Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ Persiapan dan Pemasangan SOP Pembidaian “

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Pmbidaian”

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ilmiah tentang materi


“Pembidaian “ dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan
manfaat nyata untuk pembaca.

Surabaya, 21 Oktober 2020

ii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL………………………………………..................................……..….… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………........................................ ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………................................…... iii

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 1

1.3 Tujuan................................................................................ 1

BAB II. Pembahasan


2.1 Pembidaian..................................................................... 2
2.2 SOP Pemasangan Bidai.................................................. 14

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................... 16
3.2 Saran .............................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi) yang bertujuan Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah,
Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah, Memberi istirahat pada
anggota badan yang patah, Mengurangi rasa nyeri dan Mempercepat penyembuhan Pada saat
kita melakukan suatu kegiatan, tidak jarang kita akan mengalami kecelakaan. Misal, saat
melakukan perkemahan.jika di dalam perkemahan itu tidak ada dokter maka yang bertugas untuk
melakukan pertolongan pertama pada teman/ salah seorang dari anggota perkemahan cidera atau
terluka adalah kita. Jadi kita harus mengetahui bagaimana cara dalam melakukan P3K. Salah
satu P3K pada pramuka adalah PEMBIDAIAN. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan
tentang pembidaian.

1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pembidaian itu?
2. Apa tujuan pembidaian?
3. Apa Jenis-jenis Pembidaian?
4. Apakah Indikasi Pembidaian?
5. ApaKontra Indikasi Pembidaian?
6. ApaKomplikasi Pembidaian?
7. Apa saja Jenis Pembidaian?
8. ApaPrisip Pembidaian?
9. Bagaimana Prosedur Dasar Pemmbidaian?
10. Bagaimana Teknik Pebidaian?
11. Bagaimana Pelaksanaan Pembidaian?
12. Bagaiamana Evaluasi Pembidaian?

1.3.TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengetahui pengertian pembidaian, mengetahui tujuan
pembidaian, mengetahui jenis-jenis pembidaian, mengetahui indikasi pembidaian, mengetahui
kontra indikasi pembidaian, mengetahui komplikasi pembidaian, mengetahui apa saja jenis
pembidaian, mengetahui apa saja prisip pembidaian, mengetahui bagaimana prosedur dasar
pembidaian, mengetahui bagaimana teknik pebidaian, mengetahui bagaimana pelaksanaan
pembidaian, mengetahui bagaiamana evaluasi pembidaian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PEMBIDAIAN
A. Pengertian Pembidaian
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi) dengan kata lain Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk
mengistirahatkan bagian yang patah.

B. Tujuan Pembidian

Tujuan pembidaian :

1. 1.Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.


2. 2.Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. 3.Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. 4.Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan

C. Jenis-jenis pembidaian

Beberapa macam jenis bidai :

1. Bidai keras

Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan.
Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan
darurat.Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.Contoh :
bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

2. Bidai traksi

Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga
yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.Contoh : bidai traksi tulang paha.

3. Bidai improvisasi

Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.Pembuatannya
sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.Contoh :
majalah, koran, karton dan lain-lain.

2
4. Gendongan/Belat dan bebat.

Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan
memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah
cedera.Contoh : gendongan lengan.

D. Indikasi Pembidaian
 Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
 Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
 Dislokasi persendian Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu
bagian tubuh ditemukan :
1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek.
2. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami
angulasi abnormal
3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
4. Posisi ekstremitas yang abnormal
5. Memar
6. Bengkak
7. Perubahan bentuk
8. Nyeri gerak aktif dan pasif
9. Nyeri sumbu
10. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitasyang
mengalami cedera (Krepitasi)
11. Perdarahan bisa ada atau tidak
12. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
13. Kram otot di sekitar lokasi

Hal-hal yang harus diperhatikan saat pembidaian :

 Bebaskan area pembidaian dari benda-benda (baju, cincin, jam, gelang dll)
 Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan
perhatikan warna kulit ditalnya.
 Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proximal dan distal daerah fraktur). Sendi yang
masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah dan di agtas patah tulang. Sebagai
contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus mengimobilisasi
pergelangan kaki maupun lutut
 Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun
dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika
terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya. Pada trauma
sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang dibagian proksimal dan distal.
 Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau
tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dillakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat,

3
krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk
melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan
sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua
ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan
beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.
 Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada
daerah tubuh yang keras/peka (lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi sela
antara ekstremitas dengan bidai.
 Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang
luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik
yang berada pada posisi superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur, diantara lokasi
fraktur dan lokasi ikatan pratama, inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur, diantara
fraktur dan lokasi ikatab ketiga (point c)
 Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu
mencegah pergerakan atau perengangan pada bagian yang cedera.
 Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat. Jika mungkin naikkan
anggota gerak tersebut setelah dibidai.
 Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan
pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai,
cedera pada tungkai bawah sering kali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang
cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari,
dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara.

E. Kontra indikasi pembidaian

Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilisasi.Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan persyarafan
yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke
rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.

F. Komplikasi pembidaian

Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa ditimbulkan oleh
tindakan pembidaian :

 Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain disekitar fraktur oleh ujung fraktur, jika
dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami
fraktur saat memasang bidai.
 Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat.
 Keterlambatan transport penderita kerumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama
selama proses pembidaian.

4
G. Jenis Pembidaian
1. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara dilakukan ditempat cedera sebelum
penderita dibawa kerumah sakit. Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya.
Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebih berat.
Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan tekhnik dasar
pembidaian.
2. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif dilakukan fasilitas layanan kesehatan
(klinik atau rumah sakit). Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan
fraktur/dislokasi. Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan(gips,dll).
Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih.

H. Prinsip Pembidaian
1. Dilakukan pembidaian dimana anggota badan mengalami cedera (korban jangan
dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan
ketandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan
pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan
setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan
sebagai fraktur.

Prinsip umum dalam tindakan pembidaian

1. Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur). Sendi yang
masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah dan diatas patah tulang. Sebagai contoh,
jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengibolisasi pergelangan
kaki maupun lutut.
2. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun
dislokasi secara perlahan dan berhati- hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika
terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya.
3. Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang dibagian proksimal dan
distal.
4. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau
tarikan ringan ketika pembidaian.
5. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan
peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil
melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami
fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat
menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau
pembuluh darah.

5
6. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggot gerak yang dibidai terutama pada daerah
tubuh yang keras /peka(lutut,siku,ketiak,dll) yang sekaligus untuk mengisi sela antara
ekstremitas dengan bidai.
7. Ikatlah bidai diatas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat dibagian yang
luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik
yang berada pada posisi:
a. Superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur
b. Diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama
c. Interior dari sendi distal dari lokasi fraktur
d. Diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)
8. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu
mencegah pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera.
9. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat
10. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan
pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai,
cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang
cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari,
dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara.
11. Kantonga es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahulu dibungkus dengan
perban elasti. Harus diberikan perhatian khusu untuk melepaskan kantong es secara
berkala untuk mencegah”cold injury” pada jaringan lunak. Secara umum, es tidak boleh
ditempelkan secara terus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang mengalami
cedera sebaiknya sedikit ditinggikan posisinya untuk meminimalisasi pembengkakan.

I. Prosedur Dasar Pembidaian

1. Mempersiapkan pasien
a. Penanganan kegawatan (Basic Life Support)
b. Menenangkan penderita
c. Jelaskanlah bahwa akan memberikan pertolongan kepada penderita.
d. Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi.
e. Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedur tindakan
yang akan dilakukan.
f. Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan ataumemindahkan
korban sampai daerah yang patah tulang distabilkan kecuali jika keadaan
mendesak (korban berada pada lokasi yang berbahaya, bagi korban dan atau
penolong

6
g. Sebaiknya guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jika diperlukan,
kainnya dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.
h. Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan.
i. Bersihkanluka dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan
kasa steril.Jika luka tersebut mendekati lokasi fraktur, maka sebaiknya dianggap
bahwa telah terjadi patah tulang terbuka.
j. Balutlah luka terbuka atau fragmen tulang yang menyembul dengan bahan yang
se-steril mungkin
k. Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk menopang
leher jika dicurigai terjadi trauma servikal
l. Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang berat
sebaiknya hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan denyut nadiatau
sensasi raba sebelum dilakukannya pembidaian. Proses pelurusan ini harus hati-
hati agar tidak makin memperberat cedera.
m. Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur:
n. Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, ataukah bahkan
mungkin menghilang?
o. Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari pada ekstremitas yang
cedera dan ekstremitas kontralateral secara bersamaan. Lepaskan tekanan secara
bersamaan. Periksalah apakah pengembalian warna kemerahan terjadi bersamaan
ataukah terjadi keterlambatan pada ekstremitas yang mengalami fraktur.
p. Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsung dibawa ke
rumah sakit secepatnya.
q. Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka sebaiknya
perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setelah anda menjelaskan pada
penderita.
r. Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial.Jangan
pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pula mencoba untuk
membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur terbuka tanpa sterilitas hanya
akan menambah masalah.

7
2. Persiapan alat
a. Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namunjuga bisa
dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon, papan
kayu, dll. Panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang akan
dibidai.
b. Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknya dibungkus/dibalut
terlebih dahulu dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dll)
c. Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaianbisa berasal
dari pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakan untuk membalut ini harus
bisa membalut dengan sempurna mengelilingi extremitas yang dibidai untuk
mengamankan bidai yang digunakan, namun tidak boleh terlalu ketat yang bisa
menghambat sirkulasi
d. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur
dahulu pada sendi yang sehat.
e. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara
bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah,
atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
f. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari
sebelahatas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas
bagian fraktur.
g. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota
tubuh yang dibidai.
h. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara
keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak
i. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
j. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

8
J. Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera

1. Fraktur cranium dan tulang wajah

Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada
tempatyang dicurigai mengalami fraktur.Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur
tulang belakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang.Ada beberapa
bidai khusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah (bersifat bidai definitif),
namun tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan oleh para ahli.

2. Pembidaian leher

Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan.Pembalutan


dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala. Pembalutan
dianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.Jika tersedia, fixasi
leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar.

3. Tulang klavikula

Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu
dengan“ransel bandage” (lihat gambar 2). Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk
traksidan fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi
yangseanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil yang
cukup baik.

4. Tulang iga

Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah bagian
patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan sebagai
pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke rumah sakit
adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang sling untuk
merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian sehingga menempel
secara nyaman pada dada.

5. Lengan atas

Pasanglah sling (kain segitiga) untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga
sendi siku membentuk sudut 90%, dengan cara:

a) Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan
puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan
bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk
sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling,
dan sisipkan disisi siku.

9
b) Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian
sisilateral dinding thoraks
c) Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas
yangmengalami fraktur.- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral)
dan dinding thorax (pada sisimedial).
d) Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan
menggunakan kain yang lebar.

6. Lengan bawah
a. Imobilisasi lengan yang mengalami cedera.
b. Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku
sampai ujung telapak tangan
c. Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera
d. Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat sudut
90°terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan hati-hati
e. Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar berada
dalam posisi fungsional
f. Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara siku
sampai ujung jari
g. Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa
pergelangan tangan sudah terimobilisasi
h. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai
i. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi
pembidaian,untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat
j. Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara Letakkan
kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari
sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah
sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut
10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan
sisipkan disisi siku.

7. Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan

Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi mekanik”, yakni posisi
yangsenatural mungkin.Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang
menggenggamsebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain dapat
diletakkan pada telapak tangan sebelum tangan dibalut.

8. Tulang jari

Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkan
pada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)

10
9. Tulang punggung

Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai


menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.

10. Fraktur Panggul

Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorang yang berusia tua
terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul,maka sebaiknya dianggap mengalami
fraktur.Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan pemendekan
dan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral).Pemindahan pasien yang dicurigai
menderita fraktur panggulharus menggunakan tandu.Tungkai yang mengalami cedera
diamankan dengan merapatkan pada tungkai yang tidak cedera sebagai bidai.Anda bisa
melakukan penarikan/traksi untuk mengurangi rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit
cukup jauh, dan terdapat orang yang bisa menggantikan anda saat anda sudah kelelahan.

11. Tungkai atas

Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggungbawah sampai dengan di
bawah lutut pada tungkai yang cedera.Traksi pada cedera tungkai lebih sulit, dan resiko
untuk terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali lebih besar.Sebaiknya
jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cedera tungkai kecuali jika orang yang
membantu pembidaian telah siap untuk memasang bidai.

12. Fraktur/dislokasi sendi lutut

Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggul sampai dengan
pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisi belakang tungkai dan pantat

13. tungkai bawah


a. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan mencegah
timbulnya kerusakan yang lebih berat
b. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara telapak tangan
sampai dengan diatas lutut.
c. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai
d. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus
e. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehingga bidai dalam posisi memanjang
antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki
f. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai yang dipasang
di sisi bawah tungkai
g. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur.Pastikan bahwa lutut dan
pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan baik
h. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai

11
i. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada regiondistal dari lokasi pembidaian,
untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat.
14. Fraktur/dislokasi pergelangan kaki

Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukup dengan menggunakan


pembalutan. Gunakan pola figure of eight: Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi atas
kaki,mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi atas kaki, kesisi bawah kaki,
dan demikian seterusnya. Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakangdan sisi
lateral pergelangan kaki untuk mencegahpergerakan yang berlebihan. Saat melalukan
tindakan imobilisasi pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijaga pada sudut yang benar

15. Fraktur/dislokasi jari kaki

Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantu dengan merekatkan
jari yang cedera pada jari di sebelahnya.

K. Pelaksanaan Pembidaian
1. Fraktur calvicula, lakukan imobilisasi dengan cara:
 Minta pasien meletakkan kedua tangan pada pinggang
 Minta pasien membusungkan dada, tahan
 Gunakan perban elastik, lingkarkan membentuk angka 8 (Ransel perban).
2. Fraktur humerus bagian medial
 Kalau ada berikan analgetik/ kompres es
 Gunting mitella jadi 2/ 4 tapi tidak putus
 Rapatkan lengan pada dinding dada, pasang bidai pada sisi luar
 Ikat dan balut dengan mitela/kain
3. Fraktur humerus bagian distal
 Siku sukar dilipat (nyeri), luruskan saja
 Pasang dua buah bidai dari ketiak sampai pergelangan tangan
 Ikat dengan kain 4 tempat. (ingat teori di atas)
4. Fraktur antebrachii
 Pasang dua buah bidai sepanjang siku sampai ujung jari
 Ikat bidai mengelilingi ekstremitas, tapi jangan terlalu keras
 Gantung bidai dengan mitela/kain ke pundak-leher
5. Fraktur digiti
 Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah atau gunakan jari
sebelahnya, contoh, bila jari tengan yang fraktur maka gunakan jari telunjuk dan jari
manis sebagai pengganti bidai
 Kemudian ikat dengan plester.
6. Fraktur costae
Lakukan imobilisasi dengan cara:
 Bersihkan dinding dada

12
 Minta penderita menarik napas dan menghembuskan napas sekuatnya
 Pasang plester stripping pada saat ekspirasi maksimal tersebut.
 Plester dipasang sejajar iga mulai dari iga terbawah.
 Ulangi prosedur sampai plester terpasang
7. Fraktur tulang panggul ( os simfisis pubis)
 Rapatkan kedua kaki
 Pasang bantal dibawah lutut dan sisi kiri kanan panggul
 Ikat kedua kaki pada 3 tempat (lihat gambar)
8. Fraktur femur
 Pasang bidai di bagian dalam dan luar paha
 Jika patah paha bagian atas, bidai sisi luar harus sampai pinggang
9. Fraktur patella
 Pasang bidai pada bagian bawah
 Pasang bantal lunak di bawah lutut dan pergelangan kaki
10. Fraktur tungkai bawah
 Pasang bidai melewati 2 sendi, luar dan dalam
 Pasang padding
11. Fraktur tulang telapak kaki
 pasang bantalan (kassa/kain)pada telapak kaki
 pasang bidai di telapak kaki, kemudian ikat.
L. Evaluasi pasca pembidaian
Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian.Misalnya jika membidai lenganmaka
periksa sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5 detik. Kuku akan
berwarna putih kemudian kembali merah dalam waktu kurang dari 2 detik setelah
dilepaskan. Pemeriksaan denyut nadi dan raba seharusnya diperiksa di bagian bawah
bidai paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat,atau kesemutan,
maka pembalut harus dilepas seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang kembali dengan
lebih longgar.Tekan sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan.Kalau 1-2 detik
berubah menjadi merah, berarti balutan bagus. Kalau lebihdari 1-2 detik tidak berubah
warna menjadi merah,.

Meraba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki (untuk kasus di kaki).Bila tidak
teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.Meraba denyut arteri radialis pada tangan
untuk kasus di tangan.Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.

13
2.2.SOP PEMASANGAN BIDAI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBIDAIAN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI :

UNIT : PETUGAS/PELAKSANA :

Pemasangan bidai adalah memasang alat untuk immobilisasi yang


Pengertian
berfungsi untuk mempertahankan kedudukan tulang.
1. Mencegah pergerakan tulang yang patah.
Tujuan 2. Mencegah bertambahnya perlukaan pada patah tulang.
3. Mengurangi rasa sakit.
4. Mengistirahatkan daerah patah tulang.
1. Patah tulang terbuka atau open fraktur.
Indikasi 2. Patah tulang tertutup atau close fraktur.

Alat
 Alat pelindung diri
o Masker.
o Handscoen.
 Bidai dengan ukuran sesuai kebutuhan.
 Verband atau mitella.
Persiapan Alat
Pasien
 Diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
 Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.

Lingkungan.
 Petugas lebih dari satu orang.

- Menyapa klien/pasien dengan ramah.


Persiapan
- Memposisikan klien/pasien dengan baik.
Pasien
- Menutup ruangan atau menjaga privasi klien atau pasien.

Prosedur 1. Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.


2. Petugas menggunakan masker dan handscoen sebagai alat pelindung
diri

14
3. Jumlah dan ukuran bidai yanng dipakai disesuaikan dengan lokasi
patah tulang.
4. Jika terjadi perdarahan, hentikan dulu perdarahan dengan menekan dan
mengikat bagian yang luka dengan kain bersih.
5. Posisikan tubuh pasien yang akan dipasang spalk pada posisi anatomi.
Ukur bidai pada 2 sendi.
6. Pasang penyanggah tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak
semakin parah baik menggunakan spalk/bidai, tongkat, kayu, dll yang
ringan dan kuat dibalut tapi tidak membuat ikatan atau balutan di
bagian yang patah atau terluka.
7. Jangan membalut terlalu kuat atau terlalu longgar.
8. Mencatat dalam catatan perawat.

1. Respons atau keluhan pasien.


Hal-hal yang
2. Observasi tekanan darah, nadi dan pernafasan.
Perlu
3. Pengikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu longgar.
Diperhatikan
4. Observasi vaskularisasi darah distal.

15
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi) yang bertujuan Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah,
Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah, Memberi istirahat pada
anggota badan yang patah, mengurangi rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan.

3.2.SARAN
Dalam melakukan pembidian lakukanlah pembidaian pada tempat dimana anggota badan
mengalami cidera ( korban yang dipindahkan), Lakukan juga pembidaian pada persangkaan
patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang, melewati minimal
dua sendi yang berbatasan.

16
DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen.tips/documents/sop-balut-dan-bidai.html Akses pada Oktober 2016

http://www.ziddu.com/download/18871280/pembidaian.docx.html diakses Oktober 2016 Akses


pada Oktober 2016

http://hartiningsih26.blogspot.com/2010_09_01_archive.html diakses Oktober 2016

http://materi-sehat.blogspot.com/2011/05/pembidaian.html diakses Oktober 2016

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/orthopedic-surgery/1990528-tujuan-dan-prinsip-
pembidaian/#ixzz26GFkWZq5 Diakses Oktober 2016

http://www.ziddu.com/download/18871280/pembidaian.docx.html

http://hartiningsih26.blogspot.com/2010_09_01_archive.html

http://materi-sehat.blogspot.com/2011/05/pembidaian.html http://id.shvoong.com/medicine-and-
health/orthopedic-surgery/1990528-tujuan-dan-prinsip-pembidaian/#ixzz26GFkWZq5

\https://lilinrosyanti.wordpress.com/2015/02/16/pembidaian/

17

Anda mungkin juga menyukai