Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN


PADA PASIEN RISIKO BUNUH DIRI
DI POLI RSJ GRHASIA SLEMAN
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
1. Iryane Desianta Putri (1910206014)
2. Amalia Yuyun Pratmasari (1910206017)
3. Wening Pangestuti (1910206129)
4. Lusi Saraswati (1910206144)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Perawatan Pada Pasien dengan Resiko Bunuh Diri


Sasaran : Keluarga pasien dan pasien
Tempat : Poli RSJ GRHASIA
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Desember 2019
Waktu : 10.00-10.45 WIB (45 menit)
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, keluarga pasien dapat menjelaskan kembali mengenai
cara perawatan pada pasien dengan resiko bunuh diri.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan tentang perawatan pada pasien dengan resiko bunuh
diri, keluarga pasien dapat:

a. Menjelaskan pengertian bunuh diri


b. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan bunuh diri
c. Menjelaskan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri sebelum dibawa ke
rumah sakit
d. Mengetahui perawatan pasien dengan resiko bunuh diri selama di rumah sakit
e. Menjelaskan cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri setelah keluar dari
rumah sakit
3. Materi Pembelajaran
a. Pengertian sosialisasi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan sosialisasi
c. Cara-cara mempertahankan hubungan dengan teman
d. Menjelaskan manfaat menjaga hubungan dengan teman
e. Cara untuk berteman dengan banyak orang dengan mudah
4. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Tanya jawab
5. Media
a. Leaflet
6. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta Keterangan

1 5 menit Pembukaan 1. Memperkenalkan 1. Menjawab Moderator


diri salam dan
2. Menjelaskan mendengarkan
tujuan penyuluhan 2. Melihat dan
3. Melakukan mendengarkan
kontrak waktu 3. Memahami
4. Menjelaskan
mekanisme
penyuluhan
2 15 Pelaksanaan 1. Menggali 1. Mendengarkan 1. Moderator
menit pengetahuan dan dan menjawab 2. Penyaji
pengalaman 2. Mendengarkan, menjelaskan
peserta tentang memperhatikan materi
perawatan pasien dan memahami tentang
dengan resiko materi perawatan
bunuh diri pasien
2. Memberikan dengan resiko
materi tentang bunuh diri.
pengertian, faktor-
faktor, dan cara –
cara perawatan
pasien dengan
resiko bunuh diri.
1. Moderator
3. 10 Penutup 1. Memberi 1. Mengajukan
menit kesempatan pertanyaan
peserta untuk
bertanya
2. Semua
2. Membahas
anggota
masing-masing 2. Mendengarkan
penyuluhan
pertanyaan yang dan
diajukan peserta memperhatikan
3. Moderator
3. Menanyakan
kembali tentang
3. Menjawab
materi yang telah
pertanyaan
diberikan
4. Menyimpulkan
materi penyuluhan
5. Mengucapkan
4. Memperhatikan
terima kasih
6. Mengucapkan
salam penutup 5. Menjawab
salam

7. Kriteria Evaluasi
 Evaluasi Struktur
 Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang poli RSJ Grhasia
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
 Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
 Evaluasi Hasil
 Pasien dapat menjawab pertanyaan tentang materi yang telah
disampaikan
 Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan adalah semua pasien
 Pasien antusias terhadap materi penyuluhan yang disampaikan
 Pasien mendengarkan penyuluhan dengan seksama
 Pasien mengajukan pertanyaan
8. Job Description
a. Moderator
Memandu jalannya acara penyuluhan
b. Penyaji
Menyajikan materi kepada peserta
c. Observer
Menilai jalannya acara penyuluhan
d. Fasilitator
Mendampingi peserta dan memotivasi peserta untuk tetap mengikuti acara
PENGESAHAN

Sasaran Penyuluh

Keluarga Pasien dan Pasien di Poli RSJ Kelompok B4


Grhasia

Mengetahui

Pembimbing,
MATERI SAP
PERAWATAN PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri. Hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil
melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri
sebelumnya. Suicide diyakini merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk
mengatasi kesedihan yang mendalam.
Bunuh diri merupakan suatu kejadian yang tidak jarang terjadi. Pada umumnya
tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress. Perilaku bunuh diri
berkembang dalam rentang di antaranya:
a. Suicidal ideation
Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metode yang
digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan
mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
b. Suicidal intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk
melakukan bunuh diri
c. Suicidal threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan dalam, bahkan
ancaman untuk mengakhiri hidupnya
d. Suicidal gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri
yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk
melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak
mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada
lengannya. Hal ini terjadi karena individu mengalami ambivalen antara mati dan hidup
dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin
diselamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di
namakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak
mampu diselesaikan.
e. Suicidal attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan
tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan. walaupun demikian
banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.

2. Faktor-Faktor Penyebab Bunuh Diri


1. Faktor genetik dan teori biologi
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping
itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya
resiko buuh diri.

2. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak
terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan
masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
dan beradaptasi dengan stressor).

3. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari
marah yang diarahkan pada diri sendiri.

4. Penyebab lain
 Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
 Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
 Tangisan untuk minta bantuan
 Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih baik
3. Tanda-tanda Beresiko Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan psikiatri. Meskipun
suicide (bunuh diri) adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada
kasus depresi, penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid,
borderline, antisosial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. Ada 4 hal yang
krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah:
1. Bunuh diri merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah
sakit jiwa
2. Faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian
pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan
training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien.
3. Pengkajian bunuh diri seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah
sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya.
4. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap
isyarat perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang
penting dalam menurunkan angka bunuh diri di rumah sakit.
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan bahwa pasien memiliki resiko apabila
menunjukkan perilaku sebagai berikut :

1. Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri


2. Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri
3. Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri
4. Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa
5. Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
6. Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alkohol
7. Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
8. Menunjukkan impulsivitas dan agressif
9. Sedang mengalami kehilangan yang cukup signifikan atau kehilangan yang bertubi-tubi
dan secara bersamaan
10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misalnya pistol, obat,
racun.
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan pengobatan
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
Banyak instrumen yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien melakukan
bunuh diri diantaranya dengan SAD PERSONS

NO. SAD PERSONS Keterangan

1 Sex (jenis kelamin) Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali lebih
tinggi dibanding wanita, meskipun wanita lebih sering
3 kali dibanding laki laki melakukan percobaan bunuh
diri

2 Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau lebih


muda, 45 tahun atau lebih tua dan khususnya umur 65
tahun lebih.

3 Depression 35 – 79% oran yang melakukan bunuh diri mengalami


sindrome depresi.

4 Previous attempts 65- 70% orang yang melakukan bunuh diri sudah
(Percobaan pernah melakukan percobaan sebelumnya
sebelumnya)

5 ETOH ( alkohol) 65 % orang yang suicide adalah orang


menyalahnugunakan alkohol

6 Rational thinking Loss Orang skizofrenia dan dementia lebih sering


(Kehilangan berpikir melakukan bunuh diri disbanding general populasi
rasional)

7 Sosial support lacking Orang yang melakukan bunuh diri biasanya kurannya
(Kurang dukungan dukungan dari teman dan saudara, pekerjaan yang
sosial) bermakna serta dukungan spiritual keagaamaan

8 Organized plan Adanya perencanaan yang spesifik terhadap bunuh diri


(perencanaan yang merupakan resiko tinggi
teroranisasi)

9 No spouse ( Tidak Orang duda, janda, single adalah lebih rentang


memiliki pasangan) disbanding menikah

10 Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko tinggi


melakukan bunuh diri.

Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :

1. Riwayat masa lalu :


 Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
 Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
 Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
 Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
 Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisosial
 Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
2. Symptom yang menyertainya
a. Apakah klien mengalami :

 Ide bunuh diri


 Ancaman bunh diri
 Percobaan bunuh diri
 Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia dimana
hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.

Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka
sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya :

 Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan


 Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk
melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya.
 Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk merencanakan dan
mengagas akan suicide
 Menentukan bagaiamana metode yang mematikan itu mampu diakses oleh klien.
Aktivitas keperawatan secara umum :

1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri, dengan cara :

 Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.


 Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan sosial
yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping
mekanisme yang biasa digunakan.
2. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko, managemen
untuk klien yang memiliki resiko tinggi;

 Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang
perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
 Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan klien
misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya
lainnya.
 Membuat kontrak baik lisan maupun tertulis dengan perawat untuk tidak melakukan
tindakan yang mencederai diri Misalnya : ”Saya tidak akan mencederai diri saya
selama di RS dan apabila muncul ide untuk mencederai diri akan bercerita terhadap
perawat.”
 Makanan seharusnya diberikan pada area yang mampu disupervisi dengan catatan :
o Yakinkan intake makanan dan cairan adekuat
o Gunakan piring plastik atau kardus bila memungkinkan.
o Cek dan yakinkan kalau semua barang yang digunakan pasien kembali pada
tempatnya.
o Ketika memberikan obat oral, cek dan yakinkan bahwa semua obat diminum.
o Rancang anggota tim perawat untuk memonitor secara kontinyu.
o Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya penurunan stimuli.
o Instruksikan pengunjung untuk membantasi barang bawaan ( yakinkan untuk tidak
memberikan makanan dalam tas plastic)
o Pasien yang masih akut diharuskan untuk selalu memakai pakaian rumah sakit.
o Melakukan seklusi dan restrain bagi pasien bila sangat diperlukan
o Ketika pasien sedang diobservasi, seharusnya tidak menggunakan pakaian yang
menutup seluruh tubuhnya. Perlu diidentifikasi keperawatan lintas budaya.
o Individu yang memiliki resiko tinggi mencederai diri bahkan bunuh diri perlu adanya
komunikasi oral dan tertulis pada semua staf.
3. Membantu meningkatkan harga diri klien
 Tidak menghakimi dan empati
 Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
 Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
 Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls
yang rendah
 Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social

 Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan


dukungan social yang adekuat
 Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring
sosial yang bisa di akses.
 Dorong klien untuk melakukan aktivitas sosial
5. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.

 Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif


 Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.
 Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum anda
memiliki pikiran bunuh diri’
 Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping
 Explorasi perilaku alternative
 Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai
 Bantu klien untuk mengidentifikasi pola piker yang negative dan mengarahkan secara
langsung untuk merubahnya yang rasional.
6. Initiate Health Teaching dan rujukan, jika diindikasikan
 Memberikan pembelajaran yan menyiapkan orang mengatasi stress (relaxation,
problem-solving skills).
 Mengajari keluarga ekspresi perasaan yang konstruktif
 Intruksikan keluarga dan orang lain untuk mengetahui peningkatan resiko : perubahan
perilaku, komunikasi verbal dan nonverbal, menarik diri, tanda depresi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37179812/SAP_PENCEGAHAN_TERSIER_RESIKO_BUNUH_DI
RI
https://www.academia.edu/37179812/SAP_PENCEGAHAN_TERSIER_RESIKO_BUNUH_DI
RI.

Anda mungkin juga menyukai