Anda di halaman 1dari 11

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan

wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, petugas yang

menjalankan program dan analisis laporan tahunan Puskesmas Andalas. Proses

ini dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan tahunan Puskesmas

Andalas tahun 2018 Standar Pelayanan Minimal (SPM) semester satu tahun 2019

dan data primer yang diperoleh dari kuesioner preintervensi. Berikut daftar

identifikasi masalah di Puskesmas Andalas:

Tabel 4.1 Identifikasi masalah

Program Masalah
Pelayanan 1. Angka penderita hipertensi yang semakin meningkat terdata
kesehatan pada tahun 2019 sebanyak 1608
penderita 2. Capaian pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi baru
hipertensi mencapai 10,89% dari target 100%
3. 89,11% penderita hipertensi tidak mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar, tanpa meyingkirkan kemungkinan
penderita hipertensi tersebut mendapatkan pelayanan dari FKTP
jejaring.

Posyandu Balita 1. Capaian balita ditimbang BB (D/S) sebanyak 60,3% dari


target 85%
2. Persentase gizi kurang berdasarkan berat badan terhadap
umur pada balita tahun 2018 sebanyak 11,3%

Pelayanan Kesehatan Persentase warga negara usia 60 tahun keatas yang mendapatkan
pada usia lanjut skrining kesehatan baru mencapai 30%

4.2. Penentuan Prioritas Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, terdapat beberapa masalah yang


perlu mendapat penyelesaian segera. Namun, tidak semua permasalahan dalam

program puskesmas dapat diselesaikan sekaligus, sehingga perlu dilakukan

penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar dan terpenting

yang mungkin untuk diselesaikan. Metode yang digunakan untuk menentukan

prioritas masalah adalah metode Hanlon. Setelah menentukan prioritas masalah,

langkah selanjutnya adalah pembuatan diagram Plan, Do, Check, Action untuk

mengatasi masalah yang menjadi prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya.

Metode Hanlon menggunakan skoring sebagai berikut:

1. Urgensi: merupakan masalah yang penting untuk dilaksanakan

Nilai 1 = Tidak penting

Nilai 2 = Kurang penting

Nilai 3 = Cukup penting

Nilai 4 = Penting

Nilai 5 = Sangat penting

2. Kemungkinan tindakan intervensi

Nilai 1 = Tidak mudah

Nilai 2 = Kurang mudah

Nilai 3 = Cukup mudah

Nilai 4 = Mudah

Nilai 5 = Sangat mudah

3. Biaya yang diperlukan

Nilai 1 = Sangat mahal

Nilai 2 = Mahal

Nilai 3 = Cukup mahal

Nilai 4 = Murah
Nilai 5 = Sangat murah

4. Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1 = Sangat rendah

Nilai 2 = Rendah

Nilai 3 = Sedang

Nilai 4 = Tinggi

Nilai5 = Sangat tinggi

Tabel 4.2 Analisis Prioritas Masalah


Masalah Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Ranking
Pelayanan 4 3 4 4 15 1
kesehatan pada
penderita
hipertensi 3 2 2 4 11 3
Pelayanan
kesehatan pada
lansia
Posyandu Balita 4 3 3 4 14 2

1. Pelayanan Kesehatan pada Penderita Hipertensi


Urgensi: 4 (Penting)

Berdasarkan laporan tahunan puskesmas andalas tahun 2019, dilaporkan 3.310

penderita hipertensi, dan didapatkan terdapat 1.392 pasien hipertensi yang

melakukan kunjungan ke puskesmas andalas dalam periode Januari-Agustus 2019.

Mengacu pada data yang terdapat pada data tahunan hipertensi Puskesmas

Andalas, terdapat 1091 pasien yang tidak melakukan kunjungan teratur ke

Puskesmas. Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh pasien yang berobat ke FKTP

jejaring namun tidak terdata oleh Puskesmas. Berdasarkan SPM Puskesmas

Andalas tahun 2019 untuk hipertensi adalah 10.89% dari 100% yang merupakan

target SPM Nasional.


Intervensi: 3 ( Cukup mudah)

Masalah ini mudah diintervensi dengan membuat sebuah pencatatan seluruh

pasien hipertensi yang kemudian dilaporkan oleh FKTP jejaring kepada pihak

puskesmas.

Biaya: 4 (Murah)

Biaya kegiatan ini diperkirakan murah. Menggunakan sebuah situs khusus

hipertensi yang dapat diakses oleh berbagai FKTP jejaring untuk mengunggah

data pasien hipertensi.

Mutu: 4 (Tinggi)

Intervensi tersebut dapat meningkatkan pelayanan pasien hipertensi,

meningkatkan keteraturan berobat, dan diharapkan dapat menurunkan angka

komplikasi akibat hipertensi pada FKTP jejaring di wilayah Puskesmas Andalas.

2. Pelayanan kesehatan pada Lansia

Urgensi: 3 (Cukup Penting)

Berdasarkan laporan tahunan puskesmas andalas tahun 2019, didapatkan

bahwa jumlah lansia mencapai 6.280 dari 87.014. Capaian pemantauan

kesehatan pada anggota kelompok lansia yang dibina sesuai standar 45,89%

dari target 80%. Peningkatan jumlah harapan hidup harus diseimbangi dengan

perbaikan kualitas hidup terutama status kesehatannya, karena hal tersebut

berkaitan dengan biaya kesehatan dan tingkat disabilitas pada lansia.

Intervensi: 2 (Kurang mudah)

Masalah ini kurang mudah diintervensi dikarenakan mobilitas dari lansia lebih

sulit, maka dari itu dibutuhkan kader- kader yang aktif untuk mengajak lansia

pemeriksaan kesehatan ke posyandu lansia.


Biaya: 2 (Mahal)

Biaya kegiatan ini diperkirakan mahal dikarenakan harus menggerakkan

banyak petugas dan kader untuk mengajak lansia berobat ke puskesmas.

Mutu: 4 (Tinggi)

Intervensi tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup lansia, lansia dapat

hidup sehat, aktif, mandiri sesuai dengan Permenkes nomor 25 tahun 2016.

Jumlah harapan hidup lansia yang diimbangi dengan peningkatan kualitas

hidupnya, diharapkan dapat menghindari beban biaya kesehatan lansia dan

menurunkan angka disabilitas pada lansia.

3. Posyandu Balita

Urgensi: 3 (Cukup penting)

Berdasarkan data tahun 2018 di dapatkan bahwa capaian penimbangan bayi

setiap bulannya D/S di Puskesmas Andalas sebanyak 60,4% dari target 85%.

Meskipun demikian, pada masing-masing kelurahan cakupan Puskesmas

Andalas memiliki N/D >85% (sudah melebih target).

Intervensi: 2 (Kurang mudah)

Intervensi cukup mudah dilakukan karena sebenarnya sudah ada posyandu

balita yang terjadwalkan sebelumnya. Penginformasian jadwal posyandu

dilakukan oleh kader atau dinformasikan lewat pengeras suara di masjid.

Kader yang ada di puskesmas andalas memiliki tugas sebagai kader posyandu

balita dan posyandu lansia. Perlunya dilakukan penambahan jumlah kader dan

pemfokusan tugas kader agar jangkauan lebih luas.

Biaya: 3 (Cukup mahal)

Biaya kegiatan ini diperkirakan murah karena program posyandu balita


sebenarnya merupakan program rutin dari puskesmas. Kader posyandu juga

berasal dari masyarakat.

Mutu: 4 (Tinggi)

Intervensi dapat meningkatkan mutu tinggi dikarenakan penimbangan bayi

pada posyandu balita dapat digunakan sebagai penjaringan gizi kurang dan

buruk, dan dapat pula mengetahui risiko stunting pada anak lebih dini, yang

diharapkan adalah apabila hal tersebut cepat dideteksi, maka cepat pula untuk

di intervensi dan diperbaiki.

4.1. Analisis Sebab Masalah

Berdasarkan penilaian terhadap masalah, masalah pelayanan kesehataan

pada hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Andalas terutama sebagai prioritas

masalah. Berdasarkan Laporan Puskesmas Andalas tahun 2018, capaian

pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi baru 10,89% dari target 100%.

kebiasaan dan gaya hidup yang tidak sehat pada masyarakat menjadi penyebab

kejadian hipertensi yang masih tinggi. Berdasarkan laporan tahunan dan data

primer dari wawancara pemegang program Hipertensi didapatkan bahwa

rendahnya angka kunjungan penderita hipertensi di puskesmas Andalas.

Kegagalan ini dapat disebabkan oleh karena ketidakpatuhan pasien hipertensi

dalam melakukan kunjungan rutin di puskesmas, selain itu dikarenakan kurang

optimalnya pencatatan dan pelaporan data di FKTP jejaring. Promosi kesehatan

yang kurang menarik dapat juga menjadi salah satu penyebab rendahnya

kesadaran penderita untuk melakukan kunjungan ke puskesmas.

Pendataan penderita hipertensi belum tercapai dapat disebabkan oleh

berbagai aspek, yaitu dari segi manusia bahwa semakin tingginya angka
ketidakpatuhan penderita hipertensi melakukan kunjungan ke puskesmas, maka

akan menurunkan angka pencapaian pelaporan penderita hipertensi. Promosi

kesehatan dengan media yang kurang menarik dapat menjadi faktor yang

menyebabkan kurangnya kesadaran penderita hipertensi untuk melakukan

kunjungan ke puskesmas atau FKTP jejaring, sehingga dengan adanya promosi

kesehatan yang menarik dapat meningkatkan kesadaran penderita hipertensi.

Berdasarkan data tahunan Puskesmas Andalas tahun 2019, dari 3300

penderita hipertensi di wilayah kerja Pukesmas Andalas, hanya 1392 penderita

hipertensi yang melakukan kunjungan ke puskesmas Andalas. Dari data

tersebut, 1908 penderita hipertensi tidak tercatat dalam pelaporan penderita

hipertensi di Puskesmas Andalas. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya

kunjungan penderita hipertensi di FKTP jejaring atau penderita hipertensi sama

sekali melakukan kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan. Hal ini

menggambarkan kurangnya koneksi yang baik antara puskesmas dan FKTP

jejaring.
Manusia Material

Gaya hidup yang tidak Media promosi


sehat kesehatan yang kurang
menarik
Ketidakpatuhan
pasien hipertensi
melakukan kunjungan
ke puskemes
Capaian kunjungan
penderita hipertensi di
Puskesmas Andalas
Belum optimal hanya 10,89% dari
pencatatan dan target 100% di tahun
pelaporan data 2019
Hipertensi di FKTP
jejaring Kurangnya koneksi
yang baik antara Kerjasama Lintas
puskemas dan FKTP Sektoral yang
jejaring kurang optimal

Metode Lingkungan

Gambar 4.1 Diagram Ishikawas

1. Manusia

1) Gaya hidup yang tidak sehat

a. Rencana : Penyuluhan mengenai gaya hidup yang sehat

b. Sasaran : Masyarakat yang memiliki hipertensi dan faktor risiko

hipertensi dan melakukan kunjungan di FKTP jejaring.

c. Pelaksana : Petugas pemegang program penyakit tidak menular di

puskesmas andalas dan dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas.

d. Target : Peningkatan pemahaman mengenai hipertensi.

2) Ketidakpatuhan pasien hipertensi melakukan kunjungan ke puskesmas

a. Rencana : Edukasi mengenai komplikasi hipertensi yang dapat


terjadi

b. Sasaran :Masyarakat yang memiliki hipertensi dan faktor risiko

hipertensi dan melakukan kunjungan di FKTP jejaring

e. Pelaksana : Petugas pemegang program penyakit tidak menular di

puskesmas andalas dan dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas.

c. Target : Peningkatan kepatuhan pasien hipertensi untuk melakukan

kunjungan ke puskesmas.

2. Metode

1) Belum optimal pencatatan dan pelaporan data hipertensi di FKTP

a. Rencana : membuat formulir pencatatan yang bisa digunakan FKTP

jejaring sebagai media pencatatan untuk dilaporkan ke puskesmas andalas.

b. Sasaran : FKTP jejaring di wilayah kerja puskesmas Andalas

c. Pelaksana : Petugas pemegang program penyakit tidak menular di

puskesmas andalas dan dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas.

d. Target : Terbentuknya pencatatan dan pelaporan yang rapi dan

jelas mengenai hipertensi di puskesmas Andalas

2) Kurangnya koneksi yang baik antara puskesmas Andalas dan FKTP

jejaring

a. Rencana : Mengadakan pertemuan rutin antara Puskesmas dengan

FKTP jejaring

b. Sasaran : Puskesmas Andalas dan FKTP jejaring yang terkait.

c. Pelaksana : Pimpinan Puskesmas Andalas, Pimpinan FKTP jejaring,

dan pemegang progam penyakit tidak menular.


d. Target : Terbentuknya koneksi yang baik mengenai pencatatan dan

pelaporan mengenai hipertensi antara puskesmas dan FKTM jejaring.

3. Material

1) Media promosi kesehatan yang kurang menarik

a. Rencana : Pemberian Leaflet dan pemutaran video promosi kesehatan

di FKTP jejaring

b. Sasaran : FKTP jejaring

c. Pelaksana : Petugas pemegang program penyakit tidak menular di

puskesmas andalas dan dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas..

d. Target : terbentuknya media promosi kesehatan yang menarik

4. Lingkungan

1) Kerjasama lintas sektoral yang kurang optimal.

a. Rencana : Advokasi dengan lintas sektor terkait pendataan penyakit

hipertensi dan edukasi di FKTP

b. Sasaran : Lintas sektoral yang bekerja sama dengan puskesmas

Andalas

c. Pelaksana : Pimpinan Puskesmas Andalas, Petugas pemegang

program penyakit tidak menular dan lintas sektoral yang bekerja sama.

d. Target : Dukungan lintas sektoral untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan pada hipertensi.

4.5 Alur PDCA

Plan:
Pertemuan internal dengan kepala puskesmas
Pertemuan internal dengan pemegang program penyakit tidak
menular
Perumusan kegiatan PDCA
Do:
Pembuatan Proposal Bantuan Dana
Advokasi dan Sosialisasi program HIPSTER Pelatihan Kader
Lansia SAKTI
Pembentukan dan peresmian komunitas Lansia SAKTI
Lansia SAKTI in action
Kuisionerisasi Post Intervensi

Check:
Peningkatan pengetahuan Lansia mengenai ASI eksklusif
Peningkatan pengetahuan Lansia terkait ASI eksklusif
Monitoring dan evaluasi kegiatan Lansia SAKTI

Action:
Terbentuknya komunitas lansia SAKTI
Kegiatan komunitas lansia SAKTI yang berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai