Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dermatomikosis

Dermatomikosis

2.2 Dermatofitosis

2.2.1 Definisi Dermatofitosis

Dermatofitosis merupakan salah satu kelompok dermatomikosis


superfisial yang disebabkan oleh koloni jamur dermatofit yang melakukan
perlekatan pada jaringan keratin seperti stratum korneum kulit, rambut, dan kuku.
Setelah itu, dermatofit melakukan penetrasi diantara sel, sehingga terjadi respon
pejamu.(yosie andra)

2.2.2 Etiologi Dermatofitosis

Dermatofitosis merupakan penyakit menular, penularannya dapat secara


langsung dari manusia ke manusia (anthropophilic organisms), dari tanah ke
manusia (geophilic organisms), dan dari hewan ke manusia (zoophilic organisms).
Selain itu, dapat juga melalui benda-benda (fomit) yang dapat menyebarkan agen
infeksi seperti handuk, sisir, dan topi. (Deepika T. Lakshmipathy,)

Jamur penyebab dermatofitosis tergolong dalam kelas Deuteromycetes


yang terdiri dari 3 genus, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton.
Dari ketiga genus tersebut telah ditemukan 41 spesies, terdiri dari 17 spesies
Microsporum, 22 spesies
Trichophyton, 2 spesies Epidermophyton. Dari 41 spesies yang telah dikenal, 17
spesies diisolasi dari infeksi jamur pada manusia,5 spesies Microsporum
menginfeksi kulit dan rambut, 11 spesies Trichophyton meninfeksi kulit, rambut
dan kuku, 1 spesies Epidermophyton menginfeksi hanya pada kulit dan jarang
pada kuku. ( Kurniati)

2.2.2.1 Trichophyton

Trichophyton memiliki 22 genus yang dapat menyebabkan dermatofitosis.


Pada Trichophyton sering ditemukan spora tipe micro conidia dan jarang tipe
macro conidia. Sebagian besar spesies Trichophyton membutuhkan asam amino
sebagai sumber nitrogen. Trichophyton tonsurans membutuhkan ornithine, citrul-
line dan Arginine. Trichophyton mentagrophytes membutuhkan methionine.
Berdasarkan kebutuhan asam amino ini banyak digunakan oleh peneliti dalam
identifikasi spesies Trichophyton. (Deepika T. Lakshmipathy,)

a. Trichophyton mentagrophytes
Pada sediaan agar, koloni Trichophyton mentagrophytes berbentuk
seperti tumpukan kapas berwarna putih hingga krem dan pada PDA
(Potato Dextrose Agar) tidak ditemukan pigmen. Gambaran
mikroskopik ditemukan mikronidia yang bergerombol dengan hifa
spiral.

Gambar 2.1 Morfologi koloni Gambar 2.2 Mikroskopis


Trichophyton mentagrophytes Trichophyton mentagrophytes
b. Trichophyton rubrum
Pada sediaan agar, koloni Trichophyton rubrum berbentuk seperti
tumpukan yang berwarna putih ditengah dan berwarna merah gelap di
tepinya. Gambaran mikroskopik ditemukan beberapa mikrokonidia
berbentuk air mata, dan sedikit makrokonidia berbentuk pensil.

Gambar 2.3 Morfologi koloni Gambar 2.4 Mikroskopis


Trichophyton rubrum Trichophyton rubrum

c. Trichophyton tonsurans
Koloni Trichophyton tonsurans bagian tengah seperti kulit sepatu
terbalik dengan bulu dibagian tepi yang berwarna putih hinggan
kuning. Gambaran mikroskopik dijumpai sejumlah konidia beraneka
bentuk dan kadang makrokonidia berbentuk cerutu.

Gambar 2.5 Morfologi koloni Gambar 2.6 Mikroskopis


Trichophyton tonsurans Trichophyton tonsurans

d. Trichophyton verrucosum
Koloni Trichophyton verrucosum biasanya bertumpuk dan kadang
datar berwarna putih hongga abu kekuningan. Gambaran mikroskopik
dijumpai makrokonidia yang panjang dan tipis seperti ekor tikus.
Gambar 2.7 Morfologi koloni Gambar 2.6 Mikroskopis
Trichophyton verrucosum Trichophyton verrucosum

2.2.2.2 Microsporum

Microsporum terdiri dari 17 spesies yang sudah ditemukan. Koloni


Microsporum berbentuk seperti beludru atau tepung yang berpigmen putih hingga
coklat. Pada genus ini banyak ditemukan makrokonidia dengan dinding tebal dan
permukaan kasar.

a. Microsporum Canis
Bentuk koloni Microsporum Canis pada agar adalah datar
berwarna putih hingga kuning dengan permukaan kasar dan berambut.
Gambaran mikroskopis dijumpai makrokoni-dia bergerigi dengan knob
pada ujungnya.

Gambar 2.7 Morfologi koloni Gambar 2.8 Mikroskopis


Microsporum Canis Microsporum Canis

b. Microsporum gypseum
Koloni datar dan granuler dengan pigmen coklat, gambaran
mikoroskopik dijumpai beberpa mikrokonidia dan sejumlah
makrokonidia berdinding tipis tanpa knob.
Gambar 2.7 Morfologi koloni Gambar 2.8 Mikroskopis
Microsporum gypseum Microsporum gypseum

2.2.2.3 Epidermophyton

Epidermophyton hanya terdiri dari 2 spesies yang pertumbuhannya sangat


lambat. Pada genus ini hanya ditemukan makrokonidia dengan dinding tipis dan
permukaan halus.

Gambar 2.9 Morfologi koloni Gambar 2.8 Mikroskopis


Epidermophyton floccosum Epidermophyton floccosum

2.2.3 Klasifikasi Dermatofitosis

Dermatofitosis disebut juga dengan infeksi tinea dibagi berdasarkan lokasi


infeksinya, yaitu :

a. Tinea Kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut yang
disebabkan oleh spesies dermatofita (budi mulja). Kelainan ini sering
ditemukan pada bayi,anak-anak, dan remaja.( Steven K Tyring/ buku topical dermatoloy)
Faktor transmisi kelainan kulit ini adalah higiene yang buruk, padatnya
penduduk, dan dapat terjadi melalui topi, sikat, sarung bantal dan benda
mati lainnya yang terkontaminasi. (BARRY L. HAINER/American family physic).

Dermatofita yang sering menyebabkan tinea kapitis adalah genus


Microsporum dan Trichophyton.Tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi
bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran
klinis yang berat, yang disebut kerion (budi mulja).

b. Tinea korporis
Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut
(glabrous skin). Semua jenis dermatofita dapat menyebabkan penyakit ini,
paling sering yaitu spesies trichophyton rubrum dan T.mentagrophytes.
Jamur penyebab tinea korporis dapat ditransmisikan dengan sisik, hifa,
dan arthroconidia melalui kontak langsung maupun tidak langsung
(fomite). (Stephen K Tyring Topical dermatology book)

Anda mungkin juga menyukai