Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “PAKAIAN TRADISIONAL
DAN MODERN JEPANG”.
kami Menyadari bahwa dalam proses penulisan Makalah ini masih banyak kekurangan,
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik oleh karena itu penulis dengan rendah hati dan dengan terbuka menerima
masukan, saran dan kritik dalam membuat makalah ini.
Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih dan selamat membaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
........................................................................................................................1
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
............................................................................................................3
B. TUJUAN

………………………...............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. ORIENTASI KURIKULUM
……………………………....................................................................4
B. JENIS ORIENTASI KURIKULUM
………………........................................................................4
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN .............................................................................................................
.....11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan
oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.[1] Penyusunan
perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama
waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem
pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan
pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh.
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa inggris yaitu kata curriculum yang
berarti rencana pelajaran (Echolz:1984). Kata Curriculum sendiri berasal dari kata "Currere yang
berarti berlari cepat, tergesa gesa, menjelajahi, menjalani, dan berusaha (Hassibuan:1979).
Dalam kamus Webster's tahun 1857, secara gamblang kurikulum diartikan sebagai rancangan
sejumlah mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa untuk naik kelas atau mendapatkan
ijazah (menyelesaikan studinya).
Menurut Soedijarto, kurikulum merupakan serangkaian pengalaman dan kegiatan belajar
yang direncanakan untuk diatasi oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan yang berwenang. Adapun di Indonesia, dalam
UU No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat (19), kontitusi menyatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun
sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan: peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia,
peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik. keragaman potensi daerah dan
lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional. tuntutan dunia kerja, perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agama, dinamika perkembangan global, dan persatuan
nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

B. TUJUAN
Mengetahui dan memahami orientasi kurikulum

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. ORIENTASI KURIKULUM
Orientasi pengembangan kurikulum diartikan sebagai sebuah arah atau pendekatan yang
memiliki penekanan tertentu pada suatu hal dalam mengembangkan kurikulum baik bagi para
pengembang kurikulum maupun para pelaksana di sekolah. Orientasi Pengembangan kurikulum
menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu :
1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya , hendak dibawa ke
mana siswa yang kita didik itu.
2. Pandangan tentang anak. Apakah anan dianggap sebagai organisme yang aktif atau pasif.
3. Pandangan tentang proses pembelajaran. Apakah proses pembelajaran itu dianggap sebagai
proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah prilaku.
4. Pandangan tentang lingkungan. Apakah lingkungan belajar harus dikelola secara formal,
atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.
5. Konsepsi tentang peran guru . Apakah guru harus berperan sebagai instruktur yang bersifat
otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi bimbingan dan bantuan
pada anak untuk belajar.
6. Evaluasi belajar. Apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau nontes.

B. JENIS KURIKULUM
Pada garis besarnya ada empat jenis orientasi kurikulum :
1. Kurikulum berdasarkan matapelajaran (Subject Centered)
Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang paling populer, paling
tua dan paling banyak digunakan. Dalam Subject centred design, kurikulum tersusun atas
sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-
pisah. Karena terpisah-terpisahnya itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject
curikulum. Disain kurikulum ini mengacu pada disiplin ilmu. Model pengembangan
kurikulum berdasarkan disiplin ilmu merupakan refleksi dari model orientasi posisi
transmisi. Pandangan posisi transmisi yang melandasi model ini antara lain fungsi
pendidikan untuk menyampaikan fakta-fakta, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa.
Desain jenis ini dapat dibedakan atas tiga desain, yaitu subject desain, disciplines design,
dan broadfields design.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu:
a. Matapelajaran terpisah-pisah (Separate Subject Curriculum)
Dalam subject centered, kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal
hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak
berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah
diperoleh generasi-generasi dahulu. Dengan demikian mereka lebih mudah dan lebih
cepat membekali diri untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupannya.
Kurikulum ini masih sangat umum dipakai dimana-mana karena banyak mengandung

4
keuntungan-keuntungan, namun banyak pula kelemahan-kelemahannya ditilik dari
sudut pendidikan modern. Keberatan-keberatan yang sering diajukan tentu saja
bertalian erat dengan pandangan seseorang mengenai pendidikan dan pengajaran.
Kelemahan-kelemahan kurikulum ini ialah:
a) Kurikulum ini memberikan matapelajaran yang lepas-lepas yang tidak
berhubungan satu dengan yang lain.
b) Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi
anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari.
c) Kurikulum ini menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampau dalam
bentuk yang sistematis dan logis. Sesuatu yang logis tidak selalu psikologis
ditinjau dari segi minat dan perkembangan anak.
d) Tujuan kurikulum ini terlampau batas.
e) Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berpikir.
f) Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman.

b. Matapelajaran gabungan (Correlated Curriculum)


Correlated  berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti
korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Pokok bahasan atau
sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang studi tersebut dapat
terjadi sebagai berikut:
a. Korelasi antar pokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis.
b. Korelasi antar pokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis.
c. Dapat pula beberapa matapelajaran disatukan (Broad Fields).

c. Pola pengelompokkan mata pelajaran serumpun (Broad Fields)


Broad Fields itu menyatukan beberapa matapelajaran yang berdekatan atau
berhubungan menjadi satu bidang studi. Beberapa Keuntungan dari Kurikulum-
kurikulum ini, ialah:
a. Korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid. Mereka
mendapat informasi mengenai suatu pokok tertentu tidak secara terpisah-pisah
dalam berbagai matapelajaran pada waktu yang berbeda-beda, akan tetapi
dalam satu pelajaran, dimana pokok itu disoroti dari berbagai disiplin
matapelajaran tertentu. Dengan demikian pengetahuan mereka tidak lepas-
lepas, melainkan bertautan, berpadu.
b. Minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan antara matapelajaran-
matapelajaran.
c. Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam, apabila didapat
penjelasan dari berbagai matapelajaran.
d. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas karena diperoleh pandangan
dari berbagai-bagai sudut dan tidak hanya dari satu matapelajaran saja.
e. Korelasi memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih
fungsional. Mereka mendapat kesempatan menggunakan pengetahuan dari
berbagai matapelajaran guna memecahkan suatu masalah.
f. Korelasi antara matapelajaran lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-
prinsip daripada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta

5
Kelemahan-kelemahan kurikulum-kurikulum ini ialah :
a. Tidak menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan kebutuhan
dan minat anak-anak serta dengan masalah-masalah yang hangat yang
dihadapi murid-murid dalam kehidupannya sehari-hari.
b. Tidak memberi pengetahuan yang sistematis serta mendalam mengenai
pelbagai matapelajaran.
c. Guru sering tidak menguasai pendekatan inter-disipliner.

2. Kurikulum yang mengutamakan peranan siswa (Student Centered)


Learned Centered Design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam,
menekankan perkembangan peserta didik. Pengembangan kurikulum ini sangat dipengaruhi
oleh Dewey, seperti berinteraksi sosial, keinginan bertanya, keinginan membangun makna,
dan keinginan berkreasi yang menekankan sifat-sifat alami anak dalam mengembangkan
kurikulum. Jenis desain ini dapat dibedakan atas activity (experience) design dan
humanistic design. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan, dan
tujuan peserta didik. Sebagai reaksi dan penyempurnaan terhadap kelemahan subject
centered design, ciri utama yang membedakan desain model ini dengan subject
centered yaitu: Learner centered design atau student centered mengembangkan kurikulum
dengan bertolak dari peserta didik dan bukan dari isi, Learner centered design bersifat non-
preplanned (kurikulum tidak diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama
antara dosen dengan peserta didik dalam penyelesaian tugas-tugas pendidikan. Desain
kurikulum ini dibedakan atas areas of living design dan core design.

Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu :


a. Kurikulum berpusat pada anak didik (Student centered)
Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta
didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar
mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik. Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu organisme yang punya
potensial untuk berbuat, berperilaku, belajar dan juga berkembang sendiri. Student
Centered bersumber dari konsep Rousseau menekankan perkembangan peserta didik.
Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta
didik. Ada variasi model ini, yaitu Activity atau Experience Centered
b. Kurikulum berpusat pada pengalaman (The Activity atau Experience Centered)
Beberapa ciri utama Activity atau Experience. Pertama, Struktur kurikulum
ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam mengimplementasikan ciri
ini guru hendaknya:a) Menemukan minat dan kebutuhan peserta didik, b) Membantu
para siswa memilih mana yang paling penting dan urgen. Kedua, karena struktur
kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik, maka kurikulum tidak
dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh guru dengan para siswa.
Ketiga, desain kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah.
Ada beberapa kelebihan dari kurikulum ini, yaitu:
a. Kegiatan pendidikan didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik. 

6
b. Pengajaran memperhatikan perbedaan individual. Mereka turut dalam
kegiatan belajar kelompok karena membutuhkannya, demikian juga kalau
mereka melakukan kegiatan individual.
c. Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan
pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah.
Ada beberapa kelemahan dari model disain kurikulum ini, yaitu:
a. Penekanan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik belum tentu cocok
dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan.
b. Kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum
tidak mempunyai pola dan struktur. Kedua kritik ini tidak semuanya benar,
sebab beberapa tokoh activity design telah mengembangkan struktur ini.

3. Kurikulum yang berorientasi pada tujuan (Goal Centered)


Desain kurikulum yang berorientasi tujuan adalah kurikulum berpusat pada tujuan (goal-
oriented) dan kurikulum berbasis kompetensi (competence-based)
a. Kurikulum yang berorientasi pada tujuan (Goal Oriented)
Masing-masing tujuan yang ada di bawahnya terkait secara langsung dengan
tujuan yang ada di atasnya. Penyusunan kurikulum dengan orientasi berdasarkan
tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan dicantumkan terlebih dahulu. Tujuan
pendidikan di Indonesia tertera pada GBHN. Atas dasar tujuan-tujuan yang telah ada,
selanjutnya ditetapkan pokok-pokok bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar,
yang kesemuanya itu diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Pengembangan kurikulum yang menganut pendekatan berorientasi pada tujuan ini
mendasarkan diri pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas
dari tujuan nasional sampai tujuan instruksional. Dalam hal ini kegiatan pertama
adalah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan dan dicapai
melalui kegiatan belajar mengajar mengajar. Tujuan-tujuan pendidikan yang
dirumuskan biasanya bersifat menyeluruh, mencakup aspek-aspek, mulai aspek
pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan maupun sikap. Dalam pengembangan semacam
ini yang menjadi persoalan adalah menentukan tujuan-tujuan atau harapan apa yang
diinginkan dari tercapainya hasil pembelajaran tersebut. Pengembangan kurikulum
yang semacam ini di Indonesia adalah kurikulum 1975. Berdasarkan tujuan yang
dirumuskan tersebut maka disusun atau diterapkanlah bahan pelajaran yang meliputi
pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan sehingga lebih terarah.
Adapun beberapa kelebihannya, yaitu :
a) Tujuan yang ingin dicapai sudah jelas dan tegas, sehingga bahan, metode,
jenis-jenis kegiatan juga jelas dalam menetapkannya. Karena telah ada tujuan-
tujuan yang jelas maka memudahkan penilaian- penilaian untuk mengukur
hasil kegiatan.
b) Hasil penilaian yang terarah akan mampu membantu para pengembang
kurikulum mengadakan perbaikan-perbaikan / perubahan-perubahan
penyesuaian yang diperlukan.

b. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based)


Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai,
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menetukan kesuksesan pencapaian

7
kompetensi dan pengembangan sistem pembelajaran. Sehubungan dengan itu
Depdiknas (2002) mengemukan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki
karakteristik sebagai berikut : 
a. Menekankan pada kecakapan kompetensi baik secara individu maupun
klasikal. 
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. 
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi. 
d. Sumber belajar bukan hanya pendidik tetapi juga sumber lain yang memenuhi
unsur edukatif.
Pengembangan KBK mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan model-
model kurikulum sebelumnya. Pertama, KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena
berangkat berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan
berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta
didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam
bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan
transfer pengetahuan (transfer of knowledge). 
Kedua, KBK boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,
kemampuan  memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek
kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi
tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang
berkaitan dengan ketrampilan.

4. Kurikulum Orientasi pada Masalah (Problem centered)


Problem Centered menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan
masyarakat. Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat dari
asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama. Dalam kehidupan
bersama ini manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan
bersama pula. Mereka berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan masalah-masalah
sosial yang mereka hadapi untuk meningkatkan kehidupan mereka.
Problem Centered menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Ada dua
variasi model desain kurikulum ini, yaitu:
a. Kurikulum yang berorientasi pada situasi hidup (Life Situations)
Life situations seperti Student Centered menekankan prosedur belajar melalui
pemecahan masalah. Ciri lain dari model desain ini adalah menggunakan pengalaman
dan situasi-situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari
bidang-bidang kehidupan.
Tiap pengalaman peserta didik sangat erat hubungannya dengan bidang-bidang
kehidupan sehingga dapat dikatakan suatu desain kurikulum bidang-bidang
kehidupan yang dirumuskan dengan baik akan merangkumkan pengalaman-
pengalaman sosial peserta didik. Dengan demikian, desain ini sekaligus menarik
minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam
masyarakat. 

8
Adapun beberapa kelebihan-kelebihannya dibandingkan dengan bentuk-bentuk
desain lainnya, yaitu:
a) Pemisahan antara subject dihilangkan oleh problema-problema kehidupan
social
b) Kurikulum diorganisasikan di sekitar problema-problema peserta didik dalam
kehidupan sosial, maka desain ini mendorong penggunaan prosedur belajar
pemecahan masalah
c) Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang fungsional
d) Motivasi belajar datang dari dalam diri peserta didik, tidak perlu dirangsang
dari luar.
Adapun beberapa kelemahan-kelemahannya, yaitu:
a) Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sangat
esensial (penting) sangat sukar, timbul organisasi isi kurikulum yang berbeda-
beda.
b) Kurangnya integritas dan kontinuitas organisasi isi kurikulum.
c) Mengabaikan warisan budaya.
d) Guru maupun buku dan media lain tidak banyak yang disiapkan.

b. Kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi sosial (Social Reconstruction)


Kurikulum ini lebih menekankan pada problem-problem yang dihadapi murid
dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi kurikulum ini mengemukakan bahwa
pendidikan bukanlah upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja
sama. Interaksi itu terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan
orang dilingkungannya dan sumber-sumber belajar lainnya. Dengan kerja sama
semacam ini, siswa dapat berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
dalam masyarakat dapat menjadi masyarakat yang lebih baik.
Kurikulum rekonstruksi sosial ini adalah model kurikulum yang lebih
memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat.
Melalui interaksi dan kerja sama antara guru dan peserta didik berusaha memecahkan
problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan
masyarakat yang lebih baik. Kelemahan dari kurikulum rekonstruksi sosial adalah
sukar diterapkan dan kemampuan siswa berbeda-beda.
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini :
a) Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para siswa
pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang
dihadapi manusia.

9
b) Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan pada
masalah-masalah sosial yang mendesak.
c) Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi
kurikulum disusun seperti sebuah roda, masalah sebagai tema utama terletak
pada poros untuk dibahas secara pleno, tema utama tersebut dijabarkan dalam
topik-topik yg dibahas secara berkelompok.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Orientasi kurikulum adalah suatu pendekatan tertentu yang digunakan untuk mencapai tujuan
dalam pelaksanaan kurikulum. Orientai pengembangan kurikulum memiliki enam aspek, yaitu
tujuan pendidikan, pandangan terhadap anak, pandangan terhadap proses pembelajaran,
pandangan terhadap lingkungan, konsepsi tentang peranan guru, dan evaluasi belajar. Jenis
orientasi atau pendekatan itu sendiri ada 4, yaitu :
1. Subject centered, kurikulum yang tersusun atas sejumlah mata pelajaran tertentu dan
diajarkan secara terpisah. Disain kurikulum ini mengacu pada disiplin ilmu. Model
pengembangan kurikulum berdasarkan disiplin ilmu merupakan refleksi dari model orientasi
posisi transmisi. Pandangan posisi transmisi yang melandasi model ini antara lain fungsi
pendidikan untuk menyampaikan fakta-fakta, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa.
2. Student centered, student centered mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta
didik dan bukan dari isi, Learner centered design bersifat non-preplanned (kurikulum tidak
diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara dosen dengan peserta
didik dalam penyelesaian tugas-tugas pendidikan. Orientasi ini memiliki beberapa jenis,
yakni kurikulum yang berpusat pada peserta didik dan kurikulum yang berpusat pada
pengalaman.
3. Goal oriented, Desain kurikulum yang berorientasi tujuan adalah kurikulum berpusat pada
tujuan (goal-oriented) dan kurikulum berbasis kompetensi (competence-based).
Pengembangan kurikulum yang menganut pendekatan berorientasi pada tujuan ini
mendasarkan diri pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas dari
tujuan nasional sampai tujuan instruksional. Pengembangan KBK mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan model-model kurikulum sebelumnya. Karakteristik KBK antara
lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi
untuk menetukan kesuksesan pencapaian kompetensi dan pengembangan sistem
pembelajaran.
4. Problem centered, kurikulum yang berorientasi pada masalah ini memiliki pengertian bahwa
kurikulum harus dijalankan sesuai dengan masalah yang ada di masyarakat, kebutuhan
masyarakat, situasi hidup dan keadaan sosial masyarakat.
Dalam kurikulum baik jenis, bentuk, fungsi dan orientasinya selalu memiliki keterkaitan
yang tidak bisa dipisahkan antara satu sama lain. Yang menjadi pokok utama yaitu bagaimana
guru dan pihak sekolah sebagai pengembang kurikulum mampu menerapkan kesemua hal
tersebut dengan benar selaras dengan hal yang telah dikemukakan untuk menunjang pencapaian
tujuan pendidikan.

11

Anda mungkin juga menyukai