Anda di halaman 1dari 26

Makalah

Asuhan keperawatan pada pasien hiv aids


D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK IV ( PSIK 3.2)

1. Sarah Sarmauli 17.11.167


2. Sindy Hariani 17.11.173
3. Sona Harahap 17.11.175
4. Suci Nuramalia 17.11.179
5. Suharnita 17.11.181
6. Sulistiani 17.11.182
7. Tri Buana Siregar 17.11.190
8. Tyas Trisnawati 17.11.193
9. Vonoka Bago 17.11.197
10. Wigi Yuliana 17.11.201
11. Willy Junaedi 17.11.205

Institut kesehatan deli husada deli tua

T.A 2019/2020

KATA PENGANTAR
Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Hiv Aids ” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas Mata Pelajaran Keperawatan Keluarga yang diampu oleh Bapak Ns. Adirman
Lapau S.kep
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga
penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat umumnya, dan untuk kami khususnya.

DELITUA,Mei 2020

Kelompok IV

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah HIV/ AIDS adalah maslah besar yang mengancam Indonesia dan banyak
Negara di seluruh dunia. UNAIDS, badan WHO yang mengurusi masalah AIDS,
memperkirakan jumlah odha di seluruh dunia pada Desember 2004 adalah 35,9 – 44,3 juta
orang. Saat ini tidak ada Negara yang terbebas dari HIV/ AIDS. HIV/ AIDS menyebabkan
berbagai krisis secara bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan
Negara, krisis ekonomi, pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/
AIDS menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan, AIDS memerlukan
respon dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk
individu yang terinfeksi HIV. Individu yang terjangkit HIV ini biasanya adalah individu
yang mendapat darah atau produk darah yang terkontaminasi dengan HIV dan anak-anak
yang dilahirkan dari ibu yang menderita infeksi HIV.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada
tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika
makin lama makin meningkat. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun
pada anak-anak tertinggi didunia adalah di Afrika.
Dengan demikian , pada makalah ini akan dibahas mengenai infeksi HIV yang terjadi
pada anak-anak. Hal ini perlu dibahas agar dapat melakukan tindakan yang tepat pada
anak-anak yang terkena HIV, khususnya bagi pemberi perawatan agar laju pertumbuhan
anak yang terkena HIV/AIDS dapat dikurangi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari HIV/AIDS?
2. Apa penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS?
3. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari HIV/AIDS?
5. Apa komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS?
7. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS khususnya pada anak?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai penambah pengetahuan tentang HIV/AIDS. Selain itu juga, tujuan khusus
dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari HIV/AIDS.
2. Mengetahui penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS.
3. Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS.
5. Mengetahui komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS.
6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS.
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS khususnya pada anak.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yakni virus yang
menyerang sistem imun sehingga kekebalan menjadi lemah bahkan sampai hilang.
Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Disease Syndrome,
yakni suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu virus HIV (Sujana, 2007).
HIV secara umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia,
memperbanyak diri didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan manusia
terhadap penyakit infeksi. AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat
hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang yang didapat karena
terinfeksi HIV.
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh
infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler,
dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual,
penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah
lainnya, hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. (DORLAN, 2002)
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan
dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)

2.2 Etiologi
Etiologi atau penyebab dari HIV/AIDS karena terganggunya system imun dalam
tubuh ODHA. Partikel virus bergabung dengan sel DNA pasien sehingga orang yang
terinfeksi HIV akan seumur hidup tetap terinfeksi. Sebagian pasien memperlihatkan gejala
tidak khas seperti demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam dan
lain sebagainya pada 3-6 minggu setelah infeksi (Sudoyo, 2006).
Selain karena terganggunya system imun, HIV juga disebabkan oleh penyebarluasan
melalui berbagai jalur penularan diantaranya:

 Ibu pada bayinya


Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan
CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0’01% sampai 0,07%.
Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi
20% sampai 30%, sedangkan jika gejala AIDS sudah jelas maka kemungkinannya
mencapai 50% (PELKESI, 1995).
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui kontak antara membrane
mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V, 2004).
Penularan dari ibu ke anak yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:
 Selama dalam kandungannya (antepartum)
 Selama persalinan (intrapartum)
 Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (post partum)
 Bayi tertular melalui pemberian ASI
 Darah dan produk darah yang tercemar HIV/ AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar luas.
 Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum dan alat-alat lain yang
menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung
digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV (PELKESI,
1995).
 Penularan melalui hubungan seks
 Pelecehan seksual pada anak.
 Pelacuran anak
Sedangkan menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen
viral (HIV) dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah
melalui hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang
berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang
menggunakan RNA sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan
materi genetic dirinya ke dalam materi genetic sel-sel yang ditumpanginya. Sedangkan
menurut Long (1996), penyebab AIDS adalah Retrovirus yang telah terisolasi cairan tubuh
orang yang sudah terinfeksi yaitu darah, semen, sekresi vagina, ludah, air mata, air susu
ibu (ASI), cairan otak (cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi
vagina dan ASI merupakan sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS. Cairan
transmisi HIV yaitu melalui hubungan darah (transfusi darah/komponen darah, jarum
suntik yang dipakai bersama-sama), seksual (homo bisek/heteroseksual), perinatal (intra
plasenta dan dari ASI). Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik yang terkena
HIV yaitu :
1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut juga
transmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak
yang berusia kurang dari 13 tahun.
2. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofilia).
3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.
4. Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang).

2.3 Patofisiologi
Penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah human
immunodeficiencyvirus (HIV), yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus
tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologis lainnya, dan orang itu
mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap. Sel-sel yang memperkuat dan mengulang
respons imunologis diperlukan untuk mempertahankan kesehatan yang baik dan bila sel-
sel tersebut berkurang dan rusak maka fungsi imun lain akan terganggu.
HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk melewati
sawar darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi limfosit B juga terpengaruh dengan
peningkatan produksi immunoglobulin total yang berhubungan dengan penurunan
produksi antibody spesifik. Dengan memburuknya sistem imun secara progresif, tubuh
menjadi semakin rentan terhadap infeksi oportunistik dan juga berkurang kemampuannya
dalam memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit
multisystem yang dapat bersifat dolman bertahun-tahun karena menyebabkan
imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis penyakit
ini bervariasi orang ke orang (Bezt, Cecily Lynn. 2009).

PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS


Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium,
antara lain (Nursalam, 2007) :
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika
hadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh
hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan (window period).
2. Stadium Asimptomatis (tanpa gejala)
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan
adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.
3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (persistent
generalized lymphadenophaty) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan.
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit
infeksi sekunder

PATHWAY

(HIV RETROVIRUS)
MENYERANG LIMFOSIT T CD4+
kan melalui darah, semen, sekresi vagina, ludah, air mata, ASI

Manifestasi
(STADIUM ASIMPTOMATIK (5-10 klinis
tahun)
Masuk ke dalam organ tubuh tapi
lenjar getah bening di leher, ketiak, paha. Keluar keringat malam hari. Lemas, BB turun 5kg/bulan batuk kering, diare, bercak di kulit,ul
tidak mengalami gejala

(STADIUM PEMBESARAN KELENJAR


LIMFE 1 bulan set. Std,
Asimptomatik)
Tidak ada gejala

Kelainan otak, meningitis, kanker kulit, luka ulserasi, infeksi yang menyebar, TBC, diare kolik,

(STADIUM AIDS)
Tahap akhir infeksi, menyerang limfosit B
akan antibody spesifik dan system saraf
pusat, meliputi selaputnya yang sifatnya
toksik terhadap sel

2.4. Manifestasi Klinis


Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10
tahun. Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang
dewasa. Tanda-tanda yang ditemui pada penderita AIDS antara lain :
1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke dalam tubuh:
sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan 38 0 C sampai 400 C dengan
pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di ketiak, disertai dengan timbulnya
bercak kemerahan pada kulit.

2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah infeksi, dapat
muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis yaitu pembesaran getah
bening yang terus membesar lebih luas misalnya di leher, ketiak dan lipat paha.
Kemudian sering keluar keringat malam tanpa penyebab yang jelas. Selanjutnya timbul
rasa lemas, penurunan berat badan sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare,
bercak-bercak di kulit, timbul tukak (ulceration), perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan,
gangguan penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini diindikasikan dengan adanya
kerusakan sistem kekebalan tubuh.
3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan menderita
AIDS. Pada tahap ini penderita sering diserang penyakit berbahaya seperti kelainan
otak, meningitis, kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru
(TBC), diare kronik, candidiasis mulut dan pneumonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa
perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama
kehidupan. Manifestasi klinisnya antara lain:
1) Berat badan lahir rendah.
2) Gagal tumbuh.
3) Limfadenopati umum.
4) Hepatosplenomegali.
5) Sinusitis.
6) Infeksi saluran pernapasan atas berulang.
7) Parotitis.
8) Diare kronik atau kambuhan.
9) Infeksi bakteri dan virus kambuhan.
10) Infeksi virus Epstein-Barr persisten.
11) Sariawan orofaring.
12) Trombositopenia.
13) Infeksi bakteri seperti meningitis.
14) Pneumonia interstisial kronik.
2.5 Komplikasi
1. Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC).

2. Pneumonia interstitial limfoid.

3. Tuberkulosis (TB).

4. Virus sinsitial pernapasan.

5. Candidiasis esophagus.

6. Limfadenopati

7. Diare kronik

2.6 Penatalaksanaan Medis


Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti,
nosokomial, atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik
transcriptase.
3. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi virus atau
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah:
didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4+ dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
replikasi HIV.
6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu
megubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat,
hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini
juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan
ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV AIDS DALAM KELUARGA

3.1. Kasus

Pada Pasien HIV AIDS di Ruangan RA 1 RSPHAM. Pasien yang dirawat bernama Ny.
R, umur 40 tahun, pekerjaan wiraswasta, masuk rumah sakit tanggal 20 Januari 2020 jam 05.00
Wib. Sumber informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan keluarga
pasien,observasi,pemeriksaan fisik dan catatan medik.

3.2. Pengkajian
Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. R Jenis Kelamin : peempuan

Umur/Tanggal : 23 April 1978 Status : Menikah


Lahir Perkawinan
Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa

Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama: Lemah seluruh badan dan demam sejak satu bulan yang lalu,
tidak ada nafsu makan serta BAB cair dan berwarna kekuningan serta sakit
pada area mulut.

 Kapan : Sejak satu bulan yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit.

 Lokasi : Seluruh badan dan pada area mulut

2. Riwayat Keluhan Utama

 Keluhan : Demam tinggi serta seluruh badan lemas


 Keluhan lain yang menyertai : diare.
 Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : Tidak ada faktor pencetus
yang menimbulkan serangan pada pasien.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan : Dibawa dan
dirawat di Rumah Sakit.

4. Riwayat Penyakit Sebelumnya : Sebelumnya pasien belum pernah mengalami


penyakit yang sama.
 Riwayat penyakit yang pernah diderita : Sebelumnya pasien hanya
menderita demam.
 Riwayat Alergi : Tidak ada alergi terhadap obat dan makanan.
 Riwayat Operasi : Pasien belum pernah dioprasi

Pemeriksaan Fisik
1. Tanda – Tanda Vital
- Tekanan darah : 90/60 mmHg - Nadi : 90x/menit

2. Kepala dan leher

 Kepala : Normal

-Sakit kepala : Tidak ada keluhan sakit pada kepala.


Pusing : ya
- Bentuk , ukuran dan posisi: normal

- Lesi :tidak ada


- Masa :tidak ada
- Observasi Wajah : simetris
- Penglihatan :
- Konjungtiva: Anemis
- Sklera: Normal
- Pakai kaca mata : tidak
- Penglihatan kabur : tidak

- Nyeri : Tidak
- Peradangan : Tidak
- Operasi : Pasien tidak pernah mengoperasi mata.
- Pendengaran
- Gangguan pendengaran : tidak
- Nyeri : tidak
- Peradangan : tidak
- Hidung

- Alergi Rhinnitus tidak


- Riwayat Polip tidak
- Sinusitis tidak
- Epistaksis tidak
- Tenggorokan dan mulut

- Keadaan gigi : Kotor


- Caries : Ya,
- Memakai gigi palsu : tidak
- Gangguan bicara : Ya
- Gangguan menelan : Ya
- Pembesaran kelenjar leher : tidak
3. Sistem Respirasi
- Keluhan : Batuk berdahak

- Inspeksi :
Jejas : tidak

Bentuk Dada : Normal

Jenis Pernapasan : Abnormal, (Dispnea, Kussmaul,weezing)


Irama Napas : tidak teratur
Retraksi otot pernapasan : Ya
Penggunaan alat bantu pernapasan : Ya, Jelaskan : Oxigen masker

ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI


DS : Hipertermi Peningkatan
Pasien mengatakan badan terasa metabolisme
lemah,demam sejak masuk rs.
DO :
-Keadaan umum pasien lemah
-konjungtiva anemis
-akral teraba hangat
-HB 8,4
-TD = 90/60 mmHg
-pernafasan : 28x/menit
-nadi : 86x/menit
-Suhu : 42o c
Pasien terpasang cairan
perenteral RL
DS : Diare Proses infeksi
pasien mengatakan sering
haus,diare,BAB cair dengan
frekuensi 3kali sehari
konsestensi cair berwarna
kuning
DO :
-Pasien tambak letih, lemah
bibir kering
-turgor kulit kembali dalam 3
detik
-BAB 3kali encer konsestensi
cair
DS : Ketidak seimbangan Ketidakmampuan
-Pasien mengatakan tidak nutrisi kurang dari pemasukan atau
menghabiskan makanan yang kebutuhan tubuh mencerna atau
disediakan hanya menghabiskan mengabsorpsi zat-zat
3-4 sendok makan gizi berhubungan
16
-pasien mengatakan kadang dengan faktor biologis
muntah
-pasien mengatakan merasa
mual jika makan
DO :
-pasien tampak lemah
-konjungtifa anemis
-membran mukosa tampak pucat
-Berat badan menurun( sebelum
sakit 53. Saat sakit 31kg)
-tinggi badan 163
-porsi makan tidak dihabiskan
-bibir kering
-terdapat sariawan
DS : Defisit volume cairan Kehilangan cairan aktif
-pasien mengatakan badan
terasa lemah
-pasien mengatakan BAB cair
-frejuensi Bab 3-4 kali sehari
-pasein mengatakan sering haus
-pasien mengatakan sering
berkeringat
DO :
-Pasien tampak lemah
-membran mukosa bibir kering
-turgor kulit jelek
-CRT > 3 detik
-TD : 90/60 mmHg
-nadi 90x/menit
-pasien mendapatkan terapi RL

3.3. Diagnosa Keperawatan

1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme


2) Diare berhbungan dengan proses infeksi
3) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan pemasuka atau mencerna
makana atau mengarbsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan
faktor biologis.

3.4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


. Keperawatan
1 Hipertermi -TTV dalam batas -Monitor suhu tubuh sesering
18
normal mungkin
-tidak ada perubahan -monitor IWL
warna kulit dan tidak -monitor warna dan suhu kulit
pusing -monitor tingkat kesadaran

2 Diare Setelah dilakukan -evaluasi pengobatan


berhubungan tindakan keperawatan yangberefek samping pada
dengan proses diharapkan masalah diare pengobatan.
infeksi dapat teratasi dengan -evaluasi jenis intake makanan
kriteria hasil : -monitor kulit sekitsr perianal
Tidak ada diare,feses terhadap adanya iritasi dan
tidak ada darah dan ulserasi
mukus,nyeri perut tidak -anjurkan pasien dan keluarga
ada,pola BAB normal, tentang penggunaan obat diare
hidrasi baik. -Instruksikan pada pasien dan
keluarga untuk mencatat
warna,frekuensi dan volume,
konsistensi feses
3 Defisit volume Fluid blance hydration Fluid management
cairan nutironal status :food and -timbang popok pembalut jika
fluid intake perlu
Kriteria hasil: -monitor status hidrasi
-tekanan darah,nadi,suhu -Kolaborasi pemberian cairan IV
tubuh dalam batas -Berikan cairan
normal -monitor vital sign
-tidak ada tanda-tanda
dihidrasi elastisitas kulit
baik,membran mukosa
lembab,tidak ada rasa
haus yang berlebihan
4 ketidakseimban Kriteria hasil: Nutrition management
gan nutrisi -Adanya peningkatan -Kaji adanya alergi makanan
kurang dari berat badan sesuai - kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan dengan tujuan untuk menentukan jumlah kalori
tubuh - Mampu dan nutrisi yang dibutuhkan
mengidentifikasi klien
kebutuhan nutrisi -anjurkan klien untuk
- Tidak ada tanda-tanda meningkatkan protein dan vit C
malnutrisi - Monitor jumlah nutrisi dan
-tidak terjadi penurunan kandungan kalori nutrition
berat badan Monitoring :
- BB pasien dalam batas normal
- monitor adanya penerunan
berat badan
-monitor kulit kering dan
pigmentasi
- monitor mual muntah
3.5. Implementasi keperawatan Dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Hipertermi -Melakukan kompres S : pasien mengatakan
hangat pada lipatan paha masih deman
dan axila O:
-Mengobservasi TTV -TTV TD: 90/60 mmHg,
-Pemberian obat suhu 39oc
20
paracetamol 500mg tablet -akral teraba hangat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Diare berhubungan dengan -Pemberian obat : S : Pasien mengatakan


proses infeksi Rifampisin 450 mg tablet masih merasa lemah dan
Etambutol 750 mg tablet pusing
Paracetamol 500mg O : Keadaan umum paien
Contrimoxazole IV 1 gr lemah, kesadaran
somnolen, GCS E2,M4,V3
-Reaksi pupil terhadap
cahaya kurang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Defisit volume cairan -Mencatat intake dan S : Pasien mengatakan


output cairan pasien badan terasa lemah dan
-mengobservasi status letih
hidrasi dari mukosa bibir, -pasien mengatakan masih
denyut nadi,dan tekanan diare
darah O:
-mengobservasi TTV -Pasien tampak lemah
-Memeriksa turgor kulit -BB 31 KG
dan rasa haus -Mukosa bibir kering
-Meriksa CRT -denyut nadi cepat
-Nadi 90x/menit
-TD : 90x/Menit
-T : 39OC
-RR : 20x/Menit
-turgor kulit jelek
-CRT 2 detik
-Pasien terpasang NaCL
0.9 %
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Ketidakseimbangan nutrisi -Mengobservasi TTV S:
kurang dari kebutuhan -Menentukan IMT -Pasien mengatakan tidak
tubuh -Memonitor turgor kulit nafsu makan
-Memonitor adanya mual -porsi makanan hanya
muntah dihabiskan 3 sendok
-Mempertahankan -masih diare
kecepatan aliran infus O:
-Memonitor intake dan -BB 31 KG
output cairan -TB : 163
-mengidentifikasi -IMT 14,10 ( Berat badan
penurunan nafsu makan kurang )
-Lingkar lengan 19 cm
-Konjungtiva anemis
-bibir kering terdapat
sariawan dan kandiasis
oral
-diare 2 kali
-terpasang NaCL 0.9%
22
-N : 90x/menit
-RR : 20x/menit
-T :39 OC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan

HIV secara umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia,
memperbanyak diri didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan manusia
terhadap penyakit infeksi. AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat
hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang yang didapat karena
terinfeksi HIV. Penularan HIV dari ibu ke anak yang biasa terjadi selama dalam
kandungannya (antepartum),selama persalinan (intrapartum),pada bayi baru lahir
terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (post partum) dan pada bayi tertular
melalui pemberian ASI. Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang
didapat pada masa perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala
pada 2 tahun pertama kehidupan.

Sasaran bagi pasien HIV/ AIDS dengan mencakup pasien mengalami risiko
infeksi minimal, pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain, pasien
mendapatkan nutrisi yang optimal, dan pasien berpartisipasi dalam kelompok sebaya
dan aktivitas keluarga.

4.2. Saran

Karena sampai saat ini belum diketahui  vaksin atau obat yang efektif untuk
pencegahan atau penyembuhan AIDS, maka untuk menghindari infeksi HIV dan
menekan penyebarannya, cara yang utama adalah melakukan tindakan
pencegahan melalui perubahan perilaku.
Kepada para pembaca khususnya perawat, diharapkan dengan adanya makalah
ini dapat melaksanakan tindakan yang tepat dan benar dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada penderita HIV/ AIDS.

24
DAFTAR PUSTAKA

Bezt, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

DR. Nursalam, M.Nurs dan Ninuk Dian Kurniawati, S.Kep. Ns. 2007. Asuhan
Keperawatan
pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS Edisi Pertama. Salemba Medika: Jakarta.

Lily, V.L. 2004. Transmisi HIV dari Ibu ke Anak. Majalah Kedokteran Indonesia. 54.

Martono, Lydia Harlina. 2008. Peran Orang Tua Dalam Mencegah Dan
Menanggulangi
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka
PELKESI. 1995. Pendekatan Perencanaan Program PMS dan AIDS di Masyarakat.
Jakarta:
PELKESI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner &


Suddarth Edisi 8
Vol. 3. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV. Jakarta:

Departemen Penyakit Dalam FKUI

Sujana, Arman. 2007. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Mega Aksara

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

26

Anda mungkin juga menyukai