Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN KURIKULUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengembangan Kurikulum Matematika Sekolah

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hardi Suyitno, M.Pd.

Oleh:

1. Endra Bagus Widiyanto (0401516026)


2. Mohammad Agung Nugroho (0401516027)

ROMBEL B KHUSUS

PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
PENGERTIAN KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli


Nasution (2008) menjelaskan tentang definisi kurikulum menurut
beberapa ahli sebagai berikut.
1. Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander
The Curriculum is the sum total of schools efforts to influence
learning, wether in the classroom, on the playground, or out of schools.
Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi siswa belajar baik di
dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, ataupun di luar sekolah juga
termasuk kurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler juga termasuk dalam
kurikulum.
2. Menurut Harold B. Albertycs
Harold B. Albertycs memandang kurikulum sebagai semua
aktivitas yang disediakan oleh sekolah untuk para siswanya. Kurikulum
tidak terbatas pada mata pelajaran, tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan
lain baik di dalam maupun di luar sekolah sebagaimana yang dijelaskan
oleh Saylor dan Alexander.
3. Menurut B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores
B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang
kurikulum sebagai sejumlah pengalaman secara potensial yang dapat
diberikan kepada anak agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai
dengan lingkungannya.
4. Menurut William B. Ragan
William B. Ragan menjelaskan kurikulum dalam arti luas, yang
meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah. Hal ini meliputi
hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, dan cara
mengevaluasi.
5. Menurut J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller
J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller juga menganut definisi
kurikulum yang luas. Kurikulum meliputi metode mengajar dan belajar,
cara mengevaluasi, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan
penyuluhan, supervisi dan administrasi, dan hal-hal struktural mengenai
waktu, jumlah ruangan, serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
6. Menurut Alice Miel
Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai
kurikulum. Ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan
gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan, dan sikap
orang-orang yang melayani dan dilayani sekolah.
7. Menurut Edward A. Krug
Edward A. Krug mendefinisikan kurikulum secara terbatas tetapi
realistis. Ia memandang kurikulum sebagai cara-cara dan usaha untuk
mencapai tujuan persekolahan. Krug membatasi kurikulum pada
pengajaran di dalam kelas dan kegiatan-kegiatan di luar pengajaran
tersebut, seperti bimbingan dan penyuluhan, pengabdian masyarakat, dan
pengalaman yang berkaitan dengan pelajaran.

B. Pengertian Kurikulum Menurut Pandangan Lama dan Pandangan Baru


Pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni
menurut pandangan lama dan pandangan baru. (Hamalik, 2008)
1. Pengertian Kurikulum Menurut Pandangan Lama
Pandangan lama (pandangan tradisional) merumuskan bahwa
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid
untuk memperoleh ijazah. Pengertian ini mempunyai implikasi sebagai
berikut:
a. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran sendiri
pada hakikatnya adalah pengalaman nenek moyang di masa lampau.
Berbagai pengalaman tersebut dipilih, dianalisis, serta disusun secara
sistematis dan logis, sehingga muncul mata pelajaran seperti sejarah,
ilmu bumi, ilmu hayat dan sebagainya.
b. Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan sehingga
penyampaian mata pelajaran pada siswa akan membentuk mereka
menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berpikir.
c. Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau. Adapun
pengajaran berarti penyampaian kebudayaan kepada generasi muda.
d. Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah.
Ijazah diposisikan sebagai tujuan, sehingga menguasai mata pelajaran
berarti telah mencapai tujuan belajar.
e. Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata
pelajaran yang sama. Akibatnya, faktor minat dan kebutuhan siswa
tidak dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum.
f. Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem
penuangan (imposisi). Akibatnya, dalam kegiatan belajar gurulah yang
lebih banyak bersikap aktif, sedangkan siswa hanya bersifat pasif
berkala.
2. Pengertian Kurikulum Menurut Pandangan Baru
Kurikulum sekarang merupakan standar akademis yang harus
dikuasai oleh peserta didik, dengan merinci tujuan pembelajaran setiap
pokok bahasan dan cara mencapai tujuan. Standar akademisi hanya
berfokus pada tujuan pokok-pokok bahasan yang esensial dari disiplin
ilmu tersebut, tidak mencakup seluruh tujuan pokok bahasan. (Mulyasa,
2008)
Kurikulum menurut pandangan baru dikemukakan oleh Romine
dalam Hamalik (2008) yang digolongkan sebagai pendapat baru (modern)
dengan rumusan sebagai berikut.
Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses,
activities, and experiences which pupils have under direction of the
school, whether in the classroom or not.
Implikasi perumusan di atas adalah sebagai berikut.
a. Tafsiran tentang kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan
hanya terdiri atas mata pelajaran (courses), tetapi meliputi semua
kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah.
b. Sesuai dengan pandangan ini, berbagai kegiatan di luar kelas (yang
dikenal dengan ekstrakurikuler) sudah tercakup dalam pengertian
kurikulum. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan antara intra dan
ekstrakurikulum. Begitu pula halnya dengan college preparatory
curriculum, vocational curriculum, dan general curriculum, semuanya
sudah tercakup dalam pengertian kurikulum seperti yang
dikemukakan tadi.
c. Pelaksanaan kurikulum tidak hanya dibatasi pada keempat dinding
kelas saja, melainkan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar
kelas, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
d. Sistem penyampaian yang dipergunakan oleh guru disesuaikan dengan
kegiatan atau pengalaman yang akan disampaikan. Oleh karena itu,
guru harus mengadakan berbagai kegiatan belajar mengajar yang
bervariasi, sesuai dengan kondisi siswa.
e. Tujuan pendidikan bukanlah untuk menyampaikan mata pelajaran
(courses) atau bidang pengetahuan yang tersusun (subject), melainkan
pembentukan pribadi anak dan belajar cara hidup di dalam
masyarakat.

C. Kurikulum Menurut Berbagai Pandangan


Hamalik (2008) mengemukakan berbagai pandangan kurikulum sebagai
berikut.
1. Kurikulum sebagai suatu program kegiatan yang terencana
Berdasarkan pandangan komprehensif terhadap setiap kegiatan
yang direncanakan untuk dialami seluruh siswa, kurikulum berupaya
menggabungkan ruang lingkup, rangkaian, interpretasi, keseimbangan
subject matter, teknik mengajar dan hal lain yang dapat direncanakan
sebelumnya (Saylor, Alexander, dan Lewis 1986). Pada hakikatnya,
kurikulum sebagai suatu program kegiatan terencana(program of planed
activities) memiliki rentang yang cukup luas, hingga membentuk suatu
pandangan yang menyeluruh. Di suatu pihak, kurikulum dipandang
sebagai suatu dokumen tertulis (Beauchamp, 1981) dan di pihak lain,
kurikulum dipandang sebagai rencana tidak tertulis yang terdapat dalam
pikiran pihak pendidik (Taylor, 1970).
2. Kurikulum sebagai hasil belajar yang diharapkan
Beberapa penulis kurikulum (Johnson, 1977 dan Posner, 1982)
menyatakan bahwa kurikulum seharusnya tidak dipandang sebagai
aktivitas, tetapi difokuskan secara langsung pada berbagai hasil belajar
yang diharapkan (intended learning outcomes). Kajian ini menekankan
perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum sebagai alat menjadi
kurikulum sebagai tujuan akhir yang akan dicapai.
3. Kurikulum sebagai reproduksi kultural (Cultural Reproduction)
Sebagian ahli pendidikan berpandangan bahwa kurikulum dalam
setiap masyarakat atau budaya seharusnya menjadi refleksi dari budaya
masyarakat itu sendiri. Sekolah bertugas memproduksi pengetahuan dan
nilai-nilai yang penting bagi generasi penerus. Masyarakat, bangsa atau
Negara bertanggung jawab mengidentifikasi keterampilan (skill),
pengetahuan (knowledge), dan berbagai apresiasi yang akan diajarkan.
4. Kurikulum sebagai kumpulan tugas dan konsep diskrit
Pandangan ini berpendapat bahwa kurikulum merupakan satu
kumpulan tugas dan konsep (discrete tasks and concept) yang harus
dikuasai siswa. Dalam hal ini diasumsikan bahwa penguasaan tugas-tugas
yang saling bersifat diskrit (berdiri sendiri) tersebut adalah untuk
mencapaitujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Kurikulum sebagai agenda rekonstruksi sosial
Pandangan ini berpendapat bahwa sekolah harus mempersiapkan
suatu agenda pengetahuan dan nilai-nilai yang diyakini dapat menuntun
siswa memperbaiki masyarakat dan institusi kebudayaan, serta berbagai
keyakinan dan kegiatan praktik yang mendukungnya.
6. Kurikulum sebagai currere
Salah satu pandangan yang paling mutakhir terhadap dimensi
kurikulum adalah pandangan yang menekankan pada bentuk kata kerja
kurikulum itu sendiri, yaitu currere. Sebagai pengganti interpretasi dari
etimologi arena pacu atau lomba (race course) kurikulum, currere
merujuk pada jalannya lomba dan menekankan masing-masing kapasitas
individu untuk merekonseptualisasi otobiografinya sendiri. Hal ini
ditegaskan oleh Schubert (1986) sebagaimana dikutip sebagai berikut:
Instead of taking to the interpretation from the race course etymology of
curriculum, currere refers to the running of the race and emphasize the
individuals own capacity to reconceptualize his or her autobiography.
Pemikiran Schubert tersebut didukung oleh pemikiran Pinar dan Grument
(1976) yang mengilustrasikan bahwa masing-masing individu berusaha
menemukan pengertian (meaning) di tengah-tengah berbagai peristiwa
terakhir yang dialaminya, kemudian bergerak secara historis ke dalam
pengalamannya sendiri di masa lampau untuk memulihkan dan
membentuk kembali pengalaman semula (to recover and reconstitute the
origins), serta membayangkan dan menciptakan berbagai arah yang saling
bergantung dengan subdivisi-subdivisi pendidikan lainnya.

D. Pengertian Kurikulum Menurut Undang Undang Republik Indonesia


Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
KESIMPULAN

1. Para ahli memandang kurikulum dalam arti luas yang meliputi program dan
kegiatan yang dilaksanakan baik di dalam kelas, di luar kelas, ataupun di luar
sekolah untuk mencapai tujuan sekolah/pendidikan.
2. Menurut pendapat para ahli dan undang-undang Republik Indonesia tentang
sistem pendidikan nasional, pengertian kurikulum lebih condong ke arah
kurikulum dengan pandangan baru (modern) yakni tidak hanya sekedar
mencari ijazah akan tetapi juga memperhatikan proses dalam mencapai tujuan
pendidikan.
3. Sesuai dengan undang-undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan
nasional, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan


Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2008. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Tanpa Nama. 2009. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai