Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS TENTANG ADAPTASI FISIOLOGIS /

PSIKOLOGIS IBU MASA POST PARTUM


Diajukan untuk memenuhi tugas “ Keperawatan Maternitas”
Dosen Pengampu : Ibu Marwati, Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. Isnaeniyah Hiya Lazulfa ( 19022)


2. Jessy Sri Lasmawaty ( 19023)
3. Minkhatul Maula (19028)
4. Muammar Syah Zihan (19031)
5. Vinka Nur Fitria (19049)
TK. 2A

STIkes AHMAD DAHLAN CIREBON

Jl. Walet no. 21, Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, Jawa Barat

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Saya harapkan kiranya makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk dan pedoman bagi pembaca dan seluruh
rekan-rekan mahasiswa/ mahasiswi D3 keperawatan untuk menambah pengetahuan.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang.Oleh karena itu, saya harapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 30 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Adaptasi fisiologis / Psikologis ibu masa post partum……………2
2.1.1 Masa nifas………………………………………………………………….2
2.1.2 Adaptasi Fisiologis Nifas…………………………………………….2
2.1.3 Adaptasi Psikologi Nifas…………………………………………….4
2.2 Kebutuhan ibu pada masa post partum……………………………….4
2.2.1Mobilisasi / Aktifitas & Istirahat………………………………..4
2.2.2Pengawasan Involusi Uteri…………………………………..……6
2.2.3 makan dan minum………………………………………….……….7
2.2.4 hubungan seksual……………………………………….………….10
2.2.5 emosi …………………………………………………….……………..10
2.2.6 senam nifas ………..………………………………………………….12
2.2.7 keluarga berencana……………………………………………….12
2.2.8 periksa ulang atau follow up………………………………….13
2.2.9 pendidikan Kesehatan…………………………………………..14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………..18
3.2 Saran …………………………………………………………………………….19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Periode postpartum merupakan masa transisi dan perubahan peran pada ibu baru
dan keluarganya. Masa postpartum terdiri dari adaptasi fisiologis dan adaptasi
psikologis. Adaptasi fisiologis meliputi; sistem reproduktif, sistem kardiovaskuler, sistem
gastrointestinal, sistem urinaria, sistem muskuloskeletal, sistem integumen, sistem
neurologi, dan sistem endokrin. Adaptasi psikologis merupakan penerimaan akan bayi
serta adaptasi peran sebagai ibu dalam merawat dan memberikan kasih sayang ibu dan
anak.
Adaptasi psikologis pada masa nifas ada 3 fase yaitu; taking in, taking hold, dan
letting go (Rubin, 1960 dalam McKinney, 2000). Beberapa perspektif wanita pada masa
transisi menjadi orang tua yaitu sebagai masa yang melelahkan, penuh dengan stres,
dan gangguan suasana perasaan (baby blues). Kelelahan yang terjadi setelah melahirkan
merupakan masalah yang terjadi pada semua wanita.
Kelelahan mempengaruhi penyesuaian emosional dan adaptasi peran ibu,
menyebabkan perasaan tidak mampu memenuhi kebutuhan anggota keluarga baru dan
mengemban tanggung jawab sebagai ibu (Lee & Zaffke, 1999 dalam Simpson & Creehan,
2001). Selain kelelahan, beberapa stres yang terjadi yaitu perubahan dan komplikasi
fisik, konflik adaptasi peran, perubahan hubungan, dan kembalinya bekerja serta
pemilihan tempat penitipan bayi. Stres juga mempengaruhi kesulitan adaptasi pada
masa postpartum (Simpson & Creehan, 2001).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu adaptasi fisiologis / psikologis ibu masa post partum
2. Ada berapa kebutuhan ibu pada masa post partum
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengatahui Apa itu adaptasi fisiologis / psikologis ibu masa post partum
3. Mengatahui Ada berapa kebutuhan ibu pada masa post partum

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Adaptasi fisiologis / Psikologis ibu masa post partum
2.1.1 Masa nifas
Masa nifas dimulai sejak bayi dilahirkan dan setelah plasenta keluar dari rahim,
kemudian berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
berlangsung sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan kira-kira 6 minggu
yang merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya kembali organ reproduksi pada
keadaan normal (Suherni dkk, 2009; Ambarwati, 2010).
Anggraini (2010 dalam Nurjanah, 2013) mengatakan bahwa masa nifas atau
puerperium adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6
minggu atau 42 hari, namun secara psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan.Pada fase
ini terdapat 3 tahapan masa nifas yaitu, Puerperium dini yang merupakan pemulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Puerperium intermedial yaitu
pemulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu dan remote
puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama
hamil atau bersalin ibu mengalami komplikasi (Suherni, 2009).
2.1.2 Adaptasi Fisiologis Nifas
Tubuh ibu mengalami perubahan dari proses hamil dan melahirkan. Pada sistem
reproduksi terjadi perubahan pada uterus, lokia, vagina dan vulva. Uterus akan
mengalami proses involusi yangdimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi
otot-otot polos uterus. Dua belas jam pasca persalinan tinggi fundus uteri mencapai
kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Beberapa hari kemudian perubahan involusi
berlangsung dengan cepat.Fundus turun 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari keenam
postpartum,fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilikus dan simfisis
pubis (Dewi,2009). Jika sampai dua minggu pascapartum uterus belum masuk panggul,
kemungkinan akan ada subsinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan lanjut atau late postpartum haemorrage (Suherni,2009).
Uterus mengeluarkan cairan sekret yang disebut lokia.Warna lokia berubah seiring
waktu, mula-mula berwarna merah sampai putih.Perubahan warna dan jumlah lokia
yang dikeluarkan memberikan informasi apakah involusi uterus terjadi secara normal

2
atau tidak (Murray &McKinney,2007).Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas dan mempunyai reaksi basa (alkalis) yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina wanita normal. Lokia
mempunyai bau amis yang tidak terlalu menyengat dengan volume yang berbeda-beda
pada setiap wanita. Sekret mikroskopik lokia terdiri atas eritrosit,peluruhan desidua, sel
epitel dan bakteri.Pada hari kedua pasca persalinan terdapat pengeluaran lokia rubra
(kruenta), cairan yang keluar bewarna merah dan mengandung darah dari robekan
Universitas Sumatera Utara 8 atau luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan
chorion.Pada hari ke empat pasca persalinan, cairan yang keluar berwarna kecoklatan
dan berlendir disebut lokia sanguinolenta.Kemudian cairan menjadi bewarna kuning
kecoklatan disebut lokia serosa yang mengandung serum, leukosit dan robekan atau
laserasi plasenta. Cairan berwarna putih kekuningan disebut dengan lokia alba,
mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan
yang mati. Lokia ini muncul selama 2-6 minggu pasca persalinan (Dewi,2009).
Setelah proses persalinan berlangsung biasanya ibu akan mengalami perubahan
pada sistem perkemihan yaitu sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Penyebab keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih
setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam satu sampai
tiga hari setelah persalinan. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu
(Sulistyawati,2009).
Tanda-tanda vital ibu juga akan mengalami perubahan. Sehari setelah melahirkan
suhu badan akan naik sedikit (37,5-38o C) akibat kerja keras ketika melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena
ada pembentukan ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium (mastisis, tractus genitalis atau sistem lain). Denyut nadi normal pada
orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya
akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal
dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi. Tekanan darah biasanya tidak
berubah, kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah melahirkan karena

3
adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum dapat menandakan
terjadinya preeklamsi postpartum (Saleha, 2009).
2.1.3 Adaptasi Psikologi Nifas
Perubahan peran menjadi seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.Ibu
tidak hanya mengalami perubahan fisik namun juga psikologisnya yang mengakibatkan
gangguan emosional.Kesejahteraan emosional ibu selama periode postpartum
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kelelahan, peran barunya sebagai ibu, cemas
dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang diberikan untuk
ibu (Rukiyah, 2011).
Perubahan psikologis masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi menjadi 3 fase yaitu
fase taking inyang merupakan periode ketergantungan berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali diceritakan dari awal
sampai akhir, cenderung menjadi pasif dan sangat bergantung pada orang lain. Pada
fase taking holdyang berlangsung tiga sampai empat hari setelah melahirkan, ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam merawat bayi dan
biasanya ibu menjadi lebih sensitif. Pada fase ini sangat tepat untuk memberikan
penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu nifas seperti mengajarkan
cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, memberikan
pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, dan kebersihan diri.
Fase letting go, yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya sebagai
seorang ibu dan mulai menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada
dirinya (Saleha, 2009).
2.2 Kebutuhan Ibu Pada Masa Post Partum
2.2.1 Mobilisasi / Aktifitas & Istirahat
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas dan mudah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri
maupun dengan bantuan dengan orang lain (Widuri, 2010).
Jadi dapat disimpulkan mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan seseorang
untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
21 aktivitas guna mempertahankan kesehatannya untuk dapat melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri.

4
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan
berlangsung lama, karena ibu harus cukup beristirahat, dimana ibu harus tidur
telentang selama 2 jam post partum untuk mencegah perdarahan post partum.
Kemudian ibu boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya
thrombosis dan tromboemboli. Lalu belajar duduk setelah dapat duduk, lalu dapat
jalan-jalan dan biasanya boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi
tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka.
Sebaiknya ibu nifas dapat melakukan mobilisasi setelah kondisi fisiknya mulai
membaik (Indriyani Diyan, 2013)
Menurut Eka (2014) dalam masa nifas terdapat tiga periode diantaranya :
1) Periode immedieate post partum atau puerperium dini yaitu masa segera setelah
plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Terdapat banyak masalah pada masa ini
seperti perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu harus teratur melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.
2) Periode intermedial atau early post partum yaitu masa 24 jam sampai satu
minggu. Dalam fase ini harus memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan
baik.
3) Periode late post partum (1-5 minggu). Dalam periode ini tetap dilakukan
perawatan dan pemeriksaan sehari-hari dan konseling KB.
a. Pengertian Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan mobilitas fisik merupakan keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Sedangkan menurut Herdman (2015) hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan
dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
b. Penyebab Gangguan Mobilitas Fisik
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) gangguan mobilitas fisik pada ibu
post partum normal disebabkan oleh nyeri, kurang terpapar informasi tentang
aktivitas fisik, kecemasan, gangguan kognitif, dan keengganan melakukan
pergerakan.

5
c. Gejala dan tanda gangguan mobilitas fisik
Gejala dan tanda gangguan mobilitas fisik menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI
( 2016) yaitu dibagi menjadi gejala dan tanda mayor dan minor sebagai berikut :
mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang
gerak (ROM) menurun, nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
merasa
cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas,
dan fisik lemah.
d. Jenis Mobilitas
Menurut Mubarak (2008) jenis mobilitas sebagai berikut :
1) Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari
2) Mobilitas sebagian adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian ini
dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a) Mobilitas sebagian temporer. Mobilitas ini merupakan kemampun
individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut
dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal.
b) Mobilitas sebagian permanen, mobilitas ini merupakan kemampuan
individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan
oleh rusaknya sistem saraf yang reversible.
2.2.2 Pengawasan Involusi Uteri
Involusi uteri yang tidak baik, apabila tidak dilakukan mobilisasi akan
menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan
terganggunya kontraksi uterus.

6
2.2.3 Makan Dan Minum
Persepsi memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu menyusui Persepsi memenuhi
kebutuhan nutrisi bagi ibu menyusui dipengaruhi oleh persepsi ibu itu sendiri maupun orang
tuanya (ibu), tokoh yang dianggap mampu (dukun bayi) dan juga pendapat masyarakat pada
umumnya (Appoh & Krekling 2005; Parker 2012).
1) Porsi makan ditambah
Untuk meningkatkan produksi ASInya, masyarakat pada umumnya berpersepsi dengan
meningkatkan porsi makan. Persepsi ini selain dipengaruhi oleh pendapat-pendapat
sebelumnya (orang tua, nenek atau tetangga) juga dipengaruhi faktor yang dirasakan ibu
menyusui yaitu rasa lapar jika ASInya sudah banyak disusui bayinya(Kanade et al. 2008).
2) Tekad untuk menyusui
Pada dasarnya wanita Suku Jawa setelah melahirkan memiliki keinginan untuk menyusui
bayinya sendiri. Kalaupun ada kendala pada pengalaman sebelumnya telah gagal menyusui,
hati kecilnya tetap ingin menyusui sampai tuntas minimal 2 tahun.
3) Pantang makan telor dan ayam
Ibu post partum suku Jawa menyakini makan telur dan daging ayam akan menghambat
proses penyembuhan luka perineum dan uterus. Namun mereka pada baik dengan alasan
logis dan ilmiah maupun tanpa tahu alasannya menghindari makanan tersebut. Yang
dilakukan oleh ibu yang tidak tahu alasannya menghindari konsumsi makanan tertentu
tersebut oleh karena kepatuhannya pada pendapat orang-orang yang diyakini benar.
1. Pengaruh orang tua
Orang tua atau ibu dari partisipan merupakan orang yang paling berpengaruh
terhadap perilaku ibu post partum. Kebudayaan yang ada di masyarakat Suku Jawa bila ada
anak/menantunya yang akan melahirkan, maka orang tua menjelang kelahiran sudah
berada di rumah anaknya tersebut untuk menyambut kehadiran cucunya sampai dengan
cucunya tersebut berusia 1 (satu) bulan. Selama itu, nenek akan mensupport keluarga
anaknya tersebut baik secara finansial maupun tenaga. Selama itu pula persepsi yang sudah
dianut nenek tersebut akan diajarkan secara turun temurun pada anak-anaknya.
2. Menuruti nasehat orang tua karena ingin berbakti
Karakter suku Jawa sangat menghormati orang tua dengan menuruti apa yang telah
disarankan oleh orang yang lebih tua. Mereka tidak/jarang menolak saran karena tidak mau
beranggapan menjadi anak yang tidak berbakti, minimal ketika didepan orang yang

7
lebih tua, namun bisa jadi berbeda ketika sudah tidak berhadapan lagi.
3. Pantang makan karena patuh orang tua
Karakter wanita Suku Jawa merupakan anak yang berbakti pada orang tua dan
menurut terhadap anjuran mereka.
4. Cepat masa nifas dan ASI banyak
Kadang karena karakter wanita Suku Jawa yang patuh dan menurut pada nasehat
orang tua, tanpa melalui alasan logis kenapa dan mengapa harus menuruti anjuran
tersebut, maka mereka cenderung yakin bahwa apa yang telah terjadi dan dilewati
orang tuanya dulu merupakan pengalaman yang ingin diikut
4) Tidak pantang makan
Sebagian ibu post partum yang meyusui memang tidak pantang terhadap
makanan apapun, kecuali pedas. Ibu yang tidak pantang tersebut umumnya berpendidikan
tinggi (SMU dan PT) dan memiliki kemampuan negosiasi dengan orang tuanya untuk
beralasan logis terhadap pemenuhan nutrisi bagi ibu menyusui.
5) Tetap mengkonsumsi protein hewani
Sebagian ibu post partum yang meyusui juga tetap mengkonsumsi protein hewani
walaupun pantang terhadap telur dan daging ayam. Ibu tersebut umumnya memiliki alasan
logis terhadap pentingnya protein hewani untuk pemulihan kondisi post partum namun
supaya tidak bertentangan dengan persepsi yang sudah diyakini masyarakat terhadap
pantang makanan tertentu (Dror & Allen 2011).
6) Menghindari pedas dan es
Makanan pedas dan minuman dingin (es) diyakini ibu-ibu post partum yang
menyusui bayinya karena dikhawatirkan pedas bisa membuat bayi yang disusuinya diare
dan minum dingin/es dapat membuat ibu maupun bayinya menderita pilek.
7) Nasi dan sayur
Selain meningkatkan porsi makannya (nasi), mereka juga meningkatkan porsi
sayurnya. Sayur diyakini banyak mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas ASI. Namun, pada suku Jawa berpersepsi, cara memasak sayur
hanyalah dengan direbus saja (kulupan) supaya nilai gizinya (vitamin) lebih bagus/tidak
rusak/tidak tercampur dengan bumbu lain yang bisa berpengaruh pada produksi ASI yang
membuat bayi mereka diare/mencret seperti akibat ada cabe pedasnya. Kadang pilihan

8
mengolah hanya merebus ini (kulupan) membuat rasa dari sayur yang kurang mengugah
selera sehingga menurunkan nafsu makan ibu sendiri.
Beberapa alasan menghindari konsumsi makanan tertentu diungkapkan ibu
menyusui:
1. Mandi wuwung
Mandi wuwung yaitu mandi di pagi hari (sebelum matahari terbit) disertai dengan
keramas, dengan menguyur rambut secara berulang-ulang menggunakan air sumur (air
dingin) yang dilakukan oleh ibu post partum, dan diyakini oleh mereka akan menyegarkan
dan membuat ASInya banyak.
2. Ngemil kacang-kacangan
Ngemil merupakan kegiatan makan makanan kecil (camilan) sambil melakukan
aktifitas yang lain (misalnya sambil ngobrol, bercengkeraman, nonton TV, dll), sehingga
tanpa disadari telah menghabiskan banyak camilan (kalori) yang masuk.
3. Mengutamakan nasi dan sayuran
Wanita suku Jawa lebih mengutamakan makan nasi dan sayuran dari pada yang lain
karena tidak terlepas dari status sosial ekonomi masyarakat Jawa pada umumnya
selain faktor makanan tersebut relatif aman dan tidak menyebabkan alergi seperti halnya
protein hewani tertentu
4. Minum jamu gendongan
Selain persepsi tersebut diatas guna memenuhi kebutuhan nutrisi semasa menyusui,
partisipan juga menunjang dengan minum jamu gendongan yang merupakan sari
dari empon-empon (herbal) untuk meningkatkan produksi ASI.
6) Hanya nurut tanpa tahu alasannya
Karakter wanita Suku Jawa adalah patuh dan menurut pada nasehat orang tua,
tanpa memerlukan alasan logis, mereka langsung menuruti nasehat orang tua.
Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi ASI
Ibu-ibu menyusui melakukan upaya untuk meningkatkan produksi ASInya baik
dengan alasan yang dia pahami maupun tidak. Sub tema yang mendukung munculnya
tema ini adalah:
wanita yang selalu menurut dengan anjuran orang tua, namun partisipan yang memiliki
pendidikan tinggi relatif memiliki kemampuan untuk bernegosiasi dengan persepsi orang
tua, sehingga tidak menimbulkan konflik jika tidak sesuai dengan persepsi orang tua dalam

9
hal pemenuhan nutrisi selama menyusui.
2.2.4Hubungan Seksual
Episiotomi merupakan salah satu tindakan yang harus dilakukan dikarenakan kepala
bayi terlalu besar dan tenaga his ibu tidak adekuat(Sarwono, 2010).
Apabila kondisi normal, tanpa tindakan episiotomi seorang ibu tetap mampu
melahirkan spontan tanpa disertai masalah yang berarti.Namun beberapa situasi dan
kondisi mengaharuskan penolong persalinan untuk melakukan tindakan
episiotomi.Episiotomi bermanfaat untuk menghindari terjadinya rupture vagina yang bisa
berefek luas, incontinensia uri atau incontinensia alvi misalnya (Manuaba, 2010).
Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan pada akhir persiapan kelahiran
adalah berapa lama setelah melahirkan dapat melakukan kembalihubungan seksual yang
normal(Wulandari, 2011). Pada masa ini ibu menghadapi peran baru sebagai orang tua
sehingga sering melupakanperannya sebagai pasangan (Susanti,2006).Banyak kekhawatiran
yang biasanya melanda dan biasanya malu untuk ditanyakan kepada dokter maupun orang-
orang terdekat. Akibatnya aktivitas bercinta menjadi terganggu dan jika tidak ditangani
Tentu rasa takut, stress, nyeri maupun gangguan seksualitas pasca tindakan tersebut lebih
nyata daripada wanita Multipara.
2.2.5 Emosi
Lebih dari 50% Ibu mengalami perubahan emosi langsung sejak melahirkan hingga kurun
waktu dua minggu. Gejalanya seperti mood swings, mudah menangis ataupun marah, sakit
kepala, dan muncul perasaan tidak suka terhadap bayinya atau anggota keluarga lain. Ini
yang disebut Baby Blues (Postpartum Blues) (Olds, S.W, dkk, 2010)
Jika perubahan emosi ini berlangsung lebih lama, mulai dari dua minggu hingga enam bulan,
bahkan satu tahun setelah melahirkan, Ibu mungkin mengalami gangguan emosi yang lebih
serius
Ada berbagai hal yang bisa Ibu lakukan:
1. Makan makanan bergizi. Kebutuhan nutrisi anda meningkat karena Ibu sedang
menyusui. Hindari makanan berpengawet, perbanyak makan sayur dan buah.
2. Istirahat yang cukup. Walaupun sulit, cobalah tidur ketika si kecil tidur. Minta
Ayah bergantian menjaga si kecil.
3. Bergaul, jangan mengisolasi diri. Bercakap-cakaplah dengan Ayah, orangtua dan
teman-teman Ibu. Ceritakan perasaan kepada mereka.
4. Minta bantuan dari orang lain. Menjadi orang tua akan membuat tanggung
jawab Ibu berlipat ganda. Ibu tidak perlu menanggung semua hal sendirian.
Jangan tunggu sampai Ibu kewalahan baru anda minta bantuan dari orang lain.
5. Berolahraga. Lakukan olahraga sesuai dengan kondisi tubuh Ibu, misalnya
berjalan, lari, yoga, aerobik, dan lain-lain. Usahakan rutin melakukannya.

10
6. Bermainlah dengan si kecil. Buat kontak mata, bicaralah padanya, nyanyikan lagu
dan tertawa bersama. Si kecil memang belum mengerti, tetapi ia dapat melihat,
mendengar dan merasakan cinta Ibu.
7. Berlatihlah mengendalikan diri. Ketika si kecil mulai menangis tak henti dan Ibu
kelelahan, tarik napas dalam dan tenangkan diri. Bayi dapat merasakan
kegelisahan Ibu dan itu dapat menular padanya. Oleh karena itu, kendalikan diri
Ibu.
8. Me-Time. Alokasikan waktu untuk melakukan hal-hal yang Ibu sukai. Ibu bisa
berjalan-jalan sendiri, merawat diri, menonton film, membaca, meditasi, bermain
musik, atau melakukan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan si kecil.

2.2.6 Senam nifas


Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti
dinding perut menjadi kendor,longgarnya liang senggama, dan otot dasar panggul. Untuk
mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam
nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan.
Senam nifas adalah senam yang di lakukan sejak hari pertama melahirkan, dilakukan setiap
hari sampai hari ke 10. Berikut beberapa contoh gerakan senam nifas, seperti :
1. Kegel
 Gerakan senam kegel dapat membantu merilekskan otot-otot panggul dan perut.
Dalam melakukan gerakan ini, Anda hanya perlu duduk bersimpuh dengan tubuh
tegak dan posisikan tangan bertolak pinggang.
 Kemudian, gerakan perut dan panggul maju mundur masing-masing selama 5 detik.
Ulangilah gerakan ini sebanyak 10 kali dalam 3 kali sehari.
2. Squat
 Gerakan squat melibatkan otot-otot besar di tubuh Anda untuk meningkatkan
kekuatan tubuh. Dalam melakukan gerakan ini, Anda hanya perlu berdiri tegak
dengan kaki sedikit terbuka lebar.
 Lalu, tekuk lutut sembari dorong pinggul dan pantat ke belakang seolah akan duduk.
Turun hingga paha berada dalam posisi lurus, kemudian kembali berdiri dalam posisi
tegak. Ulangilah gerakan ini sebanyak 15 kali.
3. Pelvic tilt
 Gerakan senam nifas yang satu ini dapat menguatkan otot perut dan meregangkan
otot bawah punggung. Dalam melakukan gerakan ini, Anda perlu berbaring di lantai
dengan lutut yang ditekuk, namun telapak kaki menempel ke lantai.
 Kemudian, kencangkan perut sembari mengangkat sedikit panggul. Tahan hingga 10
detik, dan turunkan secara perlahan. Ulangi gerakan ini kurang lebih sebanyak 5-10
kali naik turun untuk membuat otot semakin kuat.
4. Bridge
 Gerakan senam ini dapat memperkuat otot perut dan mengencangkan otot panggul.
Dalam melakukan gerakan bridge, Anda perlu berbaring dengan tulang belakang
menyentuh lantai.
 Lalu, tekuk lutut dengan telapak kaki yang menempel ke lantai. Posisikan lengan di
samping tubuh dengan telapak tangan menelungkup.Tarik napas dan doronglah
pinggul dan pantat ke atas sehingga tubuh hanya menumpu pada atas punggung dan
bahu. Tahan gerakan ini selama 2 detik.

11
 Lalu, turunkan pinggul sembari menghembuskan napas. Ulangilah sebanyak 10-15
kali yang terbagi ke dalam 2-3 set dan beri jeda istirahat antar set tersebut.
5. Clamshell
 Gerakan senam yang satu ini dianggap mampu memperkuat pinggul, serta
meredakan ketegangan punggung bagian bawah. Dalam melakukan gerakan ini,
Anda hanya perlu berbaring miring dengan kaki ditumpuk dan lutut ditekuk. Pastikan
tulang belakang dan punggung berada dalam kondisi rileks.
 Selanjutnya, tumpu kepala dengan satu tangan Anda, sementara tangan yang lain
bertolak pinggang.
 Lalu, angkatlah lutut dan kaki bagian atas sehingga pinggul juga terdorong. Tahan
hingga beberapa detik, dan kembali pada posisi awal. Lakukanlah sebanyak 20
hitungan pada setiap sisi.

2.2.7 Keluarga berencana

Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberi nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan, dan penjarangan kehamilan. KB
merupakan salah satu usaha membantu keluarga / individu merencanakan kehidupan
berkeluarganya dengan baik, sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.
1. Untuk Ibu
a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali
dalam jangka waktu yang terlalu pendek.
b. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak, untuk istirahat, dan
menikmati waktu luang, serta melakukan kegiatan - kegiatan lain.
2. Untuk anak yang dilahirkan
a. Dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya berada dalam
keadaan sehat.
b. Sesudah lahir anak tersebut akan memperoleh perhatian, pemeliharaan, dan
makanan yang cukup. Hal ini disebabkan oleh kehadiran anak tersebut yang
memangdiinginkan dan diharapkan.
3. Untuk anak yang lain
a. Memberi kesempatan perkembangan fisiknya lebih baikkarena memperoleh
makanan yang cukup dan sumber yang tersedia dalam keluarga.
b. Perkembangan mental dan sosial lebih sempurna karena pemeliharaan yang
lebih baik dan lebih banyak waktu yang diberikan oleh ibu untuk anak.
c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber
pendapatan keluarga tidak habis untukmempertahankan hidup semata -
mata.
4. Untuk ayah
a. Memperbaiki kesehatan fisiknya
b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang
serta lebih banyak waktu luang untuk keluarganya.

12
2.2.8 periksa ulang atau follow up
Kunjungan Kesehatan Untuk Post Partum

Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah meliputi:

 Kunjungan I (6-8 jam postpartum).


 Kunjungan II (6 hari postpartum).
 Kunjungan III (2 minggu postpartum).
 Kunjungan IV (6 minggu postpartum).
 Kunjungan I (6-8 jam postpartum)
1. Kunjungan I (6-8 jam postpartum) meliputi:
 Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
 Deteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta lakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
 Pemberian ASI awal.
 Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan karena atonia uteri.
 Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir.
 Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
2. Kunjungan II (6 hari postpartum)
Kunjungan II (6 hari postpartum) meliputi:
 Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi baik, tunggi fundus
uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
 Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan cairan.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
 Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
3. Kunjungan III (2 minggu postpartum)
 Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada
kunjungan 6 hari post partum.

13
4. Kunjungan IV (6 minggu postpartum)
 Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
 Memberikan konseling KB secara dini

2.2.9 pendidikan Kesehatan


Pendidikan Kesehatan tentang kebutuhan dasar ibu setelah nifas

Pendidikan Kesehatan Masa Nifas meliputi:

 Gizi.
 Kebersihan diri/ bayi.
 Istirahat/ tidur.
 Pemberian ASI.
 Latihan/ senam nifas.
 Hubungan seks dan keluarga berencana.
 Tanda-tanda bahaya selama masa nifas.

1. Nutrisi dan Cairan


Pada masa nifas masalah diet perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan
nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi
susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi
protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari
pasca persalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
2. Ambulasi

14
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu
secepat mungkin untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum terlentang di tempat tidurnya
selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut :
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya
selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya : memandikan, mengganti pakaian, dan
memberi makan.
d. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis). Menurut penelitian-
penelitian yang saksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh buruk, tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka
episiotomi atau luka perut, serta memperbesar kemungkinan prolapsus atau
retrotexto uteri.
e. Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit,
misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan
maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak, dan
sebagainya.
3. Eliminasi
a. Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc,
maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak
menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu
postpartum.
 Berkurangnya tekanan intraabdominal.
 Otot-otot perut masih lemah.
 Edema dan uretra.
 Dinding kandung emih kurang sensitif.
15
b. Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua
postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pemcahar per
oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB,
maka dilakukan klisma (huknah).

4. Personal Hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh,
pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untik tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum
adalah sebagai berikut :
 Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
 Menganjurkan ibu bagaimana membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastika ibu mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu,
dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu
untuk membersihkan daerah vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
 Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2 kali sehari. Kain dapt digunaka ulang jika telah dicuci dengan baik dan
di keringkan dibawah matahari dan disetrika.
 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah tersebut.
5. Istirahat dan Tidur
Hal-hal yang biasa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
adalah berikut :
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan mamperbanyak perdarahan

16
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri

6. Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakuakan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat
berikut ini:
a) Secara fisik aman untuk memelai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri,
maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa
waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Latihan dan senam nifas
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Involusi ini
sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan di dinding
perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat
keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu,mereka akan selalu berusaha
untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak indah
lagi. Cara untuk mengembaliokan betuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti
semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas untuk itu beri penjelasan
pada ibu tentang beberapa hal berikut ini:
1) Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali normal, karena hal
ini akan membuat ibu merasa lebih kuat dan ini juga menjadikan otot perutnya
menjadi kuat, sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung:
2) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu.
a. Dengan tidur terlentang dan lengan disamping, tarik otot perut selagi menarik
napas, tahan napasa dalam, angkat dagu kedada, tahan mulai hitungan satu
sampai lima. Rileks dan ulangi sebanyak sepuluh kali
b. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul bukanlah latiham
keagel
3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan pinggul, tahan
sampai lima hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan sabanyak lima kali.

17
4) Mulai mengerjakan lima kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan
jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu keenam setelah persalinan ibu
harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.nyaman; keputusan untuk segera
melakukan hubungan seks dan KB tergantung pada pasangan yang bersangkutan;
berikan KIE tentang alat kontrasepsi KB.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Periode postpartum merupakan masa transisi dan perubahan peran pada ibu baru
dan keluarganya. Masa postpartum terdiri dari adaptasi fisiologis dan adaptasi psikologis.
Adaptasi fisiologis meliputi; sistem reproduktif, sistem kardiovaskuler, sistem
gastrointestinal, sistem urinaria, sistem muskuloskeletal, sistem integumen, sistem
neurologi, dan sistem endokrin. Adaptasi psikologis merupakan penerimaan akan bayi serta
adaptasi peran sebagai ibu dalam merawat dan memberikan kasih sayang ibu dan anak.
Adaptasi psikologis pada masa nifas ada 3 fase yaitu; taking in, taking hold, dan letting go
(Rubin, 1960 dalam McKinney, 2000). Beberapa perspektif wanita pada masa transisi
menjadi orang tua yaitu sebagai masa yang melelahkan, penuh dengan stres, dan gangguan
suasana perasaan (baby blues). Kelelahan yang terjadi setelah melahirkan merupakan
masalah yang terjadi pada semua wanita.
3.2 Saran
Perlunya untuk ibu nifas primipara dalam mengenali tanda dan gejala serta cara-
cara mengatasi penyeseuaian diri maladaptive dengan cara memberikan penyuluhan mulai
dari antenatal untuk meningkatkan pemahaman ibu tentang adaptasi maternal selama
kehamilan serta perlunya diberikannya penyuluhan postnatal untuk menimalkan terjadinya
penyesuaian diri mal adaptif khususnya pada ibu nifas primipara .
Untuk mempersiapkan pelayanan mengoptimalkan discharge planning dan
memberikan perawatan lanjutan dengan cara kunjungan rumah ( home care ) untuk
mendeteksi terjadinya penyesuaian diri yang maladaptive .perlunya metode pelayanan
FCMC ( family centered maternity care ) dengan melibatkan keluarga untuk memfalisitasi
kebutuhan ibu baik dari segi fisik dan psikologis untuk memenimalkan terjadinya
penyesuaian diri yang mal adatif di rumah sakit tersebut .

18
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi.
Hlm: 165-171.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6061
rahmawati,dewi.2012. Gerakan senam dan nifas
https://www.sehatq.com/artikel/gerakan-senam-nifas-yang-mudah-dipraktikkan-di-
rumah/amp
luthfi, haikal. 2018 https://www.haibunda.com/kehamilan/20210226181418-49-
195074/bunda-perlu-tahu-7-kebutuhan-ibu-selama-masa-nifas

19

Anda mungkin juga menyukai