKAJIAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Tn. S DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR


DI WISMA (G) PSTW YOGYAKARTA UNIT BUDHI LUHUR

1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 89 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Yogyakarta
Status perkawinan : Cerai mati
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Tanggal masuk : 04-10-08
2. Status kesehatan saat ini
Tn. S mengatakan susah tidur dan jarang tidur, sering terbangun tengah malam dan

tidak bisa tidur lagi.


3. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit :
Tn. S tidak memiliki riwayat penyakit.
b. Alergi
Tn. S mengatakan tidak memiliki alergi makanan dan obat.
c. Kebiasaan
1. Tn. S Tidak minum kopi
2. Tn. S kadang minum teh
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tn. S mengatakan tidakmemiliki riwayat penyakit keluarga.

5. Tinjauan sistem
Keadaan Umum Composmetis

Integumen Kulit terlihat agak keriput

Sistem hemopietik Tidak ada tanda-tanda memar dan wajah tidak tampak
pucat

Kepala Rambut hitam putih, kulit kepala dan area wajah terdapat
bekas luka gatal.

Mata Tn. S dapat melihat jelas, namun mata sebelah kanan


cacat sejak lahir.

Telinga Pendengaran terganggu.

Mulut dan Teng-gorokan Sudah tidak memiliki gigi, tidak ada bau mulut

Leher dan bagian Tidak terdapat benjolan.


payudara

Sistem pernafasan Pernafasan dada normal, tidak ada suara tambahan

Sistem kardiovaskuler Tidak ada edema

Sistem gastrointestinal Pola makan 3 kali sehari dengan lauk dan sayuran yang
telah disediakan, frekuensi BAB lancar. Setiap pagi
bangun tidur

Sistem perkemihan BAK lancar minimal 3-4 kali sehari dan tidak ada keluhan
nyeri saat BAK

Sistem Genetoreproduksi Tidak ada keluhan

Sistem musculoskeletal Tidak ada keluhan

Sistem saraf pusat Tidak ada riwayat cedera kepala

Sistem endokrin Tidak ada tanda-tanda pembesaran goiter

Pengkajian inkotinensia urine akut :


 Tn. S mengatakan bahwa ia buang air kecil sekitar 3-5 jam
 Tn. S mengatakan pada malam hari biasanya ia bisa buang air kecil 1- 2 kali.
 Tn. S mengatakan bila merasa ingin kencing ia bisa menahannya dan menglu
arkannya diember kemudian dibuang ditoilet.
 Tn S mengatakan tidak ada masalah ketika buang air kecil dan Tn. S mampu
melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain
 Tn S mengatakan BAB setiap pagi

Pengkajian inkotinensia urine persisten :


 Tn. S mengatakan tidak pernah mengeluarkan urine jika tidak kebelet kencing

6. Pengkajian Psikososial dan spritual


a. Psikososial
Kemampuan sosialisasi Tn. S dengan teman- temannya baik, dan bisa
bersosialisasi dengan teman satu wisma lainnya.
b. Identifikasi masalah emosional
1) Pertanyaan tahap 1
a) Apakah klien mengalami sukar tidur? Ya. Tn. S sering tiba-tiba bangun
pada malam hari karena ingin BAK yang menyebabkan Tn. S kesulitan
untuk tidur kembali. Tn. S mengatakan juga biasanya jam 03.00 sudah
bangun dan tidak bisa tidur kembali. Tn. S mengtakan tidur malam paling
cepat jam 23.00 WIB. Tn. S tidak pernah tidur siang karena sulit untuk
tidur siang. Tn. S mengatakan tidak bisa memulai tidur. Terganggu dengan
teman-temannya setiap tidur siang, saat bangun dari tidur badan terasa
lemas, pusing. Tn. S mengatakan tidak mengetahui cara mengatasi
gangguan tidur. Tn. S mengatakan belum mengetahui penjelasan
mengenai apa itu relaksasi benson dan senam progresif. Tn. S mengatakan
belum mengetahui langkah-langkah relaksasi benson dan senam progresif.
b) Apakah klien sering mengalami gelisah? Tidak
c) Ada gangguan / masalah atau banyak pikiran? Tidak
d) Apakah klien sering mengalami was-was atau kuatir? Tidak

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban
“Ya”
2) Pertanyaan tahap 2
a) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan? Tidak
b) Ada masalah / banyak pikiran? Tidak
c) Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain? Tidak
d) Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter? Tidak
e) Cenderung mengurung diri? Tidak
Bila lebih dari 1 atau sama dengan satu jawaban “Ya” masalah emosional positif.
dari beberapa pertanyaan yang dipertanyakan pada saat pengkajian ada jawaban
“Ya” sehingga dapat disimpulkan Tn. S Masalah Emosional negatif.
c. Spiritual
Tn. S selalu melaksanakan sholat 5 waktu tetapi jarang berjama’ah di Mushola
PSTW budi luhur.
7. Pengkajian Fungsional Klien
a. KATZ Indeks
Termasuk kategori yang manakah klien?
1) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi
ketoilet, berpindah dan mandi.
2) Mandiri semuanya kecuali satu fungsi saja.
3) Mandiri, kecuali mencuci pakaian.

Dari hasil observasi dan wawancara, Tn. S termasuk dalam kategori 1 yakni
mandiri.

b. Modifikasi dari bartel indeks


Termasuk yang mana klien?

Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 5 10 Frekuensi: 3x
Jumlah: sedikit
Jenis, nasi, sayur, lauk
2 Minum 5 10 Frekuensi: 6-8 kali sehari
Jumlah: secangkir kecil
Jenis: air putih dan teh
3 Berpindah dari 5-10 15
satu tempat
ketempat lain
4 Personal toilet 0 5 Frekuensi: 3x
(cuci muka,
menyisir
rambut, gosok
gigi).
5 Keluar masuk 5 10 Frekuensi: 2-3 kali
toilet ( mencuci
pakaian,
menyeka tubuh,
meyiram)
6 Mandi 5 15 3X1
7 Jalan 0 5 Setiap ingin melakukan
dipermukaan sesuatu misalnya mengambil
datar minum atau ke kamar mandi.
8 Naik turun 5 10
tangga
9 Mengenakan 5 10
pakaian
10 Kontrol Bowel 5 10 Frekueensi: 1x setiap pagi
Konsistensi: -
(BAB)
11 Kontrol Bladder 5 10 Frekuensi: 3-5 kali sehari
Warna: kuning
(BAK)
12 Olah raga/ 5 0 Tn. A tidak ikut senam setiap
latihan pagi di PSTW budi luhur
13 Rekreasi/ 5 10 Jenis: hanya duduk saja
pemanfaatan kadang mengobrol dengan
waktu luang teman yang berada di PSTW
Budi luhur.

Keterangan:
a) 130 : mandiri
b) 65-125 : ketergantungan sebagian
c) 60 : ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor 120 yang termasuk dalam kategori mandiri.
8. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Status
Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah
No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
Interpretasi hasil:
a) Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b) Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c) Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d) Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu Benar semua sehingga dapat
disimpulkan Tn. S mengalami fungsi intelektual utuh
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam)
1. Orientasi
2. Registrasi
3. Perhatian
4. Kalkulasi
5. Mengingat kembali
6. Bahasa

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
Orientasi 5 5 Diamana kita sekarang?
 Negara Indonesia
 Provinsi DIY
 Kota Yogyakarta
 PSTW Budi Luhur
 Wisma G
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik dan mengatakan
asing-masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien tentang 3
obyek tadi untuk disebutkan
3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari
dan angka 100 kemudian dikurangi 7
kalkulasi sampai 5 kali / tingkat.
 93
 86
 79
 72
 65
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada no 2 (registrasi)
tadi. Bila benar, 1 point masing-
masing obyek.
5 Bahasa 9 5 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan nama pada klien
 Missal bolpoint
 Missal pensil
Minta klien untuk mengulangi kata
berikut: “taka da jika, dan, atau,
tetapi”. Bila benar nilai satu poin
 Pertanyaan benar 2 buah:
taka da, tetapi
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut terdiri dari 3
langkah.
“ ambil kertas ditangan anda, lipat
dua dan taruh dilantai”
 Ambil kertas ditangan anda
 Lipat dua
 Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut ( bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
 “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan menyalin
gambar
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar
Total Nilai 25
Interpretasi hasil

>23: aspek kognitif dari fungsi mental baik

<23: terdapat kerusakan aspek fungsi mental

Dari hasil pengkajian Aspek kognitif dari fungsi mental Tn. S mendapat skor 25
(>23) jadi dapat disimpulkan Tn. S terdapat fungsi mental baik.

9. Pengkajian Depresi Geriatrik


a. Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya
b. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau minat atau kesenangan
anda? ya
c. Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Tidak
d. Apakah anda sering merasa bosan? Ya
e. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Tidak
f. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Ya
g. Apakah anda bahagia di sebagian besar hidup anda? Ya
h. Apakah anda sering merasa tak berdaya? Tidak
i. Apakah anda senang tinggal dirumah dari pada pergi keluar dan mengerjakan
sesuatu yang baru? Ya
j. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat
dibandingkan dengan kebanyakan orang? Tidak
k. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya
l. Apakah anda merasa berharga? Ya
m. Apakah anda merasa penuh semangat? Ya
n. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak
o. Apakah anda pikir orang lain keadannya lebih baik dari pada anda? Tidak
Penilaian
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut:

1. Tidak 9. Ya
2. Ya 10. Ya
3. Ya 11. Tidak
4. Ya 12. Ya
5. Tidak 13. Tidak
6. Ya 14. Ya
7. Tidak 15. Ya
8. Ya
Skor:
5-9: kemungkinan depresi
10 atau lebih depresi
Dari hasil pengkajian depresi geriatrik Tn. S tidak mengalami depresi.
10. Pengkajian resiko jatuh
Terdapat beberapa cara untuk menilai resiko jatuh pada lansia, antara lain :
a. Postural hipotensi
Ukur tekanan darah lansia dalam 3 posisi, yaitu :
 Tidur : 100/70 mmHg
 Duduk : 100/70 mmHg
 Berdiri : 100/70 mmHg
Bila terdapat perbedaan tekanan darah lebih atau sama dengan 20 mmHg, maka
yang dikatakan memiliki resiko jatuh.
Catatan : jarak pengukuran antar posisi kurang lebih 5-10 menit.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tn. S tidak mengalami resiko jatuh.
b. Fungional reach test (FR Test)
Mintalah lansia untuk berdiri di tembok
Mintailah lansia untuk mencondongkan badanya kedepan tanpa melangkahkan
kakinya
Ukur jarak condong antara tembok dengan punggung lansia, dan biarkan
kecondongan terjadi selama 1-2 menit
Hasil pengukuran Fungional reach test (FR Test) adalah > 6inc maka lansia
dikatakan tidak memiliki resiko jatuh
c. The timep up and Go (TUG test ).
1. Mintalah lansia berdiri dari kursi dan berjalan 10 langkah ke depan, kembali
ke kursi semula, mengangkat 1 kaki setinggi langkah, dan kembali duduk di
kursi.
2. Ukur waktu dalam detik, jika:
< 10 detik =mobilitas bebas
<20 detik =mostly independent
20-29 detik =varable mobiliti
>30detik = gangguan mobilitas
Dari pengukuran diatas durasi waktu yang dibutuhkan Tn. S untuk melakukan
The timep up and Go (TUG test ) adalah 19 detik maka dapat dikatatakn
bahwa Tn. S mostly independent.
ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1 DS: Kurang kontrol Gangguan pola
- Tn. S sering tiba-tiba bangun pada
tidur tidur
malam hari karena ingin BAK yang
menyebabkan Tn. S kesulitan untuk
tidur kembali.
- Tn. S mengatakan kadang tidur jam
20.00 wib terbangun jam 21.00 wib dan
tidak bisa tidur lagi.
- Tn. S mengatakan sering tidur jam 24.00
wib terbangun jam 03.00 wib dan tidak
bisa tidur lagi.
- Tn. S mengatakan juga biasanya jam
03.00 sudah bangun dan tidak bisa tidur
kembali.
- Tn. S mengtakan tidur malam paling
cepat jam 23.00 WIB.
- Tn. S tidak pernah tidur siang karena
sulit untuk tidur siang.
- Tn. S mengatakan tidak bisa memulai
tidur. Terganggu dengan teman-
temannya setiap tidur siang, saat bangun
dari tidur badan terasa lemas, pusing.

DO:
Pasien tampak lesu dan tidak terlihat
bersemangat setiap kali bangun tidur.
TD: 100/70 mmHg, Nadi: 88x/menit, RR :
28x/menit.
2 Ds: kurangnya Defisiensi
pengetahuan pengetahuan
- Tn. S mengatakan belum mengetahui tentang cara
penjelasan mengenai apa itu relaksasi mengatasi
benson dan senam progresif gangguan tidur

- Tn. S mengatakan belum mengetahui


langkah-langkah relaksasi benson dan
senam progresif

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan pola tidur b.d Kurang kontrol tidur pada kualitas tidur lansia.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara
mengatasi gangguan tidur.
NO Diagnosa Tujuan Intervensi RASIONALISASI
keperawatan

1. Gangguan pola tidur NOC: NIC: 1. Untuk mengetahu frekuennsi tidur


berhubungan dengan Sleep : Extent an Pattern Sleep Enhancement pasien
Kurang kontrol tidur Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitor kebutuhan tidur pasien 2. Untuk mengetahui tanda-tanda vital
keperawatan selama 1x 8 Jam pasien 2. Monitor TTV pasien
dapat memenuhi kebutuhan istirahat 3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
dengan baik dengan kriteria hasil : 4. Fasilitasi untuk mempertahankan 3. Agar pasien dapat menciptakan
aktivitas sebelum tidur lingkungan yang nyaman untuk tidur
a. Jumlah jam tidur dalam batas
5. Jelaskan pentingnya tidur yang
normal (6-7 jam). 4. Agar pasien melakukan aktivitas
adekuat
sebelum tidur seperti mendengarkan
b. Pola tidur dan kualitas dalam batas 6. Ajarkan teknik relaksasi benson & musik
normal (pasien dapat memulai senam progresif.
tidur, tidur nyenyak, tidak sering 7. Anjurkan pasien untuk melakukan 5. Agar pasien melakukan aktivitas
terbangun di tengah malam dan teknik relaksasi benson & senam sebelum tidur seperti mendengarkan
saat bangun badan terasa segar). progresif sebelum tidur. musik

6. Untuk meningkatkan kualitas tidur


pasien

7. Agar pasien malakukan teknik relaksasi


benson & senam progresif setiap hari

8. Agar pasien dapat melakukan teknik


relaksasi benson & senam progresif
untuk meningkatkan kualitas tidur
pasien
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosa Tujuan Intervensi RASIONALISASI
keperawatan

2. Defisiensi NOC: NIC:


Setelah dilakukan tindakan Pendidikan kesehatan (5510)
pengetahuan 1. Untuk meningkatkan
keperawatan selama 1x8 jam, kualitas tidur pasien
berhubungan Kesiapan meningkatkan 1) Penyuluhan kesehatan tentang
pengertian, jenis, penyebab, gejala, dan 2. Agar pasien mengenal dan
dengan kurangnya pengetahuan dapat teratasi komplikasi gangguan tidur serta
dengan kriteria hasil: mengetahui tentang
pengetahuan pencegahannya gangguan tidur
2) Gunakan strategi dan intervensi dalam
tentang cara Pengetahuan: Proses program pendidikan kesehatan (leaflet
mengatasi Penyakit (1803) tentang pengertian, jenis, penyebab,
1) Mengenal dan mengetahui gejala, dan komplikasi gangguan tidur
gangguan tidur. tentang gangguan tidur. (2- serta pencegahannya
4)
2) Mengatur pola tidur sehat
(3-4) Dukungan pengambilan keputusan
(5250)

3) Berikan informasi yang dibutuhkan.


4) Jelaskan tujuan dan manfaat.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI


Jumat, 01-03-2019 Pukul :
- Memonitor kebutuhan tidur pasien
Pukul :
- Memonitor TTV
Pukul :
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
Pukul:
- Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Pukul :
- Mengajarkan teknik relaksasi benson &
senam progresif
Pukul
- Menganjurkan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi benson & senam progresif
sebelum tidur.
TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
Jumat, 01-03-2019 Pukul :

- Memberikan informasi yang dibutuhkan.

Pukul :

- Menjelaskan tujuan dan manfaat.

Pukul :

- Melakukan penyuluhan kesehatan tentang


pengertian, jenis, penyebab, gejala, dan
komplikasi gastritis serta pencegahannya

Pukul:

- Menggunakan strategi dan intervensi dalam


program pendidikan kesehatan (leaflet
tentang pengertian, jenis, penyebab, gejala,
dan komplikasi gastritis serta
pencegahannya
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Gangguan Pola Tidur


Gangguan pola tidur adalah kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dan
perubahan waktu tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas
sehari- hari. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal.
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang di inginkannya.
B. Etiologi / Penyebab
a. Penyakit
Seorang yang mengalami sakit, memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal.
Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada keadaan terang dan nyaman, kemudian terjadi
perubahan-perubahan suasana makan dan menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi berpengaruh untuk menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan
waspada menahan ngantuk.
d. Kelelahan
Apabila kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM ( Rapid Eye
Movement )
e. Kecemasan
Keadaan cemas meningkatkan saraf simpatis, sehingga mengganggu tidur.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alcohol dapat
mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
g. Obat – obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :
o Diuretik : menyebabkan insomnia
o Anti depresan : supresi REM
o Kafein : meningkatkan saraf simpatis
o Beta Bloker : menimbulkan insomnia
o Narkotika : mensupresi REM
C. Macam – Macam Gangguan Tidur
a. Insomnia
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan
gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus
(lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di
tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali penderita terbangun lebih
cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur. Ada tiga jenis gangguan
insomnia, yaitu: susah tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun di tengah malam
(sleep maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari yang
diinginkan (early awakening insomnia). Cukup banyak orang yang mengalami satu
dari ketiga jenis gangguan tidur ini. Dalam penelitian dilaporkan bahwa di Amerika
Serikat sekitar 15 persen dari total populasi mengalami gangguan insomnia yang
cukup serius.
b. Hipersomnia
Gangguan ini adalah kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita dianggap
memiliki gangguan jiwa atau malas. Para penderita hypersomnia membutuhkan
waktu tidur yang sangat banyak dari ukuran normal. Meskipun penderita tidur
melebihi ukuran normal, namun mereka selalu merasa letih dan lesu sepanjang hari.
Namun gangguan ini tidaklah terlalu serius dan dapat diatasi sendiri oleh penderita
dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen diri.
c. Parasomnia
Jika insomnia merupakan gejala kesulitan untuk tidur, maka hipersomnia adalah
kebalikan dari insomnia. Hipersomnia merupakan gangguan karena terlalu banyak
tidur. Penderita hipersomnia biasanya akan lebih banyak tidur jika dibandingkan
dengan orang lain, bahkan di siang hari sekalipun. Kondisi ini biasanya dikarena
gangguan yang terjadi pada sistem syaraf ataupun sistem metabolisme tubuh. Namun
belum diketahui dengan jelas penyebab pasti gangguan tidur ini. Hindari kaefein agar
gangguan tidur ini bisa berkurang secara perlahan.
d. Narcolepsy
Gangguan tidur ini cukup aneh karena seseorang akan mengalami serangan
tidur secara mendadakn. Seseorang yang terkena narkolepsi akan mengalami
kesulitan untuk mempertahankan kesadaran, bahkan akan sangat sulit terjaga.
Narkolepsi ini biasanya dikarenakan REM (Rapid Eye Movement) yang membuat
seseorang mengalami mimpi dimana seakan akan orang tersebut mengalami
penyerangan dalam kondisi sadar. Untuk mengatasinya bisa dengan mengubah gaya
hidup dan juga mengurangi konsumsi obat-obatan.
e. Sleep Apnea
Gangguan tidur lainnya yang bisa saja terjadi adalah sleep apnea. Gangguan ini
biasanya terjadi dikarenakan saluran pernapasan yang ada di bagian atas mengalami
penyumbatan. Sehingga pernapasan menjadi terhambat dan membuat anda dapat
terbangun dari tidur. Gangguan ini biasanya bisa terjadi berulang ulang kali dan
tentunya berdampak pada aktivitas di siang hari. Orang yang mendengkur akan
memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami sleep apnea ini. Untuk mengatasinya,
bisa dilakukan dengan menurunkan berat badan bila berlebih, mengubah posisi tidur
dengan tidak tidur terlentang, dan juga berhenti mengkonsumsi obat tidur.
f. Mendengkur
Biasanya hal ini sering dialami orang dewasa, namun tak menutup kemungkinan
hal ini juga dialami oleh anak kecil lainnya. Suara dengkuran ini berasal dari udara
yang masuk dan kemudian menggetarkan jaringan halus yang ada di tenggorokan.
Selain menganggu, mendengkur juga dapat pertanda jika terdapat masalah utama
pada tidur yang lebih serius.
g. Nightmare
Nightmare atau teror malam merupakan gangguan tidur yang memang cukup
menakutkan, hal ini akrena penderitanya akan mendadak terbangun dari tidur bahkan
hingga berteriak dan mengangis ketakutan. Hal ini biasanya terjadi karena mimpi
buruk yang dialaminya bahkan hingga mempengaruhi jiwa penderitanya.
h. Sleep Walking
Setidaknya kasus ini menimpa sekitar 15% orang dewasa, bahkan angka ini
lebih tinggi pada anak kecil. Tidak diketahui penyebab pasti dari gangguan tidur ini,
namun stress dan kesulitan tidur menjadi faktor utama. Genetika juga dapat menjadi
penyebab dari sleep walking atau tidur berjalan ini. Orang yang tidur sambil berjalan
memang tidak membahayakan, namun akan sangat berbahaya jika sedang sendiri.
Terjatuh, tersengat listrik, dan lainnya dapat menjadi resiko terbesar yang bisa
dialami.
i. Sleep Paralysis
Sleep paralysis atau orang orang menyebutnya sebagai ketindihan memang
seringkali dikaitkan dengan hal-hal berbau mitos. Namun terdapat penjelasan ilmiah
dari gangguan tidur ini. Saat fase REM, aktivitas mimpi akan semakin meningkat
serta otot-otot akan berdiam seakan akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan
sementara ini merupakan kondisi untuk mengamnkan diri agar tidak bertindak seperti
apa yang sedang diimpikan. Namun terkadang kelumpuhan ini tetap dapat terjadi
bahkan setelah terbangun sehingga dinamakan sleep paralysis.
D. Manifestasi Klinik
Gejala klinik ditandai dengan perasaan lelah. Gelisah emosi apatis adanya
kehitaman didaerah sekitar mata bengkak konjungtiva merah, mata perih, perhatian tidak
fokus dan sakit kepala.
E. Patofisiologi
Tidur merupakan peangaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme
screablea yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat
tidur dan bangun, Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf
perifer Endokrin kardiosvakuler, respirasi muskuloskeletal (Robinson 1993,dalam potter).
Tiap kejadian tersebut dapat di identifikasi atau di rekam dengan electreoencephalogram
(EEG) untuk aktifitas listrik otak, pengukran tonus otot dengan meggunakan
elektromiogram(EMG) dan elektroculogram (EOG) untuk mengukur pergeraka mata.
Pengaturan dan control tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme
selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat oak untuk tidur dan
bangun. Recticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas di yakini
mampunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS
memberikan stimulus visual,audiotori,nyeri dan ensori raba. Juga menerima stimulus dari
korteks serebri. (emosi,proses,pikir).
Pada keadaan sadar mengkibtkan neuron-neuron dalam RAS melepakan
katekolamin misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin di sebabkan oleh pelpasa serum
serotinin dari sel-sel spesifikdi pons dan batang otak tengah yaitu Bulbarsyncronizing
regional (BSR) bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan implus
yang di terima dari pusst otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya
dan system limbiks seperti emosi.
Seseoranng yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha
dalam posisi rileks, jika ruangan gelap dan tenang aktifitas RAS menurun, pada saat itu
BSR mengeluarkan serum serotonin.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan Khusus
c. ENG
d. Audiometridan BAEP
e. Psikiatrik
G. Penatalaksanaan
a. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur faktor yang menyebabkan
gangguan tidur bermacam – macam biasanya pasien dapat mengidentifikasi penyebab
masalah gangguan tidur seperti nyeri akut, kecemasan, dll.
b. Mengurangi distraksi lingkungan
Distrkasi lingkungan adalah masalah utama pasien rawat inap cara untuk
mengatasinya antara lain :
- Tutup pintu kamar pasien
- Pasang kelambu
- Matikan pesawat telepon
- Redupkan atau matikan lampu
c. Membuat pasien untuk memacu tidur
- Anjurkan pasien untuk mandi
- Anjurkan pasien untuk minum susu hangat
- Anjurkan pasien untuk baca buku
H. Tahapan-Tahapan Tidur
a. Tahapan NREM (Non Rapied Eye Movement)
Merupakan tahap tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena
gelombang atak tidak atau lambat dari gelombang-gelombang dan pada orang yang
sadar atau tidak tidur.
1) NREM Tahap 1
- Tingkat transisi
- Merespon cahaya
- Berlangsung beberapa menit
- Mudah bangun dengan rangsangan
2) NREM Tahap 2
- Periode suara tidur
- Nilai relaksasi otot
- Berlangsung 10-20 menit
- Fungsi tubuh berlangsung lambat
- Dapat dibangunkan dengn mudah
3) NREM Tahap 3
- Menjadi tahap awal tidur yang dalam
- Otot-otot menjadi relaks penuh sehingga dibangunkan
- Jarang bergerak
- Tanda-tanda vital menurun namun teratur.
- Berakhir 15-30 menit
4) NREM Tahap 4
- Menjadi tahap tidur terdalam
- Individu menjadi sulit dibangunkan
- Jika kurang tidur individu akan menyeimbangkan porsi tidurnya pada tahap
ini.
- Tanda-tanda vital menurun secara bermakna.
b. Tahap tidur REM (Rapied Eye Movement)
Merupakan tidur dalam keadan atau kondisi aktif atau tidur paradoksial, tahapan tidur
REM :
1) Lebih sulit dibangunkan daripada tidur NREM
2) Dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya.
3) Jika terbangun pada tahap ini akan terjadi mimpi
4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi, berperan dalam belajar,
memori dan adaptasi.
SENAM PROGRESIF
Berikut dipaparkan masing-masing gerakan dan penjelasan mengenai otot otot yang
dilatih dalam senam progresif.

1) Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara
menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Klien diminta membuat
kepalan ini semakin kuat (gambar 2), sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik.
Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami. Prosedur serupa juga
dilatihkan pada tangan kanan.
2) Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan ini
dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan
sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari
menghadap ke langit-langit (gambar 2).

3) Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah otot besar
yang terdapat di bagian atas pangkal lengan (lihat gambar 3). Gerakan ini diawali dengan
menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua
kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.

4) Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk


mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara mengangkat kedua
bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga.
Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung
atas, dan leher.
5) Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang ditujukan untuk
melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi, mata,
rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi
dan alis sampai ototototnya terasa dan kulitnya keriput. Gerakan yang ditujukan untuk
mengendurkan otot-otot mata diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata
(gambar 5).

6) Gerakan ke enam dengan cara menutup mata


7) Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot-
otot rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi
sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang.
8) Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

9) Gerakan kesembilan (gambar 7) dan gerakan kesepuluh (gambar 7) ditujukan untuk


merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang. Gerakan diawali dengan otot
leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan. Klien dipandu meletakkan
kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala pada
permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat merasakan ketegangan di
bagian belakang leher dan punggung atas.
10) Sedangkan gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan (lihat
gambar 7). Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian
klien diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya. Sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka.
11) Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat
dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung
dilengkungkan, lalu busungkan dada sehingga tampak seperti pada gambar 6. Kondisi
tegang dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh
kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas.

12) Gerakan berikutnya adalah gerakan keduabelas, dilakukan untuk melemaskan otototot
dada. Pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik nafas panjang untuk mengisi paru-
paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan
dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana dengan gerakan yang
lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan rileks.
13) Setelah latihan otot-otot dada, gerakan ketiga belas bertujuan untuk melatih otot-otot
perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian
menahannya sampai perut menjadi kencang dank eras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas,
kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut ini. Gerakan 14 dan 15
adalah gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki. Gerakan ini dilakukan secara berurutan.
14) Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara
meluruskan kedua belah telapak kaki (lihat gambar delapan) sehingga otot paha terasa
tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut (lihat gambar delapan),
sedemikian sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis. Sebagaimana prosedur relaksasi
otot, klien harus menahan posisi tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya.
Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria, dkk. 2015-2017. Nursing Interventions Clasification. Ed.5 Bahasa


Indonesia. Indonesia. Elsevier.
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, 2000
Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: ECG.
Martono, H. (2009). Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Moorhead, Sue, dkk. 2015-2017. Nursing Outcomes Classification. Ed.5 Bahasa
Indonesia. Indonesia.
Oliveira, A. (2010). Sleep Quality of Elders Living in Long-Term Care Institutions.
Diperoleh dari: http://www.scielo.br/pdf/reeusp/v44n3/en_10.pdf.
Potter dan Perry. 2006. Fundamental Keperawatan II edisi 4. Jakarta: EGC
Potter, P.A.,& Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik(Volume 2) (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik (Volume 1) (Edisi 7). Jakarta: EGC
Stanley, M.& Beare, P. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (Edisi 2). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai