Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATANPASIEN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

Disusun Oleh
Nama : Erdini cahya utami
NIM : 20.14401.1.010
Semester : 2

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SAMAWA
TAHUN 2021

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRATEK KLINIK KEPERAWATAN DASAR
Laporan praktik klinik perawatan dasar ini di susun sebagai tugas
akhir menyelesaikan praktik keperawatan dasar dan salah satu syarat lulus
mata kuliah keperawatan dasar.
Sumbawa , 2 Agustus 2021
Menyetujui
Pembimbing Institusi (Akademik) Pembimbing Klinik

(Ns. Seftiani Utami, S.Kep.,M.Kep) (Ns. Mila Zilfiana,


S.Kep)

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab Praktikum

(Ns. Nila Yuliana,.S.Kep.,M.Kep)

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehdirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta anugrah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan dengan baik dan dalam bentuk yang
sederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca mengenai pengetahuan dasar kesehatan.
Harapan ini semoga makalah ini menambah pengetahuan dan pengelaman bagi
para pembaca , walaupun saya akui masih banyak kekuarngan dalam penyajian makalah
ini karena ilmu yang saya miliki masih sangat kurang.
Akhir kata, saya sampaikan terimah kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam menyusun makalah ini, dari awal samapai akhir hingga menjadi
sebuah makalah. Saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
pembuatan makalh berikutnya, terima kasih.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL………...................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ….……………………………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………………….……………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..iii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………….……..1
A. Latar belakang… ..………………………………………………………………...1
B. tujuan………………………………………………………………………………1
BAB II KONSEP TEORI…………………………………………………………………2
A. konsep kebutuhan ………………………………………………………………....2
B. konsep dasar asuhan keperawatan…………………………………………...…...10
1. pengkajian …………………………………………………………………...12
2. diagnose keperawatan …………………………………………...…………..13
3. rencana tindakan/intervensi…………………………………………………..16
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………...16
A. penutup ……………………………………………………….…………………..16
B. Saran ……………………………………………………….…………………….16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..17

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status,
kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki
berbagai sel dalam tubuh. Pemenuh kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat
penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki
kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup maka jumlah
energi yang di harapkan dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu,orang yang mengalami
kelelahan juga memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya. Menurut Sinergi
Fitness proses tersebut jika diubah oleh stres, kecemasan, gangguan dan sakit fisik
dapat menimbulkan insomnia.
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas . 
Insomnia adalah gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kesulitan kronis
untuk tidur, sering terbangun dari tidur dan tidur singkat atau tidur
nonrestoratif. Kesulitan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik
kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah, gangguan tidur juga dialami oleh
anak-anak, orang tua, orang dewasa maupun para lanjut usia . Gejala-gejala insomnia
secara umum adalah seseorang mengalami kesulitan untuk memulai tidur, sering
terbangun pada malam hari ataupun di tengah-tengah saat tidur. Insomnia merupakan
gangguan tidur yang sering dikeluhkan.
Gangguan tidur ini dapat mempengaruhi pekerjaan, aktivitas sosial dan status
kesehatan bagi penderita. Tekanan stres yang besar hingga melampui daya tahan
individu, maka akan menimbulkan gejala-gejala seperti sakit kepala, mudah marah
dan kesulitan untuk tidur. Student Health and Welfare menyatakan bahwa jika
seseorang sedang mengalami kesal atau tertarik terhadap suatu hal, atau mengalami
keadaan stress mungkin akan mengalami kesulitan untuk tidur.

B. TUJUAN
a. Mengetahui pengertian istirahat tidur
b. Mengetahui Fisiologi Tidur
c. Mengetahui tahapan tidur
d. Mengetahui Fungsi dan tujuan tidur
e. Mengetahui gangguan tidur umumnya terjadi
f. Mengetahui Kontrol tidur

2
BAB II
KONSEP TEORI

A. Konsep Kebutuhan Dasar


1. Konsep Dasar Istirahat Tidur
a. Definisi istirahat tidur
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus
dipenuhi oleh semua orang. (Wahit & Nurul, 2008)
Istirahat dan tidur memiliki makna yang berbeda pada setiap
individu. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, rileks,
tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Dalam arti
lain istirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali.
Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu
bentuk istirahat.
Sedangkan pengertian tidur merupakan suatu keadaan tidak
sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun/hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan indera atau
rangsangan yang cukup (Guyton, dalam buku Haswita, 2017).

Tabel 2.1. Pola Tidur Normal Berdasarkan Usia


Usia Tingkat Jumlah Kebutuhan Tahapan Tidur
Perkembangan Tidur
0-3 bulan Neonatus 14-18 jam/hari REM 50%
(minggu pertama
kelahiran)
1-18 bulan Bayi 12-14 jam/hari REM 20-30%

18 bulan – 3 tahun Anak 11-12 jam/hari REM 25%

3 tahun – 6 tahun Prasekolah 11jam/hari REM 20%

6 tahun – 12 tahun Sekolah 10 jam/hari REM 18.5%

12 tahun – 18 tahun Remaja 8,5 jam/hari REM 20%

3
Dewasa Muda 7-8 jam/hari REM 20-25%

18
tahun – 40 tahun
40 tahun – 60 tahun Dewasa 7 jam/hari REM 20%
Pertengahan
60 tahun ke atas Usia Tua 6 jam/hari REM 20-25%
NREM IV
menurun kadang
Absen
b. Fisiologi Tidur
Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu
medulla, tepatnya di RAS dan BSR . Pusat ini terlibat dalam
mempertahan status bangun dan mempermudah beberapa tahap
tidur. Perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh terjadi selama
tidur. RAS berhubungan dengan status jaga tubuh dan menerima
sensory input .
Selama tidur tubuh menerima sedikit rangsangan dari korteks serebral .
c. Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang
berbeda. Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan
disesuaikan dengan faktor lingkungan (mis: cahaya, kegelapan,
graitasi, dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling

umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam.


Dalam hal ini, fluktuasi denyut jangtung, tekanan darah, temperature
tubuh, sekresi hormone, metabolism, dan penampilan serta perasaan
individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu
irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkornisasi sirkadian
terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam
biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme fisiologisnya dan
psikologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme
tersebut paling rendah (Lilis, Taylor, Lemone, dalam buku Wahit,
Nurul, 2007)
4
d. Tahapan Tidur
Tidur yang normal melibatkan 2 fase yaitu: Pergerakan mata yang
tidak cepat NREM (Non Rapid Eye Movement) dan pergerakan mata
yang cepat REM (Rapid Eye Movement). Selama NREM seseorang
yang tidur mengalami kemajuan melalui 4 tahap yang memerlukan
waktu kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan, tidur tahapan
REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit sebelum
tidur berakhir. Kondisi dari memori dan pemulihan psikologis terjadi
pada waktu ini, faktor yang berbeda dapat meningkatkan atau
mengganggu tahapan siklus tidur yang berbeda.
1) Tahapan tidur NREM
Tidur NREM ditandai dengan berkurangnya mimpi, tekanan darah
turun, kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun dan gerakan
mata lambat. Masa NREM ini dibagi menjadi 4 tahap yang
memerlukan waktu 90 menit siklus tidur dan masing-masing tahap
ditandai dengan pola gelombang otak.
a) Tahap 1 NREM
(1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dan tidur.
(2) Tahap berlangsung selama 5 menit, yang membuat orang
beralih dari tahap sadar menjadi tidur.

(3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan


secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme.
(4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori
seperti suara.
(5) Ketika terbangun, seseorang merasa telah melamun.
b) Tahap 2 NREM
(1) Tahap 2 merupakan tidur ringan.
(2) Kemajuan relaksasi otot, tanda vital dan metabolisme
menurun dengan jelas.
(3) Untuk terbangun masih relative mudah.
(4) Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan
gelombang komplek.
(5) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit.
5

c) Tahap 3 NREM
(1) Tahap 3 meliputi tahap awal tidur yang dalam, yang
berlangsung selama 15 sampai 30 menit.
(2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarak bergerak.
(3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh dan tanda-tanda vital
menurun tetapi tetap teratur.
(4) Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat
penambahan gelombang delta yang lambat.
d) Tahap 4 NREM
(1) Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam/nyenyak.
(2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur.
(3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan
menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini.
(4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibandingkan
selama jam terjaga.
(5) Ditandai dengan predominasi gelombang delta yang
melambat.

(6) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan


secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme.
(7) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori
seperti suara.
(8) Ketika terbangun, seseorang merasa telah melamun.
e) Tahap 2 NREM
(1) Tahap 2 merupakan tidur ringan.
(2) Kemajuan relaksasi otot, tanda vital dan metabolisme
menurun dengan jelas.
(3) Untuk terbangun masih relative mudah.
(4) Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan
gelombang komplek.
(5) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit.
f) Tahap 3 NREM
(1) Tahap 3 meliputi tahap awal tidur yang dalam, yang
berlangsung selama 15 sampai 30 menit.
(2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarak bergerak.
6
(3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh dan tanda-tanda vital
menurun tetapi tetap teratur.
(4) Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat
penambahan gelombang delta yang lambat.
g) Tahap 4 NREM
(1) Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam/nyenyak.
(2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur.
(3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan
menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini.
(4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibandingkan
selama jam terjaga.
(5) Ditandai dengan predominasi gelombang delta yang
melambat.
Perubahan Fisiologis Selama Tidur NREM:

a) Tekanan darah arteri menurun


b) Denyut nadi menurun
c) Pembuluh darah tepi mengalami dilatasi
d) Curah jantung menurun
e) Otak rangka rileks
f) Laju metabolisme basal menurun 10% sampai 30%
g) Kadar hormone pertumbuhan mencapat puncak
h) Tekanan intracranial menurun. (Kozier, dkk, 2010)
2) Tahap Tidur REM
Tidur tipe ini disebut “paradoksikal” karena hal ini bersifat
“paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tidur walaupun aktivitas
otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM merupakan pola/tipe tidur
dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas
otak tidak disalurkan kearah yang sesuai agar orang itu tanggap
penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Tidur
ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20
menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama
80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka
awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada.
Ciri-cirinya sebagai berikut:
a) Biasanya disertai dengan mimpi aktif.
7
b) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak
gelombang lambat.
c) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi
retikularis.
d) Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak tertidur.
e) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak
teratur.

f) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular,


tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster
meningkat dan metabolisme meningkat.
g) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga
berperan dalam belajar, memori dan adaptasi (Haswita, dkk,
2017).
e. Siklus Tidur
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM.
Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan
setiap orang biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7-8 jam
tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke
tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit,
kemudian diteruskan ke tahap IV selama kurang lebih 20 menit.
Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit.
Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit
(Wahit, dkk, 2010).
NREM NREM
tahap 1 tahap II

NREM
tahap III
Tidur REM

NREM
tahap II

NREM
tahap IV
NREM
tahap III

Gambar 2.1 : Siklus Tidur Normal (Haswita, dkk, 2017)


8
f. Fungsi Dan Tujuan Tidur
Fungsi tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini
bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental,
emosional, kesehatan, mengurangi stress pada paru, kardiovaskuler,
endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat
diarahkan kembali pada fungsi selular yang penting. Secara umum
terdapat dua efek fisiologis dari tidur, yang pertama, efek dari system
saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan
keseimbangan diantara berbagai susunan saraf dan yang kedua yaitu
pada efek struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi
dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan. (Haswita,
dkk, 2017)

g. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Tidur


Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kualitas dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur
dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhinya adalah:
1) Penyakit
2) Lingkungan
3) Motivasi
4) Latihan dan Kelelahan
5) Stress Psikologis
6) Alkohol
7) Nutrisi
8) Obat-obatan
9) Gaya Hidup
Diet
10)
h. Gangguan Tidur Yang Umumnya Terjadi
1) Insomnia
2) Parasomnia
3) Parasomnia
4) Hipersomnia
5) Narkolepsi
6) Apnea saat tidur
9
i. Kontrol Tidur
Kontrol tidur adalah pengawasan, pemeriksaan, pengendalian suatu
keadaan tidak sadarkan diri dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun/hilang dan dapat dibangunkan
kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup. Kebanyakan
dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6-8 jam, tetapi hal ini
berfariasi. Akan tetapi, adalah hal umum yang mengganggu
kebutuhan tidur seperti stress pekerjaan, aktivitas yang mengarah
pada insomnia, penyakit fisik tertentu. (Universitas Sumatera Utara
PDF. 2016. Diakses di: repositoryusu.ac.id. Pada tanggal 11 Mei
2019)
Berikut adalah cara kontrol pola tidur menjadi normal:
1. Buatlah rutinitas tidur
Mungkin akan kesulitan untuk mengatur siklus tidur saat
malam hari dengan tertidur pada jam yang sama. Namun, bisa
berusaha menjaga siklus terjaga dengan bangun tidur pada jam
yang sama di pagi hari.
2. Ciptakan lingkungan ruang tidur yang nyaman
3. Minum obat dan terapi
4. Berhenti memikirkan hal yang negative terhadap penyakit
menghabiskan waktu memikirkan rasa sakit dapat membawa
pikiran-pikiran negative lain yang mempengaruhi
tidur
10
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan
dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan berkesinambungan yang
dilakukan pada semua fase proses keperawatan.
a. Biodata
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Alamat
5) pekerjaan
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi masalah actual yang
terjadi saat ini dan masalah kesehatan dimasa lalu. Dalam mengkaji
klien dan keluarga, perawat berfokus pada manifestasi klinis dari
keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat
perawatan terdahulu, riwayat keluarga, dan riwayat psikososial.
1) Keluhan utama:
2) Keluhan Sistemis
3) Riwayat Penyakit Sekarang
4) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

5) Riwayat Kesehatan Keluarga


c. Pengkajian Pola Sistem
1) Pola manajemen kesehatan
2) Pola nutrisi metabolic
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas sehari-hari
5) Pola istirahat-tidur
6) pola persepsi kognitif
7) Pola konsepsi diri dan persepsi diri
8) Pola hubungan-peran
9) Pola reproduksi seksualitas
10) Pola toleransi terhadap stress-koping
11) Pola keyakinan nilai

d. Pemeriksaan Fisik
Pada tahap dini klien sering kali tidak menunjukkan kondisi
tuberculosis. Tanda dan gejala baru dapat terlihat pada tahap
selanjutnya berupa:
1) Sistemik:
2) Sistem pernapasan
3) Sistem Pencernaan
11

Review Sistem (Head to Toe)


4)
Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital
5)
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Kultur sputum: menunjukkan hasil positif untuk Mycobacterium
tuberculosis pada stadium aktif.
2) Ziehl Neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid):
positif untuk bakteri tahan asam (BTA)
3) Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch): reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen
intradermal) mengindikasikan penyakit sedang aktif.
4) Foto rontgen dada (chest x-ray): dapat memperlihatkan infiltrasi
kecil pada lesi awal dibagian paru-paru bagian atas, deposit
kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada efusi.
Perubahan mengindikasikan TB yang lebih berat, dapat mencakup
area berlubang dan fibrosa.
5) Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine
dan CSF, serta biopsi kulit): menunjukkan hasil positif untuk
Mycobacterium tuberculosis.
6) Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya
sel – sel besar yang mengindikasikan nekrosis.
7) Elektrolit: mungkin abnormal bergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi, misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin
ditemukan pada TB paru kronik lanjut.
8) ABGs: mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat, dan sisa
kerusakan paru.
9) Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB.
10) Darah: leukositosis, laju endap darah (LED) meningkat.
11) Tes fungsi paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC
meningkat, dan saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala

sekunder dari fibrosis/infiltrasi parenkim paru dan penyakit pleura.


(Irman, 2009)
12
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis yang mengenai
respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dilaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Tujuan dari
diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respon pasien individu,
keluarga, komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan
data pengkajian yang muncul dari kasus post SC adalah gangguan pola tidur
yang mengalami gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Gangguan pola tidur pada ibu
post SC disebabkan oleh hambatan lingkungan, penambahan anggota baru,
dan bayi menangis.
1. Adapun gejala dan tanda mayor yaitu :
a. Mengeluh sulit tidur
b. Mengeluh sering terjaga
c. Mengeluh tidak puas tidur
d. Mengeluh pola tidur berubah
e. Mengeluh istirahat tidak cukup
2. Gejala dan tanda minor
a. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
b. Adanya kehitaman di daerah sekitar mata
c. Konjungtiva pasien tampak merah
d. Wajah pasien tampak mengantuk
13
a. Intervensi Masalah Gangguan Pola Tidur

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Gangguan pola tidur berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
hambatan lingkungan. x 24 jam diharapkan pola tidur kembali normal Indonesia)
Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas dengan kriteria hasil sebagai berikut: Dukungan tidur:
waktu tidur akibat faktor eksternal. - Pola tidur kembali normal 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
Faktor yang berhubungan : - Aktivitas kembali normal 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
 Hambatan lingkungan (mis: (fisik/psikologis)
kelembapan, lingkungan sekitar, suhu 3. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, 4. Modifikasi lingkungan (mis.
bau tidak sedap, jadwal Pencahayaan, kebisingan, suhu, dan
pemantauan/pemeriksaan/tindakan) tempat tidur)
 Kurang kontrol tidur 5. Tetapkan jadwal tidur rutin
 Kurang privasi 6. Fasilitasi menghilangkan setres
 Restraint fisik 7. Ajarkan teknik relaksasi
 Ketiadaan teman tidur Edukasi aktivitas/istirahat:
 Tidak familiar dengan peralatan tidur 1. Sediakan materi dan media pengaturan
aktivitas dan istirahat
2. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas
fisi/berolahraga
3. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis. Kelelahan, sesak nafas saat
aktivitas)
4. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai kemampuan
14

3. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan implementasi adalah membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
lain-lain. (Nursalam, 2009)

4. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan daridiagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tujuan evaluasi untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan
melihat respons klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan mengakhiri rencana asuhan
keperawatan, memodifikasi rencana asuhan keperawatan, meneruskan
rencana asuhan keperawatan. (Nursalam, 2009).
15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi
secara optimal. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa
tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah.
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak,yaitu
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region(BSR). RAS di
bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan
kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan
sensori raba, serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan
katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR
B. SARAN
Menggunakan hasil-hasil penelitian mengenai terapi non farmakologik untuk
mengatasi gangguan tidur, karena salah satu tugas perawat adalah membantu klien
memeuhi kebutuhannya, yang salah satunya adalah kebutuhan tidur.
16

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/352/3/15%20BAB%20II.pdf

http://irasuarilah-fkp.web.unair.ac.id/artikel_detail-205064-KEPERAWATAN
%20DASAR-KEBUTUHAN%20ISTIRAHAT%20TIDUR.html

http://repository.poltekeskupang.ac.id/1043/1/MENSI%20WOLA.pdf
17

Anda mungkin juga menyukai