BLOK 7 : Malnutrisi
“maramis oh Maramis”
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
Juni 2020
1. Pencegahan terjadinya malnutrisi
Jawab :
Pencegahan malnutrisi pada balita juga harus dimulai sejak janin masih berada
dalam kandungan karena pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita
tidak bisa terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Pencegahan
dapat dimulai dengan menjaga asupan ibu hamil selalu tercukupi sejak awal kehamilan
(Candra. 2017).
Setelah janin dilahirkan, pencegahan malnutrisi dilakukan dengan memberikan
ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja selama 6 bulan berturut-turut. Apabila pemberian
ASI eksklusif tidak memungkinkan karena berbagai alasan, maka bisa diganti atau
ditambah dengan susu formula. Namun sebaiknya diusahakan tetap memberikan ASI
eksklusif. Setelah usia bayi mencapai 6 bulan, selain ASI bayi harus segera diberikan
makanan pendamping ASI secara bertahap, disesuaikan dengan umur bayi. Pemberian
ASI tetap dilanjutkan sampai usia dua tahun (Candra, 2017).
Imunisasi harus diberikan secara rutin sejak usia 0 bulan. Imunisasi yang rutin
dan lengkap akan mencegah bayi terserang penyakit infeksi. Imunisasi dasar lengkap
adalah imunisasi yang sesuai dengan program pemerintah. Imunisasi juga harus diulang
supaya status kekebalan bayi tetap optimal. Selain imunisasi, bayi juga harus
mendapatkan suplementasi vitamin A karena kadar vitamin A dalam ASI tidak tinggi,
tidak bisa mencukupi kebutuhan. Pemerintah sudah membuat program suplementasi
vitamin A yang diberikan setiap bulan Februari dan Agustus (Candra, 2017).
Sumber ;
Candra.A.2017. Suplementasi Mikronutrien dan Penanggulangan Malnutrisi pada
Anak Usia di Bawah Lima Tahun (Balita). JNH(Journal of Nutrition and
Health) Vol.5 No.3. viewed on 13 agustus 2019.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/actanutrica/article/download/16293/11939
2. Klasifikasi dan perbedaan marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor
Jawab :
Jenis Tanda gejala Etiologi
malnutrisi
Marasmus Tipe marasmus ditandai dengan Marasmus adalah suatu bentuk
gejala tampak sangat kurus, wajah kurang kalori-protein yang
seperti orang tua, cengeng dan rewel berat. Penyebab utama
meskipun setelah makan, kulit marasmus yaitu asupan kalori
keriput yang disebabkan karena dan protein yang tidak
lemak di bawah kulit berkurang, memadai akibat diet yang tidak
perut cekung, rambut tipis, jarang cukup, atau adanya kelainan
dan kusam, tulang iga tampak jelas, metabolic dan malformasi
pantat kendur dan keriput (baggy kongenital (Liansyah.2015)
pant) serta iga gambang
(Liansyah.2015)
GEJALA KLINIS
Stunting pada anak akan terlihat dari perawakan anak yang kerdil saat mencapai
usia 2 tahun, atau lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya dengan jenis kelamin
yang sama. Selain pendek atau kerdil, anak yang mengalami stunting juga terlihat kurus.
Walaupun terlihat pendek dan kurus, tubuh anak tetap proporsional. Tetapi perlu diingat,
tidak semua anak yang pendek itu disebut stunting, yah.
Selain mengalami gangguan pertumbuhan, stunting pada anak juga memengaruhi
perkembangannya. Anak dengan stunting akan mengalami penurunan tingkat kecerdasan,
gangguan berbicara, dan kesulitan dalam belajar. Akibatnya, prestasi anak di sekolah
akan buruk. Dampak lebih jauh dari stunting adalah pada masa depan anak, di mana ia
akan sulit mendapatkan pekerjaan ketika dewasa.
Anak dengan stunting juga memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah,
sehingga lebih mudah sakit, terutama akibat penyakit infeksi. Selain itu, anak yang
mengalami stunting akan lebih sulit dan lebih lama sembuh ketika sakit. Stunting juga
memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak. Setelah dewasa, anak akan
rentan mengalami penyakit diabetes, hipertensi, dan obesitas.
Seluruh ciri-ciri anak stunting ini sebenarnya adalah dampak dari kurangnya
nutrisi, seringnya terkena penyakit, dan salahnya pola asuh pada 1000 hari pertama
kehidupan, yang sebenarnya dapat dicegah namun tidak dapat diulang kembali.
Tidak semua anak yang berperawakan lebih pendek mengalami stunting. Stunting
merupakan keadaan tubuh yang sangat pendek dilihat dari standar baku pengukuran
tinggi badan menurut usia berdasarkan standar WHO.
Menurut Kemenkes RI, balita pendek atau stunting bisa diketahui bila seorang balita
sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil
pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal.
Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak ini tergantung dari hasil pengukuran
tersebut. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa pengukuran.
Selain tubuh berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri lainnya yakni:
Pertumbuhan melambat
Pubertas terlambat
Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata
terhadap orang di sekitarnya
DIAGNOSIS
Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan cara
penilaian antropometri. Secara umum antropometri berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi unit z (Z- score).
Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat badannya dan
diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya
berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita
seumurnya. Penghitungan ini menggunakan standar Z score dari WHO.
Normal, pendek dan Sangat Pendek adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).
Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per
umur (TB/U).
a. Sangat pendek : Zscore < -3,0
b. Pendek : Zscore < -2,0 s.d. Zscore ≥ -3,0
c. Normal : Zscore ≥ -2,0 13
Dan di bawah ini merupakan klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator
TB/U dan BB/TB. 6
a. Pendek-kurus : -Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
b. Pendek-normal : Z-score TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
c. Pendek-gemuk : Z-score ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
MANAJEMEN TERAPI
Jika gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek
jangka pendek dan efek jangka panjang. Gejala stunting jangka pendek meliputi
hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, perkembangan otak yang tidak
maksimal yang dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal,
serta prestasi belajar yang buruk. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas,
penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Untuk mencegah stunting , konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan
tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat asupan protein 15
persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi
dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori. Anak usia 6
sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan.
Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat
badan.
Sumber :
Hardani, M., Zuraida, R. 2019. Penatalaksanaan Gizi Buruk dan Stunting Pada Balita
Usia 14 Bulan Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga. MEDULA. Vol 9 (3). Viewed
on 27 Aug 2020. From https://juke.kedokteran.unila.ac.id/
Aridiyah., et al. 2015. Factor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stuntung Pada Anak
Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol 3 (1). Viewed
on 27 Aug 2020. From <jurnal.unej.ac.id/>
World Health Organization. 2017. Nutrition. Stunting in a nutshell. Available from:
https://www.who.int/nutrition/healthygrowthproj_stunted_videos/en/
Scheffler C, Hermanussen M, Bogin B, et al. Stunting is not a synonym of malnutrition.
Eur J Clin Nutr 2019 May 29.
World Health Organization. 2018. Malnutrition. Available from:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition
UNICEF. Nutrition. Available from:
https://www.unicef.org/infobycountry/stats_popup2.html
Sumber :
Burton, J.L, et al. Oxford Concise Medical Dictionary. 7th ed. New York: Oxford
University; 2010 Press:524.
Mitra. 2015. Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah
Terjadinya Stunting. Jurnal Kesehatan Komunitas. Vol 2 (6). Viewed on 27 aug 2020.
From <jurnal.htp.ac.id>
Wardlaw G.M. et al, 2010. Contemporary Nutrition Issues and Insights. Mosby Year
Book