Anda di halaman 1dari 10

MODUL MORFOLOGI, PATOGENITAS,

GEJALA KLINIS, DAN EPIDEMIOLOGI JAMUR

JUDUL/TOPIK : Morfologi, patogenitas, gejala klinis, dan


epidemiologi
TUJUAN : Menguasai teori yang terkait dengan tentang
INSTRUKSIONAL morfologi, patogenitas, gejala klinis, dan
epidemiologi jamur sesuai standar pemeriksaan
untuk menghasilkan informai diagnostic yang
tepat
INDIKATOR : Mampu menjelaskan secara umum tentang :
1. Morfologi jamur
2. Patogenitas
3. Gejala Klinis
4. Epidemiologi
URAIAN MATERI : Pada pertemuan ini dijelaskan mengenai
morfologi, patogenitas, gejalan klinis, dan
epidemiologi jamur

SUB TOPIK 1. MORFOLOGI JAMUR


Dalam bidang biologi, morfologi adalah suatu penampakan atau bentuk struktur
tubuh makhluk hidup yang biasanya dapat dilihat secara fisik. Dalam hal ini
morfologi dalam cakupan ilmu mikologi dari Jamur / Fungi adalah sebagai
berikut,

1) Hifa dan Miselium


Jamur terdiri dari struktur somatik atau vegetatif yaitu thallus yang
merupakan filament atau benang hifa, miselium merupakan jalinan hifa. Jamur
terdiri dari dua golongan yaitu yang bersifat unuseluler dikenal sebagai khamir
atau ragi dan yang bersifat multiseluler dikenal sebagai kapang. Sel khamir lebih
besar dari pada kebanyakan bakteri dengan ukuran beragam, biasanya berbentuk
telur, memanjang atau bola. Setiap spesies memiliki bentuk yang khas. Tubuh
kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu miselium dan spora. Miselium
merupakan kumpulan Hifa (filament).
Bentuk Hifa ada 3 macam yaitu :
a) Aseptat yaitu Hifa yang tidak bersekat mengandung banyak inti
disebut senositik (coenocytic).
b) Septat dengan sel-sel uninukleat disebut monositik hifa.
c) Septat dengan sel-sel multinukleat.

Secara fungsional Hifa terdiri dari:


a. Hifa vegetatif yang umumnya rebah di atas substrat, berfungsi untuk
menyerap nutrisi dari substrat.
b. Hifa fertil yaitu hifa yang tumbuh tegak di atas permukaan substrat
berfungsi untuk reproduksi. Hifa fertil berupa sporangiofor atau konidiofor.
Sejalan dengan 12 pertumbuhannya hifa-hifa bertambah banyak dan
membentuk jalinan hifa yang disebut miselium yang makin lama makin
tebal maka terbentuk koloni. Hifa udara (aerial hypha) atau miselium udara
(aerial mycelium)
c. Stolon yaitu hypa panjang menegak yang terdapat pada Rhizopus spp. dan
Mucor spp.
Diameter Hifa berkisar 3 – 30 µm. Hifa tua mempunyai ketebalan antara 100 –
150 µm dan pada dinding selnya terdapat senyawa melanin dan lipid yang
berfungsi untuk melindungi sitoplasma dari ultraviolet.

2) Dinding Hifa
Dinding Hifa atau dinding sel memberikan bentuk kepada sel dan melindungi
isi sel dari lingkungan. Meskipun kokoh, dinding sel tetap bersifat permeable
untuk nutrient-nutrien yang diperlukan fungi bagi kehidupannya. Komponen
penting dalam dinding sel sebagian besar fungi adalah kitin, suatu polisakarida
yang juga merupakan komponen utama dari kerangka luar serangga dan artropoda
lainnya. Kitin adalah polimer linear dari N-asetil-glukosamin yang subunit-
subunitnya dihubungkan oleh ikatan ß-(1-4) glukosida.

3) Membran Hifa
Di bawah dinding sel yang kuat terdapat lapisan yang melindungi isi sel, yaitu
membran sel. Komposisi kimia membran sel fungi diduga terdiri dari senyawa-
senyawa sterol, protein (dalam bentuk molekul-molekul yang amorf), serta
senyawa-senyawa fosfolipid.

4) Kompartemen lain pada Hifa


Adanya kompartemen pada hifa memudahkan kita mempelajari isi sel fungi
dengan mikroskop elektron. Di samping nukleus seringkali terlihat bentuk-bentuk
ultra struktur seperti mitokondria, reticulum endoplasma, ribosom, apparatus
Golgi, microbodies (peroksisom, glioksisom, hidrogenesom, dan lisosom).

5) Haustoria
Haustoria yaitu hifa bercabang atau gelembung bertangkai yang terdapat pada
jamur parasit yang dapat menembus dinding sel inang berfungsi untuk absorpsi
makanan dari sel inang.

6) Stroma
Stroma yaitu suatu anyaman / jalinan hifa yang cukup padat, fungsinya
sebagai bantalan untuk tumbuh bagian-bagian lain.
7) Sklerotium
Sklerotium yaitu anyaman padat serupa rizopor, berfungsi untuk melekat.
8) Septum
Septum merupakan suatu sekat yang membagi hifa menjadi kompartemen-
kompartemen. Meskipun demikian protoplasma dari sel-sel masih saling
berhubungan karena septum tersebut mempunyai lubang-lubang.
9) Spora
Spora adalah ujung hifa jamur yang menggelembung membentuk serupa
wadah, sedangkan protoplasmanya menjadi spora, berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan jamur. Spora terbagi dalam dua golongan yaitu: spora aseksual
dan spora seksual.
1. Spora aseksual terdiri dari:
a. Konidiospora atau konidium, terbentuk di ujung di sisi suatu hifa
b. Sporangiospora, terbentuk dalam suatu kantung yang disebut sporangium
c. Oidium atau Oidiospora, terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa
d. Klamidospora, terbentuk dari sel hifa somatik
e. Blastospora, terbentuk pada bagian tengah hifa.
Berdasarkan ukuran, spora terbagi dalam:
a. Mikrospora atau mikrokonidia, umumnya pada golongan kapang dan khamir.
b. Makrospora atau makrokonidia, banyak terdapat pada beberapa jenis jamur
pathogen.
2. Spora seksual terdiri dari :
a. Askospora, terbentuk dalam kandung askus terdapat pada kelas Ascomycetes
b. Basidiospora, terbentuk dalam struktur yang berbentuk gada disebut
basidium, terdapat pada kelas Basidiomycetes.
c. Zigospora disebut juga gametosit, terbentuk bila dua hifa secara seksual
serasi.
d. Oospora, terbentuk dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium.

SUB TOPIK 2. PATOGENITAS


Patogen adalah organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada organisme
lain. Kemampuan pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut
dengan patogenistas. patogenesis  adalah mekanisme infeksi
dan mekanisme perkembangan penyakit. Jamur banyak ditemukan dalam tanah,
udara (kebanyakan sebagai spora) dan pada permukaan tumbuhan di seluruh
dunia, baik di daerah-daerah beriklim sangat kering, tropis dan dingin.
Dermatofita merupakan golongan jamur yang memiliki sifat dapat
mencerna keratin dan menimbulkan dermatofitosis seperti stratum korneum pada
kulit (epidermis), rambut dan kuku. Dermatofita dibagi dalam tiga genus sebagai
pemicu utama dermatofitosis yaitu Trichophyton, Microsporum serta
Epidermophyton. Jamur dermatofita dapat ditularkan secara langsung maupun
secara tidak langsung, untuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur
dermatofita harus memiliki kemampuan untuk melekat pada kulit pejamu, mampu
menembus jaringan pejamu dan selanjutnya mampu bertahan dan menyesuaikan
dengan suhu dan lingkungan biokimia pejamu.
Infeksi dermatofitosis sering menyerang petani yang bekerja di sawah
atau lading. Kaki bersentuhan dengan tanah, air dan lumpur dalam waktu yang
lama tanpa menggunakan alas kaki untuk melindungi kakinya dari tanah, air dan
lumpur sehingga kaki petani lembab bahkan para petani jarang memperhatikan
personal hygiene setelah bekerja.
Masuknya jamur dalam tubuh dapat melalui :
1. Luka kecil atau aberasi pada kulit, misalnya golongan dermatofitosis,
Kromo blastomikosis.
2. Melalui saluran pernafasan, dengan mengisap elemen-elemen jamur,
seperti pada histoplasmosis
3. Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Sumber
penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofilik), binatang (jamur
zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik) yang penyebarannya sering
terjadi ketika bertukar pakaian, alat olahraga, handuk, atau sprei dengan
orang yang membawa jamur.
Cara mencegah adanya suatu jamur pada kaki tersebut maka perlu memperhatikan
kebersihan kaki dengan cara memotong kuku dengan teratur, mandi dan mencuci
kaki setelah bekerja supaya tidak terkontaminasi oleh jamur.

SUB TOPIK 3. GEJALA KLINIS


Morfologi dermatofitosis pada kulit sangat khas yaitu bercak-bercak yang
berbatas tegas, adanya kerusakan jaringan kulit dan reaksi radang pada kulit
pejamu. Disertai dengan perasaan gatal, apabila digaruk papul atau vesikel akan
pecah sehingga bila mengering akan terjadi krusta dan skuama. Cara memastikan
penyakit jamur adalah dengan pemeriksaan tampilan secara klinis dan
pemeriksaan dengan bantuan, kerokan kulit, mukosa, kuku untuk pemeriksaan
mikroskopik, dan pemeriksaan biakan untuk mengetahui jenis jamurnya Jamur
dermatofitosis di tubuh biasanya berada di titik Kepala, Wajah, Dagu/jenggot,
Badan, Area genetalia, Tangan, dan Kaki. Penyakit ini bersifat kronik dan residif
yang dapat mengganggu kenyamanan dan menurunkan kualitas hidup.
Beberapa macam infeksi jamur (dermatofitosis) yang disebabkan oleh
golongan jamur dermatofita, berdasarkan lokasinya adalah sebagai berikut:
1. Tinea Pedis (penyakit jamur kaki, kutu air), biasanya terdapat rasa gatal pada
daerah sela-sela jari kaki yang berskuama, terutama diantara jari ketiga
dengan keempat dengan kelima, atau pada telapak kaki infeksi ini biasanya
didapat dari adanya kontak dengan debris keratin yang terinfeksi pada lantai
kolam renang dan kamar mandi.

Gambar 1.1, penyakit tinea pedis

2. Tinea Kruris (penyakit jamur lipat paha) Lebih sering terjadi pada laki-laki
dan jarang pada wanita. Gambaran klinisnya khas, tepi eritomatosa yang
pelan-pelan menjalar ke bawah paha bagian dalam dan meluas ke arah
belakang ke daerah perineum dan pinggang. Sumber infeksi hampir berasal
dari kuku pasien, sehingga pasien itu harus diperiksa untuk mencari bukti
adanya tinea pedis atau distrofi kuku karena jamur.

Gambar 1.2, penyakit tinea kruris


3. Tinea Karporis (Penyakit Jamur Badan) Tinea pada tubuh secara khas
mempunyai bagian tepi yang meradang. Bentuk eksema anular lebih sering
ditemukan, dan hal ini sering dikelirukan dengan ringworm. Sumber jamur
pada orang dewasa biasanya berasal dari kaki, sedangkan pada anak-anak
biasanya dari kulit kepala.

Gambar 1.3, penyakit tinea karporis

4. Tinea manum (penyakit jamur pada tangan) Ringworm pada tangan biasanya
unilateral. Pada telapak tangan gambarannya berupa lesi eritematosa dengan
sedikit skuama, sedangkan pada punggung tangan gambaran peradangan lebih
jelas, dengan pinggir yang berbatas. Sumber jamur selalu berasal dari kaki
pasien.

Gambar 1.4, penyakit tinea manum

5. Tinea unguium (penyakit jamur pada kuku) Distrofi kuku jari kaki karena
jamur sangat sering terdapat pada orang dewasa, dan hal ini selalu berkaitan
dengan adanya tinea pedis. Bagian yang diserang biasanya mulai dari bagian
distal berupa guratan-guratan kekuningan pada lempengan kuku, kemudian
semakin lama seluruh kuku menjadi semakin tebal, berubah warna, dan
rapuh.
Gambar 1.5, penyakit tinea ungium

6. Tinea kapitis (Penyakit Jamur Kulit Kepala), Jamur yang umumnya menjadi
penyebab timbulnya tinea kapitis (scalp ringworm) bervariasi pada berbagai
tempat di dunia. kasus terbanyak tinea kapitis disebabkan oleh infeksi M.
Canis, yang biasanya didapatkan dari kucing.

Gambar 1.6, penyakit tinea kapitis

SUB TOPIK 4. EPIDEMIOLOGI


Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur
dermatofit yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum
korneum kulit, rambut dan kuku pada manusia dan hewan. Penyakit
dermartofitosis ini sangat mudah dijumpai karena tingginya angka pertumbuhan
jamur di Indonesia yang disebabkan oleh iklim dan letak geografis yang sangat
mendukung. Tingginya kasus tersebut didukung dengan Indonesia merupakan
salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi,
dimana merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, higiene juga
berperan untuk timbulnya penyakit ini, sehingga jamur dapat ditemukan hampir di
semua tempat.
Masalah penyakit kulit di Indonesia masih tinggi dan semakin banyak
berkembang. Hal ini dibuktikan dari profil kesehatan Indonesia tahun 2015 yang
menunjukkan bahwa penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat
kedua dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit se-
Indonesia. (Kemenkes RI, 2016).
Dermatofitosis tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi berbeda-beda
pada tiap Negara. Penelitian World Health Organization (WHO) terhadap insiden
dari infeksi dermatofit menyatakan 20% orang dari seluruh dunia mengalami
infeksi kutaneus dengan infeksi tinea korporis merupakan tipe yang paling
dominan dan diikuti dengan tinea kruris, pedis, dan onikomikosis.
GLOSARIUM

(Istilah-istilah)

Dermatofitosis : penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi


jamur dermatofit yang menyerang jaringan
yang mengandung keratin

Tinea : Penyakit Kulit yang di sebabkan oleh


dermatofit

Histoplasmosis : penyakit infeksi paru-paru yang disebabkan


oleh spora jamur Histoplasma capsulatum.

Skuama : Lapisan tanduk dari epidermis mati yang


menumpuk pada kulit yang dapat
berkembang sebagai akibat perubahan
inflamasi. 

DAFTAR PUSTAKA

1. Suryani, Y, Taupiqurrahman, O, Klsum, Y. 2020. Mikologi. PT.Freeline


Cipta Granesia. Padang
2. Pinaria, A G, Assa, B H. 2017. Jamur Patogen Tanaman Terbawa Tanah.
Media Nusa Creative. Malang
3. Nurhidayah, A, Dhanti K R, Supriyadi.2021. Identifikasi Jamur Patogen
Penyebab Dermatofitosis Pada Jari Kaki Petani di Dessa Bojong sari
Banyumas. Jurnal Labora Medika 5 (2021) 8 – 17 e-ISSN 2549-9939
4. Paramitasari,Anggana Rafika. 2021. Apa itu Dermatofitosis. Artikel
Kesehatan rumash Sakit Hermina.

Anda mungkin juga menyukai