Anda di halaman 1dari 16

EVIDENCE BASED PRACTICE PADA GANGGUAN SISTEM

PERKEMIHAN (INKONTINENSIA URINE) : LATIHAN


KEGEL EXERCISE KOMBINASI BIOFEEDBACK

OLEH:

ANGGUN SRI UTAMI (012191016)

PRODI SI KEPERAWATAN TRANSFER


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................4

A. Latihan Otot Dasar Panggul (Kegel Exercise) .....................................4


1.................................................................Definisi Kegel Exercise
.........................................................................................................4
2...................................................................Tujuan Kegel Exercise
.........................................................................................................4
3....................................................................Teknik Kegel Exercise
.........................................................................................................5
4.Mekanisme Peningkatan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada
Kegel Exercise ................................................................................7
5....................................................................................Biofeedback
.........................................................................................................7
6.................................Kombinasi Biofeedback dan Kegel Exercise
.........................................................................................................9
7....................Teknik Kombinasi Biofeedback dan Kegel Exercise
.........................................................................................................9
8....Mekanisme Peningkatan Kekuatan Otot Dasar Panggul dengan
Kombinasi Biofeedback dan Kegel Exercise ................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................11

A. Kesimpulan.........................................................................................12
B. Saran....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama kehamilan produksi hormon progesteron dan hormon relaksin


meningkat sehingga menimbulkan efek negatif terhadap integritas struktur
jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen
sekitar pelvis dan otot dasar panggul melemah karena menahan isi perut dan
bertambah besarnya janin selama kehamilan. Akibat melemahnya otot dasar
panggul dan insufisiensi sfingter setelah kehamilan dan persalinan, leher
kandung kemih terulur, saluran kandung kemih menjadi inkompeten
sehingga mengakibatkan inkontinensia urinae tipe stres.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada seluruh wanita yang
menjalani persalinan di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo periode Januari
sampai Juni 2004, angka kejadian inkontinensia urinae tipe stres dimulai dari
masa kehamilan sampai setelah 3 bulan partus. Faktor multiparitas lebih
tinggi dibandingkan dengan primiparitas. Proporsi setelah 6 minggu partus
normal lebih tinggi dibandingkan dengan partus perabdominam, pasca partus
pervaginam dengan alat lebih tinggi dibandingkan pasca partus normal.
Satu dari tiga wanita akan mengalami inkontinensia urinae selama
hidupnya dan lebih 65% wanita ini menyatakan bahwa hal tersebut dimulai
saat kehamilan maupun sesudah melahirkan. Patologi inkontinensia urinae
tipe stres dimulai dari terjadinya tekanan intra abdominal selama kehamilan,
kemudian merusak dasar panggul sebagai konsekuensi dari regangan dan
lemahnya otot dan jaringan ikat selama proses melahirkan.
Regangan selama partus normal dapat merusak saraf pudendus, otot
dan jaringan ikat menyebabkan kontraksi penutupan uretra tidak adekuat,

4
karena tekanan intravesika cenderung melebihi tekanan uretra yang
berhubungan dengan aktivitas tubuh seperti tertawa, bersin atau batuk secara
tidak sadar urinae keluar, selanjutnya pada saat melakukan hubungan seksual
klien merasa tidak nyaman karena harus memakai pembalut akibat urinae
yang keluar tanpa bisa ditahan, sedangkan kandung kemih tidak
berkontraksi.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Pantai Pasifik memperkirakan
bahwa kebutuhan akan pelayanan bagi perempuan yang mengalami disfungsi
otot dasar panggul akan meningkat sampai 45% hingga 30 tahun kedepan.
Penanganan yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami inkontinensia
urinae meliputi kegel exercise, manuver crede, bladder training, toiletting
secara terjadwal, kateterisasi, pengobatan dan pembedahan. Terapi populer
untuk mengatasi inkontinensia urinae adalah kegel exercise yang bertujuan
untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Kegel exercise sangat
bermanfaat untuk menguatkan otot- otot disekitar organ reproduksi dan
meningkatkan tonus otot lurik uretra dan periuretra sehingga dapat kembali
ke fungsi normal.
Ternyata cukup sulit untuk melakukan kegel exercise karena
kebanyakan wanita sangat sulit melakukan kontraksi otot dasar panggul
secara selektif dan tanpa menyadari telah melakukan kontraksi bersamaan
dengan kontraksi hip, gluteus, dan abdominal sehingga kontraksi tidak
optimal. Diperlukan usaha meningkatkan efektivitas kegel exercise dalam
meningkatkan kekuatan otot dasar panggul dilakukan kombinasi dengan
biofeedback sehingga diharapkan ada umpan balik dalam meningkatkan
kekuatan otot dasar panggul yang diukur sebelum dan sesudah perlakuan
menggunakan alat perineometer

B. Rumusan Masalah
1) Apakah kegel exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul
pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal?
2) Apakah kombinasi biofeedback dan kegel exercise dapat meningkatkan

5
otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus
normal?

3) Apakah kombinasi biofeedback dan kegel exercise lebih baik dalam


meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe
stres dibandingkan dengan kegel exercise tunggal pasca partus normal?

C. Tujuan
1) Membuktikan kegel exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dasar
panggul pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal.
2) Membuktikan kombinasi biofeedback dan kegel exercise dapat
meningkatkan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres
pasca partus normal.
3) Membuktikan kombinasi biofeedback dan kegel exercise lebih baik dalam
meningkatkan kekuatan otot dasar panggul dibandingkan dengan kegel
exercise tunggal pada inkontinensia urinae tipe stres pasca partus normal.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Latihan Otot Dasar Panggul (Kegel Exercise)


1. exercise merupakan satu seri latihan untuk membangun kembali kekuatan
Definisi Kegel exercise
Kegel otot dasar panggul. Terjadinya kelemahan otot dasar panggul
pada wanita pasca partus bisa dilatih untuk dikuatkan kembali dengan metode
Kegel. Metode tersebut diperkenalkan oleh dr. Arnold Kegel pada tahun 1945
seorang obstetric dan ginekologi dari California. Latihan otot dasar panggul
harus dimulai sesegera mungkin setelah persalinan untuk mencegah
hilangnya kendali kortikal pada otot-otot perineum pasca partus normal atau
pervaginam (Pangkahila, 2005).

2. Tujuan Kegel Exercise


Tujuan kegel exercise adalah untuk meningkatkan tonus dan fungsi
otot dasar panggul pada pasien hamil dan setelah melahirkan yang tidak
mampu mengontrol keluarnya urinae (biasanya inkontinensia urinae tipe
stres). Hal ini bisa terjadi sebagai akibat dari menahan beban janin dalam
kandungan, dan akibat dorongan kepala bayi saat proses kelahiran melalui
vagina. Kerusakan otot dasar panggul ini bisa mengakibatkan terjadinya
prolap dengan derajat keparahan tergantung bagian mana dari otot
pubokoksigeus yang lebih lemah. Kemudian bisa menurunkan kualitas
hubungan seksual ketika wanita tersebut sampai pada fase orgasme karena
otot pubokoksigeus tidak bisa berkontraksi secara maksimal (Pangkahila,
2005).

7
3. Teknik Kegel Exercise
Teknik Kegel exercise menurut Neumann, et.al., (2006):
1) Kedutan perlahan tipe I (slow twitch)
Mengencangkan anus seperti menahan defekasi, lalu kerutkan
uretra dan vagina seperti menahan berkemih. Tahan dengan kuat selama
mungkin 10 detik dengan tetap bernapas secara normal, istirahat 10 detik.
Lalu ulangi dengan perlahan sebanyak mungkin sampai 10 kali.
2) Kedutan cepat tipe II (fast twitch)
Setelah melakukan gerakan kedutan lambat, ulangi latihan dengan
mengencangkan dan mengendurkan dengan lebih cepat sampai 10 kali
tanpa menahan kontraksi. Untuk merencanakan latihan otot dasar panggul
secara mandiri, harus diingat lamanya dalam detik.
Prosedur latihan otot dasar panggul dapat diingat dan dilakukan
bersama aktivitas yang berkaitan dengan bayi misalnya menyusui,
memandikan bayi dan lainnya. Aktivitas ini dapat dilakukan sambil duduk
di kamar mandi setiap habis berkemih, ini adalah posisi santai untuk
mengkontraksikan otot-otot tersebut (Price, et.al., 2010).
Cara latihan menurut Carriere (2002), untuk mengetahui letak otot
dasar panggul yang akan dilatih sebelum latihan secara kelompok dilakukan
sebagai berikut:
1) Latihan dasar 1
Duduk di kursi yang keras atau duduk bersila dengan badan tegak,
kemudian pasien diminta menghayal untuk menahan keluarnya angin.
Panggul dan paha tidak boleh bergerak. Pada pasien diingatkan bahwa
hanya anus yang berkontraksi, bisa dirasakan timbulnya kerutan pada kulit
di sekitar anus tertarik masuk ke dalam menjauhi dari tempat duduknya.

8
2) Latihan dasar 2
Pasien diminta untuk menghayal bahwa kandung kemihnya penuh
saat menunggu toilet yang kosong sehingga harus mengencangkan lubang
kencing agar tidak keluar sebelum jongkok atau duduk di kloset.
3) Latihan dasar 3
Posisi tidur telentang, kedua lutut ditekuk, ujung jari tangan
diletakkan di perineum, kemudian diminta menghayal seakan-akan ada
seseorang yang akan menancapkan tongkat ke perineum. Reaksi yang
timbul adalah perineum menjauhi jari yang ditempelkan tadi.
4) Latihan dasar 4
Posisi sama, letakkan satu jari di tulang ekor dan jari tangan
lainnya di tulang pubis, kemudian diminta mengkontraksikan otot dasar
panggul, bila benar maka akan merasakan gerakan tulang menjauh dari
jari yang ditempelkan.
Pada tahap awal lakukanlah kontraksi selama 5 hitungan dan
istirahat 5 hitungan. Lakukan beberapa kali sehingga bisa merasakan
benar letak otot dasar panggul tersebut. Setelah mampu melakukan dengan
benar, mulailah berlatih 10 kali ulangan. Kemudian secara perlahan
naikkan hitungan kontraksinya hingga bisa menahan kontraksi selama 15
hitungan, dengan istirahat 10 hitungan diantaranya. Jumlah kontraksi kira-
kira 100 kali dalam 10 sesi sepanjang hari dari pagi, siang, sore dan
malam. Untuk menghindari kebosanan lakukan variasi dengan latihan
dalam posisi merangkak. Berikan bekal latihan kegel exercise untuk di
rumah (home programe) berupa petunjuk latihan.
Menurut Pangkahila (2005), untuk meningkatkan kekuatan otot
dan daya tahan otot, latihan kontraksi harus dilakukan secara briefly
(singkat), multiple (berulang-ulang), maximally (maksimal), dan daily
(setiap hari).

9
4. Mekanisme Peningkatan Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Kegel
Exercise
Latihan otot dasar panggul atau “kegel exercise” dapat membantu
memulihkan dan memperkuat otot-otot yang mengelilingi dan mendukung
kandung kemih. Otot-otot ini dikenal sebagai otot pubokoksigeus. Latihannya
bersifat isometrik dimana otot ini tidak terjadi perubahan panjang otot tetapi
beban kerja otot meningkat, dengan peningkatan otot dasar panggul secara
mekanik dapat mengangkat organ pelvis sehingga memberikan tempat pada
kandung kemih kembali ke ukuran semula (Wilson, et.al., 2014).
Beberapa penelitian latihan dasar panggul terjadi perubahan signifikan
dengan pemeliharaan hasil yang baik hampir 2 bulan setelah perawatan. Pada
penderita merasa kontrol kandung kemihnya telah meningkat sampai setelah
3-6 minggu, kebanyakan melihat peningkatan setelah beberapa minggu latihan
secara rutin dan terus-menerus. Karena akan terjadi proses adaptasi secara
keseluruhan berupa banyaknya serabut dari otot yang bekerja sehingga akan
meningkatkan rekrutmen motor unit dari otot dasar panggul. Peningkatan
rekrutmen motor unit otot dasar panggul akan meningkatkan kekuatan otot
sehingga mempengaruhi daya tahan dan kemampuan untuk menahan
berkemih (Lubis, 2009).

5. Biofeedback
Terapi biofeedback melibatkan penggunaan instrumen elektronik atau
mekanik untuk menyampaikan informasi kepada klien tentang aktivitas otot
dasar panggul dan kandung kemih mereka. Tujuan dari terapi ini adalah untuk
menurunkan disfungsi kandung kemih dengan melatih seseorang untuk
mengubah refleks dan kontrol kandung kemih. Kebanyakan perangkat
biofeedback menggunakan informasi layar visual berupa nilai angka atau
suara yang menyatakan kontraksi otot dan tekanan sfingter. Tanpa
biofeedback, otot-otot panggul yang lemah memberikan sensasi atau umpan

10
balik yang terbatas setelah kontraksi otot panggul, sehingga tidak dicapai
kontraksi otot maksimal. Biofeedback biasanya didasarkan pada pengukuran
aktivitas otot-otot dasar panggul atau tekanan yang dihasilkan oleh vagina
atau anus (Levefre, 2000).
Biofeedback merupakan sebuah metode untuk memberikan individu
dengan informasi tentang tubuh mereka, dimana menggunakan suatu alat yang
dapat membantu untuk memastikan apakah latihan sudah dilakukan dengan
benar, karena dengan biofeedback kita dapat melihat hasil dari kekuatan
kontraksi otot dasar panggul dengan melihat nilai angka yang ditunjukkan alat
tersebut, kemudian bisa ditingkatkan menggunakan suara untuk penyemangat
sehingga tercapai angka yang diharapkan. Biofeedback adalah suatu bagian
dari prosedur teurapetik yang menggunakan instrument untuk mengukur,
memproses dan memberikan umpan balik dengan tepat kepada pasien dalam
melakukan latihan (Lubis, 2009).
Salah satu perangkat yang dapat digunakan sebagai biofeedback
adalah perineometer PFX2 sekaligus untuk menilai kekuatan otot dasar
panggul (Isherwood dan Rane, 2000). Indikasi pemakaian biofeedback
berdasarkan The Association Continence Advise (2007):
1) Penderita dengan stres inkontinensia urinae.
2) Penderita dengan sindrom kandung kemih yang hiperaktif.
3) Inkontinensia campuran.
4) Penderita dengan inkontinensia fekal.
5) Penderita yang tidak mampu mengkontraksikan otot dasar panggul.
6) Penderita dengan disfungsi dasar panggul (Morkved, et.al., 2002).

11
6. Kombinasi Biofeedback dan Kegel Exercise
Biofeedback dapat dikombinasikan dengan kegel exercise untuk
membantu pasien agar lebih yakin, percaya dan meningkatkan proses psikologi
dalam pengontrolan secara sadar terhadap otot-otot dasar panggul. Ini bertujuan
untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul, kandung kemih, dan gangguan
detrusor hiperaktif serta hipoaktif. Penghambatan kandung kemih menggunakan
terapi biofeedback dapat digunakan untuk mengendalikan inkontinensia urinae
tipe stres. Protokol biofeedback yang paling konsisten pengurangan gejalanya
adalah memperkuat kontraksi otot dasar panggul bersamaan dengan melihat
angka yang dihasilkan sehingga ada umpan balik berupa peningkatan nilai otot
dalam penghambatan kontraksi perut dan kandung kemih. (Neumann, et.al.,
2006).
Dengan pemberian latihan kombinasi kegel exercise dan biofeedback
akan mempermudah melakukan kontraksi otot dasar panggul secara selektif dan
benar sehingga diharapkan hasil yang dicapai lebih optimal dan efisien.

7. Teknik Kombinasi Biofeedback dan Kegel Exercise


Biofeedback yang digunakan pada kegel exercise adalah menggunakan
perineometer PFX2, dilakukan setelah latihan kegel exercise. Tekniknya sebagai
berikut:
1) Sebelum latihan persiapan alat dalam kondisi steril.
2) Persiapan pasien tidur telentang dengan posisi kepala disanggah bantal dan
kedua lutut ditekuk 90 derajad, pasien telah mengosongkan kandung kemih
agar dapat kosentrasi pada saat latihan.
3) Persiapan terapis untuk pengukuran dan latihan berada di samping pasien.
Selama pengukuran dan latihan, pasien diminta melihat angka pada alat
perineometer yang diletakkan di samping pasien. Probe dimasukkan ke
vagina pada posisi yang benar dan ditahan terapis agar tidak berubah posisi,
pasien diminta untuk latihan kontraksi otot dasar panggul sekuatnya sampai

12
tercapai nilai yang diinginkan sambil melihat angka pada alat, sehingga pasien
mendapat informasi kekuatan kontraksi ototnya. Latihan selanjutnya dengan
cara yang sama minta pasien lebih bersemangat saat melakukan kontraksi
sambil mengeluarkan suara „hup‟ agar dapat tercapai hasil yang lebih tinggi
atau meningkat dari nilai sebelumnya sesuai yang diinginkan. Kemudian catat
nilai kekuatan kontraksi otot dasar panggul hasil pengukuran dan latihan, hasil
pengukuran dan latihan diberitahu kepada pasien.
4) Setelah pengukuran dan latihan semua alat dibersihkan, probe dicuci dengan
sabun dan dikeringkan. Kassa dan kondom bekas pakai dibuang di tempat
sampah.

8. Mekanisme Peningkatan Kekuatan Otot Dasar Panggul dengan Kombinasi


Biofeedback dan Kegel Exercise
Prinsip latihan pada kegel exercise sebenarnya adalah melatih untuk
mengisolasi gerakan otot, misalnya mencoba menghentikan dan memulai
pengeluaran urinae dan cara mengatur kontraksi otot dasar panggul. Sedangkan
protokol biofeedback yang paling konsisten dalam pengurangan gejalanya adalah
memperkuat kontraksi otot dasar panggul bersamaan dengan penghambatan
kontraksi perut dan kandung kemih (Lubis, 2009).
Studi tentang berbagai aplikasi dari biofeedback dikombinasikan dengan
kegel exercise atau pelatihan kandung kemih melaporkan perbaikan 54-87% pada
inkontinensia urinae di berbagai kelompok pasien dengan beberapa prosedur
yang berbeda (Lapitan, 2001).
Anatomi yang berkaitan dengan sistem kendali kontinensia urinae ada
beberapa komponen penting yang berperan ialah otot levator ani yang berjalan
dari tulang pubis menuju ke sfingter ani di balik rektum untuk menyokong organ
pelvis, dihubungkan oleh fasia yang berperan pasif dalam mekanisme
kontinensia, hubungan fasia ini dengan otot levator ani merupakan elemen
penting dalam sistem kendali ini. Hubungan tersebut memungkinkan kontraksi

13
aktif otot pelvis untuk memicu elevasi leher vesika, dan relaksasinya
menyebabkan penurunan leher vesika. Aktivitas konstan normal otot levator ani
menyokong leher vesika dalam proses miksi normal. Bagaimana latihan
biofeedback dapat menjaga uretra tertutup rapat walaupun tekanan dalam vesika
meningkat pada waktu batuk keras tanpa dapat mendesak urinae keluar melalui
uretra?. Individu dengan lapisan penyokong yang kuat, uretra akan ditekan antara
tekanan abdominal dan fasia pelvis pada arah yang sama. Kondisi tersebut
diibaratkan saat ketika lapisan di bawah uretra tidak stabil dan tidak memberikan
tahanan yang kokoh terhadap tekanan abdominal yang menekan uretra, maka
tekanan yang berlawanan akan menyebabkan hilangnya penutupan uretra
(Santoso, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Kustini (2011), bahwa dengan pelatihan
core stability exercise dan kegel exercise pada wanita multipara yang dilakukan
di Rumah Sakit Setia Mitra Jakarta Selatan selama 8 minggu pelatihan diperoleh
hasil yang sangat signifikan, sebelum dan sesudah pelatihan terjadi peningkatan
kekuatan otot dasar panggul yang sangat berperan penting dalam menentukan
penurunan tingkat inkontinensia urinae tipe stres yang akan diteliti.
Penelitian lain oleh Widiastuti (2011), menemukan hasil yang signifikan
mengenai kombinasi latihan kegel exercise dengan biofeedback. Hasil
memperlihatkan kombinasi latihan kegel exercise dengan biofeedback
meningkatkan keberhasilan penatalaksanaan inkontinensia urinae sebesar 91%
dibandingkan kelompok kontrol tanpa biofeedback yaitu sebesar 55%.

14
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarakan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat


disimpulkan penelitian bahwa kombinasi biofeedback dan kegel exercise lebih
baik meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pasca partus normal. Akan tetapi
cukup sulit untuk melakukan kegel exercise karena kebanyakan wanita sangat
sulit melakukan kontraksi otot dasar panggul secara selektif dan tanpa menyadari
telah melakukan kontraksi bersamaan dengan kontraksi hip, gluteus, dan
abdominal sehingga kontraksi tidak optimal. Diperlukan usaha meningkatkan
efektivitas kegel exercise dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul
dilakukan kombinasi dengan biofeedback sehingga diharapkan ada umpan balik
dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul yang diukur sebelum dan
sesudah perlakuan menggunakan alat perineometer

B. SARAN

Kombinasi biofeedback dan kegel exercise terbukti dapat meningkatkan


kekuatan otot dasar panggul sehingga juga dapat diterapkan pada ibu yang tidak
mengalami inkontinensia urinae tipe stres sebagai upaya pencegahan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nur Achirda., Made Jawi., Sugijanto ( ) Kombinasi Biofeedback Dan Kegel Exercise
Lebih Meningkatkan Kekuatan Otot Dasar Panggul Pada Inkontinensia
Urinae Tipe Stres. Program Studi Magister Fisiologi Olahraga
Universitas Udayana : Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul.

16

Anda mungkin juga menyukai