TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Jamur
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan tidak
termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel atau benang bercabang dan
mempunyai dinding sel yang sebagian besar terdiri atas kitin dan glukan, dan
sebaagian kecil dari selulosa atau kitosan. Gambaran tersebut yang membedakan
jamur dengan sel hewan dan sel tumbuhan. Sel hewan tidak mempunyai dinding
sel, sedangkan sel tumbuhan sebagian besar adalah selulosa. Jamur mempunyai
protoplasma yang mengandung satu inti atau lebih, tidak mempunyai klorofil dan
berkembang biak secara aseksual, seksual, atau keduanya. Pada umumnya, jamur
tumbuh dengan baik di tempat yang lembab. Jamur juga dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, sehingga jamur dapat ditemukan di semua tempat di
seluruh dunia termasuk di gurun pasir yang panas (Mulyati, 2008).
a. Morfologi jamur
Jamur mencakup yaitu :
1) Khamir, yaitu sel-sel yang berbentuk bulat, lonjong atau memanjang yang
berkembang biak dengan membentuk tunas dan membentuk koloni yang basah
atau berlendir.
2) Kapang, terdiri dari sel-sel yang memanjang dan bercabang yang disebut hifa.
Hifa merupakan benang-benang yang terdiri dari komponen dinding sel, cairan sel
dan inti. Hifa tersebut dapat bersekat sehingga terbagi menjadi banyak sel atau
tidak bersekat dan disebut hifasenositik. Kapang membentuk koloni yang
menyerupai kapas atau padat. (Gandahusada,2006).
b. Peranan jamur
1) Jamur yang berguna yaitu :
a) Dalam proses pembusukan sisa-sisa hewan dan tumbuhan sehingga menjadi
mineral-mineral, untuk dikembalikan ke tanah agar dapat dipergunakan lagi oleh
tumbuhan.
b) Dalam proses-proses industri misalnya pembuatan alkohol, antibiotik, dan
makanan.
5
6
b. Tinea korporis mengenai badan dan anggota badan, selain tangan, kaki dan
daerah Tinea kruris.
c. Tinea kruris mengenai genitokrural sampai dengan bokong, pubis, paha atas
medial.
d. Tinea barbae mengenai daerah jenggot/jambang.
e. Tinea manum mengenai tangan dan telapak tangan.
f. Tinea pedis mengenai kaki dan telapak kaki.
g. Tinea unguium mengenai kuku (Mansjoer, 2000).
4. Tinea Unguium
Tinea Unguium merupakan infeksi kuku dengan bagian yang diserang biasanya
mulai dari bagian distal berupa guratan-guratan kekuningan pada lempeng kuku
kemudian makin lama seluruh kuku menjadi makin tebal, kuku tidak rata, kuku
menjadi keras atau rapuh, kuku yang terkena dapat terkikis dan berubah warna.
Semua jenis Dermatofitosis terlibat sebagai jamur penyebab Tinea Unguium,
tetapi Trichopyton rubrum yang paling umum ditemukan. (Mulyati,2008).
a. Trichopyton rubrum
1) Klasifikasi Trichopyton rubrum
Kingdom : Plantae
Divisio : Mychota
Sub Divisio : Eucomycontina
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Trichopyton
Spesies : Trichopyton rubrum
(id.wikipedia.org)
9
1
2
b. Trichopyton mentagropytes
1) Taksonomi Trichopyton mentagropytes
Kingdom : Plantae
Divisio : Mychota
Sub Divisio : Eucomycontina
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Trichopyton
Spesies : Trichopyton mentagropytes
(id.wikipedia.org)
10
c. Epidermophyton floccosum
1) Toksonomi Epidermophyton floccosum
Kingdom : Plantae
Divisio : Mychota
Sub Divisio : Eucomycontina
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Epidermopyton
Spesies : Epidermophyton floccosum
(id.wikipedia.org)
11
d. Gejala klinis
Manifestasi klinis dibagi menjadi 5 jenis yaitu :
1) Bentuk subungual distalis.
Bentuk ini paling sering ditemukan dan mulai berkembang pada stratum
korneum hiponikum pada batas distal lempeng kuku. Selanjutnya infeksi
berjalan kearah yang paling dekat dengan alas kuku dan menyerang permukaan
ventral lempeng kuku dengan perjalanan kronik. Pada kuku dengan bagian
distal tampak bercak putih atau kuning keabuan yang menyebabkan permukaan
bebas kuku terangkat. Lesi meluas ke matriks kuku sehingga terjadi penebalan
region subungual.
2) Bentuk lateralis.
Penyakit ini mulai dengan perubahan bagian luar lateral kuku yang menjadi
kuning. Lesi meluas kebagian distal atau proksimal kuku. Kemudian menjadi
paronikia (peradangan jaringan sekitar kuku).
3) Leukonikia trikofita atau leukonikia mikotika.
Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan
dipermukaan kuku yang dapat kronik untuk dibuktikan adanya elemen jamur.
12
Biasanya didapatkan pada kuku kaki, berupa bercak putih superfisialis dan
berbatas tegas.
4) Bentuk subungual proksimalis.
Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang
kuku dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian
distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak.
5) Bentuk distrofi kuku total.
Bentuk ini merupkan keadaan lanjut dari bentuk klinis di atas. Pada bentuk ini
kerusakan terjadi pada seluruh lempeng kuku. (Mansjoer,2000).
e. Epidemiologi
Indonesia merupakan negara tropis dengan iklim panas dan lembab, disertai
sikap penduduk akan higiene yang masih kurang sempurna menjadikan
indonesia sebagai negara yang cukup banyak ditemukan penyakit akibat infeksi
jamur. Di Jakarta golongan penyakit ini sepanjang masa selalu menempati
urutan kedua setelah dermatitis. Didaerah yang lain seperti Padang, Bandung,
Semarang, Surabaya, Manado, keadaannya kurang lebih sama yakni
menempati urutan ke dua sampai ke empat terbanyak dibandingkan penyakit
yang lainnya. (Madani A,2000).
f. Cara Penularan
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.
Penularan langsung dapat melalui fomit, epitel, dan rambut-rambut yang
mengandung jamur baik dari manusia atau dari binatang, dan dari tanah.
Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur,
barang-barang atau pakaian, debu dan air. (Siregar,2005).
1) Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur, apakah jamur Antropofilik,
Zoofilik, atau Geofilik. Selain afinitas ini, masing-masing jenis jamur tersebut
berbeda pula dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun
bagian-bagian tubuh.
2) Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.
13
B. Kerangka Konsep
Jamur dermatofita :
Lingkungan tercemar jamur a.Trichophyton rubrum
dermatofita
b.Trichophyton mentagrophytes
c.Epidermophyton floccosum