Anda di halaman 1dari 2

Nama : I Gusti Agung Made Agung Dwipayana

NPM : 2201882010010

Dalam penerapan suatu materi ajar pastinya terdapat suatu kendala, baik kendala yang
dialami siswa maupun kendala yang dialami tenaga pendidik, semua kendala itu tentu harus kita
lewati demi tercapainya tujuan belajar yang sempurna. Serapan materi ajar kepada siswa diharapkan
tersalurkan sepenuhnya sehingga siswa mampu memahami dan menjawab tiap tantangan yang akan
mereka hadapi kelak. Tentu saja seorang tenaga pengajar harus memikirkan solusi-solusi apa saja
yang dapat meminimalisir kendala penerapan materi ajar kepada siswanya. Seperti halnya kendala
yang terdapat pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, terdapat beberapa kendala yang ada
pada pembelajaran Indonesia.

Dilansir dari journal yang diterbitkan Muhamad Alfi Khourman pada tanggal 2 Oktober 2021
yang berjudul tentang Analisis Hambatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
(file:///C:/Users/user/Downloads/kaling_leika,+Muhamad+Alfi+Khoiruman.pdf)

Diterangkan kendala yang dialami Guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah:

Kendala yang saya alami dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain saya tidak
mengerti dan memahami cara penggunaan media pembelajaran khususnya media berbasis IT.
Keterbatasan itulah yang menyebabkan pembelajaran hanya menggunakan metode konvensional
yaitu ceramah dan tanya jawab. Selain itu, saya berasumsi bahwa materi dalam bahasa Indonesia
bukanlah materi yang sulit, jadi saya lebih fokus pada mata pelajaran lain yang mengandung materi
yang sulit, seperti matematika dan IPA”. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan
oleh peneliti dengan guru kelas 5 diketahui banyak kendala yang dialami guru dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas 5 diantaranya : 1) Guru kurang dapat menggunakan fasilitas penunjang
pembelajaran berbasis IT untuk pembelajaran bahasa Indonesia, hal tersebut dikarenakan guru
hanya berorientasi pada pencapaian setiap kompetensi dasar dengan keterbatasan waktu yang ada;
2) Masih adanya anggapan guru bahwa pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mudah
sehingga tidak perlu dijadikan prioritas dalam penyampaian pembelajaran di kelas; 3) Guru lebih
cenderung fokus pada mata pelajaran lain. Sehingga dalam penyampaian materi pelajaran bahasa
Indonesia, guru hanya menyampaikan pokok-pokok dan menyampaikannya secara sekilas. Tentu hal
ini mengakibatkan pemahaman dan prestasi siswa pada pelajaran bahasa Indonesia rendah.

Sedangkan kendala yang dialami siswa adalah:

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa kelas V diketahui bahwa:
1) Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas 5 terlihat membosankan karena dalam
pembelajaran siswa hanya mendengarkan dan menerima apa yang disampaikan oleh guru; 2) Siswa
merasa belajar bahasa Indonesia sulit karena kurangnya guru dalam menjelaskan materi dalam
bahasa Indonesia dengan baik dan mendalam; 3) Guru kurang inovatif karena dalam deli Verifikasi
materi hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru belum bisa menggunakan
metode, model, atau media pembelajaran.

Menurut saya hasil penelitian dari artikel journal tersebut sesuai dengan kendala penerapan
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia saat ini. “Guru kurang dapat menggunakan fasilitas
penunjang pembelajaran berbasis IT untuk pembelajaran bahasa Indonesia”, pendapat ini sesuai
dengan realita saat ini. Sependapat dengan journal yang diterbitkan oleh Asnawati yang berjudul
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU UNTUK MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM
PROSES PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH SD NEGERI 63
PEKANBARU (file:///C:/Users/user/Downloads/3098-Article%20Text-8039-1-10-20190430.pdf),
berpendapat “Untuk penggunaan media yang lebih kreatif masih belum ada. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan guru dalam menggunakan media masih kurang. Dan ketersediaan media di sekolah
untuk suatu pembelajaran kurang mencukupi”. Masih banyak guru yang menggunakan metode
pembelajaran yang membosankan, murid tidak berpartisipasi langsung dalam proses pembelajaran,
murid hanya mendengar dan guru lah yang lebih aktif di dalam kelas, hal itu menyebabkan
kurangnya daya serap dan pemahaman siswa pada materi ajar kususnya pada materi pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai