“PEMBIDAIAN”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK :
1. MEYDI MINGGU
2. THARISA PANGAU
3. DEBORA PONDAAG
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan atas segala karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................5
A. Latar belakang....................................................................................................................................5
B. Rumusan Rumusan masalah masalah..................................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................................6
A. Pengertian...........................................................................................................................................6
B. Tujuan.................................................................................................................................................6
C. Jenis-jenis pembidaian........................................................................................................................6
D. Indikasi Pembidaian............................................................................................................................7
F. Hal-hal yang harus diperhatikan saat pembidaian :.............................................................................7
G. Kontra indikasi...................................................................................................................................8
H. Komplikasi pembidaian......................................................................................................................8
I. Jenis Pembidaian..................................................................................................................................9
J. Prinsip Pembidaian.............................................................................................................................9
K. Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera...............................................................................11
L. OBSERVASI SETELAH TINDAKAN............................................................................................14
M. KOMPLIKASI PEMASANGAN....................................................................................................14
N. REPOSISI FRAKTUR TERTUTUP DAN DISLOKASI.................................................................14
O. REDUKSI.........................................................................................................................................15
P. DISLOKASI......................................................................................................................................17
Q. Evaluasi pasca pembidaian...............................................................................................................18
BAB III......................................................................................................................................................20
PENUTUP.................................................................................................................................................20
Kesimpulan............................................................................................................................................20
Saran......................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Latar belakang belakang Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan
lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang
yang patah tidak bergerak bergerak (immobilisasi) yang (immobilisasi) yang bertujuan bertujuan
Mencegah Mencegah pergerakan pergerakan / pergeseran pergeseran dari ujung tulang yang
patah, Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah, Memberi istirahat
pada yang patah, Memberi istirahat pada anggota badan ota badan yang patah, Menguran yang
patah, Mengurangi rasa gi rasa nyeri dan Mempercepat penyembuhan Pada saat kita melakukan
suatu kegiatan, tidak jarang kita akan mengalami kecelakaan. Misal, saat melakukan
perkemahan. jika di dalam perkemahan itu tidak ada dokter maka yang bertugas untuk
melakukan pertolongan pertama pada teman/ salah seorang dari anggota perkemahan cidera atau
terluk atau terluka adalah kita. Jadi kita harus mengetahui bagaimana cara dalam melakukan
P3K. Salah satu P3K pada pramuka adalah PEMBIDAIAN. Untuk itu dalam makalah ini akan
dijelaskan tentang pembidaian.
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
bergerak (immobilisasi) dengan (immobilisasi) dengan kata lain Pembidaian lain Pembidaian
adalah berbagai berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah
B. Tujuan
Tujuanpembidaian :
1. Bidai keras Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang
kuat atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan
sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi
syarat di lapangan. Contoh : bidai kayu, bidai udara, Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai
vakum. bidai vakum.
2. Bidai traksi Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
3. Bidai improvisasi Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk
penopang. Pembuatanny penopang. Pembuatannya sangat tergantung tergantung dari bahan
yang tersedia tersedia dan kemampuan kemampuan improvisasi si penolong. Contoh : majalah,
koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat. Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai
mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh faatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk
sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh : daerah cedera. Contoh :
gendongan lengan.
D. Indikasi Pembidaian
· Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
G. Kontra indikasi
pembidaian baru boleh dilaksan jika akan kondisi saluran napas, pernapasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan persyarafan
yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke
rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.
H. Komplikasi pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa
ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
· Cedera pembuluh pembuluh darah, saraf atau jaringan jaringan lain disekitar disekitar fraktur
fraktur oleh ujung fraktur, fraktur, jika dilakukan dilakukan upaya meluruskan meluruskan atau
manipulasi manipulasi lainnya lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat
memasang bidai.
· Gangguan Gangguan sirkulasi sirkulasi atau saraf akibat pembidaian pembidaian yang terlalu
terlalu ketat.
· Keterlambatan transport penderita kerumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama selama
proses pembidaian.
I. Jenis Pembidaian
1. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara dilakukan ditempat cedera sebelum
penderita dibawa kerumah sakit. Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya. Bertujuan
untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebih berat. Bisa dilakukan
oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan tekhnik dasar pembidaian.
J. Prinsip Pembidaian
1. Dilakukan pembidaian dimana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan
sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ketandu medis darurat
setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
2. Lakukan juga pem n juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap
terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
1. Pembidaian m daian minimal melip l meliputi 2 sendi (proksimal dan daerah fraktur). Sendi
yang masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah dan diatas patah tulang. Sebagai contoh,
jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengibolisasi pergelangan kaki
maupun lutut.
2. Luruskan posisi korban dan osisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun dislokasi
secara perlahan dan berhati- hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan
dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya.
3. Pada trauma sekitar sekitar sendi, pembidaian pembidaian harus mencakup mencakup tulang
dibagian dibagian proksimal proksimal dan distal.
4. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau
tarikan ringan ketika pembidaian.
5. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat ng kuat, krepitasi, atau pasien merasak
merasakan peningkatan rasa nyeri, rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda
Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang
mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat
menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh
darah.
6. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggot gerak yang dibidai terutama pada daerah
tubuh yang keras /peka(lutut,siku,ketiak,dll) yang sekaligus untuk mengisi sela antara
ekstremitas dengan bidai.
7. Ikatlah bidai diatas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat dibagian ya ng
luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik yang
berada pada posisi:
o Superior Superior dari sendi proximal proximal dari lokasi fraktur fraktur
o Diantara Diantara lokasi fraktur fraktur dan lokasi ikatan pertama pertama
o Interior Interior dari sendi distal dari lokasi fraktur fraktur
Diantara Diantara lokasi fraktur fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)
8. Pastikan ba hwa b idai telah rapat, namun jan gan t erlalu ketat sehingga m engganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu
mencegah pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera.
9. Pastikan Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan menekan ketiak atau pantat
10. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan pembidaian.
Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai, cedera pada tungkai
bawah seringkali dapat dilindun dengan merekatkan tungkai yang gi dengan merekatkan tungkai
yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari,
dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara.
11. Kantonga es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahulu dibungkus dengan perban
elasti. Harus diberikan perhatian khusu untuk melepaskan kantong es secara berkala untuk
mencegah”cold injury” pada jaringan lunak. Secara umum, es tidak lunak boleh ditempelkan
secara terus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang mengalami cedera sebaiknya sedikit
ditinggikan posisinya untuk meminimalisasi pembengkakan .
Periksa bagian tubuh yang akan dipasang bidai dengan teliti dan periksa status vaskuler
dan neurologis serta jangkauan gerakan.
Pilihlah bidai yang tepat.
Prinsip Pembidaian
1. Pembidaian menggunakan pendekatan atau atau prinsip melalui dua sendi, sebelah proksimal
dan distal sebelah proksimal dan distal fraktur fraktur .
2. Pakaian yang menutupi anggota gerak yang dicurigai cedera dilepas, periksa adanya
luka terbuka atau tanda-tanda patah dan dislokasi.
3. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis (status vaskuler dan
neurologis) pada bagian distal yang mengalami cedera sebelum dan sesudah sesudah pembidaian
pembidaian.
5. Pembidaian dilakukan pada bagian proximal dan distal daerah dilakukan pada bagian
proximal dan distal daerah trauma (dicurigai patah atau dislokasi).
Syarat-syarat pembidaian
Prosedur Pembidaian
Pertolongan :
Pertolongan :
Pasang 2 bidai dari :
Ketiak sampai sedikit melewati mata kaki.
Lipat paha sampai sedikit melewati mata kaki.
Beri bantalan kapas atau kain antara Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan
tungkai yang patah.
Bila perlu ikat kedua kaki di atas lutut dengan pembalut untuk mengurangi pergerakan.
Bawa korban ke rumah Bawa korban ke rumah sakit.
Pertolongan :
Pasang 2 bidai sebelah dalam dan sebelah luar tungkai kaki yang patah.
Di antara Di antara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas.
Bidai dipasang di antara mata kaki sampai beberapa cm di atas lutut.
Bawa korban ke rumah Bawa korban ke rumah sakit.
Lakukan re-evaluasi terhadap ekstremitas di sebelah distal segera setelah memasang bebat
dan bidai, meliputi :
Perawatan rutin terhadap pasien pasca pemasangan bebat dan bat dan bidai adalah elevasi
ekstremitas secara rutin, pemberian ekstremitas secara rutin, pemberian obat analgetika dan anti
analgetika dan anti inflamasi inflamasi, serta anti pruritik untuk mengurangi rasa gatal dan untuk
mengurangi rasa gatal dan untuk mengurangi untuk mengurangi nyeri. Berikan instruksi kepada
pasien untuk menjaga bebatnya dalam keadaan bersih dan kering serta tidak melepasnya kering
serta tidak melepasnya lebih awal dari waktu yang diinstruksikan dokter.
M. KOMPLIKASI PEMASANGAN
Dalam 1-2 hari pasien kemungkinan akan merasakan bebatnya menjadi lebih kencang
karena berkembangnya oedema jaringan. Berikan instruksi secara jelas kepada pasien untuk
datang kembali ke dokter bila muncul gejala atau tanda gangguan neurovaskuler atau
compartment syndrome, seperti bertambahnya pembengkakan atau rasa bengkakan atau rasa
nyeri, kesulitan menggerakkan jari, ,dan gangguan fungsi sensorik. nsorik.
Tujuan ini didukung oleh 3 proses yaitu reduksi, im reduksi, imobilisasi dan latihan. obilisasi dan
latihan. Dua masalah yang penting yaitu bagaimana mengimobilisasi fraktur fraktur namun tetap
memungkinkan pasien menggunakan anggota gerak dengan cukup; hal ini adalah n cukup; hal
ini adalah dua hal yang berlawanan (menahan versus hal yang berlawanan (menahan versus
menggerakkan) y menggerakkan) yang dinginkan ahli bedah untuk ang dinginkan ahli bedah
untuk mempercepat kesembuhan (misalnya dengan fiksasi internal). Akan tetapi, ahli bedah juga
ingin menghindari resiko yang tid juga ingin menghindari resiko yang tidak diinginka ak
diinginkan; ini adalah konflik kedua n; ini adalah konflik kedua ( kecepatan versus keamanan).
Faktor yang paling penting dalam menentukan kecenderungan untuk sembuh se rungan untuk
sembuh secara alami adalah kondisi jaringan lunak sekitar dan suplai darah lokal. lokal. Fraktur
Fraktur energi rendah ( atau velositas rendah) hanya menyebabkan kerusakan jaringan lunak
yang parah, walaupun fraktur terbuka ataupun tertutup Tscheme (Oestern and Tscherne, 1984)
mengklasifikasikan luka tertutup sebagai berikut :
Grade 0 : Fraktur Fraktur simple dengan sedikit atau tidak ada simple dengan sedikit atau
tidak ada luka jaringan lunak
Grade 1: Fraktur Fraktur dengan dengan abrasi superficial atau memar pada jaringan kulit
dan jaringan subkutan.
Grade 2 : Fraktur Fraktur yang lebih parah dengan tanda kerusakan jaringan lunak dan
ancaman sindrom compartment.
Grade 3 : Luka berat dengan kerusakan jaringan halus yang jelas.
Semakin parah tingkatan Semakin parah tingkatan luka makan semakin besar makan semakin
besar kemungkinan membutuhkan kemungkinan membutuhkan beberapa bentuk fiksasi
mekanis; stabilitas tulang yang baik yang baik membantu membantu penyembuhan jaringan
lunak.
O. REDUKSI
Walaupun penatalaksanaan umum dan resusitasi harus didahulukan, namun didahulukan,
namun penanganan penanganan fraktur fraktur diharapkan tidak terlambat; pembengkakan
bagian lunak selama 12 jam pertama menyebabkan reduksi semakin sulit. Walaupun dem aupun
demikian, terdapat ikian, terdapat beberapa kondisi di mana reduksi tidak dibu beberapa kondisi
di mana reduksi tidak dibutuhkan yaitu :
Reduksi harus ditujukan untuk fragmen tulang dengan apposisi apposisi yang cukup dan yang
cukup dan garis fraktur fraktur yang normal. Semakin besar area permukaan kontak
antarfragmen semakin besar kemungkinan terjadinya penyembu besar kemungkinan terjadinya
penyembuhan. Adanya j han. Adanya jarak antara ujung fragmen arak antara ujung fragmen
merupakan penyebab sering union yang terlambat merupakan penyebab sering union yang
terlambat atau nonunion. nonunion. Di sisi lain, selama ada kontak dan fragmen segaris
(alignment) sedikit overlap pada permukaan permukaan fraktur fraktur masih diperbolehkan.
Pada fraktur yang meliputi pemukaan sendi, reduksi harus sedekat mungkin mendekati sempurna
karena adanya irreguleritas akan menyebabkan menyebabkan distribusi distribusi muatan yang
abnormal antarpermukaan yang akan berpredispoisisi pada perubahan degenaratif pada kartilago
sendi.
Di bawah Di bawah anestesi anestesi dan relaksasi dan relaksasi otot, fraktur direduksi dengan
3 maneuver:
Hal ini lebih efektif dilakukan ketika periosteum dan otot pada satu sisi pada satu sisi fraktur
fraktur tetap utuh karena ikatan jaringan lunak mencegah over-reduction dan menstabilkan
fraktur setelah direduksi (Charnley 1961). Beberapa fraktur sulit untuk direduksi dengan
manipulasi karena tarikan otot yg terlalu kuat sehingga membutuhkan traksi yg lama. Traksi
tulang atau kulit selama beberapa hari menyebabkan tegangan jaringan lunak menurun dan
memudahkan tejadinya memudahkan tejadinya alingment yg lebih baik; sebagai contoh hal dapat
dilakukan untuk fraktur femur, fraktur shaft tibia dan fraktur humerus supracondylus pada anak.
Pada umumnya reduksi tertutup digunakan untuk semua fraktur dislokasi minimal, untuk
sebagian besar fraktur pada anak, untuk fraktur yg tidak stabil setelah reduksi dan dapat
digunakan beberapa bidai dan gips. Fraktur tidak stabil dapat direduksi juga dengan metode
tertutup sebelum dengan fiksasi internal atau eksternal. Hal ini dilakukan untuk menghindari
manipulasi langsung sisi fraktur oleh reduksi terbuka yang merusak suplai darah lokal dan
mungkin menyebabkan waktu penyembuhan lebih lambat. Traksi yg mereduksi fragmen fraktur
melalui ligamentotaxis (tarikan ligament) biasanya dapat diaplikasikan menggunakan
fracture table atau bone distraktor.
Reduksi Terbuka
1. reduksi tertutup gagal, baik karena kesulitan mengontrol fragmen atau karena jaringan
lunak berada diantaranya,
2. terdapat fragmen sendi yang membutuhkan pengaturan posisi yang akurat,
3. untuk traksi (avulsi) fraktur dengan fragmen yang terpisah.
P. DISLOKASI
Dislokasi berarti permukaan sendi bergeser secara lengkap dan tidak utuh lagi.
Subluksasi menekankan pada pergeseran dengan derajat yang lebih ringan dengan permukaan
sendi sebagian masih berapposisi. Oleh karena cedera, sendi terasa Oleh karena cedera, sendi
terasa nyeri dan pasien berusaha untuk menghindari pergerakan sendi. Bentuk sendi abnormal
dan p pergerakan sendi. Bentuk sendi abnormal dan penanda tulang dapat bergeser. Anggota a
tulang dapat bergeser. Anggota gerak yang mengalami dislokasi sering ditahan pada posisi
tertentu karena pergerakan menyebabkan rasa nyeri dan juga terbatas. Foto sinar-X biasanya
memperjelas diagnosis, dan juga menunjukkan apakah ada diagnosis, dan juga menunjukkan
apakah ada luka tulang yang mempengaruhi stabilitas sendi- misalnya dislokasi sendi- misalnya
dislokasi fraktur fraktur . Sendi yang dicurigai terjadi dislokasi dapat dites dengan menekannya,
dan bila terjadi dislokasi pada lokasi tersebut pasien akan merasakan rasa nyeri menetap yang
tidak tertahankan lebih jauh.
Jika batas sendi dan ligamen rusak, dislokasi berulang dapat terjadi. Hal ini terutama
pada dislokasi sendi bahu dan sendi patellofemoral. Pada dislok . Pada dislokasi habitual
(voluntary), asi habitual (voluntary), pasien mengalami dislokasi atau subluksasi sendi karena
kontraksi arena kontraksi otot secara volunter. Kelemahan ligament dapat mempermudah
terjadinya hal ini.
Pembidaian
4.Fraktur antebrachia
5.Fraktur digiti
a. Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah atau gunakan jari
sebelahnya, contoh, bila jari tengan yang fraktur, gunakan jari telunjuk dan jari manis
sebagai pengganti bidai, kemudian ikat dengan plester.
8. Fraktur femur
9. Fraktur patella
PENUTUP
Kesimpulan
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi
ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak
bergerak (immobilisasi) yang bertujuan Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang
yang patah, Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah, Memberi
istirahat pada anggota badan yang patah, mengurangi rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan.
Saran
Dalam melakukan pembidian lakukanlah pembidaian pada tempat dimana anggota
badan mengalami mengalami cidera ( korban yang dipindahkan), dipindahkan), Lakukan
Lakukan juga pembidaian pembidaian pada persangkaan persangkaan patah tulang, tulang, jadi
tidak perlu harus dipastikan dipastikan dulu ada tidaknya tidaknya patah tulang, melewati
minimal dua sendi yang berbatasan
DAFTAR PUSTAKA
Jarot Subandono, Warsito, Ida Nurwati, Mutmainah, E. Listyaningsih, Isna Qadrijati, Dian
Ariningrum, Rieva Ermawan, Tito Sumarwoto, Desy Kurniawati Tandiyo, Anak Kurniawati
Tandiyo, Anak Agung Alit Kirti, Pembebatan dan pembidai pembidaian, Fakultas Kedokteran
UNS dan RSU dr Moewardi Jarot Subandono, Warsito, Ida Nurwati, Mutmainah, E.
Listyaningsih, Isna Qadrijati, Dian Ariningrum, Rieva Ermawan, Tito Sumarwoto, Desy
Kurniawati Tandiyo, Anak Kurniawati Tandiyo, Anak Agung Alit Kirti, Pembebatan dan
pembidai pembidaian, Fakultas Kedokteran UNS dan RSU dr Moewardi
http://www.ziddu.com/dow http://www.ziddu.com/download/18871280
nload/18871280/pembidaian.docx.html /pembidaian.docx.html
http://hartiningsih26.blogspot.com/2010_09_01_archive.html
http://materi-sehat.blogspot.com/2011/05/pembidaian.html http://id.shvoong.com/medi
http://id.shvoong.com/medi cine-and-health/orthopedic-surgery/1990528-tujuan-dan-prinsip-
pembidaian/#ixzz26GFkWZq5 \https://lilinrosyanti.wordpress.com/2015/02/16/pembidaian/