Disusun Oleh :
1. Iryane Desianta Putri (1910206014)
2. Amalia Yuyun Pratmasari (1910206017)
3. Wening Pangestuti (1910206129)
4. Lusi Saraswati (1910206144)
7. Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur
Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang poli RSJ Grhasia
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
Evaluasi Hasil
Pasien dapat menjawab pertanyaan tentang materi yang telah
disampaikan
Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan adalah semua pasien
Pasien antusias terhadap materi penyuluhan yang disampaikan
Pasien mendengarkan penyuluhan dengan seksama
Pasien mengajukan pertanyaan
8. Job Description
a. Moderator
Memandu jalannya acara penyuluhan
b. Penyaji
Menyajikan materi kepada peserta
c. Observer
Menilai jalannya acara penyuluhan
d. Fasilitator
Mendampingi peserta dan memotivasi peserta untuk tetap mengikuti acara
PENGESAHAN
Sasaran Penyuluh
Mengetahui
Pembimbing,
MATERI SAP
PERAWATAN PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri. Hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil
melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri
sebelumnya. Suicide diyakini merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk
mengatasi kesedihan yang mendalam.
Bunuh diri merupakan suatu kejadian yang tidak jarang terjadi. Pada umumnya
tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress. Perilaku bunuh diri
berkembang dalam rentang di antaranya:
a. Suicidal ideation
Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metode yang
digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan
mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
b. Suicidal intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk
melakukan bunuh diri
c. Suicidal threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan dalam, bahkan
ancaman untuk mengakhiri hidupnya
d. Suicidal gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri
yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk
melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak
mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada
lengannya. Hal ini terjadi karena individu mengalami ambivalen antara mati dan hidup
dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin
diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di
namakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak
mampu diselesaikan.
e. Suicidal attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan
tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan. walaupun demikian
banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak
terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan
masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
dan beradaptasi dengan stressor).
3. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari
marah yang diarahkan pada diri sendiri.
4. Penyebab lain
Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
Tangisan untuk minta bantuan
Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih baik
3. Tanda-tanda Beresiko Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan psikiatri. Meskipun
suicide (bunuh diri) adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada
kasus depresi, penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid,
borderline, antisosial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. Ada 4 hal yang
krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah:
1. Bunuh diri merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah
sakit jiwa
2. Faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian
pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan
training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien.
3. Pengkajian bunuh diri seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah
sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya.
4. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap
isyarat perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang
penting dalam menurunkan angka bunuh diri di rumah sakit.
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan bahwa pasien memiliki resiko apabila
menunjukkan perilaku sebagai berikut :
1 Sex (jenis kelamin) Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali lebih
tinggi dibanding wanita, meskipun wanita lebih sering
3 kali dibanding laki laki melakukan percobaan bunuh
diri
4 Previous attempts 65- 70% orang yang melakukan bunuh diri sudah
(Percobaan pernah melakukan percobaan sebelumnya
sebelumnya)
7 Sosial support lacking Orang yang melakukan bunuh diri biasanya kurannya
(Kurang dukungan dukungan dari teman dan saudara, pekerjaan yang
sosial) bermakna serta dukungan spiritual keagaamaan
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka
sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya :
1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri, dengan cara :
Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang
perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan klien
misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya
lainnya.
Membuat kontrak baik lisan maupun tertulis dengan perawat untuk tidak melakukan
tindakan yang mencederai diri Misalnya : ”Saya tidak akan mencederai diri saya
selama di RS dan apabila muncul ide untuk mencederai diri akan bercerita terhadap
perawat.”
Makanan seharusnya diberikan pada area yang mampu disupervisi dengan catatan :
o Yakinkan intake makanan dan cairan adekuat
o Gunakan piring plastik atau kardus bila memungkinkan.
o Cek dan yakinkan kalau semua barang yang digunakan pasien kembali pada
tempatnya.
o Ketika memberikan obat oral, cek dan yakinkan bahwa semua obat diminum.
o Rancang anggota tim perawat untuk memonitor secara kontinyu.
o Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya penurunan stimuli.
o Instruksikan pengunjung untuk membantasi barang bawaan ( yakinkan untuk tidak
memberikan makanan dalam tas plastic)
o Pasien yang masih akut diharuskan untuk selalu memakai pakaian rumah sakit.
o Melakukan seklusi dan restrain bagi pasien bila sangat diperlukan
o Ketika pasien sedang diobservasi, seharusnya tidak menggunakan pakaian yang
menutup seluruh tubuhnya. Perlu diidentifikasi keperawatan lintas budaya.
o Individu yang memiliki resiko tinggi mencederai diri bahkan bunuh diri perlu adanya
komunikasi oral dan tertulis pada semua staf.
3. Membantu meningkatkan harga diri klien
Tidak menghakimi dan empati
Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls
yang rendah
Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social