Disusun Oleh :
Disusun Oleh:
Mengetahui:
Clinical Intruction Wisma Nakula
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan perkumpulan dua orang atau lebih individu yang hidup bersama
dalam keterikatan, emosional dan setiap individu memiliki peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Fatimah, 2010).
Menurut Mubarak (2009) keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang
terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan darah, ataupun adopsi, dan setiap anggota
keluarga saling berinteraksi satu dengan lainnya. Sedangkan menurut UU No. 52 Tahun
2009, mendifinisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Wirdhana et al.,
2012).
Peran dalam keluarga sangat dibutuhkan klien guna memenuhi kesehatan jiwa setiap
kliennya. Dalam sebuah keluarga terdapat suatu system yang tidak dapat dipisahkan. Hal
ini menujukkan bahwa jika salah satu anggota keluarga itu terserang penyakit atau
mempunyai masalah maka anggota keluarga lain pasti akan merasakan dan berperan
aktif dalam proses pemulihan atau penyelesaian masalah tersebut. Keluarga merupakan
unit terpenting dalam pemulihan kesehatan jiwa karena keluarga adalah tempat dimana
klien pertama kali mendapatkan pendidikan perilaku dan tempat dimana klien
berhubungan interpersonal.
saya Iryane Desianta dan ini teman saya Amalia yuyun, kami
kegiatan lain.”
Keluarga : “ iya mbak. Awalnya saya mempunyai pacar tetapi saya tidak
setelah itu saya punya pacar lain dan kemudian saya merasa
kecewa dan agak sedih sampai dihati itu rasanya nyesak dan
keluarga saya.
Keluarga :” kalau pas dirumah biasa, hanya pas kumat saya sering
marah-marah.
Mahasiswa :” oh begitu ya pak, apakah bapak sudah tau apa yang diderita
Mahasiswa :” nggih jadi nanti jika Tn. H sudah pulang tolong untuk
Keluarga :” pagi jam 09.00, siang jam 13.00 dan malam jam 20.00 kan
mbak.”
Mahasiswa :” kurang tepat bapak, jadi untuk minum obat jika pagi pukul
07.00, siang pukul 13.00 dan malam jam 19.00 ya pak. Selalu
dipantau ya pak..”
Fase Terminasi
Mahasiswa :” baik pak, coba diulangi pak tadi apa yang dilakukan untuk
menghilangkan halusinasinya?”
Keluarga : “untuk tarik nafas dalam dan mengajak Tn.H ngobrol dengan
minum obat.”
Mahasiswa :” iya benar sekali ibu, ibu sudah mengerti apa yang saya
bincang?”
Keluarga :” senang mbak, saya jadi plong rasanya, dan jadi tahu apa
kegiatan bapak..”
assalamualaikum”
A. Tujuan
jiwa
d. Keluarga dapat mengerti penyebab, tanda dan gejala serta akibat resiko
perilaku kekerasan.
kekerasan.
kekerasan.
a. Ceramah
b. Diskusi
C. Media
1. Leaflet
Tahap Kegiatan pemberi materi Kegiatan sasaran Media
Orientasi - Salam terapeutik
Assalammualaikum.. selamat sore Menjawab salam
Bapak & Ibu. Bapak & Ibu
Perkenalkan nama saya .............
Saya mahasiswadari UNISA profesi
Ners. saya yang merawat Tn.H
selama kurang lebih 6 hari kemarin
di Wisma Nakula RSJ Grasia DIY, Memperhatikan
tujuan saya kesini adalah untuk
menjelaskan mengenai masalah
keperawatan yang dialami oleh Tn.H
".
"Boleh saya tahu, nama bapak& Ibu
siapa ? biasa dipanggil siapa ?.
- Evaluasi/validasi
Benarkah ini rumah keluarganya Menjawab pertanyaan
Tn.H?
- Kontrak Topik:
Begini pak tujuan saya ke rumah
bapak adalah untuk melengkapi dan
mengklarifikasi data yang didapat Menjawab pertanyaan
dari Tn.H serta melakukan asuhan
keperawatan, yaitu memberi Memeperhatikan
penyuluhan kesehatan jiwa kepada
keluarga khususnya keperawatan
yang dihadapi oleh Tn.H.
Bagaimana pak apakah Bapak
menyetujuinya?
- Kontrak waktu:
Baiklah pak kalau bapak setuju kira-
kira bapak ada waktu berapa lama Menjawab pertanyaan
untuk berbincang-bincang dengan
saya? Bagaimana kalau satu jam, Memperhatiakan
apakah bapak setuju?
- Kontrak tempat: Dimana kita akan
berbincang-bincang pak?..baiklah
SP 1
Apakah bapak dan keluarga
mempunyai masalah dalam merawat
Ny.Sm/Ny.Ss? Apa saja masalah dan
kendalanya pak? Bisa bapak
ceritakan? baik seperti itu nggeh pak.
Setelah saya mendengarkan apa yang
bapak ceritakan dan dari hasil
pengkajian selama di RSJ Grasia DIY
bahwa Tn.H mempunyai resiko
perilaku kekerasan. Jadi saya akan
Fase Kerja menjelaskan tentang resiko perilaku
kekerasanyang dialami oleh Tn.H.
Sebelumnya Ini pak saya punya
leafletnya silahkan Bapak Lihat. Jadi
begini pak yang dimaksud dengan
resiko perilaku kekerasan adalah
suatu keadaan dimana seorang
individu mengalami perilaku yang Leaflet
dapat melukai secara fisik baik
terhadap diri sendiri maupun orang
lain. Dimana penyebab dari resiko
perilaku kekerasan itu banyak pak
diantaranya genetik, psikologi, dari Menjawab pertanyaan
dalam diri klien misalnya isolasi
sosial (isos) adalah percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang
lain, atau menghindari untuk
berhubungan dengan orang lain. Ya
seperti itu pak.. sebelumnya apakah
bapak mempunyai pertanyaan?
baiklah pak saya akan melanjutkan
penjelasannya akibat dari resiko
perilaku kekerasan. Itu pak sekilas
tentang resiko perilaku kekerasan.
Apakah bapak masih bingung?
Silahkan bapak tanyakan jika di
leaflet masih ada yang bapak belum
mengerti.
SP 2
Untuk mengendalikan atau
mengontrol resiko perilaku kekerasan
ada beberapa cara pak yaitu: dengan
cara mengajak berdiskusi yaitu
apabila Tn.H sudah mempunyai
gejala-gejala resiko perilaku Menjawab pertanyaan
kekerasan muncul ajak klien
berdiskusi memberikan jadwal
kegiatan untuk aktifitas) berusaha
untuk menjadi teman agar ada teman
berbicara untuk Tn.H (bersosialisasi),
dan mengungkapkan segala
permasalahan (sharing) dengan orang
yang dipercayainya dan dengan cara
yang baik (di praktikkan oleh
perawat). Bagaimana pak apakah ada
yang perlu bapak tanyakan?
selanjutnya cara mengontrol resiko
perilaku kekerasan secara spiritual
seperti berdo’a. Apakah selama
dirumah Tn.H melaksanakan Ibadah
pak? Ibadah juga dapat meredakan
resiko perilaku kekerasan, jadi
keluarga bisa mengejarkan atau
mengajak klien untuk melaksanakan
ibadah.
SP 3
Cara mengontrol resiko perilaku
kekerasan selanjutnya adalah dengan
cara minum obat secara teratur. Disini
peran keluarga sangat berperan dalam
mengawasi klien untuk minum obat Menjawab pertanyaan
secara teratur apabila klien telah
pulang ke rumah. Keluarga harus Memperhatikan
memperhatikan prinsip 5 B. Benar
obat, benar pasien, benar cara, benar
waktu, benar dosis pak.
Bagaimana pak bisakah nanti
keluarga mempraktikkan cara
merawat dengan resiko perilaku
kekerasan. Ya.. baik pak. Kalau
keluarga akan mencobanya.
D. Evaluasi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Resiko
perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis.
Resiko perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan
untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Resiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang
lain.
Resiko perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
B. Rentang Respon
Rentang adaptif Respon Maladaptif
Keterangan :
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri
antara lain :
J. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi
contohnya Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya.
Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine
estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti
psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek
anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus
diberikan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan
uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh
petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan program
kegiatannya.
4. Terapi somatic
Somatic terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan
melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi
adalah perilaku klien
K. Pohon Masalah
Risiko Menciderai ; Orang lain/lingkungan
Ade Herman, S.D. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Purbo, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Direja, A.H.(2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Keliat Budi Anna. (2006). Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC.
Stuart, GW dan Sundeen, S.J, (2010). Buku Saku Keperawatan Jiwa. edisi 3. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.