Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

            Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. berkat rahmat dan ridho-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah perkuliahan puisi. Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat
tugas mata kuliah puisi. 
Penulis menyadari pada saat penulisan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan
bantuan dari segala pihak. karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.
Syafrial,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Puisi Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia, dan kepada teman-teman yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. untuk itu diharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Demikian kiranya semoga laporan yang telah dibuat ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I  PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Permasalahan......................................................................................... 1
1.4 Tujuan.................................................................................................... 1

BAB II  PEMBAHASAN...................................................................................... 2


2.1 Pengertian Pantun.................................................................................. 2
2.2 Ciri-ciri Pantun....................................................................................... 3
2.3 Jenis-jenis Pantun................................................................................... 4

BAB III  PENUTUP.............................................................................................. 7


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 7
3.2 Saran...................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pantun meupakan sastra lisan yang dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim Datuk
Kaya Muda Riau, seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji. Antologi
pantun yang pertama itu berjudul Perhimpunan Pantun-pantun melayu. Genre pantun
merupakan genre yang paling bertahan lama.
Mengungkapkan perasaan tidak hanya dapat diceritakan dan ditulis dalam bentuk
prosa. Ungkapan perasaan pun dapat dinyatakan dalam bentuk puisi, seperti puisi lama yang
disebut pantun. Selain pantun, masih ada bentuk puisi lama lainnya, seperti pantun
kilat (karmina), talibun, seloka, gurindam, dan syair.
Pantun sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak dahulu. Misalnya, wawangsalan,
paparikan, sisindiran, sesebred dalam masyarakat sunda; pantun ludruk, dan gandrung dalam
masyarakat jawa; serta ende-ende dalam masyarakat Mandailing. Bahkan, di sebagian daerah
Sumatra, masyarakat Minangkabau menggunakan pantun sebagai pembuka acara di perayaan-
perayaan. Selain dibaca, pantun juga kerap dinyanyikan.

1.2  Permasalahan
1. Apakah Pengertian pantun?
2. Bagaimanakah sejarah pantun?
3. Bagaimanakah ciri-ciri pantun?
4. Bagaimanakah syarat-syarat pantun?
5. Apa sajakah jenis-jenis pantun?

1.3  Tujuan
1. Mengetahui Pengertian pantun.
2. Mengetahui sejarah pantun.
3. Mengetahui ciri-ciri pantun.
4. Mengetahui syarat-syarat pantun.
5. Mengetahui jenis-jenis pantun.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pantun


Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang
menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah puisi
asli Indonesia (Waluyo,1987:9). Pantun juga terdapat dalam beberapa sastra daerah di
Indonesia seperti “parika” dalam sastra jawa atau “paparikan” dalam sastra sunda. Orang
yang pertama kali membentangkan pikiran dari hal pantun Indonesia ini adalah H.C. Klinkert
dalam tahun 1868. Karangannya bernama “De pantuns of minnenzangen der
Maleier”. Sesudah itu datang Prof. Pijnapple; juga beliau memaparkan pikirannya dari hal ini
dalam tahun 1883. Pantun tepat untuk suasana tertentu, seperti halnya juga karya seni lainnya
hanya tepat untuk suasana tertentu pula.
Menurut Surana (2001:31), pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4 larik sebait
berima silang (a b a b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu bagian objektif. Biasanya berupa
lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik III dan IV dinamakan isi,
bagian subjektif. Sama halnya dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4 perkataan. Jumlah
suku kata setiap larik antara 8-12. Namun, dalam buku Bahan Ajar Sastra Rakyat (2005:70)
mengatakan bahwa:
Pantun adalah puisi melayu tradisional yang paling popular dan sering dibincangkan.
Pantun adalah ciptaan asli orang Melayu; bukan saduran atau penyesuaian dari puisi-puisi
jawa, India, cina dan sebagainya. kata pantun mengandung arti sebagai, seperti, ibarat,
umpama, atau laksana.
Pantun adalah Puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris
yang bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris
kedua biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap
baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan
sebagainya)
Menurut penulis, pantun merupakan salah satu jenis puisi lama dalam kesusastraan
Melayu Nusantara yang paling popular. Pada umumnya setiap bait terdiri atas empat baris
(larik), tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata, berirama a-b-a-b dengan variasi a-a-a-a. Baris
pertama dan kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi.     
2.2 Sejarah Pantun
 Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan (Fang,
1993: 195). Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-hikayat popular
yang sezaman dan  disisipkan dalam syair-syair seperti Syair Ken Tambuhan. Pantun dianggap
sebagai bentuk karma dari kata Jawa Parik yang berarti pari, artinya paribahasa atau
peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan umpama atau seloka yang
berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata pantun berasal dari akar
kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam bahasa Pampanga,
tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada tonton yang berarti bercakap menurut
aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun yang berarti benang atau atuntun yang berarti
teratur dan matuntun yang berarti memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang
berarti kesopanan, kehormatan.

Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal dari bahasa daun-
daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-daun untuk
menulis surat-menyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu di Sibolga
dijumpainya kebiasaan seorang suami memberikan ikan belanak kepada istrinya, dengan
harapan agar istrinya itu beranak. Sedangkan R. J. Wilkinson dan R. O. Winsted dalam
Hamidy (1983:69) menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti dugaan
Ophuysen itu. Dalam bukunya “Malay Literature” pertama terbit tahun 1907, Wilkinson malah
balik bertanya, ‘tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?’. Jadi bukan pantun yang berasal
dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daun-daunlah yang berasal dari pantun.
2. 3 Ciri-ciri Pantun
1. Terdiri atas empat baris.
2. Tiap baris terdiri atas 9 sampai 10 suku kata.
3. Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya berisi maksud si pemantun.
Bagian ini disebut isi pantun.
4. Pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima itu disebut dengan abjad /ab-ab/.
Maksudnya, bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris
kedua sama dengan baris keempat.
5. Mempunyai skema rima ujung yang tetap: a-b – a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a.
6. Setiap stanza pantun adalah satu keseluruhan mengandung sifat fikiran yang bulat dan
lengkap.
Ciri-ciri dalamannya adalah:
1. .Penggunaan lambang-lambang tertentu mengikuti tanggapan dan pandangan dunia
masyarakat.
2. Adanya perhubungan makna antara pasangan pembayang dengan pasangan maksud
3. Pantun tersusun atas empat baris dalam tiap baitnya.
4. Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.
5. Baris ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan.
6. Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.
2.4 Syarat-syarat pantun
a. Tiap baris terdiri dari empat atau lima kata atau terdiri dari delapan atau sepuluh suku kata
b. Sajaknya bersilih dua-dua: a-b-a-b. dapat juga bersajak a-a-a-a.
c. Sajaknya dapat berupa sajak paruh atau sajak penuh
d. Dua baris pertama tanpa isi disebut sampiran, dua baris terakhir merupakan isi dari pantun
itu.
2.5  Jenis-jenis Pantun
a. Menurut isinya:
pantun anak-anak, biasanya berisi permainan.
pantun muda mudi, biasanya berisi percintaan.
Pantun orang tua, biasanya berisi nasihat atau petuah. Itulah sebabnya, pantun ini disebut
juga pantun nasihat.
Pantun jenaka, biasanya berisi sindiran sebagai bahan kelakar.
Pantun teka-teki
b. menurut bentuknya atau susunannya:
pantun berkait, yaitu pantun yang selalu berkaitan antara bait satu dengan bait kedua, bait
kedua dengan bait ketiga dan seterusnya. Adapun susunan kaitannya adalah baris kedua
bait pertama menjadi baris pertama pada bait kedua, baris keempat bait pertama
dijadikan baris ketiga pada bait kedua dan seterusnya.
 Pantun kilat, sering disebut juga karmina, ialah pantun yang terdiri atas dua baris, baris
pertama merupakan sampiran sedang baris kedua merupakan isi. Sebenarnya asal mula
pantun ini juga terdiri atas empat baris, tetapi karena barisnya pendek-pendek maka
seolah-olah kedua baris pertama diucapkan sebagai sebuah kalimat, demikian pula kedua
baris yang terakhir.
a) Berdasarkan isinya, pantun dibagi atas:
a. Pantun kanak-kanak
Pantun bersukacita
Pantun berdukacita
b. Pantun muda
Pantun nasib atau pantun dagang
Pantun perhubungan
Pantun perkenalan
Pantun berkasih-kasihan
Pantun perceraian
Pantn beriba hati
Pantun jenaka
 Pantun teka-teki
c. Pantun tua
Pantun adat
Pantun agama
Pantun nasihat
b) Berdasarkan banyaknya baris tiap bait dibagi menjadi:
·         Pantun dua seuntai atau pantun kilat
·         Pantun empat seuntai atau pantun empat serangkum
·         Pantun enam seuntai atau delapan seuntai, atau pantun enam serangkum, delapan
serangkum (talibun).

Menurut Effendi (1983:29), pantun dapat dibagi menurut jenis dan isinya yaitu:
1.      pantun anak-anak, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:
a.       pantun bersukacita
b.      pantun berdukacita
c.       pantun jenaka atau pantun teka-teki
2.      pantun orang muda, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:
a.       pantun dagang atau pantun nasib
b.      pantun perkenalan
c.       pantun berkasih-kasihan
d.      pantun perceraian
e.       pantun beribahati
  pantun orang tua, berdasarkan isinya data dibedakan menjadi:
a.       pantun nasihat
b.      pantun adapt
c.       pantun agama
           
Tetapi, Abdul Rani (2006:23-27) mengklasifikasikan pantun berdasarkan isinya sebagai
berikut:
1)      Pantun Anak-Anak
a)      Pantun anak-anak jenaka
b)      Pantun anak kedukaan
c)      Pantun anak teka-teki

2)      Pantun Muda-Mudi
a)      Pantun muda mudi kejenakaan
b)      Pantun muda-mudi dagang
c)      Pantun muda-mudi cinta kasih
d)     Pantun muda-mudi ejekan

3)      Pantun Tua
a)      Pantun tua kiasan
b)      Pantun tua nasihat
c)      Pantun tua adat
d)     Pantun tua agama
e)      Pantun tua dagang

Contoh pantun

1. Pantun muda mudi


Contoh: Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
                  Sehidup semati kita bersama
                  Satu kubur kelak berdua

2.      Pantun teka-teki
Contoh:  Kalau puan puan perana
                           Ambil gelas di dalam peti
                          Kalaup uan bijak laksana
                         Binatang apa tanduk di kaki

3.      Pantun jenaka
Contoh : Anak rusa di rumpun salak
              Patah tanduknya ditimpa genta
                   Riuh kerbau tergelak-gelak
                   Melihat beruk berkacamata
4 Pantun berdukacita
Contoh: Ke balai membawa labu
                 Labu amanat dari situnggal
               Orang memakai baju baru
               Hamba menjerumat baju bertambal
5..Pantun perkenalan
Contoh:  Sekuntum bunga dalam padi
                   Ambil batang cabut uratnya
                Tuan sepantun langit setinggi
                Bolehkah berlindung di bawahnya?

6.Pantun perceraian
Contoh :    Pucuk pauh selara pauh
                              Pandan di rimba diladungkan
                              Adik jauh kakanda jauh
                              Kalau rindu sama menungkan
7. Pantun nasib atau pantun dagang
Contoh :   Unggas undan si raja burung
                                       Terbang ke desa suka menanti
Wahai badan apalah untung
Senantiaa bersusah hati
BAB III
PENUTUP

                          Kesimpulan

Pantun adalah Puisi Indonesia, tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang
bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua
biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan sebagainya)
Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam tiap
baitnya.Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.Baris ketiga dan keempat merupakan isi/
maksud yang hendak disampaikan.Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan
sampai dua belas.
Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan tingkatan umur pemakainya, berdasarkan
isinya ,dan  berdasarkan bentuknya atau susunannya.
                 

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali dan
dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan, ilmuan, dan lebih
spesifik lagi oleh mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rani, Supratman. 2006. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Effendy, M. Ruslan. 1983. Selayang Pandang Kesusastraan Indonesia. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Hamzah, Amir. 1996. Esai dan Prosa. Jakarta: Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai