Anda di halaman 1dari 7

LEARNING OBJECTIVE

BLOK 4
TRAUMA
“TERJATUH DARI ATAP”

NAMA : SUKARSI ENDANG LESTARI


STAMBUK : N 101 18 108
KELOMPOK : 10 (SEPULUH)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019/2020
SKENARIO 6
TRAUMA
“TERJATUH DARI ATAP”
Seorang laki-laki usia 48 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah. Initial assessment kesan no life threatening. Pasien riwayat terjatuh
saat mengganti atap rumah ketinggian 5 m, saat jatuh selangkangan terbentur
balok kayu dan pinggul kiri terbentur beton. Setelah kejadian pasien masih
mampu berdiri, 6 jam kemudian pasien retensi urin disertai nyeri hebat perut
bagian bawah.
Pemeriksaan fisik tampak meatal bleeding dan butterfly hematom pada
skrotum dan perineum. Colok dubur floating prostat tidak ada. Dokter melakukan
pemeriksaan urethrocystography dan penatalaksanaan awal.
LEARNING OBJEKTIF
1. Interpretasi urethrocystography pada rupture?
Jawab:

2. Jelaskan mengenai rupture buli-buli, ruptur urethra anterior dan ruptur urethra
posterior!
Jawab:
a. Ruptur buli-buli
- Epidemiologi
Cedera intraperitoneal merupakan 25-45% dari seluruh trauma buli-
buli, sedangkan kejadian cedera buli-buli ekstraperitoneal kurang lebih
45-60% dari seluruh trauma buli-buli. Tidak jarang cedera buli-buli
intraperitoneal terjai bersama dengan cedera ekstraperitoneal (2-12%).
- Etiologi
Lebih kurang 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur
pelvis. Ruptur buli-buli dapat pula terjadi secara spontan, hal ini
biasanya terjadi jika sebelumnya terdapat kelainan pada dinding buli-
buli. Infeksi tuberculosis, tumor buli-buli, atau obstruksi infravesikal
kronis menyebabkan perubahan struktur otot buli-buli yang
melemahkan dinding buli-buli. Pada keadaan itu bisa terjadi ruptur
buli-buli spontan.
- Pathogenesis
Kandung kemih dilindungi dengan baik oleh tulang pelvis sehingga
ketika terjadi fraktur pelvis yang disebabkan oleh trauma tumpul maka
fragmen dari fraktur pelvis dapat mencederai kandung kemih dan
dapat terjadi ruptur ekstraperitoneal. Apabila terdapat urin yang
terinfeksi dapat mengakibatkan abses dalam pelvis dan infeksi pelvis
yang berat. Pada saat kandung kemih terisi penuh kemudian tiba-tiba
terjadi benturan atau pukulan langsung ke perut bagian bawah dapat
menyebabkan gangguan pada kandung kemih. Jenis gangguan
biasanya adalah gangguan intraperitoneal. Ruptur inraperitoneal terjadi
ketika ada pukulan atau kompresi pada perut bagian bawah pasien
dengan kandung kemih yang penuh sehingga menyebabkan
peningkatan mendadak tekanan intraluminal kandung kemih kemudian
menyebabkan pecahnya puncak yang merupakan bagian terlemah dari
kandung kemih. Puncak dari lengkungan kandung kemih ditutupi oleh
peritoneum, maka cedera yang terjadi di daerah ini akan menyebabkan
ekstravasasi intraperitoneal. Jika diagnosis segera ditegakkan dan jika
urin sudah steril, maka tidak ada gejala yang dapat ditemukan selama
beberapa hari, tetapi jika terdapat urin yang terinfeksi, maka akan
cepat berlanjut menjadi peritonitis dan akut abdomen.
- Klasifikasi
Cedera vesika urinaria diklasifikasikan menurut American Association
for the Surgery of Trauma (AAST) – Organ Injury Scale (OIS)
menjadi 5 grade
Grade (AAST) Jenis Cedera Deskripsi Kerusakan
I Hematoma Kontusio dan hematoma
Laserasi intramural
Laserasi sebagian dari dinding
buli-buli
II Laserasi Laserasi dari dinding
ekstraperitoneal buli-buli < 2 cm
III Laserasi Laserasi dari dinding
ekstraperitoneal > 2 cm atau
intraperitoneal < 2 cm
IV Laserasi Laserasi ekstraperitoneal > 2 cm
V Laserasi Laserasi intraperitoneal atau
ekstraperitoneal yang meluas ke
dalam kandung kemih leher atau
muara uretra trigonum.
Grade I Grade II

Grade III

Grade IV Grade V

- Diagnosis
a. Anamnesis: nyeri di daerah suprasimfisis, miksi bercampur darah
atau pasien tidak dapat miksi, fraktur pelvis, syok, hematoma
perivesika, tampak tanda sepsis dari suatu peritonitis atau abses
perivesika.
b. Pemeriksaan penunjang: sistografi, dengan memasukkan kontras
ke dalam buli-buli sebanyak 300-400 ml secara gravitasi (tanpa
tekanan) melalui kateter per-uretram. Jika didapat robekan pada
buli-buli, terlihat ekstravasasi kontras di dalam rongga perivesikal
yang merupakan tanda adanya robekan buli-buli intraperitoneal.
- Komplikasi
a. Pada cedera buli-buli ekstraperitoneal, ekstravasasi urine ke rongga
pelvis yang dibiarkan dalam waktu lama dapat menyebabkan
infeksi dan abses pelvis.
b. Pada cedera buli-buli intraperitoneal, jika tidak segera dilakukan
operasi dapat menimbulkan peritonitis akibat dari ekstravasasi
urine pada rongga intra-peritoneum.
c. Kedua cedera tersebut dapat menyebabkan sepsis yang dapat
mengancam jiwa.
d. Keluhan miksi.
- Tata laksana: tergantung dari jenis cedera,diantaranya;
a. Kontusio buli-buli, cukup dilakukan pemasangan kateter dengan
tujuan untuk memberikan istirahat pada buli-buli. Dengan cara ini
diharapkan buli-buli sembuh setelah 7-10 hari.
b. Pada cedera intraperitoneal harus dilakukan laparotomy untuk
mencari robekan pada buli-buli serta kemungkinan cedera pada
organ lain.
c. Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana (ektravasasi
minimal) dianjurkan untuk memasang kateter selama 7-10 hari,
tetapi sebagian ahli lain menganjurkan untuk melakukan penjahitan
buli-buli dengan pemasangan kateter sistostomi.
- Rujukan
SKDI: 3B Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.
b. Ruptur uretra anterior
- Epidemiologi
- Etiologi
- Pathogenesis
- Diagnosis
- Komplikasi
- Tata laksana
- Pemeriksaan penunjang
- Rujukan

c. Ruptur uretra posterior


- Epidemiologi
- Etiologi
- Pathogenesis
- Diagnosis
- Komplikasi
- Tata laksana
- Pemeriksaan penunjang
- Rujukan

Sumber:
Purnomo,B.B. 2015. Dasar-Dasar Urologi, edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.
Zaslau, S., Uzelac,P.S. 2010. SOAP Untuk Urologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai