Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH

DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Meldi Ade Kurnia Yusri, S.T.,M.Pd.T.

Nama: Fahri Rahman


NIM: 21086358

Prodi/ Jurusan PENJASKESREK


Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)

Universitas Negeri Padang (UNP)


A. Perubahan Kurikulum
Pengertian Kurikulum
1. Kurikulum dalam arti sempit atau tradisional Dalam arti sempit atau tradisional, kurikulum
sebagai a course, as a specific fixed course of study, as in school or college, as one leading to
a degree. Dalam pengertian ini, kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di
perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat. Carter V.
Good mengemukakan pengertian kurikulum adalah asystematic group of course or subject
required for graduation in major field of study. Kurikulum merupakan sekumpulan mata
pelajaran atau sekwens yang bersifat sistematis yang diperlukan untuk lulus atau mendapatkan
ijazah dalam bidang studi pokok tertentu. Robert Zaiz berpendapat curriculum is a resources
of subject matters to be mastered. Kurikulum adalah serangkaian mata pelajaran yang harus
dikuasai. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang disajikan guru kepada siswa untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat.
Pengertian kurikulum ini, saat sekarang, sama dengan “rencana pelajaran di sekolah, yang
disajikan guru kepada murid.” Arieh Levy mengemukakan, kurikulum semacam ini, tidak lebih
dari daftar singkat mengenai sasaran dan isi pendidikan yang diajarkan di sekolah atau program
silabus atau pokok bahasan yang akan diajarkan. Dalam hubungan ini, Paul Langrand
mengemukakan, kurikulum seperti di atas mempunyai kaitan hanya sedikit pada kehidupan,
terlepas dari kenyataan yang konkret, sehingga terjadi jurang antara pengalaman dan
pendidikan, dan tidak adanya segala macam bentuk tanya jawab atau keikut-sertaan murid di
dalam proses pendidikan.
2. Kurikulum dalam arti luas atau modern Kurikulum dalam pengertian ini bukan sekedar
sejumlah mata pelajaran, tetapi mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas. Yakni, sesuatu
yang nyata terjadi dalam proses pendidikan. Pendapat para ahli di bawah ini mencerminkan
pengertian kurikulum di atas, antara lain: 1) Ronald Doll mengemukakan bahwa kurikulum ...
all the experiences which are offered to learners under the auspices or direction of the school.
Kurikulum meliputi semua pengalaman yang disajikan kepada murid di bawah bantuan atau
bimbingan sekolah. William B. Ragan mengartikan kurikulum ... all the experiences of children
for which the school accepts responsibility. Kurikulum adalah semua pengalaman murid di
bawah tanggung jawab sekolah. Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty mendefinisikan
kurikulum all of the activities that are provided for student by the school constitute, its
curriculum. Kurikulum adalah segala kegiatan yang dilaksanakan sekolah bagi murid-murid.
Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan, kurikulum adalah semua pengalaman,
kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau guru.
Pengertian kurikulum ini memberikan implikasi pada program sekolah bahwa semua kegiatan
yang dilakukan murid dapat memberikan pengalaman belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
meliputi kegiatan di dalam kelas. Misalnya, kegiatan dalam mengikuti proses belajar mengajar
(tatap muka), praktek keterampilan, dan sejenisnya, atau kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan
pramuka, wisata karya, kunjungan ke tempattempat wisata/sejarah, peringatan hari-hari besar
nasional dan keagamaan, dan sejenisnya. Bahkan, semua kegiatan yang berhubungan dengan
pergaulan antara murid dengan guru, murid dengan murid, murid dengan petugas sekolah, dan
pengalaman hidup murid sendiri. Tegasnya, pengertian kurikulum ini mengandung cakupan
yang luas, karena meliputi semua kegiatan murid, pengalaman murid, dan semua pengaruh,
baik fisik maupun non fisik terhadap pertumbuhan dan perkembangan murid. Kurikulum dalam
pengertian rencana belajar bersamaan arti dengan pengajaran. Artinya, kurikulum itu banyak
berkaitan dengan rencana dan cita-cita yang ingin dicapai, sedangkan pengajaran terletak pada
perwujudan atau pelaksanaan rencana itu dalam kegiatan belajar-mengajar. Itulah sebabnya,
pengembangan kurikulum sama artinya dengan pengembangan pengajaran. Perbedaan
kurikulum dengan pengajaran terletak bukan pada implementasinya, melainkan pada keluasan
cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan tujuan, isi, dan metode yang lebih luas, sedangkan
yang lebih sempit menjadi tugas pengajaran. Dengan kata lain, kurikulum berhubungan dengan
apa yang ingin dicapai (tujuan), sedangkan pengajaran berkaitan dengan bagaimana mencapai
tujuan itu (prosedur).
1.kurikulum 1968
Kurikulum pada periode Orde Lama (sebelum 1966) masih dalam mancari bentuk yang
khas nasional. Sejak merdeka hingga ditetapakn UU No.4 Tahun 1950 tentang pendidikan di
sekolah, pendidikan kita masih ada pada tahap penyempurnaan kurikulum masa penjajahan
(Belanda dan Jepang). Sejarah (pendidikan) mencatat bahwa pada era Orde Lama (tahun 1950-
1965) materi pelajaran yang utama adalah tujuh bahn pokok (indokrinasi). Kurikulum secara
keseluruhan terus dibenahi sehingga lahirlah kurikulum pertama dalam system pendidikan di
negara RI ini, dikenal dengan kurikulum terurai (separated subject matter curriculum), karena
mata pelajarannya banyak tetapi satu sama lain terpisah-pisah.
2.kurikulum 1975
Kurikulum 1975 disetujui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara
nasional dilaksanakan bertahap mulai tahun pengajaran 1976, dengan catatan bahwa bagi
sekolah-sekolah yang menurut penilaian kepala perwakilan telah mampu, diperkenalkan
melaksanakannya mulai tahun 1975.
(dalam dalam Syafril dan Zen, Zelhendri Syafril, 2017:190 dalam bukunya yang berjudul
“Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”) dijelakan ada delapan cirri-ciri khusus kurikulum 1975 yaitu:
a) Mengatur pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Setiap guru harus mengetahui
dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh setiap murid didalam menyusunan rencana
kegiatan belajar mengajar dan membimbing murid untuk melaksanakan rencana
tersebut.
b) Menganut pendekatan yang integrative, dalam arti setiap pelajaran dan bidnag pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang tercapainya tujuan yang lebih akhir.
c) Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum ini bukan hanya dibebankan kepada
bidang pelajaran Pendidikan Moral Pancasila didalam pencapainnya, melainkan juga
kepada bidang pelajaran ilmu pengetahuan sosial (sejarah, geografi, dan ekonomi) dan
pendidkan agama.
d) Kurikulum ini menekankan pada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana, daya, dan
waktu yang tersedia. Jam-jam sekolah hendaknya dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak mungkin dicapai diluar situasi sekolah
(guru-murid, serta fasilitas dan media pendidikan).
e) Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan program pelajaran yang
dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
f) Organisasi pelajaran meliputi bidang-bidang studi, agama, bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan sosial, kesenian, olahraga dan kesehatan, keterampilan, di samping Moral
Pancasila, yang tujuannya untuk mencapai sinkronisasi dan integritas pelajaran-
pelajaran yang sekelompok.
g) Pendekatan dalam strategi pelajaran memandang situasi belajar mengajar sebagai suatu
sitem yang meliputi komponen-komponen tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, alat
pembelajaran, alat evaluasi, dan metode pembelajaran.
h) System evaluasi, dilakukan penilaian kepada murid-murid pada setiap akhir satuan
pembelajaran terkecil dan memperhitungkan nilai-nilai yang dicapai murid-murid pada
setiap akhir satuan pembelajaran.

Tidak hanya itu saja, (dalam Syafril dan Zen dan Zelhendri, Syafril, 2017:192 dalam bukunya
yang berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”) juga dijelaskan mengenai prinsip-prinsip
kurikulum 1975. Adapun prinsip-prinsipnya yaitu: a).Prinsip fleksibilitas program, b).Prinsip
efisiensi dan efektivitas, c).Prinsip berorientasi pada tujuan, dan d).Prinsip kontiunitas, dan
e).Prinsip pendidikan seumur hidup.
a. Prinsip fleksibilitas program
Penyelenggaraan pendidikan keterampilan pada setiap program harus
mengingat factor-faktor ekosistem dan kemampuan pemerintah, masyarakat,
serta orangtua untuk menyediakan dana bagi kelansungan bidang studi tersebut.
b. Prinsip efisiensi dan efektivitas
Yang dimaksud dengan prinsip efesiensi adalah efisiensi dalam
penggunaan waktu, pendayagunaan dana, dan tenaga secara optimal. Waktu
murid-murid belajar di sekolah hanya enam jam sehari. Waktu jam pelajaran
yang tersedia hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Didalam
menetapakan pelajaran harus pula dipertimbangkan bahwa murid tersebut
mempunyai batasan-batasan kesanggupan untuk memusatkan pikiran sebab
kalau mereka sudah terlalu lelah, pikiran dan perhatian kurang terpusat.
Akibatnya membuang-buang tenaga dan waktu. Jadi, hasil belajar mereka
kurang memuaskan. Dengan kata lain, proses belajar mereka lakukan tidak
berjalan secara efekif.
c. Prinsip berorientasi pada tujuan
Kurikulum 1975 berorientasi kepada tujuan mulai dari tujuan yang sangat
umum sampai kepada tujuan yang khusus. Hirearki tujuan menurut kurikulum
1975 yaitu:
1) Tujuan umum ialah tujuan pendidikan nasional
2) Tujuan instruksional adalah tujuan untuk setiap lembaga tingkatan
pendidikan, seperti tujuan SD, SLTP, dan SLTA.
3) Tujuan kurikuler adalah tujuan untuk setiap bidang studi seperti tujuan
mata pelajaran bahasa Indonesia, PMP, PSPB, IPA.
4) Tujuan instruksional adalah tujuan setiap pokok bahasan (satuan
bahasa). Contoh: pada bidang studi keterampilan, murid dapat
menjelaskan cara mengolah tanah.
d. Prinsip kontiunitas
GBHN menyatakan, pendidikan adalah proses yang berlansung seumur
hidup. Sekolah dasar dan sekolah menengah ,(pertama dan atas) adalah
sekolah-sekolah umum, yang masing-masing fungsinya dinyatakan dalam
tujuan instruksional. Namun, kurikulum satu jenjang pendidikan dengan yang
di atasnya berhububungan secar hierarkis (hubungan vertical). Oleh karena itu,
dlaam menyusun kurikulum, ketiga jenjang sekolah tersebut hendaknya selalu
dihubungkan secar hierarkis dan fungsional.
Bagi suatu bidang pelajaran yang menganut pendekatan spiral, seperti
pelajaran sejarah atau kewarganegaraan, perluasan, dan pendalaman suatu
pokok bahasan dari tingkat pendidikan satu tingkat ketingkat berikutnya harus
disusun secara beraencana dan sistematis.
Garis-Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) yang disusun untuk
setiap bidnag studi diajarakan secara integral dangan maksud agar jelas
perbedaan antara pokok bahasan yang kelihatannya sama, diberikan di SD dan
SLTP.
e. Prinsip pendidikan seumur hidup
Pendidikan yang diterima anak disekolah memberikan dasar/bekal
untuk belajar seumur hidup, sehingga memungkinkan seseorang meningkatkan
pengertahuan, keterampilan, serta pengembangan potensi-potensinya sesuai
dengan kebutuhan kehidupannya.
3.Kurikulum 1984
Salah satu upaya perbaiakan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilakukan
melalui perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah dalam lingkungan Departemen
P dan K. Perbaikan kurikulum dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0461/U/1983 tanggal 23 Oktober 1983.
(dalam Syafril dan Zen dan Zelhendri, Syafril, 2017:192 dalam bukunya yang berjudul
“Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”) dijelaskan ada empat karakteristik kurikulum 1984 yaitu : a).
Landasan pengembangan, b). Prinsip pengembangan, c). Kegiatan kurikulum, dan d).
Pendekatan dalam proses belajar mengajar.
a). Landasan pengembangan
yang termasuk kedalam landasan pengembangan yaitu:
1. Nilai dasar (basic value)sebgai landasan pengembangan kuikulum ini adalah pancasila
dan UUD 1945. Karena pancasila merupakan asas dan dasar negara bangsa kita, maka
setiap upaya pembenahan kurikulum harus bersumber pada pancasila.
2. Fakta empiris dapat dicari dari sumber ketentuan yang berlaku (GBHN), hasil
penelitian dan pengembangan, dan hasil penilaian kurikulum.
3. Segi teroritis berarti pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan adanya
perkembangan, teori-teori ilmu pengertahuan dan teknologi.
b). Prinsip pengembangan
yang termasuk kedalam Prinsip pengembangan yaitu:
1. Prinsip relevansi mengacu pada upaya penyesuian kurikulum dengan kebutuhan anak
dan lingkungan, baik fisik maupun sosial.
2. Pendekatan pengembangan (developmental approach) mengharuskan adanya penilian
kurikulum perlu dilakukan secara terus-menerus. Hasil penelitian tersebut
mengarahkan pada perbaikan terus-menerus yang diadakan, sementara kurikulum
diterapakan.
3. Perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan dan berubah.
Pendidikan perlu memperhatikan hal itu. Dalam mengahadapi hidup digunakan sebagai
prinsip pengembangan pendidikan seumur hidup.
4. Pengembangan kurikulum mendasarkan diri pada suatu prinsip keluwesan, mengingat
situasi, kondisi, dan kebutuhan yang berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa perangkat
program kurikulum perlu disesuaikan oleh pelaksanaaanya menurut keadaan setempat.
5. Guna tercapai tujuan secara tepat digunkan prinsip efektivitas.

c). Kegiatan kurikulum


yang termasuk kedalam Kegiatan kurikulum yaitu:
1. Ada tiga bentuk kegiatan kurikuler yaitu : intrakulikuler, kokurikuler, dan
ekstrakulikuler. Kegiatan ini sangat penting artinya bagi kegiatan belajar mengajar,
penilaian, dan system kredit.
2. Kegiatan intrakulikuler dilaksanakan sesuai dengan struktur program. Pelaksanaanya
di sekolah dan seluruh kegiataannya.
3. Kegiatan kokulikuler di luar struktur program. Tujuannya untuk memberikan perluasan
dan pengalaman terhadap apa yang telah dipelajarinya dalam kegiatan intrakulikuler.
4. Kegiatan ektrakulikuler terutama ditunjukkan untuk keperluan pembinaan bakar dan
prestasi siswa.

d). Pendekatan dalam proses belajar mengajar


proses Belajar Mengajar (PBM) adalah pendekata keterampilan proses yang
diwujudkan dalam bentuk Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pada dasarnya pendekatan ini
memberikan penekanan yang sama beratnya bagi proses belajar dengan hasil belajar. Dengan
demikian, proses belajar mengajar lebih banyak mengacu pada bagaimana seseorang belajar,
selain apa yang dia pelajari tanpa mengabaikan ketuntasan belajar dengan memperhatikan
kecepatan belajar siswa.
4.Kurikulum 1994.
Untuk memperbaiki kurikulum mutu pendidikan selam pemerintahan Orde Baru, antara
lain dilaksanakan berbagai upaya perbaikan kurikulum. Dimulai dari kurikulum 1968,
kurikulum 1984, kurikulum 1994 yang disempurnakan, disederhanakan, dan disesuaikan.
Semua itu memiliki cirri-ciri dan pendekatan yang berbeda.
Cirri yang membedakan kurikulum 1994 dengan kurikulum sebelumnya yaitu, ada pada
pelaksanaan tentang pendidikan tentang pendidikan dasar Sembilan tahun, memberlakukan
kurikulum muatan local serta menyempurnakan tiga kemampuan dasar membaca, menulis, dan
menghitung (3M) yang fungsional.
Tujuan kurikulum muatan local antara lain untuk mendekatkan peserta didik dengan
lingkungan, untuk menerapkan ilmu pengetuan yang diterima di sekolah dalam kehidupan
peserta didik sehari-hari sehingga peserta didik terbiasa berfikir kritis dan analisis, untuk
melestarikan dan mengembangkan kebudayaaan daerah, untuk menanama rasa cinta terhadap
lingkungan peserta didik, dan untuk mengembangkana potensi peserta didik sesuai dengan
lingkungannya.
5.Kurikulum Suplemen.
Kurikulum yang berlaku (kurikulum 1994) mendapatkan tanggapan, kritik, dan saran
dari para praktisi, pakar, ahli, serta masyarakat. Tanggapan masyarakat mengenai kurikuler
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kebutuhan masyarakat.
Tanggapan dan kritik pada umumnya berkenaan dengan padatnya isi kurikulum seperti
banyaknya mata pelajaran dan substansinya dari setiap mata pelajaran, materi yang kurang
sesuai, baik dengan tahap perkembangan anak maupun dengan kebutuhan pembangunan
nasional dan IPTEK.
6.Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Pengertian kurikulum sangat banyak sekali tergantung situasi dan objek
pendukungnya. Namun hakikat implementasi kurikulum dapat diberikan pemahaman pada
materi, isi atau informasi (pengetahuan) yang diajarkan di sekolah. Pendekatan ini dikenal
dengan kurikuum berbasiskan pengetahuan (knowledge based curriculum).
Adapun kurikulum yang menekankan pada pencapaian kemampuan yang dikuasi oleh
siswa, di mana materi atau pengetahuan diperlukan sebagai alat dalam pencapaian
kemampuan. Artinya kurikulum merupakan serangkaian pemberian pengalaman belajar,
secara autentik kepada setiap siswa di sepanjang hayantnya baik yang diberikan melalui
berbagai kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah.
Pendekatan ini dikenal dengan kurikulum yang berbasiskan kemampuan atau
kompetensi (competency based curriculum), kemudian di kenal dengan KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi).
Pengetahaun dapat dilihat dari fakta, konsep materi yang bersifat informative,
sedangkan keterampilan ditinjau secara akademik, sosial, dan vaksional. Kemudian sikap
dapat diukur dari nilai dan norma yang ada.
7.Kurikulum 2006 (KTSP).
Perkembangan kurikulum di Indonesia selalu berubah-ubah, dalam pendidikan masa
ini kurikulum yang dipakai yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan
angin segar bagi dunia pendidikan dasar dan menengah. KTSP dimaknai sebagai kurikulum
operasioanal yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Meskipun sekolah diberi kelonggaran untuk menyusun kurikulum, namun tetap harus
memperhatikan rambu-rambu panduan KTSP yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Hal ini diharapkan agar selalu ada sinkonisasi antara standard isi dan
masing-masing KTSP.Sudah sering dikemukakan oleh barbagai kalangan, ketidaklogisan
KTSP terjadi karenan seolah diberikan kebebasan untuk mengolaborasikan kurikulum inti
yang dibuat Depdiknas, tetapi evaluasi nasional oleh pemerintah dengan melalui Ujian
Nasional (UN) justru yang palin menentukan kelulusan siswa.
8. Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi yang
sudah dimuai sejak tahun 2004. Kurikulum 2013 lebih menekankan kepada penggunaan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang menuntut siswa dapat melakukan aktivitas
belajar yang menggunakan 5M. Disamping itu, kurikulum 2013 lebih menyempurnakan
perumusan kompetensi inti yang akan dituju dalam pembelajaran dalam satu kesatuan yang
terpadu secara lebih nyata.
B. Pengelolaan Pendidikan.
Pembaruan pengelolaan pendidikan secara eksplisit dicantumkan pada UU Pokok Pendidikan
Terbaru (UU No.20 Tahun 2003 tentang SPN).
1.Pendidikan dan Tanaga Kependidikan
Pembaharuan pendidik terlihat antara lain pada peningkatan kualifikasinya. Tenaga
kependidikan non-guru, seperti petugas/guru pembimbing terus diusahakan pengadaan dan
pengangkatannya agar Pendidikan danTenaga Kependidikan Pembaruan pendidikan terlihat
antara lain pada peningkatan kualifikasinya. Pendidik yang berstatus guru/dosen harus
keluaran pendidikan tinggi. Untuk menjadi guru SD minimal harus memiliki kualifikasi S-1
PGSD . Dengan pembaruan seperti ini ,maka untuk mengajar di SLTP minimal S-1, SLTA
tentu harus S-1(program gelar)dan untuk menjadi dosen syarat syarat minimalnya harus
dikualifikasi S-2(master).
Tenaga Pendidikan non-guru, seperti petugas/guru pembimbing terus diusahakan
pengadaan dan pengangkatannya agar yang telah bertugas di sekolah semakin bertambah
jumlahnya (pembaruan kuantitatif). Tenaga non-guru lain, seperti pustakawan mendapat
pembaruan pula, misalnya keprofesionalan tenaga tersebut. Bila dahulu dapat dikelola oleh
guru, tenaga tata usaha, dan siswa, maka sekarang sudah mulai ditangani oleh tenaga khusus
tentang kepustakaan ini(tenaga ini disebut pustakawan).
Dengan kemajuan IPTEK yang pesat, tenaga teknis diperlukan pula. Untuk masa yang
akan datang kebutuhan akan tenaga lainnya seperti para medis sekolah, laboran, ahli
media(teknologi)pendidikan, semakin dirasakan.

2.Dana
Kebutuhan dana untuk penyelenggaraan pendidikan semakin meningkat, karena biaya
pendidikan semakin mahal. Keadaan seperti ini logis saja, karena pembaruan-pembaruan
yang dilakukan butuh dana baru atau tambahan terhadap alokasi dana sebelumnya. Hal ini
berkaitan pula dengan nilai mata uang.Tingkat inflasi yang semakin tinggi memerlukan
penyesuaian di bidang pendanaan tersebut.

3.PendidikanNonformal
Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang didirikan dan dikelola oleh
masyarakat sebagai lembaga pendidikannya. Awalnya berstatus swasta, kemudian ada yang
dikelola oleh pemerintahan dan masyarakat.
Pendidikan non formal yang dikelola oleh masyarakat(dibawah pengawasan
pemerintah), maju pesat pula. Contoh, kursus mengetik(dahulu Bond A dan B)sekarang
sudah disesuaikan dengan kebutuhan masakini seperti khusus computer dan internet. Sifatnya
tidak terikat pada kurikulum seperti pada pendidikan formal, pendidikan non formal ini
berkembang pesat baik jenis maupun kualitasnya.
C.Pembaruan Pendidikan.
Yang termasuk kepada pembaharuan pendidikan yaitu:
1.SD Pamon
Proyek ini merupakan pendidikan bersama antara pemerintah Indonesia dan Innotech,
lembaga yang didirikan oleh Badan Kerjasama Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia
Tenggara.Dikalangan organisasi menteri pendidikan Negara-negara Asia Tenggara (South East
Asian Ministers Education Organisation atau Seameo) proyek ini dikenal dengan istilah Impact
(Instruction of Management by Parent Communyti and Teachers).

Pamong adalah singkatan dari Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua, dan
Guru.Proyek ini diujicobakan di tingkat sekolah dasar pada Kecamatan Kabakramat
(Kelurahan Alistimo, Banjarharjo, Malang-gaten, dan Kebak) di kabupaten Karang Anyar,
Solo.

Adapun yang termasuk kepada tujuan dari SD Pamong yaitu:


a) Membantu anak-anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti
pendidikan sekolah atau membantu siswa yang Drop-Out.
b) Membantu anak-anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan waktu
dalam belajar.
c) Mengurangi penggunaan tenaga guru sehingga guru terhadap murid
dapat menjadi 1:200. Pada SD biasa 1:40 atau 1:50.
d) Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, dengan pembiayaan
yang sedikti dapat ditampung sebanyak mungkin siswa.
Dengan kata lain, tujuan proyek Pamong untuk menentukan alternative sistem
penyampaian pendidikan dasar yang bersifat efektif, ekonomis dan merata yang
sesuai dengan konsdisi keadaan daerah di Indonesia.

Jadi dengan sistem Pamong ini anak/siswa dapat belajar sendiri dengan
bimbingan tutor, atau anggota masyarakat serta bimbingan orangtua.Pengajaran
yang diberikan memperhatikan kesanggupan anak.

2.SD Kecil

Realisasi dari Undang-Undang Wajib Belajar dan pemerataan pendidikan anak-anak


usia 7-12 tahun, terutama bagi daerah-daerah terpencil, pemerintah telah melaksanakan SD
kecil dan sistem guru kunjung. SD kecil memiliki cirri-ciri yaitu:

a) Kelas yang ada lebih sedikit/kecil dari SD biasa (tiga belas)


b) Jumlah murid lebih kecil 20-30 orang
c) Jumlah guru lebih sedikit dari guru SD biasa (tiga orang termasuk Kepala
Sekolah)
d) Pendekatan belajar melipti belajar sendiri, yaitu mempelajari modul, belajar
kelompok, klasikal. Jika jumlahkelasada yang melebihi jumlah guru maka
seorang guru mengajar lebih dari satu kelas.
e) Kurikulum SD kecil sama dengan kurikulum SD biasa.
f) Pelaksanaan SD kecil sudah ada di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur
g) Murid yang pandai akan dijadikan tutor untuk mengajar yang lainnya.
3.SMP Terbuka
Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) adalah Sekolah Menengah Umum
Tingkat Pertama, yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar gedung
sekolah dengan cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media dan interaksi yang terbatas
antara guru dan murid.

1) Ciri-ciri
Ciri-ciri SMPT sebagai berikut :
a. Terbuka bagi siswa tanpa pembatasan umur dan tanpa syarat-syarat
akademis yang ketat.
b. Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal,
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat
praktis, insidential dan perorangan.
c. Terbuka dalam proses belajar mengajar tidak selalu diselenggarakan di
ruang kelas secara tatap muka, melainkan dapat juga melalui media,
seperti radio, media cetak, kaset, slide, model dan gambar-gambar.
d. Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu yang
tersedia oleh siswa.
e. Terbuka dalam mengelola sekolah.
2) Tujuan
Tujuan SMPT sama dengan tujuan pendidikan umum SMP yaitu agar lulusan:
a. Menjadi warga Negara yang baik sebagai menusia yang utuh, sehat dan
kuat, lahir dan batin.
b. Menguasai hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan di Sekolah Dasar.
c. Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajarannya ke sekolah lanjutan
atas dan untuk terjun ke masyarakat.
d. Meningkatkan disiplin siswa.
e. Menilai kemajuan siswa dan memantapkan hasil pelajaran dengan
media.
F .Kurikulum SMPT merupakan kurikulum SMP 1975.Bidang studinya
Bahasa Indonesia, Pendidikan Moral Pencasila, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Inggris, Agama,
Keterampilan, Olah Raga dan Kesehatan.
g. Kewajiban siswa adalah mengikuti belajar perorangan, kelompok, tatap
muka, dan belajar melalui pengalaman langsung, serta mengikuti Evaluasi
Belajar Tahap Akhir (EBTA).
h. Tenaga pengajar terdiri dari guru Pembina dan guru pembimbing yang
diambil dari masyarakat setempat.
4.SMA Terbuka
Perintisan SMU Terbuka dilakukan dengan tujuan memberikan kesempatan belajar
bagi lulusan SLTP/MTs yang karena berbagai kendala sosial ekonomi, geografis, waktu, dan
lainnya maka tidak/belum dapat mengikuti pendidikan pada tingkat SLTA. Pada tahun 2001
dilakukan pemantapan perintisan SMU Terbuka dengan melibatkan unsur pemerintah dearah
dan unsur dinas pendidikan kabupaten/kota. Perintisan SMU Terbuka dilandasi oleh kerangka
konseptual yang cukup matang baik dari segi teori, filsafat, pola pembelajaran, pola
kelembagaan, maupun sistem jaminan kualitasnya (quality assuranrea).

Sebagai subsistem dari pendidikan SMU reguler, tujuan penyelenggaraan SMU


Terbuka adalah sama dengan tujuan pendidikan menengah sebagaimana yang dirumuskan di
dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0489/U/1992 yaitu: (a)
meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dan kesenian; dan (b) meningkatkan kemampuan (keterampilan hidup) peserta
didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar.

D.Inovasi dalam Pendekatan Pembelajaran


1. Belajar Tuntas
Belajar tuntas adalah suatu cara dalam proses belajar yang menuntut siswa untuk menguasai
materi pelajaran secara tuntas dengan hasil yang memuaskan, sesuai dengan kemapuan siswa.
Adapun yang termasuk kepada karakteristik belajar tuntas yaitu:
a) Siswa belajar secara individual.
b) Siswa belajar dengan kecepatan masing-masing.
c) Setiap pokok bahasan diakhiri dengan tes.
d) Hasil tes langsung diketahui oleh siswa.
e) Tidak mengenal adanya tinggal kelas (berkelanjutan).
Kemudian bentuk penerapan belajar tuntas yaitu:
a) Siswa mempelajari kegiatan belajar.
b) Siswa mengajarkan lembaran kerja dan mencocokannya dengan kunci jawaban yang
telah tersedia.
c) Siswa mengerjakan tes. Hasil tes tersebut menentukan apakah siswa dapat melanjutkan
ke modul berikutya atau tidak.

2. Cara Belajar Siswa Aktif


Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah suatu cara atau usaha
mempertinggi/mengoptimalkan kegiatan siswa dalam proses belajar. Dengan demikian , CBSA
menuntuk keaktifan belajar siswa yang optimal sehingga dapat mencapai hasil yang optimal
pula. Tujuan dari belajar siswa akatif yaitu agar siswa aktif dalam proses belajar, sehingga
mampu untuk mengubah prilaku/tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
Yang termasuk kepada karakteristik Belajar Siswa Efektif yaitu:
a) Situasi kelas menentang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali.
b) Guru tidak mendominasikan pemicaraan tetapi lebih banyak memeberikan rangsangan
berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
c) Guu menyediakan dan mnegusahakan sumber belajar bagi siswa.
d) Kegiatan belajar siswa bervariasi dan kegiatan yang dilakukan secara kelomok dalam
bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh masing-masing
siswa secara mandiri.
e) Hubungan guru dengan siswa mencerminkan hubungan manusiawi.

3.Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah suatu pendekatan yang mengacu kepada bagaimana siswa , dan
apa yang ia pelajari. Pada dasarnya keterampilan proses sama dengan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA), karena dalam pelaksanaan menuntut siswa agar aktif. Namun, ditekankan pada proses
berpikir sendiri dengan keterampilan masing-masing siwa. Adapun tujuan dari keterampilan
proses yaitu bertujuan untuk memberikan keterampilan praktis yang aka dihadapi setiap orang
dalam kehidupan, sekaligus untuk mengembangkan pemahamannnya tentang konsep yang
dipelajarinya.
Yang termaksud kepada karakteristik ketarmpilan proses yaitu:
a) Mengajak para guru serta pembina pendidikan untuk turut aktif dalam mengembangkan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
b) Mondorong siswa untuk melihat dan memecahkan masalah-masalah yang dirasakan
bersama dalam rangka mengembangkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
c) Menyiapkan situasi yang mengiringi siswa untuk bertanya, mengamati, bereksperimen,
serta menemukan fakta dan konsep sendiri.

Anda mungkin juga menyukai