Anda di halaman 1dari 21

MORFOLOGI KAPANG KHAMIR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fungi merupakan mikroba eukariotik yang mempunyai ciri-ciri spesifik antara lain :

mempunyai inti sel, membentuk spora, tidak berklorofil, heterospora, dan dapat

berkembang biak.

Penampilan fungi atau jamur cendawan tidak asing lagi bagi kita semua. Kita telah

melihat pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada jagung, tomat dan keju. Pertumbuhan

putih seperti bulu pada roti dan selai basi, jamur di lapangan dan di hutan semua ini

merupakan tubuh berbagai cendawan. Jadi cendawan mempunyai berbagai macam

penampilan tergantung dari spesiesnya. Cendawan terdiri dari kapang dan khamir, kapang

ini bersifat filamentis dan multiseluler atau bersel ganda sedangkan khamir biasanya

uniseluler atau bersel tunggal.

Pada umumnya bahan-bahan yang berasal dari alam mudah untuk ditumbuhi jamur

atau cendawan, misalnya pada buah-buahan. Jamur atau cendawan tersebut biasanya akan

mengakibatkan rusaknya bahan-bahan tersebut. Jika bahan-bahan tersebut digunakan

(dikonsumsi) oleh makhluk hidup dalam hal ini manusia, biasanya bersifat patogen dan

akan mengganggu fungsi tubuh makhluk hidup.

Untuk mengetahui nama genus dan spesies suatu biakan mikroorganisme, perlu

dilakukan identifikasi. Tahap pertama untuk melakukan identifikasi adalah pengenalan ciri-

ciri morfologi mikroorganisme tersebut. Pengamatan morfologi biasanya dilakukan baik

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
secara makroskopik (dengan mata telanjang), maupun mikroskopik langsung maupun tidak

langsung (slide culture).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk dan jenis jamur yang terdapat pada suatu sampel yakni singkong

rebus ?

2. Bagaimana morfologi jamur dari singkong rebus ?

C. Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami morfologi

kapang dan khamir secara makroskopik., mikroskopik langsung dan tidak langsung.

D. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana bentuk dan

jenis jamur yang terdapat pada suatu sampel yakni singkong rebus, serta bagaimana

morfologi jamur dari singkong rebus.

E. Manfaat Percobaan

Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui bagaimana

morfologi kapang dan khamir dari sampel jamur dari singkong rebus dengan metode

makroskopik dan mikroskopik.

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, uniselular, dan tidak mengandung struktur

yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Beberapa bakteri dapat tumbuh pada

suhu 0 ◦C, ada yang tumbuh dengan baik pada sumber air panas yang suhunya 90 ◦C atau

lebih (Pelczar, 2002).

Pada umumnya sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri, tetapi khamir

paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat beragam ukurannya,

berkisar antara 1 sampai 5 µm lebarnya dan panjangnya dari 5 sampai 30 µm atau lebih.

Biasanya berbentuk telur, tetapi ada beberapa yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap

kali spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat

varii yang luas dalam hal ukuran dan bentuk-bentuk sel-sel individu, tergantung pada umur

dan lingkungannya (Pelczar, 2002).

Fungi atau cendawan adalah merupakan organisme heterotrofik, mereka

memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda-benda organik

mati yang terlarut disebut saprofit yang menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan

yang kompleks, menguraikan menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian

dikembalikan kedalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya sehingga dapat

menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya ada pula yang dapat merugikan bilamana fungi

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
atau cendawan ini membusukkan kayu, tekstil, bahan makanan dan bahkan dapat

menimbulkan penyakit (Pelczar, 2002).

Ada juga suatu fenomena orang mengannggap bahwa jamur itu sebenarnya

merupakan ganggang yang kehilangan klorofil. Hal ini jelas pada golongan ganggang hijau

dalam hubungannya dengan jamur ganggang phycomycetes (Dwidosaputra, 2001).

Beberapa fungi meskipun saprofitik, dapat juga menyerbu inang yang hidup lalu

tumbuh dengan subur sebagai parasit dan menimbulkan penyakit pada tumbuhan, hewan

juga manusia. Akan tetapi diantara sekitar 500.000 species cendawan hanya kurang lebih

seratus yang patogen terhadap manusia (Pelczar,2002).

Kematian karena infeksi oleh cendawan selain penyakit kulit sangat tinggi. Hal ini

boleh jadi disebabkan oleh diagnosis yang sangat lambat atau salah selama penyakit itu

menjalar karena tidak adanya antibiotik-antibiotik nontoksis yang secara medis tepat guna

(Djide, 2005).

Ada juga suatu fenomena orang mengannggap bahwa jamur itu sebenarnya

merupakan ganggang yang kehilangan klorofil. Hal ini jelas pada golongan ganggang hijau

dalam hubungannya dengan jamur ganggang phycomycetes (Sartini, 2006).

Divisi fungi (mycota ) mencakup myxomycetes (jamur lendir), phycomycetes (jamur

tingkat rendah) dan Eumycetes (jamur tingkat tinggi).secara umum fungi dapat dibagi

menjadi dua kelompok berdasarkan atas tipe selnya yaitu (Djide, 2005):

1. Fungi bersifat uniselluler (khamir, ragi, yeast)

2. Fungi yang bersifat multiselluler (kapang, jamur, cendawan)

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu

misellium dan spora. Misellium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan

hifa, setiap hifa lebarnya 5 -10 m (Sartini, 2006).

Ada tiga macam morfologi hifa yaitu (Pelczar, 2002) :

1. Aseptat atau senosit yaitu memiliki hifa tanpa dinding sekat atau septum.

2. Septat dengan sel-sel uninukleat, sekatnya membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-

sel berisi nucleus tunggal.

3. Septat dengan sel-sel multinukleat; septumnya membagi hifa dengan sel-sel lebih dari

satu nucleus dalam setiap ruang.

Untuk mendapatkan gambaran dari golongan jamur seluruhnya dapat diberikan

ikhtisar, Tallophyta yang tidak berklorofil dibagi atas (Dwidosaputra, 2002) :

1. Phylum Schyzomycophyta (bakteri)

2. Phylum Myxomychophyta (jamur lendir)

3. Phylum Eumychophyta (jamur benar)

Dalam phylum Eumychophyta terdapat empat class yaitu (Djide, 2005) :

1. Class Phycomycetes

Dengan ciri khas ialah miselliumnya tidak bersekat-sekat, berwarna putih, jika tua

akan berwarna agak coklat kekuningan, kebanyakan sporangium berwarna hitam.

2. Class Ascomycetes

Jamur ini mempunyai misellium bersekat, pembiakan secara vegetatif dilakukan

secara konidia, sedang pembiakan secara generatif dilakukan dengan spora-spora yang

dibentuk didalam askus.

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
3. Class Basiomycetes

Dicirikan oleh adanya basidiospora yang terbentuk diluar pada ujung atau sisi

basidium.

4. Class Deuteromycetes

Adalah jamur yang belum diketahui cara pembiakan seksualnya.

Ada beberapa bentuk dari khamir mulai dari bentuk bulat (spherpoid), elips atau

bulat telur, berbentuk batang atau selinder, seperti buah jeruk, sosis dan lain-lain. Bentuk-

bentuk dari sel khamir tersebut dapat membantu dalam identifikasi dari khamir. Ada

beberapa khamir dalam keadaan tertentu dapat mengalami dimorfisme yaitu fase khamir,

bentuk sel tunggal dan filamen, bentuk benang (Vulk, 2000).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya fase filamen antara lain factor

luar seperti suhu rendah, sedangkan terjadinya fase khamir dapat disebabkan oleh unsure-

unsur seperti glukosa, darah, senyawa-senyawa yang bergugus SH dan disamping itu juga

ada beberapa zat seperti minyak arak, ion kobalt dapat menginduksi fase khamir dan fase

filamen (Vulk, 2000).

Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya. Tubuh atau

talus, suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian : miselium dan spora (sel

resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa flamen yang

dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5 sampai 10 µm, dibandingkan dengan sel bakteri

yang biasanya berdiameter 1 µm (Pelczar, 2002).

Di sepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama. Ada tiga macam morfologi

hifa (Pelczar, 2002) :

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
1. Aseptat dan senosit. Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum.

2. Septat dengan sel-sel uni nukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel

berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori-pori di tengah0tengah yang

memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma dari satu ruang ke ruang lain.

Sungguhpun setiap hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membran sebgaimana

halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel.

3. Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel multinukleat,

septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap

ruang.

Miselium dapat vegetatif (somatik) atau reproduktif. Beberapa hifa dari

miseliumsomatik menembus ke dalam medium untuk mendapat zat makanan. Miselium

reproduksi bertanggungjawab untuk pembentukan spora dan biasanya tumbuh meluas ke

udara dari medium. Miselium suatu kapang dapat merupakan jaringan yng terjalin lepas

atau dapat merupakan struktur padat yang terorganisasi, seperti pada jamur (Pelczar,

2002).

Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dipakai untuk

menumbuhkan mikroba. Selain untuk memperbanyak mikroba, medium dapat digunakan

pula untuk isolasi, memperbanyak pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan mikroba

(Anonim, 2010).

Perbedaan utama antara organisme yang tergolong fungi, misalnya antara kapang

dan khamir, yaitu kapang adalah fungi yang mempunyai filamen (miselium), sedangkan

khamir merupakan fungi sel tunggal tanpa filamen. Beberapa fungi disebut fungi dimorfik

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
karena dapat tumbuh dalam bentuk filamen seperti kapang, atau berbentuk sel tunggal

seperti khamir (Dwidosaputra, 2002).

B. Uraian Bahan

1. Agar (Dirjen POM, 1979)


Nama Resmi : Agar

Nama lain : Agar-agar

Pemerian : Tidak berbau atau bau lemah, berasa musilago pada lidah

Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin, larut dalam air mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai komposisi medium PDA

2. Air suling (Ditjen POM, 1979)


Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Aquadest, air suling.

RM / BM : H2O / 18,02 g/mol

Rumus Struktur :H–O-H

Pemeriaan : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
3. Alkohol 70 % (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Alkohol

Pemeriaan : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak;

bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala

biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; ditempat sejuk,

jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai antiseptik.

4. Asam tartrat (Ditjen POM,1979)

Nama resmi : Tartrat acid

Nama lain : Asam tartrat

RM : C4H6O6

Pemeriaan : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau, rasa sangat

asam.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol 95% P, sukar

larut dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai zat pemberi suasana asam

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
5. Gliserol 10 % (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Glyserolum

Nama lain : Gliserin

RM/BM : C3H8O3 / 92,10 g/mol

Pemeriaan : Cairan seperti sirup jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


diikuti rasa hangat.

Kelarutan : Dapat dicampur dengan air dan dengan etanol 95% P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat pemberi kelembaban

6. Metilen Biru (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Methythionini chloridum

Nama lain : Metiltionina Klorida, biru metilen

Pemerian : Serbuk hablur mengkilat seperti logam atau suram kehijauan tua

atau serbuk warna coklat, hampir tidak berbau, higroskopik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai cat utama dalam pengecatan sederhana

C. Uraian Sampel

1. Klasifikasi Singkong ( Manihot esculenta )

Kingdom : Plantae.

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Euphorbiales

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
Familia : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz

2. Morfologi Singkong ( Manihot esculenta )

Singkong termasuk dalam famili Euphorbiaceae. Mempunyai batang yang lurus

dengan tinggi sekitar 1,5 m sampai 4 m. Daun pada tanaman singkong termasuk daun

majemuk dengan anak daun yang berbentuk elips dengan ujungnya yang runcing. Daun

singkong memiliki warna hijau muda, hijau kekuningan, bahkan sampai hijau

keunguan. Bunga tanaman singkong muncul pada tiap ketiak cabang. Untuk bunga

betinadapat berkembang lebih dulu dan matang pada saat tumbuhan berumur 3 sampai

4 minggu. Akar tumbuhan masuk dalam tanah dengan kedalaman 0,5 sampai

0,6 m. sebagian akar ubi kayu dimanfaatkan untuk menyimpan bahan makanan seperti

karbohidrat. Maka dari itu buah singkong dapat disebut juga dengan umbi batang.

D. Prosedur Kerja

Morfologi Kapang

A. Pengamatan Makroskopik

1. Genus Aspergillus

a. Dipindahkan sedikit biakan kapang dari tabung yang berisi biakan murni dengan

jarum tanam ke dalam cawan petri yang berisi medium CDA atau PDA.

b. Diinkubasikan selama 4-15 hari pada suhu kamar.

c. Diamati setiap hari:

1. Perubahan warna yang timbul pada koloni

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
2. Keadaan permukaan koloni (rata, menggunung, seperti tepung, berbutir-butir,

beludru atau seperti kapas).

3. Ada tidaknya garis-garis radial: adanyagaris atau lingkaran konsentris

(zonation).

4. Ada tidaknya kleistitesia.

5. Ada tidaknya eksudat drops serta warnanya.

6. Ada tidaknya bau yang khas.

7. Keadaan bagian belakang koloni.

2. Genus Rhizopus

a. Diambil sedikit biakan kapang yang murni dan letakkan di atas permukaan

medium pada cawan petri yang berisi medium PDA dan MEA.

b. Diinkubasikan selama 3-7 hari pada suhu kamar

c. Diamati setiap hari:

1. Koloni secara umum (tinggi atau rendah pada permukaan medium serta

warnanya).

2. Keadaan permukaan koloni (seperti kapas, tepung, butir-butir kasar)

3. Ada tidaknya exudate drops.

4. Keadaan bagian belakang koloni.

5. Amati pula dengan menggunakan kaca pembesar (loupe) bagian miselium

yang menempel pada dinding cawan petri dan hitung jumlah fesikelnya).

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
B. Pengamatan Mikroskopik

1. Dibersihkan gelas obyek dan kaca penutup dengan alcohol 70% sampai bebas lemak,

kemudian ditetskan beberapa tetes larutan lactofenol atau lactofenol cotton blue di

atas permukaan gelas obyek tersebut.

2. Diambil sedikit koloni biakan dengan jarum inokulasi, dilettakn dalam tetesan

lactofenol dan diuraikan dengan jarum preparat dengan cara hati-hati. Diusahakan

miselium basah terkena lactofenol.

3. Ditutup dengan kaca penutup sedemikian rupa sehingga tidak terdapat gelembung

udara dalam preparat. Dibersihkan kelebihan lactofenol dengan kertas isap.

4. Diamati dengan mikroskop memakai lensa obyektif pembesaran 10x, kemudian

dengan pembesaran 40x. untuk melihat morfologi konidia atau spora, digunakan

pembesaran 100x.

5. Dicatat dan digambar semua yang diamati seperti : miselium (bercabang atau tidak,

berseptum atau tidak, halus atau kasar), sterigma, konidia, spora, konidiofor,

kolumela, vesikula, zigospora, klamidiospora, metula, fialid, stipe.

Morfologi Khamir

1. Dibersihkan kaca obyek dengan memaikai alcohol 70% sampai bebas lemak.

2. Ditetesi sedikit larutan methylen blue di atas gelas obyek.

3. Diambil sedikit biakan khamir dengan memakai jarum ose, diletakkan dalam tetesan

methylene blue, dan ditutup dengan kaca penutup.

4. Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
5. Digambar dan dicatat : bentuk sel, ada tidaknya pertunasan (budding), banyaknya

tunas (budding) pada setiap sel, askospora, miselium semu (pseudomycellium).

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
BAB III

METODE KERJA

A. Alat yang Digunakan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : Batang V, Botol

semprot, Cawan petri steril, Deck gelas, Jarum preparat, Kertas saring, Korek gas, Lampu

spiritus, Mikroskop, Ose bulat, Objek gelas, Pipet tetes, Rak tabung, Spoit.

B. Bahan Yang Digunakan

Adapun bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini yaitu: Alkohol,

Aquadest, Asam tartrat, medium PDA, Gliserol 10%, Metylen Blue, dan singkong rebus.

C. Cara Kerja

1. Makroskopik

 Metode tuang :

Disiapkan alat dan bahan , diambil 1 mL suspensi jamur singkong rebus, di

masukkan kedalam medium PDA, kemudian dituang kedalam cawan petri, dan biarkan

memadat. Diinkubasi selama 3 x 24 jam.

 Metode Gores :

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Masukkan 10 mL medium PDA

ke dalam vial. Dituang pada cawan petri dan dibiarkan memadat. Goreskan 1 ose

suspensi jamur ke dalam cawan petri, diinkubasi selama 3 x 24 jam lalu diamati.

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
2. Secara mikroskopik

 Slide kultur (Tidak langsung) :

Disiapkan alat dan bahan yang digunakan, masukkan kertas saring pada cawan

petri. Tambahkan batang V yang terbuat dari aluminium foil, letakkan objek glas di atas

batang V, sterilkan. 1 ose jamur ikan bolu goreng dimasukkan pada objek glas, lalu di

tambahkan 10 mL PDA dan asam tartrat. Tutup dengan deg glas. Teteskan gliserol 10%

pada kertas saring, kemudian Tutup dengan cawan petri. Inkubasi pada suhu kamar

3x24 jam dan Amati

 Mikroskopik langsung :

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, 1 ose biakan jamur murni

digoreskan pada objek glas. Ditambahkan 1 tetes metilen blue. Tutup dengan deg glas,

kemudian amati di bawah mikroskop.

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Metode Bentuk Bentuk Bentuk Warna Permu- Titik Lapisan Em-


Koloni Tepi Elevasi Koloni kaan Pu- Bening bun
Koloni sat Koloni

Gores L.Form Wooly Undulate Hijau Bludru - - -

Tuang Circular Entire Convex Hitam Bludru - - -

B. Pembahasan

Kapang yaitu fungi atau jamur yang bersel ganda (multiseluler) dan tidak mempunyai

fillamen (miselium) serta hidup secara parasit atau patogen dan dalam jaringan.

Sedangkan Khamir merupakan fungi atau jamur yang bersel tunggal dan membentuk

fillamen (miselium) dan hidup secara saprofit didalam tanah.

Praktikum kali ini kita menggunakan singkong rebus. Hasil yang diperoleh dari

praktikum ini adalah pada metode tuang memilki bentuk permukaan seperti kapas/bludru,

berwarna hitam dengan bentuk elevasi convex, bentuk koloni circular dan bentuk tepi entire.

Sedangkan metode gores menghasilkan bentuk permukaan seperti kapas/bludru, berwarna

hijau dengan bentuk elevasi undulate, bentuk koloni L.Form dan bentuk tepi wooly.

Ada beberapa metode yang digunakan yaitu metode makroskopik dan mikroskopik,

yaitu pada metode makroskopik terbagi menjadi metode tuang dan metode gores.

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
Digunakan metode gores yaitu sebagai konsistensi sampel yang berbentuk padatan

sedangkan digunakan metode tuang yaitu sebagai konsistensi sampel yang berbentuk cair.

Pada metode mikroskopik terbagi lagi menjadi metode slide culture dan secara

mikroskopik langsung. Digunakan metode slide culture yaitu untuk melihat bentuk jamur

secara tidak langsung setelah diinkubasi dengan bantuan mikroskop, sedangkan metode

mikroskopik langsung yaitu untuk melihat bentuk jamur secara langsung dengan bantuan

mikroskop dengan pewarnaan sederhana menggunakan metilen blue.

Pada praktikum digunakan medium PDA karena medium PDA merupakan sumber

karbohidrat bagi jamur yang dimana PDA itu adalah Potato Dextrosa Agar. Dan juga

ditambahkan ditambahkan asam tatrat pada medium PDA yaitu untuk memberikan suasana

asam agar pada jamur dapat tumbuh lebih baik.

Biakan jamur disuspensikan dengan air yang steril yaitu karena kita tidak menginginkan

adanya kontaminasi dengan bakteri lain sehingga hasil yang kita inginkan dapat diperoleh

dengan baik.

Metylen blue digunakan untuk memberikan warna preparat agar dapat membedakan

warna biakan dan sampel pada saat pemeriksaan di mikroskop.

Batang V digunakan pada metode slide culture yaitu untuk menopang atau sebagai

penyangga bagi biakan jamur pada deg gelas dan objek gelas, serta menjaga agar deg gelas

dan objek gelas tidak bersentuhan langsung dengan kertas saring pada cawan petri.

Fungsi dari pemberian gliserol pada kertas saring agar didaerah kertas saring pada

cawan petri tetap dalam keadaan lembab sehingga jamur dapat tumbuh dengan baik

selama proses inkubasi 3x24 jam.

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari praktikum diatas, dapat disimpukan bahwa :

1. Metode tuang. Memilki bentuk permukaan seperti kapas/bludru, bentuk koloni circular,

bentuk tepi entire, bentuk elevasi convex, dan koloni berwarna hitam.

2. Metode gores. Memilki bentuk permukaan seperti kapas/bludru, bentuk koloni L.Form,

bentuk wooly, bentuk elevasi convex, dan koloni berwarna hijau.

B. Saran

Sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikan pada saat melakukan percobaan,

sehingga praktikan lebih paham dan dapat mengurangi faktor kesalahan yang terjadi. Dan

untuk praktikan agar selalu bekerja dengan steril agar percobaan yang dilakukan tidak

terkontaminasi dengan benda-benda lainnya.

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM,1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. DEPKES RI. Jakarta.

Djide, 2005. ”Mikrobiologi Umum”. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA.


UNHAS: Ujung Pandang.
Dwidosaputra, 2001. “Dasar-Dasar Mikrobiologi edisi ke 13”. Djambatan: Jakarta.

George, 2004. ”Taxonomi Outline Of The Prokaryotes”. Spinger New York

Pelczar, 2002. “Dasar-Dasar Mikrobiologi”. UI-Press, Jakarta.

Sartini. 2006. “Dasar-Dasar Mikrobiologi”. UNHAS: Makassar.

Vulk., 2000. “Mikrobiologi Dasar”. Erlangga: Jakarta.

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217
MORFOLOGI KAPANG KHAMIR
LAMPIRAN

Makroskopik Langsung

Metode gores Metode Tuang

Mikroskopik Tidak Langsung Mikroskopik Langsung

Elivilia Oktaviana Bonita S. Muhammad Waiz, S.Farm


15020180217

Anda mungkin juga menyukai