Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MAKALAH TINDAKAN KEPERAWATAN

“PEMBIDAIAN”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK :
1. MEYDI MINGGU
2. THARISA PANGAU
3. DEBORA PONDAAG

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


MEI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan atas segala karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................5
A. Latar belakang....................................................................................................................................5
B. Rumusan Rumusan masalah masalah..................................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................................6
A. Pengertian...........................................................................................................................................6
B. Tujuan.................................................................................................................................................6
C. Jenis-jenis pembidaian........................................................................................................................6
D. Indikasi Pembidaian............................................................................................................................7
F. Hal-hal yang harus diperhatikan saat pembidaian :.............................................................................7
G. Kontra indikasi...................................................................................................................................8
H. Komplikasi pembidaian......................................................................................................................8
I. Jenis Pembidaian..................................................................................................................................9
J. Prinsip Pembidaian.............................................................................................................................9
K. Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera...............................................................................11
L. OBSERVASI SETELAH TINDAKAN............................................................................................14
M. KOMPLIKASI  PEMASANGAN....................................................................................................14
N. REPOSISI FRAKTUR TERTUTUP DAN DISLOKASI.................................................................14
O. REDUKSI.........................................................................................................................................15
P. DISLOKASI......................................................................................................................................17
Q. Evaluasi pasca pembidaian...............................................................................................................18
BAB III......................................................................................................................................................20
PENUTUP.................................................................................................................................................20
Kesimpulan............................................................................................................................................20
Saran......................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Latar belakang belakang Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan
lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang
yang  patah tidak bergerak bergerak (immobilisasi) yang (immobilisasi) yang bertujuan bertujuan
Mencegah Mencegah pergerakan pergerakan / pergeseran pergeseran dari ujung tulang yang
patah, Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah, Memberi istirahat
pada yang patah, Memberi istirahat pada anggota badan ota badan yang patah, Menguran yang
patah, Mengurangi rasa gi rasa nyeri dan Mempercepat penyembuhan Pada saat kita melakukan
suatu kegiatan, tidak jarang kita akan mengalami kecelakaan. Misal, saat melakukan
perkemahan. jika di dalam perkemahan itu tidak ada dokter maka yang bertugas untuk
melakukan pertolongan pertama pada teman/ salah seorang dari anggota perkemahan cidera atau
terluk atau terluka adalah kita. Jadi kita harus mengetahui bagaimana cara dalam melakukan
P3K. Salah satu P3K pada pramuka adalah PEMBIDAIAN. Untuk itu dalam makalah ini akan
dijelaskan tentang  pembidaian.

B. Rumusan Rumusan masalah masalah


1. Bagaimana Pengertian Pembidaian ?
2. Bagaimana Tujuan Pembidaian ?
3. Bagaimana Jenis-jenis Pembidaian ?
4. Bagaimana Indikasi Pembidaian ?
5. Bagaimana Kontra Indikasi Pembidaian ?
6. Bagaimana Komplikasi Pembidaian ?
7. Bagaimana Prisip Pembidaian ?
8. Bagaimana Prosedur Dasar Pembidaian ?
9. Bagaimana Pelaksanaan Pembidaian ?
10. Bagaimana Pelaksan ana Pelaksanaan Pembid aan Pembidaian ?
11. Bagaimana Evalua ana Evaluassi Pembid ssi Pembidaian ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui Untuk mengetahui pengertian pembidaian pengertian pembidaian
Tujuan Pembid Tujuan Pembidaian, Jenis-jenis Jenis-jenis Pembidaian, Indikasi Pembidaian,
Kontra Indikasi Pembidaian, Indikasi Pembidaian, Kontra Indikasi Pembidaian, Komplikasi
mbidaian, Komplikasi Pembidaian, Prisip Pembidaian, Prisip Pembidaian, Prosedur
embidaian, Prosedur Dasar Pembidaian, Dasar Pembidaian, Teknik Pemmbid Teknik
Pemmbidaian, Pelaksanaan Pebidaian dan Evaluassi Pembidaian.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang  patah tidak bergerak
bergerak (immobilisasi) dengan (immobilisasi) dengan kata lain Pembidaian lain Pembidaian
adalah berbagai berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah

B. Tujuan
Tujuanpembidaian :

1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.


2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
C. Jenis-jenis pembidaian
Beberapa macam jenis bidai :

1. Bidai keras Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang
kuat atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan
sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi
syarat di lapangan. Contoh : bidai kayu, bidai udara, Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai
vakum. bidai vakum.

2. Bidai traksi Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.

Contoh :  bidai traksi tulang paha.

3. Bidai improvisasi Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk   
penopang. Pembuatanny  penopang. Pembuatannya sangat tergantung tergantung dari bahan
yang tersedia tersedia dan kemampuan kemampuan improvisasi si penolong. Contoh : majalah,
koran, karton dan lain-lain.

 4. Gendongan/Belat dan bebat. Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai
mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh faatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk
sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh : daerah cedera. Contoh :
gendongan lengan.

D. Indikasi Pembidaian
· Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup

· Adanya kecurigaan terjadinya fraktur 

· Dislokasi persendian Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada

salah satu bagian tubuh ditemukan :

1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek.


2. Ekstremitas Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami
mengalami angulasi angulasi abnormal
3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
4. Posisi ekstremitas yang abnormal
5. Memar 
6. Bengkak 
7. Perubahan bentuk
8. Nyeri gerak aktif dan pasif 
9. Nyeri sumbu
10. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitasyang mengalami
cedera (Krepitasi)
11. Perdarahan bisa ada atau tidak 
12. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
13. Kram otot di sekitar lokasi

F. Hal-hal yang harus diperhatikan saat pembidaian :


 Bebaskan area pembidaian dari benda-benda (baju, cincin, jam, gelang dll)
 Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan
perhatikan warna kulit ditalnya.
 Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proximal dan distal daerah fraktur). Sendi yang
masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah dan di agtas patah tulang. Sebagai contoh,
jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus mengimobilisasi  pergelangan kaki
maupun lutut
 Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun dislokasi
secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi
kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya. Pada trauma sekitar
sendi, pembidaian harus mencakup tulang dibagian proksimal dan distal.
 Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau
tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dillakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat,
krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan
traksi. Jika ukan traksi. Jika anda telah anda telah berhasil melakukan traksi, kan traksi,
jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi
dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan
kerusakan jaringan dan  beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.
 Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada daerah
tubuh yang keras/peka (lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi sela antara
ekstremitas dengan bidai.
 Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang
luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik
yang berada pada posisi superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur, diantara lokasi
fraktur dan lokasi ikatan pratama, inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur, diantara
fraktur dan lokasi ikatab ketiga (point c)
 Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu sirkulasi
pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu mencegah
pergerakan atau perengangan pada bagian yang cedera.
 Pastikan Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan menekan ketiak atau pantat. pantat. Jika
mungkin mungkin naikkan naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai.
 Harus selalu di ingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan  pembidaian.
Sebagai contoh, jika contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai, untuk
membidai, cedera pada tungkai bawah sering kali dapat dilindungi dengan merekatkan
tungkai yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada
fraktur jari, dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara

G. Kontra indikasi
pembidaian baru boleh dilaksan jika akan kondisi saluran napas, pernapasan dan sirkulasi
penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan persyarafan
yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke
rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.
H. Komplikasi pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa
ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :

· Cedera pembuluh pembuluh darah, saraf atau jaringan jaringan lain disekitar disekitar fraktur
fraktur oleh ujung fraktur, fraktur,  jika dilakukan dilakukan upaya meluruskan meluruskan atau
manipulasi manipulasi lainnya lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat
memasang bidai.

· Gangguan Gangguan sirkulasi sirkulasi atau saraf akibat pembidaian pembidaian yang terlalu
terlalu ketat.

· Keterlambatan transport penderita kerumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama selama
proses pembidaian.

I. Jenis Pembidaian
1. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara dilakukan ditempat cedera sebelum
penderita dibawa kerumah sakit. Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya. Bertujuan
untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebih berat. Bisa dilakukan
oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan tekhnik  dasar pembidaian.

2. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif dilakukan fasilitas layanan kesehatan


(klinik atau rumah sakit). Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi.
Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar   pelayanan(gips,dll). Harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang esehatan yang sudah terlatih.

J. Prinsip Pembidaian
1. Dilakukan pembidaian dimana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan
sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ketandu medis darurat
setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan  pembidaian.
2. Lakukan juga pem n juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap
terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.

Prinsip umum dalam tindakan tindakan pembidaian

1. Pembidaian m daian minimal melip l meliputi 2 sendi (proksimal dan daerah fraktur). Sendi
yang masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah dan diatas patah tulang. Sebagai contoh,
jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengibolisasi  pergelangan kaki
maupun lutut.

2. Luruskan posisi korban dan osisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun dislokasi
secara perlahan dan berhati- hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan
dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya.

3. Pada trauma sekitar sekitar sendi, pembidaian pembidaian harus mencakup mencakup tulang
dibagian dibagian proksimal proksimal dan distal.

4. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau
tarikan ringan ketika pembidaian.

5. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat ng kuat, krepitasi, atau pasien merasak
merasakan peningkatan rasa nyeri, rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda
Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang
mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat
menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf  atau pembuluh
darah.

6. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggot gerak yang dibidai terutama pada daerah
tubuh yang keras /peka(lutut,siku,ketiak,dll) yang sekaligus untuk mengisi sela antara
ekstremitas dengan bidai.
7. Ikatlah bidai diatas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat dibagian ya ng
luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik yang
berada pada posisi:

o Superior Superior dari sendi proximal proximal dari lokasi fraktur  fraktur
o Diantara Diantara lokasi fraktur fraktur dan lokasi ikatan pertama pertama
o Interior Interior dari sendi distal dari lokasi fraktur  fraktur 

Diantara Diantara lokasi fraktur fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)

8. Pastikan ba hwa b idai telah rapat, namun jan gan t erlalu ketat sehingga m engganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu
mencegah pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera.

9. Pastikan Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan menekan ketiak atau pantat

10. Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan  pembidaian.
Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai, cedera pada tungkai
bawah seringkali dapat dilindun dengan merekatkan tungkai yang gi dengan merekatkan tungkai
yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari,
dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara.

11. Kantonga es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahulu dibungkus dengan perban
elasti. Harus diberikan perhatian khusu untuk melepaskan kantong es secara  berkala untuk
mencegah”cold injury” pada jaringan lunak. Secara umum, es tidak lunak boleh ditempelkan
secara terus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang mengalami cedera sebaiknya sedikit
ditinggikan posisinya untuk meminimalisasi pembengkakan .

K. Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera


 Persiapan Pembidaian

 Periksa bagian tubuh yang akan dipasang bidai dengan teliti dan periksa status vaskuler
dan neurologis serta jangkauan gerakan.
 Pilihlah bidai yang tepat.

Alat alat pokok yang dibutuhkan untuk pembidaian


 Bidai atau spalk terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat tetapi ringan.
 Pembalut segitiga.
 Kasa steril.  

Prinsip Pembidaian
1. Pembidaian menggunakan pendekatan atau atau prinsip melalui dua sendi, sebelah proksimal
dan distal sebelah proksimal dan distal fraktur  fraktur .

2. Pakaian yang menutupi anggota gerak yang dicurigai cedera dilepas, periksa adanya
luka terbuka atau tanda-tanda patah dan dislokasi.

3. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis (status vaskuler dan
neurologis) pada bagian distal yang mengalami cedera sebelum dan sesudah sesudah pembidaian
pembidaian.

4. Tutup luka terbuka dengan kassa steril.

5. Pembidaian dilakukan pada bagian proximal dan distal daerah dilakukan pada bagian
proximal dan distal daerah trauma (dicurigai  patah atau dislokasi).

6. Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan pembidaian  pembidaian kecuali ada di


tempat  bahaya.

7. Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku.

 Periksa hasil pembidaian  pembidaian supaya tidak terlalu longgar ataupun terlalu ketat


sehingga menjamin pemakaian menjamin pemakaian bidai yang baik 
 Perhatikan respons fisik dan psikis pasien.

Syarat-syarat pembidaian

 Siapkan alat alat selengkapnya.


 Sepatu dan seluruh aksesoris korban yang mengikat harus dilepas.
 Bidai meliputi dua sendi tulang yang meliputi dua sendi tulang yang patah, sebelumnya
bi patah, sebelumnya bidai diukur dulu pada dai diukur dulu pada anggota badan
kontralateral korban yang anggota badan kontralateral korban yang sehat.
 Ikatan jangan terlalu keras atau terlalu longgar.
 Sebelum dipasang, bidai dibalut dengan kain pembalut.
 Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan b s dan bawah tulang yang
patah.
 Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.

 Prosedur Pembidaian

 Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan.


 Lepas sepatu, jam atau asesoris pasien sebelum memasang bidai.
 Pembidaian melalui dua sendi, sebelumnya ukur panjang melalui dua sendi, sebelumnya
ukur panjang bidai pada sisi kontralateral  pasien yang tidak mengalami kelainan.
 Pastikan bidai tidak terlalu ketat ataupun longgar 
 Bungkus bidai dengan pembalut sebelum digunakan
 Ikat bidai pada pasien dengan pembalut di sebelah proksimal dan distal dari tulang yang
patah
 Setelah penggunaan bidai cobalah mengangkat bagian tubuh yang dibidai.

Contoh penggunaan bidai

1). Fraktur  Fraktur humerus (patah tulang lengan atas).

Pertolongan :

 Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap ke dalam.


 Pasang bidai dari siku sampai ke atas bahu.
 Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
 Lengan bawah digendong.
 Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat, pasang spalk ke lengan bawah dan
biarkan tangan tergantung tidak usah digen  biarkan tangan tergantung tidak usah
digendong.
 Bawa korban ke rumah Bawa korban ke rumah sakit
2).   Fraktur Antebrachii (patah tulang lengan bawah).
Pertolongan:

 Letakkan tangan pada dada.


 Pasang bidai dari siku sa  dari siku sampai punggung tangan. mpai punggung tangan.
 Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
 Lengan digendong.
 Bawa korban ke rumah Bawa korban ke rumah sakit.

3).  Fraktur clavicula (patah tulang selangka).

 Tanda-tanda patah tulang selangka :


- Korban tidak dapat mengangkat tangan sampai ke atas bahu.
-  Nyeri tekan daerah yang patah.
 Pertolongan :
- Dipasang ransel verban.
- Bagian yang patah diberi alas lebih dahulu.
- Pembalut dipasang dari pundak kiri Pembalut dipasang dari pundak kiri
disilangkan mela disilangkan melalui punggung ke ketiak kanan. lui punggung ke
ketiak kanan.
- Dari ketiak kanan ke depan dan atas pundak kanan, dari pundak kanan disilangkan
ke ketiak kiri, lalu ke pundak kanan,akhirnya diberi peniti/ diikat.
  Bawa korban ke rumah Bawa korban ke rumah sakit.

4).  Fraktur Femur (patah tulang paha).

Pertolongan :

 Pasang 2 bidai dari :
 Ketiak sampai sedikit melewati mata kaki.
 Lipat paha sampai sedikit melewati mata kaki.
 Beri bantalan kapas atau kain antara Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan
tungkai yang patah.
 Bila perlu ikat kedua kaki di atas lutut dengan pembalut untuk mengurangi  pergerakan.
 Bawa korban ke rumah Bawa korban ke rumah sakit.

5).  Fraktur Cruris (patah tulang tungkai bawah).

Pertolongan :

 Pasang 2 bidai sebelah dalam dan sebelah luar tungkai kaki yang patah.
 Di antara Di antara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas.
 Bidai dipasang di antara mata kaki sampai beberapa cm di atas lutut.
 Bawa korban ke rumah Bawa korban ke rumah sakit.

L. OBSERVASI SETELAH TINDAKAN 


Tanyakan kepada pasien apakah sudah merasa nyaman dengan bebat dan engan bebat
dan bidai yang dipasang, apakah dipasang, apakah nyeri sudah berkurang, apakah terlalu ketat
atau terlalu longgar. Bila  pasien masih merasakan bidai terlalu keras, tambahkan kapas di bawah
bidai. Longgarkan bebat jika dirasakan terlalu kencang.

Lakukan re-evaluasi terhadap ekstremitas di sebelah distal segera setelah memasang  bebat
dan bidai, meliputi :

 Warna kulit di distal


 Fungsi sensorik dan motorik ekstremitas.
 Pulsasi arteri
 Pengisian kapiler 

Perawatan rutin terhadap pasien pasca pemasangan bebat dan bat dan bidai adalah elevasi
ekstremitas secara rutin, pemberian ekstremitas secara rutin, pemberian obat analgetika dan anti
analgetika dan anti inflamasi inflamasi, serta anti pruritik  untuk mengurangi rasa gatal dan untuk
mengurangi rasa gatal dan untuk mengurangi untuk mengurangi nyeri. Berikan instruksi kepada
pasien untuk menjaga bebatnya dalam keadaan bersih dan kering serta tidak melepasnya kering
serta tidak melepasnya lebih awal dari waktu yang diinstruksikan dokter.
M. KOMPLIKASI  PEMASANGAN
  Dalam 1-2 hari pasien kemungkinan akan merasakan bebatnya menjadi lebih kencang
karena berkembangnya oedema jaringan. Berikan instruksi secara jelas kepada pasien untuk
datang kembali ke dokter bila muncul gejala atau tanda gangguan neurovaskuler atau
compartment syndrome, seperti bertambahnya pembengkakan atau rasa bengkakan atau rasa
nyeri, kesulitan menggerakkan jari, ,dan gangguan fungsi sensorik. nsorik.  

N. REPOSISI FRAKTUR TERTUTUP DAN DISLOKASI 


Penatalaksanaan fraktur terdiri dari manipulasi untuk memperbaiki posisi fragmen dan
splintage untuk menahan fragmen sampai splintage untuk menahan fragmen sampai menyatu.
Pen menyatu. Penyembuhan fraktur didukung yembuhan fraktur didukung oleh pemadatan
tulang secara fisiologis, sehingga aktivitas ktivitas otot dan pemberian beban awal penting untuk
dilakukan.

Tujuan ini didukung oleh 3 proses yaitu reduksi, im reduksi, imobilisasi dan latihan. obilisasi dan
latihan. Dua masalah yang penting yaitu bagaimana mengimobilisasi fraktur  fraktur namun tetap
memungkinkan pasien menggunakan anggota gerak dengan cukup; hal ini adalah n cukup; hal
ini adalah dua hal yang berlawanan (menahan versus hal yang berlawanan (menahan versus
menggerakkan) y menggerakkan) yang dinginkan ahli bedah untuk ang dinginkan ahli bedah
untuk mempercepat kesembuhan (misalnya dengan fiksasi internal). Akan tetapi, ahli bedah  juga
ingin menghindari resiko yang tid  juga ingin menghindari resiko yang tidak diinginka ak
diinginkan; ini adalah konflik kedua n; ini adalah konflik kedua ( kecepatan versus keamanan).
Faktor yang paling penting dalam menentukan kecenderungan untuk sembuh se rungan untuk
sembuh secara alami adalah kondisi jaringan lunak sekitar dan suplai darah lokal.  lokal. Fraktur 
Fraktur energi rendah ( atau velositas rendah) hanya menyebabkan kerusakan jaringan lunak
yang parah, walaupun fraktur terbuka ataupun tertutup Tscheme (Oestern and Tscherne, 1984)
mengklasifikasikan luka tertutup sebagai berikut :

 Grade 0 : Fraktur  Fraktur simple dengan sedikit atau tidak ada  simple dengan sedikit atau
tidak ada luka jaringan lunak
 Grade 1: Fraktur  Fraktur dengan  dengan abrasi superficial atau memar pada jaringan kulit
dan  jaringan subkutan.
 Grade 2 : Fraktur  Fraktur yang lebih parah dengan tanda kerusakan jaringan lunak dan
ancaman sindrom compartment.
 Grade 3 : Luka berat dengan kerusakan jaringan halus yang jelas.

Semakin parah tingkatan Semakin parah tingkatan luka makan semakin besar  makan semakin
besar kemungkinan membutuhkan kemungkinan membutuhkan  beberapa bentuk fiksasi
mekanis; stabilitas tulang yang baik yang baik membantu membantu penyembuhan  jaringan
lunak.  

O. REDUKSI 
Walaupun penatalaksanaan umum dan resusitasi harus didahulukan, namun didahulukan,
namun  penanganan  penanganan fraktur  fraktur diharapkan tidak terlambat; pembengkakan
bagian lunak selama 12  jam pertama menyebabkan reduksi semakin sulit. Walaupun dem aupun
demikian, terdapat ikian, terdapat  beberapa kondisi di mana reduksi tidak dibu  beberapa kondisi
di mana reduksi tidak dibutuhkan yaitu :

1. Saat hanya sedikit atau tidak ada dislokasi;


2. Saat dislokasi bukan suatu masalah ( contoh: fraktur  fraktur clavicula) dan
3. Saat reduksi tidak mungkin berhasil ( contoh: fraktur  fraktur kompresi pada vertebra)

Reduksi harus ditujukan untuk fragmen tulang dengan apposisi apposisi yang cukup dan yang
cukup dan garis fraktur  fraktur yang normal. Semakin besar area permukaan kontak
antarfragmen semakin  besar kemungkinan terjadinya penyembu  besar kemungkinan terjadinya
penyembuhan. Adanya j han. Adanya jarak antara ujung fragmen arak antara ujung fragmen
merupakan penyebab sering union yang terlambat merupakan penyebab sering union yang
terlambat atau nonunion. nonunion. Di sisi lain, selama ada kontak dan fragmen segaris
(alignment) sedikit overlap pada  permukaan  permukaan fraktur  fraktur masih diperbolehkan.
Pada fraktur yang meliputi pemukaan sendi, reduksi harus sedekat mungkin mendekati sempurna
karena adanya irreguleritas akan menyebabkan menyebabkan distribusi distribusi muatan yang
abnormal antarpermukaan yang akan  berpredispoisisi pada perubahan degenaratif pada kartilago
sendi.

Terdapat 2 metode reduksi yaitu tertutup dan terbuka.


Reduksi Tertutup

Di bawah Di bawah anestesi anestesi dan relaksasi  dan relaksasi otot, fraktur direduksi dengan
3 maneuver:

1. Bagian distal anggota gerak ditarik pada garis tulang;


2. Karena fragment terpisah, maka direduksi dengan melawan arah gaya awal
3. Garis fraktur  fraktur yang lurus diusahakan pada setiap bidang.

Hal ini lebih efektif dilakukan ketika periosteum dan otot pada satu sisi  pada satu sisi fraktur 
fraktur tetap utuh karena ikatan jaringan lunak mencegah over-reduction dan menstabilkan
fraktur setelah direduksi (Charnley 1961). Beberapa fraktur sulit untuk direduksi dengan
manipulasi karena tarikan otot yg terlalu kuat sehingga membutuhkan traksi yg lama. Traksi
tulang atau kulit selama beberapa hari menyebabkan tegangan jaringan lunak menurun dan
memudahkan tejadinya memudahkan tejadinya alingment yg lebih baik; sebagai contoh hal dapat
dilakukan untuk fraktur femur, fraktur  shaft tibia dan fraktur humerus supracondylus pada anak.
Pada umumnya reduksi tertutup digunakan untuk semua fraktur dislokasi minimal, untuk
sebagian besar fraktur pada anak, untuk fraktur yg tidak stabil setelah reduksi dan dapat
digunakan beberapa bidai dan gips. Fraktur tidak stabil dapat direduksi juga dengan metode
tertutup sebelum dengan fiksasi internal atau eksternal. Hal ini dilakukan untuk menghindari
manipulasi langsung sisi fraktur oleh reduksi terbuka yang merusak suplai darah lokal dan
mungkin menyebabkan waktu penyembuhan lebih lambat. Traksi yg mereduksi fragmen fraktur
melalui ligamentotaxis (tarikan ligament)  biasanya dapat diaplikasikan menggunakan
fracture table atau bone distraktor.

Reduksi Terbuka

Indikasi reduksi operatif yaitu :

1. reduksi tertutup gagal, baik karena kesulitan mengontrol fragmen atau karena  jaringan
lunak berada diantaranya,
2. terdapat fragmen sendi yang membutuhkan pengaturan posisi yang akurat,
3. untuk traksi (avulsi) fraktur dengan fragmen yang terpisah.
P. DISLOKASI
Dislokasi berarti permukaan sendi bergeser secara lengkap dan tidak utuh lagi.
Subluksasi menekankan pada pergeseran dengan derajat yang lebih ringan dengan  permukaan
sendi sebagian masih berapposisi. Oleh karena cedera, sendi terasa Oleh karena cedera, sendi
terasa nyeri dan pasien berusaha untuk menghindari  pergerakan sendi. Bentuk sendi abnormal
dan p  pergerakan sendi. Bentuk sendi abnormal dan penanda tulang dapat bergeser. Anggota a
tulang dapat bergeser. Anggota gerak yang mengalami dislokasi sering ditahan pada posisi
tertentu karena pergerakan menyebabkan rasa nyeri dan juga terbatas. Foto sinar-X biasanya
memperjelas diagnosis, dan juga menunjukkan apakah ada diagnosis, dan juga menunjukkan
apakah ada luka tulang yang mempengaruhi stabilitas sendi- misalnya dislokasi sendi- misalnya
dislokasi fraktur  fraktur . Sendi yang dicurigai terjadi dislokasi dapat dites dengan menekannya,
dan bila terjadi dislokasi pada lokasi tersebut pasien akan merasakan rasa nyeri menetap yang
tidak tertahankan lebih jauh.

Jika batas sendi dan ligamen rusak, dislokasi berulang dapat terjadi. Hal ini terutama
pada dislokasi sendi bahu dan sendi patellofemoral. Pada dislok . Pada dislokasi habitual
(voluntary), asi habitual (voluntary),  pasien mengalami dislokasi atau subluksasi sendi karena
kontraksi arena kontraksi otot secara volunter. Kelemahan ligament dapat mempermudah
terjadinya hal ini.

Pembidaian

1. Fraktur calvicula, lakukan imobilisasi dengan cara:

a. Minta pasien meletakkan kedua tangan pada pinggang


b. Minta pasien membusungkan dada, tahan
c. Gunakan perban elastik, lingkarkan membentuk angka 8 (Ransel perban).

2.Fraktur humerus bagian medial

a. Kalau ada berikan analgetik/ kompres es


b. Gunting mitella jadi 2/ 4 tapi tidak putus
c. Rapatkan lengan pada dinding dada, pasang bidai pada sisi luar   
d. Ikat dan balut dengan mitela/kain
3.Fraktur humerus bagian distal

a. Siku sukar dilipat (nyeri), luruskan saja


b. Pasang dua buah bidai dari ketiak sampai pergelangan tangan gan tangan  
c. Ikat dengan kain 4 tempat

4.Fraktur antebrachia

a. Pasang dua buah bidai sepanjang


b. Pasang dua buah bidai sepanjang siku sampai ujun siku sampai ujung jari
c. Ikat bidai mengelilingi ekstremitas, tapi jangan terlalu keras
d. Gantung bidai dengan mitela/kain ke -Gantung bidai dengan mitela/kain ke pundak-leher 
pundak-leher 

5.Fraktur digiti

a. Pasang bidai dari sendok es krim,bambu, spuit yang dibelah atau gunakan jari
sebelahnya, contoh, bila jari tengan yang fraktur, gunakan jari telunjuk dan jari manis
sebagai pengganti bidai, kemudian ikat dengan plester.

6.Fraktur costae, lakukan imobilisasi dengan cara:

a. Bersihkan dinding dada


b. Minta penderita menarik napas dan menghembuskan napas sekuatnya
c. Pasang plester stripping pada saat ekspirasi maksimal tersebut.
d. Plester dipasang sejajar iga mulai dari iga terbawah.
e. Ulangi prosedur sampai plester terpasang

7.Fraktur tulang panggul ( os simfisis pubis)

a. Rapatkan kedua kaki


b. Pasang bantal dibawah lutut dan sisi kiri kanan panggul
c. Ikat kedua kaki pada 3 tempat

8. Fraktur femur

a. Pasang bidai di bagian dalam dan luar paha


b. Jika patah paha bagian atas, bidai sisi luar harus sampai pinggang

9. Fraktur patella

a. Pasang bidai pada bagian bawah


b. Pasang bantal lunak di bawah lutut dan pergelangan kaki

10. Fraktur tungkai bawah

a. Pasang bidai melewati 2 sendi, luar dan dalam


b. Pasang padding Fraktur tulang telapak kaki
c. pasang bantalan (kassa/kain)pada telapak kaki
d. pasang bidai di telapak kaki, kemudian ikat.

Q. Evaluasi pasca pembidaian


Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lenganmaka  periksa
periksa sirkulasi sirkulasi dengan memencet memencet kuku ibu jari selama kurang lebih
5 detik. Kuku akan berwarna putih kemudian kembali merah dalam waktu kurang dari 2
detik setelah dilepaskan. Pemeriksaan denyut nadi dan raba seharusnya diperiksa di
bagian bawah  bidai paling tidak satu jam sekali. sekali. Jika pasien mengeluh mengeluh
terlalu terlalu ketat,atau ketat,atau kesemutan, kesemutan, maka pembalut harus dilepas
seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang kembali dengan lebih longgar. Tekan sebagian
kuku hingga putih, kemudian lepaskan.Kalau 1-2 detik berubah menjadi merah, berarti
balutan bagus. Kalau lebihdari 1-2 detik tidak   berubah  berubah warna menjadi menjadi
merah,. merah,. Meraba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki (untuk kasus di kaki).Bila
tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.Meraba denyut arteri radialis pada
tangan untuk  kasus di tangan. Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi
ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak
bergerak (immobilisasi) yang bertujuan Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang
yang patah, Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah, Memberi
istirahat pada anggota badan yang patah, mengurangi rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan.

Saran
Dalam melakukan pembidian lakukanlah pembidaian pada tempat dimana anggota
badan mengalami mengalami cidera ( korban yang dipindahkan), dipindahkan), Lakukan
Lakukan juga pembidaian pembidaian pada  persangkaan  persangkaan patah tulang, tulang, jadi
tidak perlu harus dipastikan dipastikan dulu ada tidaknya tidaknya patah tulang, melewati
minimal dua sendi yang berbatasan
DAFTAR PUSTAKA

Jarot Subandono, Warsito, Ida Nurwati, Mutmainah, E. Listyaningsih, Isna Qadrijati, Dian
Ariningrum, Rieva Ermawan, Tito Sumarwoto, Desy Kurniawati Tandiyo, Anak Kurniawati
Tandiyo, Anak Agung Alit Kirti, Pembebatan  dan  pembidai  pembidaian, Fakultas Kedokteran
UNS dan RSU dr  Moewardi Jarot Subandono, Warsito, Ida Nurwati, Mutmainah, E.
Listyaningsih, Isna Qadrijati, Dian Ariningrum, Rieva Ermawan, Tito Sumarwoto, Desy
Kurniawati Tandiyo, Anak Kurniawati Tandiyo, Anak Agung Alit Kirti, Pembebatan  dan
pembidai  pembidaian, Fakultas Kedokteran UNS dan RSU dr  Moewardi
http://www.ziddu.com/dow http://www.ziddu.com/download/18871280
nload/18871280/pembidaian.docx.html  /pembidaian.docx.html 
http://hartiningsih26.blogspot.com/2010_09_01_archive.html 
http://materi-sehat.blogspot.com/2011/05/pembidaian.html   http://id.shvoong.com/medi
http://id.shvoong.com/medi cine-and-health/orthopedic-surgery/1990528-tujuan-dan-prinsip-
pembidaian/#ixzz26GFkWZq5 \https://lilinrosyanti.wordpress.com/2015/02/16/pembidaian/

Anda mungkin juga menyukai