MAKALAH
KEPERAWATAN MATERNITAS
DOSEN PENGAMPU :
MAS’ADAH, M.Kep
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya
sehingga makalah mengenai “Pemeriksaan Fisik Post Partum Dan Pemeriksaan Fisik Involusi
Uteri” ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Keperawatan Maternitas . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas
yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
3
DAFTAR PUSTAKA
COVER………………………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………....3
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………...4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….....6
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..........................44
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...45
LAMPIRAN………………………………………………………………………………..46
4
BAB 1
PENDAHULUAN
umum kematian ibu. Lebih dari separuh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan. Pendarahan postpartum dapat disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta,
retensio plasenta, inversi uteri, laserasi jalan lahir dan gangguan pembekuan darah.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Post Partum
2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Involusi Uteri
3. Untuk mengetahui Bagaimana pemeriksaan fisik pada ibu Post Partum
4. Untuk mengetahui Bagaimana pemeriksaan fisik pada Involusi Uteri
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Involusi Uterus
b. Perubahan ligament
3. Pengosongan usus
1. Homestatis Tubuh
2. Kulit abdomen
3. Strie
4. Perubahan ligament
5. Simpisis pubis
2. Hormon pituitari
4. Hormone oksitosin
Suhu wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0c. pasca melahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang dari 0,5 0c dari keadaan normal.
Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih
pada hari ke-4 post partum suhu akan naik lagi. Hal ini
diakibatkan adanya pembentukan ASI, kemungkinan payudara
membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium,
mastitis, traktus genetalia ataupun system lain. Apabila
20
3. Tekanan darah
4. Pernafasan
Infeksi nifas adalah infeksi yang dimulai pada dan melalui traktus
genetalis setelah persalinan. Suhu 38 0c atau lebih yang terjadi pada
hari ke 2-10 post partum dan diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari
(Yanti dan Sundawati, 2011).
Menurut Yanti dan Sundawati (2011) Penyebab dan cara terjadinya
infeksi nifas yaitu:
a Penyebab infeksi nifas
2) Droplet infection
3) Virus nosokomial
4) Koitus
2) Selama persalinan
2 Masalah payudara
4 Inversio uteri
yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada
lokasi uterus, warna dan jumlah lokia.16
2.2.2 Proses Involusi Uterus
b. Atrofi Jaringan
a) Persiapan alat :
Sebuah bantal
Pita centimeter
e. Lokia
1 Vital Sign
Dalam vital sign yang perlu di cek yaitu: suhu, nadi, pernapasan,
dan juga tekanan darah. Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam
selama beberapa hari pascapartum karena demam biasanya
41
kandung kemih dalam keadaan kosong dan uterus dalam keadaan rileks. Ada dua cara
untuk melakukan pengukuran terhadap TFU, yang dibedakan atas dasar penempatan
meteran, adalah: 1) Meteran diletakkan di bagian tengah abdomen dan pengukuran
dilakukan dengan mengukur dari batas atas simfisis pubis sampai ke batas atas fundus.
Meteran pengukur ini menyentuh kulit sepanjang uterus; 2) Salah satu ujung meteran
diletakkan di batas atas simfisis pubis dengan satu tangan; tangan lain diletakkan di
batas atas fundus. Meteran diletakkan di antara jari telunjuk dan jari tengah dan
pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari mengapit meteran.
Involusi uteri dari luar dapat diamati dengan memeriksa fundus uteri yaitu: (1)
Setelah persalinan TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali satu cm diatas
pusat; (2) Pada hari keduaTFU satu cm di bawah pusat; (3) Pada hari ketiga sampai
keempat TFU dua cm di bawah pusat; (4) Pada hari kelima sampai ketujuh TFU
setengah pusat sympisis; (5) Pada hari kesepuluh TFU tidak teraba.
Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran dan konsistensi antara lain:
(1) Penentuan lokasi uterus, dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas
atau dibawah umbilikus dan apakah fundus berada digaris tengah abdomen atau
bergeser ke sisi kanan atau ke sisi kiri; (2) Penentuan ukuran uterus, dilakukan melalui
palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilikus
atas atau bawah; (3) Penentuan konsistensi uterus, ada dua ciri yaitu uterus keras teraba
sekeras batu dan uterus lunak. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan jari-jari tangan
melakukan masasse pada uterus. Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam
involusi tersebut disebut subinvolusi uterus. Subinvolusi uterus sering disebabkan oleh
45
infeksidan atau tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus, bila subinvolusi uterus tidak tertangani dengan
baik, akan mengakibatkan perdarahan yang berlanjut.
Ciri-ciri subinvolusi diantaranya tidak secara progresif dalam pengambilan ukuran uterus.Uterus
teraba lunak dan kontraksi buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang konsisten,
perdarahan pervaginam abnormal, lokhea rubra banyak, peristen dan berbau busuk.
b. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis
yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Menurut Vivian (2011), lokhea terdiri dari darah tempat plasenta menempel dan luruhan
dinding rahim yang berkembang sangat besar selama kehamilan. Klasifikasi lokhea tersebut adalah: 1)
Lokhea rubra (cruenta) berisi darah segar dan sisa-sisa selaput plasenta, berlangsung pada hari 1-3
postpartum; 2) Lochea sanguinolenta, berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, keluar pada hari
ke 4-5 postpartum; 3) Lokhea serosa, berwarna kuning kecoklatan, sedikit darah dan serumen 5-10
postpartum; 4) Lokhea alba atau cairan putih setelah hari ke 10.
c. Kontraksi
Ciri kontraksi yang baik adalah dominasi fundus, kontraksi makin lama makin kuat, durasinya
semakin lama dan simetris kerasnya antara kanan dan kiri (Prawiroharjo, 2014). Kontraksi pada uterus
(rahim) akan membuat rahim menjadi cepat bersih, karena kontraksi akan mendorong jaringan sisa
plasenta, sel dinding rahim, sel lemak janin, rambut janin (lanugo) untuk segara keluar dari dari dalam
rahim sehingga tidak menimbulkan infeksi atau komplikasi pasca melahirkan (Dewi, dkk., 2011).
Selain itu, kontraksi akan membuat ukuran rahim kembali seperti semula, yang pada saat hamil
kapasitasnya sebesar janin berat 3-4 kg, dan setelah melahirkan akan mengecil menjadi sekitar 2
kepalan tangan laki-laki dewasa. Sekitar dua minggu kemudian, akibat adanya kontraksi, rahim akan
mengecil lagi menjadi satu kepalan tangan hingga menjadi sebesar telur ayam, sampai akhirnya tidak
lagi dapat teraba di perut.
46
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada masa nifas terjadi perubahan dalam hal fisik dan psikologis ibu berkaitan dengan perubahan
kondisi ibu hamil, melahirkan dan adanya bayi yang baru sebagai anggota keluarga. Kondisi ini sangat
kompleks bila terjadi perubahan yang tidak diinginkan, Involusi uterus adalah perubahan keseluruhan
alat genetalia ke bentuk sebelum hamil, dimana terjadi pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta
pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperhatikan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat
uterus. Involusi uterus dimulai setelah proses persalinan yaitu setelah plasenta dilahirkan. Proses involusi
berlangsung kira – kira selama 6 minggu. Setelah plasenta terlepas dari uterus, fundus uteri dapat dipalpasi
dan berada pada pertengahan pusat dan symphisis pubis atau sedikit lebih tinggi.26 Tinggi fundus uteri
setelah persalinan diperkirakan sepusat atau 1 cm dibawah pusat. Pemeriksaan fisik ibu post partum
dimulai dari tanda-tanda vital smapaai pemeriksaan genetalia. Sedangkan pada involusi uteri dilakukan
pemeriksaan fisik berupa pemantauan ketinggian fundus dan kontraksi pada uteri.
47
DAFTAR PUSTAKA
Ana Ratnawati, A.Per.Pend.,S.Kep.,Ns, M.Kep.ASUHAN KEPERAWATAN
MATERNITAS.Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.2013. MODUL 3: Asuhan Kebidanan Masa Nifas .Pusdiklatnakes, Badan
PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Tiara Manoe.2019. Asuhan Keperawatan Post Partum pada NY. N. L Dengan G2P2A0 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bakunase, Kota Kupang . Karya Tulis Ilmiah (KTI), Poltekkes Kemenkes Kupang.
48
LAMPIRAN
LANGKAH/ TUGAS 0 1
PERSIAPAN
1. Timbangan berat badan
2. Pengukur tinggi badan
3. Tensimeter
4. Termometer
5. Jam/ pencatat waktu
6. Sarung tangan
7. Alat tulis
8. Patella
9. Phantom manusia utuh
10. Set kateter
PROSEDUR
1. Siapkan alat secara lengkap dan pastikan ruang periksa nyaman untuk
pemeriksaan.
2. Jelaskan prosedur dan jaga privacy
Dilakukan
No Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
I. ALAT DAN BAHAN
1. Handscoon
2. Meteran gulung
II. INSTRUKSI KERJA
1 Pra Interaksi
• Mengkaji kebutuhan Pusien post partum
• Menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan
pemantauan involusi
2 Interaksi
3 Orientasi
• Menyampaikan salam
• Memperkenalkan diri dengan pasien/keluarga (kalau ada)
• Menanyakan nama pasien
• Menjelaskan maksud dan tujuan
• Menjekaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
• Mendekatkan alat dan bahan untuk melakukan
pemeriksaan involusi uteri
• Mencuci tangan
4 Kerja
• Mengosongkan kandung kemih/Anjurkan Ibu BAK
terlebih dahulu
R/: untuk mengakuratkan data pengukuran saat palpasi
• Menganjurkan dan memposisikan Ibu dengan posisi
tidur terlentang dengan kedua kaki ditekuk
54