Dosen Pengampu:
Tidak hanya itu saja, (dalam Syafril dan Zen dan Zelhendri, Syafril, 2017:192 dalam bukunya
yang berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”) juga dijelaskan mengenai prinsip-prinsip
kurikulum 1975. Adapun prinsip-prinsipnya yaitu: a).Prinsip fleksibilitas program, b).Prinsip
efisiensi dan efektivitas, c).Prinsip berorientasi pada tujuan, dan d).Prinsip kontiunitas, dan
e).Prinsip pendidikan seumur hidup.
a. Prinsip fleksibilitas program
Penyelenggaraan pendidikan keterampilan pada setiap program harus
mengingat factor-faktor ekosistem dan kemampuan pemerintah, masyarakat,
serta orangtua untuk menyediakan dana bagi kelansungan bidang studi tersebut.
b. Prinsip efisiensi dan efektivitas
Yang dimaksud dengan prinsip efesiensi adalah efisiensi dalam
penggunaan waktu, pendayagunaan dana, dan tenaga secara optimal. Waktu
murid-murid belajar di sekolah hanya enam jam sehari. Waktu jam pelajaran
yang tersedia hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Didalam
menetapakan pelajaran harus pula dipertimbangkan bahwa murid tersebut
mempunyai batasan-batasan kesanggupan untuk memusatkan pikiran sebab
kalau mereka sudah terlalu lelah, pikiran dan perhatian kurang terpusat.
Akibatnya membuang-buang tenaga dan waktu. Jadi, hasil belajar mereka
kurang memuaskan. Dengan kata lain, proses belajar mereka lakukan tidak
berjalan secara efekif.
c. Prinsip berorientasi pada tujuan
Kurikulum 1975 berorientasi kepada tujuan mulai dari tujuan yang sangat
umum sampai kepada tujuan yang khusus. Hirearki tujuan menurut kurikulum
1975 yaitu:
1) Tujuan umum ialah tujuan pendidikan nasional
2) Tujuan instruksional adalah tujuan untuk setiap lembaga tingkatan
pendidikan, seperti tujuan SD, SLTP, dan SLTA.
3) Tujuan kurikuler adalah tujuan untuk setiap bidang studi seperti tujuan
mata pelajaran bahasa Indonesia, PMP, PSPB, IPA.
4) Tujuan instruksional adalah tujuan setiap pokok bahasan (satuan
bahasa). Contoh: pada bidang studi keterampilan, murid dapat
menjelaskan cara mengolah tanah.
d. Prinsip kontiunitas
GBHN menyatakan, pendidikan adalah proses yang berlansung seumur
hidup. Sekolah dasar dan sekolah menengah ,(pertama dan atas) adalah
sekolah-sekolah umum, yang masing-masing fungsinya dinyatakan dalam
tujuan instruksional. Namun, kurikulum satu jenjang pendidikan dengan yang
di atasnya berhububungan secar hierarkis (hubungan vertical). Oleh karena itu,
dlaam menyusun kurikulum, ketiga jenjang sekolah tersebut hendaknya selalu
dihubungkan secar hierarkis dan fungsional.
Bagi suatu bidang pelajaran yang menganut pendekatan spiral, seperti
pelajaran sejarah atau kewarganegaraan, perluasan, dan pendalaman suatu
pokok bahasan dari tingkat pendidikan satu tingkat ketingkat berikutnya harus
disusun secara beraencana dan sistematis.
Garis-Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) yang disusun untuk
setiap bidnag studi diajarakan secara integral dangan maksud agar jelas
perbedaan antara pokok bahasan yang kelihatannya sama, diberikan di SD dan
SLTP.
e. Prinsip pendidikan seumur hidup
Pendidikan yang diterima anak disekolah memberikan dasar/bekal
untuk belajar seumur hidup, sehingga memungkinkan seseorang meningkatkan
pengertahuan, keterampilan, serta pengembangan potensi-potensinya sesuai
dengan kebutuhan kehidupannya.
3.Kurikulum 1984
Salah satu upaya perbaiakan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilakukan
melalui perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah dalam lingkungan Departemen
P dan K. Perbaikan kurikulum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0461/U/1983 tanggal 23 Oktober 1983.
(dalam Syafril dan Zen dan Zelhendri, Syafril, 2017:192 dalam bukunya yang berjudul
“Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”) dijelaskan ada empat karakteristik kurikulum 1984 yaitu : a).
Landasan pengembangan, b). Prinsip pengembangan, c). Kegiatan kurikulum, dan d).
Pendekatan dalam proses belajar mengajar.
a). Landasan pengembangan
yang termasuk kedalam landasan pengembangan yaitu:
1. Nilai dasar (basic value)sebgai landasan pengembangan kuikulum ini adalah pancasila
dan UUD 1945. Karena pancasila merupakan asas dan dasar negara bangsa kita, maka
setiap upaya pembenahan kurikulum harus bersumber pada pancasila.
2. Fakta empiris dapat dicari dari sumber ketentuan yang berlaku (GBHN), hasil
penelitian dan pengembangan, dan hasil penilaian kurikulum.
3. Segi teroritis berarti pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan adanya
perkembangan, teori-teori ilmu pengertahuan dan teknologi.
b). Prinsip pengembangan
yang termasuk kedalam Prinsip pengembangan yaitu:
1. Prinsip relevansi mengacu pada upaya penyesuian kurikulum dengan kebutuhan anak
dan lingkungan, baik fisik maupun sosial.
2. Pendekatan pengembangan (developmental approach) mengharuskan adanya penilian
kurikulum perlu dilakukan secara terus-menerus. Hasil penelitian tersebut
mengarahkan pada perbaikan terus-menerus yang diadakan, sementara kurikulum
diterapakan.
3. Perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan dan berubah.
Pendidikan perlu memperhatikan hal itu. Dalam mengahadapi hidup digunakan sebagai
prinsip pengembangan pendidikan seumur hidup.
4. Pengembangan kurikulum mendasarkan diri pada suatu prinsip keluwesan, mengingat
situasi, kondisi, dan kebutuhan yang berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa perangkat
program kurikulum perlu disesuaikan oleh pelaksanaaanya menurut keadaan setempat.
5. Guna tercapai tujuan secara tepat digunkan prinsip efektivitas.
2.Dana
Kebutuhan dana untuk penyelenggaraan pendidikan semakin meningkat, karena biaya
pendidikan semakin mahal. Keadaan seperti ini logis saja, karena pembaruan-pembaruan
yang dilakukan butuh dana baru atau tambahan terhadap alokasi dana sebelumnya. Hal ini
berkaitan pula dengan nilai mata uang.Tingkat inflasi yang semakin tinggi memerlukan
penyesuaian di bidang pendanaan tersebut.
3.PendidikanNonformal
Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang didirikan dan dikelola oleh
masyarakat sebagai lembaga pendidikannya. Awalnya berstatus swasta, kemudian ada yang
dikelola oleh pemerintahan dan masyarakat.
Pendidikan non formal yang dikelola oleh masyarakat(dibawah pengawasan
pemerintah), maju pesat pula. Contoh, kursus mengetik(dahulu Bond A dan B)sekarang
sudah disesuaikan dengan kebutuhan masakini seperti khusus computer dan internet. Sifatnya
tidak terikat pada kurikulum seperti pada pendidikan formal, pendidikan non formal ini
berkembang pesat baik jenis maupun kualitasnya.
C.Pembaruan Pendidikan.
Yang termasuk kepada pembaharuan pendidikan yaitu:
1.SD Pamon
Proyek ini merupakan pendidikan bersama antara pemerintah Indonesia dan Innotech,
lembaga yang didirikan oleh Badan Kerjasama Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia
Tenggara.Dikalangan organisasi menteri pendidikan Negara-negara Asia Tenggara (South East
Asian Ministers Education Organisation atau Seameo) proyek ini dikenal dengan istilah Impact
(Instruction of Management by Parent Communyti and Teachers).
Pamong adalah singkatan dari Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua, dan
Guru.Proyek ini diujicobakan di tingkat sekolah dasar pada Kecamatan Kabakramat
(Kelurahan Alistimo, Banjarharjo, Malang-gaten, dan Kebak) di kabupaten Karang Anyar,
Solo.
Jadi dengan sistem Pamong ini anak/siswa dapat belajar sendiri dengan
bimbingan tutor, atau anggota masyarakat serta bimbingan orangtua.Pengajaran
yang diberikan memperhatikan kesanggupan anak.
2.SD Kecil
1) Ciri-ciri
Ciri-ciri SMPT sebagai berikut :
a. Terbuka bagi siswa tanpa pembatasan umur dan tanpa syarat-syarat
akademis yang ketat.
b. Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal,
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat
praktis, insidential dan perorangan.
c. Terbuka dalam proses belajar mengajar tidak selalu diselenggarakan di
ruang kelas secara tatap muka, melainkan dapat juga melalui media,
seperti radio, media cetak, kaset, slide, model dan gambar-gambar.
d. Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu yang
tersedia oleh siswa.
e. Terbuka dalam mengelola sekolah.
2) Tujuan
Tujuan SMPT sama dengan tujuan pendidikan umum SMP yaitu agar lulusan:
a. Menjadi warga Negara yang baik sebagai menusia yang utuh, sehat dan
kuat, lahir dan batin.
b. Menguasai hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan di Sekolah Dasar.
c. Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajarannya ke sekolah lanjutan
atas dan untuk terjun ke masyarakat.
d. Meningkatkan disiplin siswa.
e. Menilai kemajuan siswa dan memantapkan hasil pelajaran dengan
media.
F .Kurikulum SMPT merupakan kurikulum SMP 1975.Bidang studinya
Bahasa Indonesia, Pendidikan Moral Pencasila, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Inggris, Agama,
Keterampilan, Olah Raga dan Kesehatan.
g. Kewajiban siswa adalah mengikuti belajar perorangan, kelompok, tatap
muka, dan belajar melalui pengalaman langsung, serta mengikuti Evaluasi
Belajar Tahap Akhir (EBTA).
h. Tenaga pengajar terdiri dari guru Pembina dan guru pembimbing yang
diambil dari masyarakat setempat.
4.SMA Terbuka
Perintisan SMU Terbuka dilakukan dengan tujuan memberikan kesempatan belajar
bagi lulusan SLTP/MTs yang karena berbagai kendala sosial ekonomi, geografis, waktu, dan
lainnya maka tidak/belum dapat mengikuti pendidikan pada tingkat SLTA. Pada tahun 2001
dilakukan pemantapan perintisan SMU Terbuka dengan melibatkan unsur pemerintah dearah
dan unsur dinas pendidikan kabupaten/kota. Perintisan SMU Terbuka dilandasi oleh kerangka
konseptual yang cukup matang baik dari segi teori, filsafat, pola pembelajaran, pola
kelembagaan, maupun sistem jaminan kualitasnya (quality assuranrea).
3.Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah suatu pendekatan yang mengacu kepada bagaimana siswa , dan
apa yang ia pelajari. Pada dasarnya keterampilan proses sama dengan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA), karena dalam pelaksanaan menuntut siswa agar aktif. Namun, ditekankan pada proses
berpikir sendiri dengan keterampilan masing-masing siwa. Adapun tujuan dari keterampilan
proses yaitu bertujuan untuk memberikan keterampilan praktis yang aka dihadapi setiap orang
dalam kehidupan, sekaligus untuk mengembangkan pemahamannnya tentang konsep yang
dipelajarinya.
Yang termaksud kepada karakteristik ketarmpilan proses yaitu:
a) Mengajak para guru serta pembina pendidikan untuk turut aktif dalam mengembangkan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
b) Mondorong siswa untuk melihat dan memecahkan masalah-masalah yang dirasakan
bersama dalam rangka mengembangkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
c) Menyiapkan situasi yang mengiringi siswa untuk bertanya, mengamati, bereksperimen,
serta menemukan fakta dan konsep sendiri.