2) Dinding Hifa
Dinding Hifa atau dinding sel memberikan bentuk kepada sel dan melindungi
isi sel dari lingkungan. Meskipun kokoh, dinding sel tetap bersifat permeable
untuk nutrient-nutrien yang diperlukan fungi bagi kehidupannya. Komponen
penting dalam dinding sel sebagian besar fungi adalah kitin, suatu polisakarida
yang juga merupakan komponen utama dari kerangka luar serangga dan artropoda
lainnya. Kitin adalah polimer linear dari N-asetil-glukosamin yang subunit-
subunitnya dihubungkan oleh ikatan ß-(1-4) glukosida.
3) Membran Hifa
Di bawah dinding sel yang kuat terdapat lapisan yang melindungi isi sel, yaitu
membran sel. Komposisi kimia membran sel fungi diduga terdiri dari senyawa-
senyawa sterol, protein (dalam bentuk molekul-molekul yang amorf), serta
senyawa-senyawa fosfolipid.
5) Haustoria
Haustoria yaitu hifa bercabang atau gelembung bertangkai yang terdapat pada
jamur parasit yang dapat menembus dinding sel inang berfungsi untuk absorpsi
makanan dari sel inang.
6) Stroma
Stroma yaitu suatu anyaman / jalinan hifa yang cukup padat, fungsinya
sebagai bantalan untuk tumbuh bagian-bagian lain.
7) Sklerotium
Sklerotium yaitu anyaman padat serupa rizopor, berfungsi untuk melekat.
8) Septum
Septum merupakan suatu sekat yang membagi hifa menjadi kompartemen-
kompartemen. Meskipun demikian protoplasma dari sel-sel masih saling
berhubungan karena septum tersebut mempunyai lubang-lubang.
9) Spora
Spora adalah ujung hifa jamur yang menggelembung membentuk serupa
wadah, sedangkan protoplasmanya menjadi spora, berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan jamur. Spora terbagi dalam dua golongan yaitu: spora aseksual
dan spora seksual.
1. Spora aseksual terdiri dari:
a. Konidiospora atau konidium, terbentuk di ujung di sisi suatu hifa
b. Sporangiospora, terbentuk dalam suatu kantung yang disebut sporangium
c. Oidium atau Oidiospora, terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa
d. Klamidospora, terbentuk dari sel hifa somatik
e. Blastospora, terbentuk pada bagian tengah hifa.
Berdasarkan ukuran, spora terbagi dalam:
a. Mikrospora atau mikrokonidia, umumnya pada golongan kapang dan khamir.
b. Makrospora atau makrokonidia, banyak terdapat pada beberapa jenis jamur
pathogen.
2. Spora seksual terdiri dari :
a. Askospora, terbentuk dalam kandung askus terdapat pada kelas Ascomycetes
b. Basidiospora, terbentuk dalam struktur yang berbentuk gada disebut
basidium, terdapat pada kelas Basidiomycetes.
c. Zigospora disebut juga gametosit, terbentuk bila dua hifa secara seksual
serasi.
d. Oospora, terbentuk dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium.
2. Tinea Kruris (penyakit jamur lipat paha) Lebih sering terjadi pada laki-laki
dan jarang pada wanita. Gambaran klinisnya khas, tepi eritomatosa yang
pelan-pelan menjalar ke bawah paha bagian dalam dan meluas ke arah
belakang ke daerah perineum dan pinggang. Sumber infeksi hampir berasal
dari kuku pasien, sehingga pasien itu harus diperiksa untuk mencari bukti
adanya tinea pedis atau distrofi kuku karena jamur.
4. Tinea manum (penyakit jamur pada tangan) Ringworm pada tangan biasanya
unilateral. Pada telapak tangan gambarannya berupa lesi eritematosa dengan
sedikit skuama, sedangkan pada punggung tangan gambaran peradangan lebih
jelas, dengan pinggir yang berbatas. Sumber jamur selalu berasal dari kaki
pasien.
5. Tinea unguium (penyakit jamur pada kuku) Distrofi kuku jari kaki karena
jamur sangat sering terdapat pada orang dewasa, dan hal ini selalu berkaitan
dengan adanya tinea pedis. Bagian yang diserang biasanya mulai dari bagian
distal berupa guratan-guratan kekuningan pada lempengan kuku, kemudian
semakin lama seluruh kuku menjadi semakin tebal, berubah warna, dan
rapuh.
Gambar 1.5, penyakit tinea ungium
6. Tinea kapitis (Penyakit Jamur Kulit Kepala), Jamur yang umumnya menjadi
penyebab timbulnya tinea kapitis (scalp ringworm) bervariasi pada berbagai
tempat di dunia. kasus terbanyak tinea kapitis disebabkan oleh infeksi M.
Canis, yang biasanya didapatkan dari kucing.
(Istilah-istilah)
DAFTAR PUSTAKA